Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

“Konsep Asuhan Keperawatan Glaukoma”

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah II

Dosen Pengampu :

Ns. Siti Nuryanti, S.Kep.,M.Pd

Disusun Oleh:

Dwi Eprilia Purnama Putri (P07220119117)

Ericha Yulianti (P07220119118)

TINGKAT II / SEMESTER IV

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN KELAS C

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN

KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR

TAHUN AJARAN

2021

i
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena-Nya kami
dapat menyelesaikan Makalah dengan judul “Konsep Asuhan Keperawatan Glaukoma” ini
dengan baik sebagai salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah II. Kami
menyadari bahwa Makalah ini jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari
semua pihak yang bersifat membangun selalu diharapkan demi kesempurnaan Makalah ini.
Terima kasih, kami berharap semoga dengan ini dapat memberikan manfaat di masa yang
akan datang dan bisa memberikan pengetahuan kepada kita semua semoga Allah Subhanahu
wata'ala senantiasa meridhai segala usaha kita, Amin.

Balikpapan, 9 Februari 2021

Penyu
sun

i
Daftar Isi

Kata Pengantar ..............................................................................................i

Daftar Isi..........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
A. Latar Belakang ...................................................................................1
B. Tujuan..................................................................................................1
C. Sistematika Penulisan.........................................................................2

BAB II TINJAUAN TEORI………………………………………………..3


A. Pengkajian ..........................................................................................3
B. Diagnosa ..............................................................................................4
C. Intervensi.............................................................................................10
D. Implementasi.......................................................................................14
E. Evaluasi................................................................................................17

BAB III PENUTUP.........................................................................................20


A. Kesimpulan..........................................................................................20
B. Saran ...................................................................................................20

Daftar Pustaka................................................................................................21

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mata merupakan salah satu panca indera yang sangat penting untuk kehidupan
manusia. Terlebih lebih dengan majunya teknologi, indra penglihatan yang baik
merupakan kebutuhan yang tidak dapat diabaikan. Apalagi dengan sempitnya
lapangan kerja, hanya orang-orang yang sempurna dengan segala indranya saja
yangmendapat kesempatan kerja termasuk matanya.mata merupakan anggota badan
yang sangat peka. Trauma seperti debu sekecil apapun yang masuk kedalam mata,
sudah cukup untuk menimbulkan gangguan yang hebat, apabila keadaan ini
diabaikan, dapat menimbulkan penyakit yang sangat gawat.Salah satu penyakitnya
yaitu glaucoma
Glaukoma adalah penyebab kebutaan kedua terbesar di dunia setelah katarak.
Diperkirakan 66 juta penduduk dunia sampai tahun 2010 akan menderita gangguan
penglihatan karena glaukoma. Kebutaan karena glaukoma tidak bisa disembuhkan,
tetapi pada kebanyakan kasus glaukoma dapat dikendalikan.Glaukoma disebut
sebagai pencuri penglihatan karena sering berkembang tanpa gejala yang nyata.
Penderita glaukoma sering tidak menyadari adanya
gangguan penglihatan sampai terjadi kerusakan penglihatan yang sudah lanjut.
Diperkirakan 50% penderita glaukoma tidak menyadari mereka menderita penyakit
tersebut.Karena kerusakan yang disebabkan oleh glaukoma tidak dapat diperbaiki,
makadeteksi, diagnosa dan penanganan harus dilakukan sedini mungkin
B. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas struktur
sistem persepsi sensori indra penglihat
dan untuk memberikan wawasan kepada mahasiswa/i tentang glaukoma dan asuhan
keperawatan pada pasien dengan penyakit glukoma.

1
2
C. Sistematika Penulisan

Penulis membagi penulisan ini menjadi 3 bab, yang terdiri dari :


BAB I : Pendahuluan
Terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, dan sistematika
penulisan.
BAB II : Tinjauan Teori
BAB III : Penutup
Terdiri dari kesimpulan dan saran

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengkajian
A. Identitasa.
1)  Nama 
2) Alamat
3) Jenis kelamin
4) Umur, glaukoma primer terjadi pada individu berumur > 40 tahun.
5) Ras, kulit hitam mengalami kebutaan akibat glaukoma paling sedikit 5 kalidari
kulit putih (dewit, 1998).
6) Pekerjan, terutama yang beresiko besar mengalami trauma mata
B. Riwayat kesehatana.
1) Keluhan utama: Pasien biasanya mengeluh berkurangnya lapang pandangdan
mata menjadi kabur. 
2) Riwayat kesehatan sekarang: Pasien mengatakan matanya kabur dansering
menabrak, gangguan saat membaca.
3) Riwayat kesehatan dahulu: kaji adanya masalah mata sebelumnya
atau pada saat itu, riwayat penggunaan antihistamin (menyebabkan dilatasi pu
pil yang akhirnya dapat menyebabkan Angle Closume Glaucoma),riwayat
trauma (terutama yang mengenai mata), penyakit lain yang sedangdiderita
(DM, Arterioscierosis, Miopia tinggi).
4) Riwayat kesehatan keluarga: kaji apakah ada kelurga yang menglami penyakit
glaucoma sudut terbuka primer.
C. Psikososial : kaji kemampuan aktivitas, gangguan membaca, resiko
jatuh, berkendaraan 
D. Pemeriksaan fisik
1) Pemeriksaan fisik dilakukan dengan menggunakan oftalmoskop
untukmengetahui adanya cupping dan atrofi diskus optikus. Diskus
optikusmenjadi lebih luas dan lebih dalam. Pada glaucoma akut primer,
kameraanterior dangkal, akues humor keruh dan pembuluh darah menjalar
keluardari iris.
2) Pemeriksaan lapang pandang perifer, pada keadaan akut lapang pandangcepat
menurun secara signifikan dan keadaan kronik akan menurun secara bertahap.

3
3) Pemeriksaan fisik melalui inspeksi untuk mengetahui adanya inflamasimata,
sklera kemerahan, kornea keruh, dilatasi pupil sedang yang
gagal bereaksi terhadap cahaya. Sedangkan dengan palpasi untuk memeriksam
ata yang mengalami peningkatan TIO, terasa lebih keras dibanding matayang
lain.
4) Uji diagnostik menggunakan tonometri, pada keadaan kronik atau openangle
didapat nilai 22-32 mmHg, sedangkan keadaan akut atau angle closure ≥ 30
mmHg. Uji dengan menggunakan gonioskopi akan didapatsudut normal pada
glaukoma kronik. Pada stadium lanjut, jika telah timbulgoniosinekia
(perlengketan pinggir iris pada kornea/trabekula) maka sudutdapat tertutup.
Pada glaukoma akut ketika TIO meningkat, sudut COAakan tertutup, sedang
pada waktu TIO normal sudutnya sempit. (Indriana N dan Istiqomah; 2004)

B. Diagnosa Keperawatan
1. D. 0077 Nyeri b.d agen pencedera fisik
- Definisi
Pengalaman sensori atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan
actual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas
ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan.
- Penyebab
1. Agen pencedera fisiologis (mis. Inflamasi, iskemik, neoplasma)
2. Agen pencedera kimiawi (mis. Terbakar, bahan kimia iritan)
3. Agen pencedera fisik (mis. Abses, amputasi, terbakar, terpotong, mengangkat
berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan)
- Gelaja dan Tanda Mayor
Subjektif
1. Mengeluh nyeri

Objektif

1. Tampak meringis
2. Bersikap protektif (mis. Waspada, posisi menghindari nyeri)
3. Gelisah
4. Frekuensi nadi meningkat
5. Sulit tidur

4
- Gejala dan Tanda Minor
Subjektif
(tidak tersedia)
Objektif
1. Tekanan darah meningkat
2. Pola napas berubah
3. Nafsu makan berubah
4. Proses berpikir terganggu
5. Menarik diri
6. Berfokus pada diri sendiri
7. Diaforesis
- Kondisi Klinis Terkait
1. kondisi pembedahan
2. cedera traumatis
3. infeksi
4. syndrome korener akut
5. glaucoma
2. D. 0085 Gangguan persepsi sensori b.d gangguan penglihatan
- Definisi
Perubahan presepsi terhadap stimulus baik internal maupun eksternal
yang disertai dengan respon yang berkurang, berlebihan atau terdistorsi.
- Penyebab
1. Gangguan penglihatan
2. Gangguan pendengaran
3. Gangguan penghiduan
4. Gangguan perabaan
5. Hipoksia serebral
6. Penyalahgunaan zat
7. Usia lanjut
8. Pemanjanan toksin lingkungan
- Gelaja dan Tanda Mayor
Subjektif
1. Mendengar suara bisikan atau melihat bayangan
5
2. Merasakan sesuatu melalui indera perabaan, penciuman, perabaan, atau
pengecapan.
Objektif
1. Distorsi sensori
2. Respon tidak sesuai
3. Bersikap seolah melihat, medengar, mengecap, meraba, atau mencium
sesuatu.
- Gejala dan Tanda Minor
Subjektif
1. Menyatakan kesal
Objektif
1. Menyendiri
2. Melamun
3. Konsentrasi buruk
4. Disorientasi waktu, tempat orang atau situasi
5. Curiga
6. Melihat e satu arah
7. Mondar-mandir
8. Bicara sendiri
- Kondisi Klinis Terkait
1. Glaucoma
2. Katarak
3. Gangguan refraksi (miopoa, hyperopia, astigmatisma, presbiopia)
4. Trauma okuler
5. Trauma pada saraf kranials II,III,IV, dan VI akibat stroke, aneurisma,
intracranial, trauma/tumor otak)
6. Infeksi okuler
7. Presbikusis
8. Malfungsi alat bantu dengar
9. Delirium
10. Demensia
11. Gangguan amnestic
12. Penyakit terminal
13. Gangguan psikotik
6
3. D. 0080 Ansietas b.d krisis situasional
- Definisi
Kondisi emosi dan pengalaman subjektif individu terhadap objek yang
tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan individu
melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman.
- Penyebab
1. Krisis situsional
2. Kebutuhan tidak terpenuhi
3. Krisis maturasional
4. Ancaman terhadap konsep diri
5. Ancaman terhadap kematian
6. Kekahwatiran mengalami kegagalan
7. Disfungsi system keluarga
8. Hubungan orang tua-anak tidak memuaskan
9. Factor keturunan (Temperamen mudah teragitasi sejak lahir)
10. Penyalahgunaan zat
11. Terpapar bahaya lingkungan (mis. Toksin, polutan, dan lain-lain)
12. Kurang terpapar informasi
- Gelaja dan Tanda Mayor
Subjektif
1. Merasa bingung
2. Merasa kahwatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi
3. Sulit berkonsentrasi
Objektif
1. Tampak gelisah
2. Tampak tegang
3. Sulit tidur
- Gejala dan Tanda Minor
Subjektif
1. Mengeluh pusing
2. Anoreksia
3. Palpitasi
4. Merasa tidak berdaya
Objektif
7
1. Frekuensi napas meningkat
2. Frekuensi nadi meningkat
3. Tekanan darah meningkat
4. Diaphoresis
5. Tremor
6. Muka tampak pucat
7. Suara bergetar
8. Kontak mata buruk
9. Sering berkemih
10. Berorientasi pada masa lalu
- Kondisi Klinis Terkait
1. Penyakit kronis progresif (mis. Kanker, penyakit autoimun)
2. Peyakit akut
3. Hospitalisasi
4. Rencana operasi
5. Kondisi diagnosis penyakit belum jelas
6. Penyakit neurologi
7. Tahap tumbuh kembang
4. D. 0111 Defisit pengetahuan b.d ketidak tahuan menemukan sumber informasi

- Definisi
Ketiadaan atau kurangnya informasi kongnitif yang berkaitan dengan
topik tertentu.
- Penyebab
1. Keteratasan konginitif
2. Gangguan fungsi konginitif
3. Kekeliruan mengikuti anjuran
4. Kurang terpapar informasi
5. Kurang minat dalam belajar
6. Kurang mampu mengingat
7. Ketidak tahuan menemukan sumber informasi
- Gelaja dan Tanda Mayor
Subjektif
1. Menanyakan masalah yang dihadapi
8
Objektif
1. Menunjukan perilaku tidak sesuai anjuran
2. Menunjukkan presepsi yang keliru terhadap masalah
- Gejala dan Tanda Minor
Subjektif
1. (tidak tersedia)
Objektif
1. Menjalani pemeriksaan yang tidak tepat
2. Menunjukan perilaku berlebihan (mis. Apatis, bermusuhan, agitasi,
histeria)
- Kondisi Klinis Terkait
1. Kondisi klinis yang baru dihadapi oleh klien
2. Penyakit akut
3. Penyakit kronis
5. D. 0136 Risiko cedera d.d (eksternal) ketidakamanan transportasi (internal)
perubahan fungsi konginitif.
- Dfinisi
Bersiko mengalami bahaya atau kerusakan fisik yamg menyebabkan
seseorang tidak lagi sepenuhnya sehat atau Dallam kondisi baik.
- Factor resiko

Eksternal

1. Terpapar pathogen
2. Terpapar zat kimia toksik
3. Terpapar agen nosocomial
4. Ketidakamanan transportasi

Internal

1. Ketidaknormalan profil darah


2. Perubahan orientasi afektif
3. Perubahan sensasi
4. Disfungsi autoimun
5. Disfungsi biokimia
6. Hipoksia jaringan

9
7. Kegagalan mekanisme pertahanan tubuh
8. Malnutrisi
9. Perubahan fungsi psikomotor
10. Perubahan fungsi kongnitif
- Kondis klinis terkait
1. Kejang
2. Sinkop
3. Vertigo
4. Gangguan penglihatan
5. Gangguan pendengaran
6. Penyakit Parkinson
7. Hipotensi
8. Kelainan nervus vestibularis
9. Retadasi mental
C. Intervensi

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria


Intervensi
. Keperawatan Hasil
1. Nyeri akut (D. 0077) Tingkat Nyeri (L.08066) Manajemen Nyeri (I.08238)
Penyebab: Setelah dilakukan asuhan Observasi:
Agen pencedera fisik keperawatan selama 3x24 1. Identifikasi lokasi,
(mis. abses, amputasi, jam diharapkan nyeri karakteristik, durasi,
terbakar, terpotong, yang dialami klien frekuensi, kualitas,
mengangkat berat, menurun dengan kriteria
intensitas nyeri.
prosedur operasi, hasil:
trauma, latihan fisik 2. Identifikasi skala nyeri.
berlebihan). 1. Keluhan nyeri 3. Identifikasi respon nyeri
menurun. nonverbal.
2. Meringis menurun. 4. Monitor efek samping
3. Pupil dilatasi penggunaan analgetik.
menurun. Terapeutik:
4. Muntah menurun. 1. Pertimbangkan jenis dan
5. Mual menurun. sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri.
Edukasi:
1. Jelaskan penyebab, periode
dan pemicu nyeri.
2. Jelaskan strategi meredakan
nyeri.
3. Anjurkan menggunakan

10
analgetic secara tepat.
Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu.

2. Gangguan persepsi Persepsi Sensori Minimalisasi Rangsangan


sensori (D.0085) (L.09083) (I.08241)
Penyebab: Setelah dilakukan asuhan
Observasi:
Gangguan penglihatan. keperawatan selama 3x241. Periksa status mental, status
jam diharapkan persepsi sensori, dan tingkat
sensori klien membaik kenyamanan (mis. nyeri,
dengan kriteria hasil:
kelelahan).
1. Verbalisasi melihat Terapeutik:
bayangan meningkat. 1. Diskusikan tingkat toleransi
2. Respon sesuai terhadap beban sensori
stimulus meningkat. (mis. terlalu terang).
2. Batasi stimulus linkungan
(mis. cahaya, aktivitas).
3. Kombinasikan
prosedur/tindakan dalam
satu waktu, sesuai
kebutuhan.
Edukasi:
1. Ajarkan cara
meminimalisasi stimulus
(mis. mengatur
pencahayaan ruangan,
membatasi kunjungan).
Kolaborasi:
1. Kolaborasi dalam
meminimalkan
prosedur/tindakan.
2. Kolaborasikan pemberian
obat yang mempengaruhi
persepsi stimulus.

3. Ansietas (D.0080) Tingkat Ansietas Reduksi Ansietas (I.09314)


Penyebab: (L.09093) Observasi:
Krisis situasional. Setelah dilakukan asuhan 1. Identifikasi saat tingkat
keperawatan selama 3x24 ansietas berubah (mis.
jam diharapkan ansietas kondisi, waktu, stresor).
yang dialami klien
2. Identifikasi kemampuan
menurun dengan kriteria
hasil: mengambil keputusan.
3. Monitor tanda-tanda
1. Verbalisasi khawatir ansietas (verbal dan

11
akibat kondisi yang nonverbal).
dihadapi menurun. Terapeutik:
2. Perilaku gelisah 1. Temani pasien untuk
menurun. mengurangi kecemasan,
3. Perilaku tegang jika memungkinkan.
menurun. 2. Gunakan pendekatan yang
tenang dan meyakinkan.
3. Motivasi mengidentifikasi
situasi yang memicu
kecemasan.
4. Diskusikan perencanaan
realistis tentang peristiwa
yang akan datang.
Edukasi:
1. Jelaskan prosedur, termasuk
sensasi yang mungkin
dialami.
2. Anjurkan keluarga untuk
tetap bersama pasien, jika
perlu.
3. Latih kegiatan pengalihan
untuk mengurangi
ketegangan.
Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian obat
antiansietas, jika perlu.

4. Defisit pengetahuan Tingkat Pengetahuan Edukasi Kesehatan (I.12383)


(D.0111) (L.12111) Observasi:
Penyebab: Setelah dilakukan asuhan 1. Identifikasi kesiapan dan
Ketidaktahuan keperawatan diharapkan kemampuan menerima
menemukan sumber tingkat pengetahuan klien informasi.
informasi. meningkat dengan
Terapeutik:
kriteria hasil:
1. Sediakan materi dan media
1. Perilaku sesuai pendidikan kesehatan.
anjuran meningkat. 2. Jadwalkan pendidikan
2. Verbalisasi minat kesehatan sesuai
dalam belajar kesepakatan.
meningkat. 3. Berikan kesempatan untuk
3. Pertanyaan tentang bertanya.
masalah yang Edukasi:
dihadapi menurun. 1. Jelaskan faktor risiko yang
dapat mempengaruhi
kesehatan.
2. Ajarkan perilaku hidup

12
bersih dan sehat.
3. Ajarkan strategi yang dapat
digunakan untuk
meningkatkan perilaku
hidup bersih dan sehat.

5. Resiko Cedera Tingkat Cedera Pencegahan Cedera (I.14537)


(D.0136) (L.14136) Observasi:
Faktor Resiko: Setelah dilakukan asuhan 1. Identifikasi area lingkungan
Eksternal keperawatan selama 3x24 yang berpotensi
1. Ketidakamanan jam diharapkan cedera menyebabkan cedera.
transportasi. yang akan dialami klien
2. Identifikasi obat yang
Internal menurun dengan kriteria
hasil: berpotensi menyebabkan
1. Perubahan fungsi
cedera.
kognitif. 1. Kejadian cedera Terapeutik:
menurun. 1. Sediakan pencahayaan yang
2. Ekspersi wajah memadai.
kesakitan menurun. 2. Sosialisasikan pasien dan
keluarga dengan lingkungan
ruang rawat (mis.
penggunaan telepon, tempat
tidur, penerangan ruangan,
dan lokasi kamar mandi).
3. Pastikan bel panggilan atau
telepon mudah dijangkau.
4. Pastikan barang-barang
pribadi mudah dijangkau.
5. Diskusikan bersama
anggota keluarga yang
dapat mendampingi pasien.
6. Tingkatkan frekuensi
observasi dan pengawasan
pasien, sesuai kebutuhan.
Edukasi:
1. Anjurkan berganti posisi
secara perlahan dan duduk
selama beberapa menit
sebelum berdiri.

D. Implementasi

Diagnosa
Tanggal Implementasi Paraf
Keperawatan
8 Februari Dx.1 09.00 Dwi

13
2021 1. Mengidentifikasi lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas nyeri.
2. Mengidentifikasi skala nyeri.
3. Mengidentifikasi respon nyeri
nonverbal.
4. Mempertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri.

13.00
1. Menjelaskan penyebab, periode
dan pemicu nyeri.
2. Menjelaskan strategi meredakan
nyeri.
3. Menganjurkan menggunakan
analgetic secara tepat.

8 Februari Dx.2 09.10 Dwi


2021 1. Memeriksa status mental, status
sensori, dan tingkat kenyamanan
(mis. nyeri, kelelahan).
2. Mendiskusikan tingkat toleransi
terhadap beban sensori (mis.
terlalu terang).
3. Membatasi stimulus linkungan
(mis. cahaya, aktivitas).
4. Mengajarkan cara meminimalisasi
stimulus (mis. mengatur
pencahayaan ruangan, membatasi
kunjungan).
5. Mengkolaborasikan pemberian
obat yang mempengaruhi persepsi
stimulus.

8 Februari Dx.3 09.30 Dwi


2021 1. Mengidentifikasi saat tingkat
ansietas berubah (mis. kondisi,
waktu, stresor).
2. Mengidentifikasi kemampuan
mengambil keputusan.
3. Menemani pasien untuk
mengurangi kecemasan, jika

14
memungkinkan.
4. Menggunakan pendekatan yang
tenang dan meyakinkan.
5. Menjelaskan prosedur, termasuk
sensasi yang mungkin dialami.
6. Menganjurkan keluarga untuk
tetap bersama pasien, jika perlu.

13.20
1. Memonitor tanda-tanda ansietas
(verbal dan nonverbal).
2. Memotivasi mengidentifikasi
situasi yang memicu kecemasan.
3. Mendiskusikan perencanaan
realistis tentang peristiwa yang
akan datang.
4. Melatih kegiatan pengalihan untuk
mengurangi ketegangan.
5. Mengkolaborasikan pemberian
obat antiansietas, jika perlu.

8 Februari Dx.4 09.40 Dwi


2021 1. Mengidentifikasi kesiapan dan
kemampuan menerima informasi.
2. Menjadwalkan pendidikan
kesehatan sesuai kesepakatan.

8 Februari Dx.5 09.55 Dwi


2021 1. Mengidentifikasi area lingkungan
yang berpotensi menyebabkan
cedera.
2. Mengidentifikasi obat yang
berpotensi menyebabkan cedera.
3. Meningkatkan frekuensi observasi
dan pengawasan pasien, sesuai
kebutuhan.

13.40
1. Menyediakan pencahayaan yang
memadai.
2. Mensosialisasikan pasien dan
keluarga dengan lingkungan ruang
rawat (mis. penggunaan telepon,
tempat tidur, penerangan ruangan,
dan lokasi kamar mandi).

15
3. Memastikan bel panggilan atau
telepon mudah dijangkau.
4. Memastikan barang-barang
pribadi mudah dijangkau.
5. Mendiskusikan bersama anggota
keluarga yang dapat mendampingi
pasien.
6. Menganjurkan berganti posisi
secara perlahan dan duduk selama
beberapa menit sebelum berdiri.

E. Evaluasi

Diagnosa
Tanggal Evaluasi
Keperawatan
8 Februari 2021 Dx.1 S: Pasien mengatakan bahwa nyeri berkurang.
Jam 13.10 O: Skala nyeri 5
A: Masalah teratasi sebagian.
P: Lanjutkan intervensi
1. Mengidentifikasi skala nyeri.
2. Mengidentifikasi respon nyeri nonverbal.
3. Memonitor efek samping penggunaan analgetik.
4. Menjelaskan penyebab, periode dan pemicu
nyeri.
5. Menjelaskan strategi meredakan nyeri.
6. Menganjurkan menggunakan analgetic secara
tepat.

8 Februari 2021 Dx.2 S: Pasien mengatakan bahwa tidak begitu jelas saat
Jam 09.20 melihat objek disekitarnya.
O: TIO 25 mmHg
A: Masalah belum teratasi.
P: Lanjutkan intervensi
1. Memeriksa status mental, status sensori, dan
tingkat kenyamanan (mis. nyeri, kelelahan).
2. Membatasi stimulus linkungan (mis. cahaya,
aktivitas).
3. Mengajarkan cara meminimalisasi stimulus (mis.
mengatur pencahayaan ruangan, membatasi
kunjungan).
4. Mengkolaborasikan pemberian obat yang
mempengaruhi persepsi stimulus.

8 Februari 2021 Dx.3 S: Pasien mengatakan bahwa kekhawatirannya

16
Jam 13.30 berkurang.
O: wajah klien sudah tidak terlalu gelisah dan tegang.
A: Masalah teratasi sebagian.
P: Lanjutkan Intervensi
1. Mengidentifikasi saat tingkat ansietas berubah
(mis. kondisi, waktu, stresor).
2. Menemani pasien untuk mengurangi kecemasan,
jika memungkinkan.
3. Menggunakan pendekatan yang tenang dan
meyakinkan.
4. Menganjurkan keluarga untuk tetap bersama
pasien, jika perlu.
5. Memonitor tanda-tanda ansietas (verbal dan
nonverbal).
6. Memotivasi mengidentifikasi situasi yang
memicu kecemasan.
7. Melatih kegiatan pengalihan untuk mengurangi
ketegangan.
8. Mengkolaborasikan pemberian obat antiansietas,
jika perlu.
8 Februari 2021 Dx.4 S: Pasien mengatakan bahwa klien siap menerima
Jam 09.50 informasi mengenai glaukoma.
O:
A: Masalah belum teratasi.
P: Lanjutkan intervensi
1. Menyediakan materi dan media pendidikan
kesehatan.
2. Memberikan kesempatan untuk bertanya.
3. Menjelaskan faktor risiko yang dapat
mempengaruhi kesehatan.
4. Mengajarkan perilaku hidup bersih dan sehat.
5. Mengajarkan strategi yang dapat digunakan untuk
meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat.

8 Februari 2021 Dx.5 S: Pasien mengatakan bahwa pasien akan lebih berhati-
Jam 13.50 hati.
O: Lingkungan klien bersih dan rapi dari benda-benda
yang menyebabkan cedera.
A: Resiko cedera tidak akan terjadi.
P: Lanjutkan intervensi
1. Memastikan bel panggilan atau telepon mudah
dijangkau.
2. Memastikan barang-barang pribadi mudah
dijangkau.
3. Meningkatkan frekuensi observasi dan
pengawasan pasien, sesuai kebutuhan.

17
4. Menganjurkan berganti posisi secara perlahan dan
duduk selama beberapa menit sebelum berdiri.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Glaukoma adalah salah satu jenis penyakit mata dengan gejala yang
tidaklangsung, yang secara bertahap menyebabkan penglihatan pandangan mata
semakinlama akan semakin berkurang sehingga akhirnya mata akan menjadi buta. Hal
inidisebabkan karena saluran cairan yang keluar dari bola mata terhambat sehingga
bolamata akan membesar dan bola mata akan menekan saraf mata yang berada
di belakang bola mata yang akhirnya saraf mata tidak mendapatkan aliran darahsehing
ga saraf mata akan mati

18
B. Saran
Dalam berusaha melengkapi makalah ini, tentu ada sesuatu yang kurang dan
kami sebagai penulis, baik dari pembahasan ataupun dari segi tulisan menyadari akan
hal demikian. Maka dari itu kami akan berusaha lebih baik dengan selalu
mengedepankan sumber-sumber yang lebih layak sebagai referensi. Kami sangatlah
mengharapkan masukan baik berupa kritik maupun saran sehingga dapat menjadi
sebuah intropeksi dari karya kami sebagai semangat dan landasan baru untuk terus
berinovasi dan berkarya.

DAFTAR PUSTAKA

Kurdani, R. A. (2018). Askep Glaukoma. Retrieved from Askep Glaukoma.docx:


https://www.academia.edu/

19

Anda mungkin juga menyukai