Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

KEPERAWATAN MENJELANG AJAL DAN PALIATIF

“Asuhan Keperawatan Paliatif pada Kanker Pada Anak : Leukimia”

Disusun Oleh :

Kelompok 1 Keperawatan 5A

1. Rizka Johana Sari 1710105066


2. Cindy Claudya Putri 1914201001
3. Yeni Susanti 1914201004
4. Afriawatri Yodelvi 1914201005
5. Alivia Dafa Safitri 1914201006
6. Amelia Gustri 1914201007
7. Ameyuza Mega 1914201008

DOSEN PEMBIMBING :

Ns.Edo Gusdiansyah. M, Kep

PROGRAM PENDIDIKAN S1 ILMU KEPERAWATAN

STIKes ALIFAH PADANG

TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb.

Puji syukur kehadirat allah swt karena atas berkat rahmat dan hidayah-Nyalah sehingga,
tugas ini dapat diselesaikan. Tanpa pertolonganya mungkin penulis tidak akan sanggup
menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik.

Tugas ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu dengan judul “Asuhan
Keperawatan Paliatif pada Kanker Pada Anak : Leukimia” Penulis mengucapkan terima
kasih kepada dosen mata kuliah Keperawatan Paliatif dan Menjelang Ajal yang telah
membimbing dan memberikan kesempatan kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini. Tak lupa juga penulis mengucapkan terimakasih kepada semua
pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungannya dalam pembuatan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini kurang dari sempurna, untuk itu penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran, baik dari dosen pembimbing maupun teman–teman atau
pembaca agar makalah ini dapat lebih sempurna.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca,dan
semoga adanya tugas ini allah swt senantiasa meridhoinya dan akhirnya membawa hikmah
untuk semuannya.

Wassalamualaikum ,Wr.Wb

Padang, 7 Oktober
2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................

DAFTAR ISI......................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................

1.1 Latar Belakang.....................................................................................................


1.2 Tujuan Penulisan .................................................................................................
BAB II TINJAUAN TEORITIS.......................................................................................
2.1 Konsep Perawatan Paliatif..................................................................................
2.2 Konsep Dasar Penyakit Terminal: Leukemia....................................................
2.3 Konsep Penatalaksanaan Keperawatan Paliatif Pada Pasien Leukemia
BAB III TINJAUAN KASUS...........................................................................................
3.1 Asuhan Keperawatan ..........................................................................................
BAB IV PENUTUP ...........................................................................................................
4.1 Kesimpulan ..........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Leukemia atau yang biasa disebut kanker darah adalah penyakit akibat terjadinya
proliferasi (pertumbuhan sel imatur) sel leukosit yang abnormal dan ganas, serta sering
disertai adanya leukosit dengan jumlah yang berlebihan (Hidayat, 2006).
Anak dengan leukemia sangat membutuhkan perawatan yang intensif, selain terapi
farmakologi dan non farmakologi, anak dengan leukemia juga memerlukan perawatan untuk
mencapai peningkatan kualitas hidupnya. Sehingga tenaga kesehatan tidak hanya perlu
berfokus pada kesembuhan pasien tetapi juga pada kesejahteraan pasien yang bisa dicapai
dengan pemberian perawatan paliatif. Perawatan paliatif merupakan perawatan total secara
aktif terhadap tubuh, pikiran, dan jiwa anak yang turut melibatkan pemberian dukungan
kepada keluarga. Perawatan paliatif dimulai sejak terdiagnosa penyakit sampai akhir
kehidupan (Kars, dkk, 2011). Perawatan ini melibatkan keluarga dan tenaga kesehatan. Jenis
kegiatan paliatif meliputi penatalaksanaan nyeri, penatalaksanaan keluhan fisik lain, asuhan
keperawatan, dukungan psikologis, dukungan sosial, dukungan kultural dan spiritual,
dukungan persiapan dan selama masa berkabung (bereavement) (MENKES RI, 2007).
Pada perawatan paliatif ini dilakukan identifikasi, penilaian penyakit, dan masalah yang
dihadapi anak baik fisik, psikologi, dan rohani (WHO, 2002). Berbagai keluhan yang tidak
teratasi pada anak dengan leukemia dapat mempengaruhi kualitas hidupnya, lambatnya
penyembuhan luka, kecemasan, gangguan tidur, regresi perkembangan, dan penurunan imun.
Anak terkadang menunjukkan berbagai perilaku yaitu perilaku secara verbal (berteriak,
mengerang) dan perilaku non verbal (meringis karena nyeri, memijat daerah yang sakit).
Sehingga dibutuhkan perawatan palitif untuk mengontrol emosional anak.

1.2 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui Konsep Perawatan Paliatif
2. Untuk mengetahui Konsep Dasar Penyakit Terminal: Leukemia
3. Untuk mengetahui Konsep Penatalaksanaan Keperawatan Paliatif Pada Pasien
Leukemia
4. Untuk mengetahui pemberian Asuhan Keperawatan Paliatif Pada Pasien Menjelang
Ajal
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1. Konsep Perawatan Paliatif


A. Defenisi Perawatan Paliatif
Menurut WHO perawatan paliatif merupakan pendekatan untuk meningkatkan kualitas
hidup pasien dan keluarga dalam menghadapi masalah yang berkaitan dengan masalah yang
mengancam jiwa, melalui pencegahan dan menghentikan penderitaan dengan identifikasi dan
penilaian dini, penangnanan nyeri dan masalah lainnya, seperti fisik, psikologis, sosial dan
spiritual (WHO, 2017). Paliatif care berarti mengoptimalkan perawatan pasien dan keluarga
untuk meningkatkan kualitas hidup dengan mengantisipasi, mencegah, dan mengobati
penderitaan. Palliative care meliputi seluruh rangkaian penyakit melibatkan penanganan fisik,
kebutuhan intelektual, emosional, sosial dan spiritual untuk memfasilitasi otonomi pasien,
dan pilihan dalam kehidupan (Ferrell, 2015).

B. Prinsip Perawatan Paliatif


Perawatan paliatif secara umum merupakan sebuah hal penting dan bagian yang tidak
terpisahkan dari praktek klinis dengan mengikuti prinsip:
1. Fokus perawatan terhadap kualitas hidup, termasuk kontrol gejala yang tepat.
2. Pendekatan personal, termasuk pengalaman masa lalu dan kondisi sekarang.
3. Peduli terhadap sesorang dengan penyakit lanjut termasuk keluarga atau orang
terdekatnya.
4. Peduli terhadap autonomy pasien dan pilihan untuk mendapat rencana perawatan
lanjut, eksplorasi harapan dan keinginan pasien.

C. Langkah-Langkah Dalam Pelayanan Perawatan Paliatif


Menurut KEMENKES (2013), terdapat langkah-langkah dalam melakukan pelayanan
parawatan paliatif, diantaranya yaitu:
1. Menentekun tujuan perawatan dan harapan pasien
2. Membantu pasien dalam membuat advance care planning
3. Pengobatan penyakit penyerta dari aspek sosial yang muncul
4. Tata laksana gejala
5. Dukungan psikologis, kultural dan sosial
6. Respon pada fase terminal: memberikan tindakan sesuai wasiat atau keputusan
keluarga bila wasiat belum dibuat
7. Pelayanan terhadap pasien dan keluarga termasuk persiapan duka cita

2.2 Konsep Dasar Penyakit Terminal: Leukemia


A. Definisi Penyakit Terminal
Penyakit terminal merupakan penyakit progresif yaitu penyakit yang menuju ke arah
kematian. Contohnya seperti penyakit jantung, dan kanker atau penyakit terminal ini dapat
dikatakan harapan untuk hidup tipis, tidak ada lagi efek yang berarti dari obat-obatan, tim
medis sudah give up (menyerah) dan seperti yang di katakan di atas tadi penyakit terminal ini
mengarah kearah kematian (White, 2002).

B. Definisi Leukemia
Leukemia merupakan penyakit akibat terjadinya proliferasi (pertumbuhan sel imatur) sel
leukosit yang abnormal dan ganas, serta sering disertai adanya leukosit dengan jumlah yang
berlebihan, yang dapat menyebabkan terjadinya anemia trombositopenia. (Hidayat, 2006).
Menurut Nursalam (2005), leukemia merupakan penyakit akibat proliferasi (bertambah
banyak atau multiplikasi) patologi dari sel pembuat darah yang bersifat sistemik dan biasanya
berakhir fatal.
Jadi dapat disimpulkan bahwa leukemia adalah penyakit akibat terjadinya prolifersi sel
leukosit yang abnormal dan ganas serta sering disertai adanya leukosit jumlah yang
berlebihan dari sel pembuat darah yang bersifat sistemik dan biasanya berakhir fatal.

C. Etiologi
Menurut Yuni (2015) ada beberapa penyebab leukemia sebagai berikut:
1. Radiasi
Menurut data, LMA (Leukemia meiloid akut) lebih disebabkan karena serangan
radiasi. Sedangkan LLK (Leukemia Limfositik Kronik) sendiri jarang mendapat
laporan karna faktor radiasi.
2. Faktor Leukemogenik
Maksudnya disini itu karena factor zat kimia tertentu. Biasanya racun lingkungan
seperti benzene, insektisida, obat-obatan terapi kemoterapi juga akan memungkinkan
terjadinya leukemia.
3. Virus
Virus ini biasanya virus HTLV (Human T-cell lymphotropic virus) penyebab
utamanya. HTLV itu T-cell Leukimia Viruses yang merupakan penyebab utama dari
ketidaknormalan perkembangan sel darah putih. Biasanya HTLV I atau II, virus
lainnya antara lain retrovirus atau virus leukemia feline.
4. Herediter
Herediter atau faktor keturunan. Biasanya orang yang memiliki Sindrom Down lebih
rentan terkena leukimia dibanding yang tidak. Kemungkinan terkenanya sekitar 20
kali lebih rentan dibanding yang normal.

D. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala awal leukemia dapat termasuk demam, anemia, perdarahan,
kelemahan, nyeri tulang atau sendi dengan atau tanpa pembengkakan. Purpura merupakan hal
yang umum serta hepar dan lien membesar. Jika terdapat infiltrasi kedalam susunan saraf
pusat dapat ditemukan tanda meningitis.
1. Pucat
2. Malaise
3. Keletihan (letargi)
4. Perdarahan gusi
5. Mudah memar
6. Petekia dan ekimosis
7. Nyeri sendi dan tulang
8. Berat badan turun
9. Iritabilitas
10. Muntah
11. Sakit kepala (pusing)

No. Stadium Manifestasi Klinis Perawatan Paliatif


1 Stadium 1 Tahap awal merupakan yang  Memberikan suport pekembangan
paling ringan, stadium 1 pada anak
ditandai dengan terjadinya  Meningkatkan kualitas hidup
pembengkakan pada kelenjar anak dengan cara menurunkan
getah bening.Tingkat resikonya gejala demam yaitu dengan
termasuk sedang dan tidak kompres, meningkatkan selera
terlalu berbahaya, karena sel makan akan dengan modifikasi
kanker belum menyebar dan asupan makanan serta pemberian
mempengaruhi organ fisik di makanan (misal: sambil bermain
dalam tubuh. Manifestasi yang atau sambil bercerita). Kemudian
sering terjadi adalah: menurunkan resiko terjadinya
1. Demam memar dengan memperhatikan
2. Sering terjadi perdarahan aktivitas anak agar tidak terjadi
dan memar perdarahan atau memar yang
3. Pucat lebih banyak.
4. Kehilangan selera makan  Meningkatkan harapan sembuh
dan bisa beraktivitas secara
normal bagi pasien dan keluarga
serta memberikan dukungan pada
anak maupun keluarga.
2 Stadium 2 Selain terjadi pembengkakan  Merespon terhadap keluh kesah
pada kelenjar getah bening, anak dan keluarga. Pada tahap ini,
memasuki stadium 2 ditandai peran perawat adalah menjadi
dengan pembengkakan pada pendengar yang baik. Karena
limpa dan hati,atau salah satu berat badan anak semakin
diantara kedua organ tersebut. menurun, peran perawat dalam
Ada perkembangan yang edukasi dan manajemen nutrisi
cukup signifikan pada sangat dibutuhkan. Selain itu
pertumbuhan limfosit. Tingkat perawat selalu memberikan
resiko untuk tahap ini masih dukungan psikologis dan spiritual
terbilang sedang. Manisfetasi kepada keluarga untuk tetap
yang sering terjadi adalah : menemani anak hingga akhir
1. Benjolan pada kelenjar pengobatan.
getah bening semakin  Meningkatkan kualitas hidup
besar anak dengan memberikan
2. Mudah lelah dan lemas dukungan hidup dan meringankan
3. Sering menggigil gejala-gejala yang ada.
4. Perdarahan semakin
bertambah
3 Stadium 3 Kanker akan menyebar dan  Meningkatkan kualitas hidup /
mempengaruhi organ lain di kualitas meninggal dengan damai.
dalam tubuh para penderita
 Merespon terhadap keluh kesah
akan megalami anemia.
pasien/keluarga.
Manifestasi klinis lainnya
 Pada tahap ini perawat bisa
adalah :
mengajarkan relaksasi dengan
1. Anemia
teknik napas dalam pada anak
2. Berat badan semakin turun
apabila nyeri masih dirasakan.
3. Muntah
Jika tidak bisa menggunakan
4. Nyeri pada sendi atau
teknik nafas dalam, pilihan
tulang
lainnya adalah teknik bermain
5. Rambut rontok (akibat
untuk menghilangkan rasa nyeri
kemoterapi)
pada anak.

 Kemudian perawat tetap


memberikan dukungan informatif
kepada anak bahwa efek
pengobatan adalah rambut rontoh
dan muntah, sehingga anak
mampu menerima kondisinya saat
ini. Selain itu perawat tetap
memperhatikan manajemen
nutrisi pada anak.
4 Stadium 4 Stadium 4 adalah yang paling  Memberikan rasa nyaman dan
berbahaya, karena tahap responsif selama proses kematian
terakhir perkembangan kanker.
 Meningkatkan kualitas hidup
Tingkat keping darah akan
/kualitas meninggal dengan damai
menurun drastis. Jika di tahap
 Merespon terhadap keluh kesah
3 kanker menyebar ke organ
pasien/keluarga
tubuh selain limpa dan hati,
pada tahap ini kanker akan
mempengaruhi paru- paru. Di
samping itu, anemia akan
terjadi lebih akut. Tahap ini
merupakan tahap yang paling
beresiko.

E. Penatalaksanaan Medis
1. Penanganan Non Subortif
a. Kemoterapi
Kemoterapi adalah terapi yang menggunakan obat anti kanker yang diberikan ke
cairan serebrospinal, atau melelui aliran darah untuk dapat mencapai ke seluruh
tubuh agar terapi yang diberikan efektif. Pengobatan dengan kemoterapi pada
leukemia mieloblastik akut diberikan dengan dosis yang tinggi dan di konsumsi
dalam waktu yang singkat. Sedangkan terapi untuk leukemia limfoblastik akut di
berikan dengan dosis yang rendah dan waktu konsumsi yang lama biasanya 2-3
tahun.
Pemberian kemoterapi akan menimbulkan beberapa efek samping berupa
muntah, rambut rontok, dan nafsu makan turun. Pada kondisi ini perawat harus
bisa meningkatkan kenyamanan anak dalam menghadapi efek samping tersebut.
Salah satu cara yang bisa digunakan adalah menjelaskan kepada anak serta
keluarga bahwa semua efek samping tersebut adalah efek yang wajar terjadi pada
proses pengobatan ini. Kemudian perawat harus bisa menenangkan anak serta
memberikan dukungan emosional agar anak terus termotivasi untuk menjalankan
pengobatan dan meneruskan kehidupannya. Selain itu, cara yang bisa dilakukan
adalah dengan terapi bermain dan bercerita. Terapi tersebut diharapkan dapat
menurunkan rasa nyeri atau bahkan meningkatkan kenyamanannya kembali.
Pendekatan kepada keluarga juga perlu digunakan dalam proses pengobatan ini.
Keluarga juga harus mempunyai presepsi yang sama tentang efek samping yang
akan dialami. Sehingga keluarga bisa memberikan dukungan yang lebih baik
pada anaknya.. (American Cancer Society, 2012).
b. Pembedahan
Pembedahan merupakan terapi yang sangat terbatas penggunaannya pada pasien
leukemia. Hal ini dikarenakan selsel leukemia telah menyebar keseluruh tubuh
melalui sumsum tulang menuju organ-organ yang ada di tubuh. Terapi
pembedahan hanya dilakukan atas indikasi tertentu dan memiliki risiko tinggi
(American Cancer Society, 2012).
c. Radiasi
Terapi radiasi menggunakan bahan energi dengan radiasi tinggi untuk
menghancurkan sel-sel kanker. Terapi sendiri biasanya dilakukan untuk
mencegah penyebaran dari sel-sel leukemia ke otak maupun ke testis (American
Cancer Society, 2012).
2. Penanganan Suportif
a. Pemberian tranfusi komponen darah yang diperlukan
b. Pemberian komponen untuk meningkatkan kadar leukosit
c. Pemberian nutrisi yang baik dan memadai
d. Pemberian antibiotik, anti jamur, dan anti virus bila diperlukan
e. Perawatan di ruang yang bersih
f. Dukungan psikologis
g. Kebersihan Oro-anal (mulut dan anus)

2.3 Konsep Penatalaksanaan Keperawatan Paliatif Pada Pasien Leukemia


A. Prinsip Penatalaksanaan Keperawatan Paliatif Pada Anak Dengan Leukemia
Program perawatan paliatif pasien kanker adalah pendekatan terintegrasi oleh tim paliatif
untuk mencapai kualitas hidup pasien dan kematian yang bermartabat serta memberikan
dukungan bagi keluarga yang menghadapi masalah yang berhubungan dengan kondisi pasien,
dengan mencegah dan mengurangi penderitaan melalui identifikasi dini, penilaian yang
seksama, serta pengobatan nyeri dan masalah-masalah lain, baik masalah fisik, psikososial
dan spiritual (WHO, 2016).

B. Prinsip Dasar Program Paliatif pada Anak dengan Leukimia


Prinsip tersebut di bawah ini merupakan acuan dalam melaksanakan program paliatif
pasien kanker (Adaptasi WHO, 2007):
1. Menghilangkan nyeri dan gejala fisik lain.
2. Menghargai kehidupan dan menganggap kematian sebagai proses normal.
3. Tidak bertujuan mempercepat atau menghambat kematian.
4. Mengintegrasikan aspek fisik, psikologis, sosial, dan spiritual.
5. Memberikan dukungan agar pasien dapat hidup seaktif mungkin
6. Memberikan dukungan kepada keluarga sampai masa dukacita.
7. Menggunakan pendekatan tim untuk mengatasi kebutuhan pasien dan keluarganya.
8. Menghindari tindakan yang sia sia.
9. Bersifat individual tergantung kebutuhan pasien.

C. Penanganan Nyeri dan Ansietas Pada Pasien Terminal: Leukemia dalam


Perawatan Paliatif
Nyeri adalah keluhan yang paling banyak dijumpai pada pasien kanker stadium lanjut.
Nyeri juga merupakan keluhan yang paling ditakuti oleh pasien dan keluarga. Hampir
95% nyeri yang dialami pasien kanker dapat diatasi dengan kombinasi modalitas yang
tersedia, termasuk memberikan perhatian terhadap aspek psikologi, sosial, dan spiritual.
Tata laksana nyeri merupakan salah satu bagian dari terapi paliatif. American Academy
of Pediatrics (AAP) merekomendasikan pemberian terapi kuratif bersamaan dengan terapi
paliatif untuk stadium lanjut dan terminal. Sesuai dengan penyebab yang ada dan prinsip
tata laksana yang digunakan di perawatan paliatif, modalitas yang dapat digunakan adalah:
1. Medikamentosa
Pemeberian Analgetik: NSAID, Non opioid, Opioid; Adjuvant (kortikoste-roid,
antidepresan, anti epilepsi, relaksan otot, antispas modik).
2. Nonmedikamentosa
a. Fisik: kompres hangat dan TENS
b. Interupsi terhadap mekanisme nyeri: anestesi, neurolisis dan terapi relaksasi atau
manajemen nyeri
c. Modifikasi lingkungan dan gaya hidup: hindari aktifitas yang memacu atau
memperberat nyeri, immobilisasi bagian yang sakit dengan alat, gunakan alat
bantu untuk jalan atau kursi roda
d. Dukungan psikologis
Agar anak merasa aman, diperlukan adanya keberadaan orang tedekat dari anak
untuk mendampingi selama masa pengobatan, baik untuk menjalani kemoterapi
secara rutin maupun dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kebutuhan anak
yang lain adalah kebutuhan cinta kasih serta harga diri dari orang orang terdekat
(Bara, 2015).
Menurut Verssey dan Carlson (1996) dalam Pedoman Teknis Pelayanan Paliatif Kanker
(2013), terapi ansietas yang dapat diberikan pada anak penderita kanker adalah sebagai
berikut:
a. Pressure: melakukan pemijatan (massage)
b. Positioning: memeluk, memegang, menggendong
c. Relaxation dengan memberikan postural drainage : tidur miring atau posisi kepala
lebih direndahkan
d. Distraction: bernyanyi, bermain, menonton TV atau video kesukaan anak,
mendengarkan musik, dan jalan- jalan.
e. Hypnosis/ imagery: membantu memfokuskan perhatian anak dari hal- hal yang
ditakuti dan mengembangkan daya imaginasi anak dengan aman, nyaman, menarik,
dan menyenangkan.

D. Tata Laksana Akhir Kehidupan Untuk Anak dengan Leukimia


1. Perawatan penyakit terminal pada anak dengan tujuan:
a. Pastikan bahwa tidak ada rasa nyeri dan stress, serta menjaga agar tidak
mengalami nyeri yang berkepanjangan.
b. Memberi perhatian secara penuh dengan kasih sayang.
c. Mempersiapkan dan mendukung keluarga dalam menghadapi kematian anaknya.
2. Persiapan menjelang akhir kehidupan
a. Pastikan kebutuhan anak dengan perawatan paliatif, khususnya yang sedang
menjelang akhir kehidupan, seperti kebutuhan fisik, pikiran, dan jiwa. Adapun
perawatan tersebut, dapat berupa:
b. Meringankan rasa sakit dan keluhan fisik lainnya yang dirasakan anak.
c. Menjaga agar anak merasa nyaman dan tenang.
d. Menjaga kehidupan anak dan keluarga senormal mungkin.
e. Membantu keluarga mendapatkan dukungan yang mereka butuhkan.
f. Membicarakan harapan atau keinginan anak.
g. Memberikan informasi yang tepat dan jujur tentang kondisi anak.
h. Membantu proses berduka atas kematian anak.
3. Perawatan pada saat pasien meninggal
Tempat yang tepat bagi anak untuk meninggal adalah di rumah dan jangan biarkan
anak meninggal tanpa ditunggu. Sebaiknya ada tempat tersendiri dan nyaman untuk.
Kita juga sebaiknya memahami kebiasaan budaya dan keagamaan di daerah tempat
kerja. Kita harus dapat bersikap fleksibel terhadap permintaan orang tua. Tanda-tanda
akhir kehidupan, yaitu:
a. Kesadaran menurun
b. Banyak tidur
c. Disorientasi
d. Menolak makan, walaupun dalam bentuk cair
e. Buang air kecil terganggu
f. Kulit dingin, pucat, cutis mamorata
g. Pola nafas tidak teratur (napas cepat pendek dengan adanya periode cepat atau
lambat).
4. Perawatan setelah pasien meninggal
Berduka adalah sekumpulan emosi yang mengganggu diakibatkan oleh perubahan
atau berakhirnya pola perilaku yang ada. Hal ini biasanya terjadi setelah seseorang
kehilangan, termasuk karena kematian. Rasa kehilangan bisa mulai dialami pasien,
keluarga, kerabat serta teman-teman pada saat seseorang menderita suatu penyakit.
Rasa berduka dipengaruhi oleh siapa yang meninggal, kedekatan dengan yang
meninggal, penyebab kematian, pribadi dan kondisi sosial. Hubungan dengan pasien
yang telah meninggal dapat mempengaruhi kemampuan keluarga untuk beradaptasi
terhadap kondisi yang ada. Hubungan yang baik dan dekat dapat menimbulkan rasa
kehilangan, kesepian dan tidak berguna. Pada kondisi ini, pendekatan yang
diperlukan adalah membantu agar merasa memiliki harga diri, percaya diri, rasa
aman.
Tugas dari pelayanan paliatif adalah memberikan dukungan, agar rasa duka yang
timbul tidak menjadi duka yang patologis atau hingga menyebabkan depresi.
Dukungan pada masa berkabung dilakukan pada saat pasien meninggal dan pada saat
pemakaman. Satu atau dua minggu setelah pemakaman, follow up kepada keluarga
yang berdukacita perlu dilakukan untuk melakukan penilaian terhadap kemampuan
mengatasi rasa kehilangan dan kemampuan beradaptasi terhadap situasi baru, yaitu
kehidupan tanpa pasien yang telah meninggal. Follow up bisa sebaiknya dilakukan
dengan kunjungan rumah, namun bila tidak memungkinkan bisa dilakukan melalui
telepon. Tujuan dukungan masa berkabung adalah:
a. Membantu agar keluarga bisa menerima kenyataan bahwa pasien telah meninggal
dan tidak akan kembali
b. Membantu agar keluarga mampu beradaptasi dengan situasi dan kondisi baru
c. Membantu merubah lingkungan yang memungkinkan keluarga dapat melanjutkan
hidup tanpa pasien yang meninggal
d. Membantu keluarga agar mendapatkan kembali rasa percaya diri untuk
melanjutkan hidup.
BAB III

TINJAUAN KASUS

Kasus
An. T usia 8 tahun dirawat di Rumah Sakit X sejak tanggal 20 Januari 2020, hari ini
adalah hari rawat ke 4. An. T sudah di diagnosis leukemia sejak 2 tahun yang lalu pada
stadium awal (stage 1). Sejak terdiagnosis, An. T sudah melakukan kemoterapi per 3 bulan
sekali, namun pada bulan agustus Mei 2019 An. T tidak melakukan kemoterapi karena faktor
ekonomi keluarga dan keluarga merasa anaknya tidak kunjung sembuh. Sejak saat itu
keluarga hanya melakukan pengobatan secara alternative di rumah.
Pada tanggal 20 Januari 2020 pukul 06.00, keluarga membawa An.T ke IGD Rumah
Sakit X karena sangat takut dengan keadaan An. T. Keluarga mengatakan sudah 1 bulan,
badan An.T sangat lemah, sering mimisan, memar dibeberapa bagian tubuhnya, serta
keringat selalu keluar di malam hari. Keluarga sangat khawatir melihat anaknya merasa
kesakitan dan lemah tidak berdaya. Keluarga menyesali perbuatannya karena hanya
mengobati anaknya dengan pengobatan alternative.
Setelah dilakukan pemeriksaan lengkap di IGD, dokter telah mendiagnosis bahwa
leukemia yang dialami An. T sudah pada stadium lanjut (stage 3) dan sudah metastase ke
beberapa organ lainnya. Dan dokter mengatakan bahwa hidup An. T sudah tidak lama lagi.
Saat mendengar kabar tersebut keluarga sangat syok dan tidak menyangka akan terjadi
secepat ini. Keluarga mengatakan ingin mendapat pengobatan semaksimal mungkin untuk
hidup anaknya, namun pada stadium ini kemoterapi dan obat-obatan sudah tidak akan
berpengaruh banyak.
Akhirnya diputuskan bahwa An. T akan dirawat di ruang rawat inap dengan pengobatan
yang terus diberikan. Pengobatan An.T sudah berjalan selama 3 hari, namun keadaan An. T
semakin hari semakin memburuk. Pada hari ke 4, An. T menangis mengeluh sakit kepala
hebat, lemas, demam dan nyeri pada tulang- tulangnya hingga merasa tidak nyaman. Ia
juga mimisan sejak kemarin malam sampai pagi ini. An. T megatakan pasrah karena tidak
kuat merasakan rasa sakitnya.
Saat dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan: keadaan An. T sangat pucat, CRT > 2
detik, GCS 11, konjungtiva anemis, akral dingin, BB klien turun dari 18 kg (20 Januari)
menjadi 15 kg (24 Januari), dan mual (+). Selain itu terdapat pembesaran limfa
(splenomegali) dan hati (hepatomegali). Dari hasil pemeriksaan tanda-tanda vital diperoleh:
TD: 96/50 mmHg, N: 99x/menit, RR: 30x/menit, S: 38,6°C. Dari hasil pemeriksaan
laboratorium didapatkan hasil lab: Hb: 5,2 gr/dl, leukosit: 13,9 x 103/µl, trombosit: 99.000
mcL.

Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
No. Register : 123.XXX
Tanggal MRS : 01 Oktober 2021
Tgl & Jam Pengkajian : 01 Oktober 2021 jam 07.00 WIB
Diagnosa Medis : Leukemia Limfoblaktik Kronik Stage

1. Biodata Pasien
Nama : An. C
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 8 Tahun
Agama : Islam
Suku / Bangsa : Minang / Indonesia
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Padang
Sumber Biaya : Umum
Penanggung Jawab
Nama : Tn. F
Umur : 35 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Guru
Hubungan : Ayah
Alamat : Padang

2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Klien menangis mengeluh sakit kepala hebat, lemas, demam dan nyeri pada tulang-
tulangnya hingga merasa tidak nyaman
b. Riwayat penyakit sekarang
- Klien sudah didiagnosis leukemia sejak 2 tahun yang lalu pada stadium awal
(stage 1)
- Klien sudah menjalani berbagai pengobatan kemoterapi dan juga alternative
- Namun karena kondisi klien semakin memburuk, keluarga membawa ke RS pada
tanggal 01 Oktober 2021 dengan keluhan sudah 1 bulan badan An.T sangat
lemah, sering mimisan, memar dibeberapa bagian tubuhnya, serta keringat selalu
keluar di malam hari.
- Pada hari ke 4 (04 Oktober 2021), An. T menangis mengeluh sakit kepala hebat,
lemas, demam dan nyeri pada tulang-tulangnya hingga merasa tidak nyaman. Ia
juga mimisan sejak kemarin malam sampai pagi ini. An. T megatakan pasrah
karena tidak kuat merasakan rasa sakitnya.
c. Riwayat penyakit terdahulu
Tidak ada
d. Riwayat penyakit keluarga
Tidak ada
e. Riwayat pembedahan
Tidak ada

3. Pola Pemenuhan Nutrisi


- Klien mengalami penurunan nafsu makan
- Klien mengeluh mual sejak 3 hari yang lalu
- Berat badan klien mengalami penurunan dari 18 kg (01 Oktober ) menjadi 15 kg (04
Oktober)
a. Pengkajian kualitas hidup
Saat ini klien membutuhkan banyak bantuan dan perawatan medis yang sering.
Tidak dapat merawat diri sendiri, memerlukan perawatan institusional setara atau
rumah sakit dan memerlukan dukungan dari keluarga maupun orang lain, penyakit
mungkin maju dengan cepat.
b. Psikososial
- Sosial/interaksi
Klien tidak dapat berinteraksi dengan teman-temannya, klien hanya ditemani oleh
ibu dan ayahnya.
- Psikologis
Klien terlihat sangat cemas dan sering menangis, klien juga mengatakan pasrah
karena tidak kuat dengan sakit yang dirasakan.
- Toleransi koping
Klien mengatakan takut dengan keadaan dirinya sekarang. Klien merasa dirinya
hanya menyusahkan ayah dan ibunya. Klien mengatakan tidak nyaman dengan
keadaannya saat ini.
c. Spiritual
Menggunakan pengkajian FICA
- Faith (keyakinan): kilen percaya tentang adanya tuhan/Allah dan dia percaya
pada agama islam
- Influence (pangaruh): klien marah karena tuhan memberikan sakit pada dirinya
bukan orang lain.
- Community (komunitas): klien mengikuti kegiatan mengaji/TPQ setiap hari di
masjid dekat rumahnya.
- Addressing Spiritual Concerns (cara mengatasi isu spiritual): keluarga klien
selalu berdoa untuk kesembuhan anaknya.
d. Pengkajian Prognosis
- Klien sudah didiagnosis pada leukemia stadium lanjut dengan prognosis buruk,
karena segala pengobatan tidak akan berpengaruh banyak pada kesembuhan
klien.
- Dokter sudah mengatakan bahwa hidupnya tidak akan lama lagi.
e. Ekonomi
- Ayah klien adalah seorang guru honorer, penghasilannya tergolong rendah.
- Keluarga ini mempunyai 2 orang anak

4. Pemeriksaan Fisik

a. Tanda-tanda Vital

TD : 96/50 mmHg,

N : 99x/menit,

RR : 30x/menit,

S : 38,6°C.

b. Body System
1. B1 (Breath)

RR 30x/menit, sesak napas, menggunakan otot bantu pernapasan yaitu otot


sternokleidomastoid.

2. B2 (Blood)

- TD 96/50 mmHg, CRT >2detik, akral dingin, HR 99x/menit, Hb: 6,7 gr/dl,
leukosit: 13,2 x 103/µl, trombosit: 99.000 mcL.

- Konjungtiva anemis

- Akral dingin

- Turgor kulit memburuk

3. B3 (Brain)

Kesadaran pasien delirium dengan GCS, yaitu : E = 4, V = 3 dan M = 4

4. B4 (Bladder)

Tidak ada gangguan

5. B5 ( Bowel)

BB turun dari 18 kg menjadi 14 kg, mual, pembesaran limfa, dan pembesaran


hati.

6. B6 ( Bone)

- Nyeri pada tulang-tulangnya sehingga pasien mengatakan sangat tidak


nyaman.

- Nyeri ini dirasakan saat klien mulai melakukan terapi medis (tanggal 01-04
Oktober )

B. Diagnosa Keperawatan

1. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional ditandai dengan tampak gelisah,


frekuensi napas dan nadi meningkat

2. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan efek samping terapi ditandai dengan
klien mengeluh tidak nyaman dan tampak menangis
3. Keputusasaan berhubungan dengan penurunan kondisi fisiologis ditandai dengan
klien mengungkapkan keputusasaan dan afek datar

C. Intervensi Keperawatan

No Diagnosis (SDKI) Luaran (SLKI) Intervensi (SIKI)


Ansietas berhubungan Setelah dilakukan asuhan Reduksi Ansietas
dengan krisis situasional keperawatan 2x24 jam, (I.09314)
ditandai dengan tampak diharapkan tingkat ansietas Terapeutik
gelisah, frekuensi napas klien menurun, dengan 1. Ciptakan suasana
dan nadi meningkat kriteria hasil terapeutik untuk
(D. 0080) Tingkat Ansietas menumbuhkan
(L.09093) kepercayaan
1. Verbalisasi khawatir 2. Temani pasien untuk
akibat kondisi yang mengurangi
dihadapi menurun kecemasan
2. Perilaku gelisah menurun 3. Pahami situasi yang
3. Perilaku tegang menurun menyebabkan ansietas

4. Frekuensi pernapasan 4. Dengarkan dengan


menurun penuh perhatian

5. Frekuensi nadi menurun 5. Gunakan pendekatan


yang tenang dan
Dukungan Sosial
meyakinkan
(L. 13113)
Edukasi
1. Bantuan yang
ditawarkan oleh keluarga 6. Anjurkan keluarga
untuk tetap bersama
dan perawat meningkat
pasien
2. Dukungan emosi yang
disediakan oleh keluarga 7. Anjurkan
mengungkapkan
dan perawat meningkat
perasaan dan persepsi
Kolaborasi
8. Kolaborasi pemberian
obat antiansietas, jika
perlu
Terapi Musik
(I.08250)
Observasi
9. Identifikasi minat
terhadap music dan
identifikasi musik
yang disukai
Terapeutik
10. Pilih musik yang
disukai
11. Posisikan dalam
posisi yang nyaman
12. Atur volume suara
yang sesuai
13. Hindari pemberian
terapi musik dalam
waktu yang lama
Edukasi
14. Anjurkan rileks
selama mendengarkan
musik
2 Gangguan rasa nyaman Setelah dilakukan asuhan Terapi Relaksasi
berhubungan dengan keperawatan 2x24 jam, (I.09326)
efek samping terapi diharapkan status Observasi
ditandai dengan klien kenyamanan klien 1. Identifikasi
mengeluh tidak nyaman meningkat, dengan kriteria penurunan tingkat
dan tampak menangis hasil energy,
(D.0074) Status Kenyamanan ketidakmampuan
(L.08064) berkonsentrasi, atau
gejala lain yang
1 Keluhan tidak nyaman mengganggu kognitif
menurun 2. Periksa frekuensi
2 Gelisah menurun nadi, tekanan darah,
3 Mual menurun dan suhu sebelum dan
sesudah latihan
4 Menangis menurun
Terapeutik
3. Ciptakan lingkungan
tenang dan tanpa
gangguan dengan
pencahayaan dan suhu
ruang yang nyaman,
jika memungkinkan
4. Gunakan nada suara
lembut dengan irama
lambat dan berirama
5. Gunakan relaksasi
sebagai strategi
penunjang dengan
analgetik atau
tindakan medis lain,
jika sesuai
Edukasi
6. Jelaskan tujuan,
manfaat, dan jenis
relaksasi yang
tersedia (misal musik)
7. Anjurkan rileks dan
merasakan sensasi
Relaksasi
8. Anjurkan sering
mengulangi atau
melatih teknik yang
dipilih
Manajemen Mual
(I.03117)
Observasi
9. Identifikasi isyarat
nonverbal
ketidaknyamanan
pada anak
10. Identifikasi faktor
penyebab mual
11. Identifikasi
antiemetik untuk
mencegah mual
12. Monitor mual dan
juga asupan nutrisi
dan kalori
Terapeutik
13. Kurangi atau
hilangkan keadaan
penyebab mual
(seperti kecemasan)
Edukasi
14. Anjurkan istirahat dan
tidur yang cukup
3 Keputusasaan berhubungan Setelah dilakukan asuhan Dukungan Emosional
dengan penurunan kondisi keperawatan 2x24 jam, (I.09256)
fisiologis ditandai dengan diharapkan harapan klien Terapeutik
klien mengungkapkan meningkat, dengan kriteria 1. Fasilitasi
keputusasaan dan afek hasil mengungkapkan
datar (D.0088) Harapan (L.09068) perasaan cemas,
1. Minat komunikasi verbal marah, atau sedih
meningkat 2. Buat pernyataan
2. Verbalisasi keputusasaan suportif atau empati
menurun 3. Lakukan sentuhan
3. Afek datar menurun untuk memberikan
dukungan
Motivasi (L.09080) 4. Kurangi tuntutan
1. Pikiran berfokus masa berpikir saat sakit
depan meningkat atau lelah
2. Upaya mencari Edukasi
dukungan sesuai 5. Anjurkan
kebutuhan meningkat mengungkapkan
3. Harga diri positif perasaan yang dialami
meningkat 6. Anjurkan
4. Keyakinan positif mengungkapkan
meningkat pengalaman
emosional
sebelumnya dan pola
respons yang biasa
digunakan

Promosi Harapan
(I.09307)

Observasi

7. Identifikasi harapan
pasien dan keluarga
dalam pencapaian
hidup
Terapeutik
8. Pandu mengingat
kembali kenangan
yang menyenangkan
9. Ciptakan lingkungan
yang memudahkan
mempraktikkan
kebutuhan spiritual
Edukasi
10. Anjurkan
mengungkapkan
perasaan terhadap
kondisi dengan
realistis
11. Anjurkan
mempertahankan
hubungan terapeutik
dengan orang tua
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Leukemia atau kanker darah adalah penyakit akibat terjadinya proliferasi (pertumbuhan
sel imatur) sel leukosit yang abnormal dan ganas, serta sering disertai dengan jumlah leukosit
yang berlebihan. Leukemia sering terjadi pada anak dibawah 15 tahun dan merupakan
penyakit kronis kedua dan ketiga sebagai penyebab kematian pada anak.
Anak penderita leukemia sangat membutuhkan perawatan yang intensif, selain terapi
farmakologi dan non farmakologi. Anak penderita leukemia juga memerlukan perawatan
untuk mencapai peningkatan kualitas hidupnya, sehingga tenaga kesehatan tidak hanya
berfokus pada kesembuhan pasien tetapi juga pada kesejahteraan pasien yang bisa dicapai
dengan pemberian perawatan paliatif.
DAFTAR PUSTAKA

Chandrayani. 2009. Gambaran Epidemiologi Kasus Leukemia Anak di Rumah Sakit


Kanker Dharmais tahun 2004-2008. Skripsi FKM-UI.

Girsang, Natalia. 2018. Skripsi Efektivitas Hipnoterapi Terhadap Penurunan Intensitas


Mual Muntah Post Kemoterapi Pada Pasien Anak Leukemia Di Rsup H. Adam
Malik Medan. Medan

Ners Handayani, Wiwik S.kep & dr. Andi Sulistyo H. 2008. Buku Ajar Asuhan
Keperawatan Dengan Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta: Salemba Medika.

Nursalam, dkk. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta : Salemba Medika.

Suriadi, dkk. 2010. Asuhan Keperawatan Anak Edisi 2. Jakarta : Sagung Seto.

Marpaung, Junierissa dan Sinaga Boneka. 2019. Dukungan Sosial Keluarga Pada Anak
Penderita Leukimia Berdasarkan Film “My Sister Keeper”. Jurnal KOPASTA, 6
(1), (2019).

Buku Petunjuk Teknis Paliatif Kanker Pada Dewasa. 2016. Kementrian kesehatan
Republik Indonesia.

Buku Petunjuk Teknis Paliatif Kanker. 2013. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

KEPMENKES RI NOMOR: 812/ MENKES/SK/VII/2007 Tentang Kebijakan Perawatan


Palliative Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Fitria, C.N. 2010. Palliative Care pada penderita Penyakit Terminal. GASTER. 7 (1:
527-535). Surakarta.

Anda mungkin juga menyukai