Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN

KEPERAWATAN DENGAN DIAGNOSA

MEDIS OSTEOMIELITIS

Oleh :

Karienda Mareta Herdiasari 1440121025


Kharisma Siti Romelah 1440121026

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RUSTIDA

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

KRIKILAN – GLENMORE – BANYUWANGI

2023
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi
Osteomielitis merupakan suatu istilah yang merujuk pada inflamasi tulang yang
disebabkan oleh infeksi. Penyebab jenis infeksi ini lebih sulit jika dibandingkan dengan
infeksi jaringan lunak dikarenakan oleh terbatasnya kemampuan pergantian tulang yang
dihancurkan oleh infeksi.
Osteomielitis dapat menyebabkan masalah kronis yang akan mempengaruhi kualitas
hidup seseorang atau bahkan dapat mengakibatkan hilangnya fungsi ekstremitas.
Osteomielitis cenderung terjadi pada anak dan remaja. Namun demikian osteomielitis
dapat menyerang semua usia. Pada umumnya, kasus pada usia dewasa banya ditemukan
pada laki-laki dibandingkan dengan perempuan.

B. Etiologi
Penyebab osteomielitis terdiri dari endogen dan eksogen. Endogen ( hematogen)
disebabkan oleh patogen yang dibawa dalam darah dari tempat infeksi dimana pun
diseluruh tubuh. Osteomielitis yang disebakan oleh penyebaran hematogen ini umumnya
terjadi pada tempat terjadinya trauma karena ketahanan terhadap infeksi yang rendah.
Eksogen disebabkan oleh infeksi yang masuk dariluar tubuh misalnya fraktur terbuka,
luka tusuk, atau prosedur operasi. Penyebab osteomielitis lainnya yaitu tonsil yang
terinfeksi , gigi yang terinfeksi ataupun infeksi saluran pernapasan bagian atas.

C. Manifestasi klinis
Gejala osteomielitis diantara lain :
a. Seperti demam , limfa denepati, nyeri local, bengkak,
b. Nyeri tekan klien menggambarkan nyeri konstan berdenyut yang semakin memberat
dengan gerakan dan berhubungan dengan tekanan pus yang terkumpul.
c. Gejala yang muncul secara mendadak misalnya menggigil, demam tinggi, denyut
nadi cepat , anoreksia , dan malaise.
d. Setelah infeksi menyebar dari rongga sumsum ke korteks tulang, maka akan
mengenai perosteum dan jaringan lunak serta bagian yang terinfeksi menjadi nyeri
dan bengkak.
e. Terlihat pus yang selalu mengalir keluar dari sinus atau mengalami priode nyeri
berulang, pembengkakakan, dan pengeluaran pus.
D. Klasisfikasi
Osteomielitis dibagi dua yaitu :
a. Osteomielitis primer : osteomielitis mencapai tulang secara langsung melalui luka
b. Osteomielitis sekunder : osteomielitis mencapai tulang melalui aliran darah dari
suatu infeksi di tempat lain ( misalnya infeksi saluran napas dan infeksi
genitourinarial)

E. Patofisiologi
Tanpa melihat sumber pathogen, curu patologis dari tulang sama dengan jaringan
tubuhlainnya. Respons awal terhadap infeksi pathogen yaitu reaksi inflamasi. Reaksi
inflamasi pada tulang berupa peningkatan vaskularisasi , edema , aktifitas leukosit yang
meningkat dan pembentukan abses. Setelah inflamasi dimulai, maka akan terjadi
thrombosis pembuluh darah pada tempat tersebut . eksudat inflamasi meluas kedalam
metafisi dan rongga sum sum tulang. Pada anak-anak, eksudat yang mencapai permukaan
luar korteks membentuk abses yang mengangkat periosteum dari tulang. Kondisi ini
mengakibatkan iskemia dengan nekrosis tulang menghasilkan sequestrum ( jaringan
tulang yang mati).
Pengangkatan perioesteum juga menghasilkan respons osteoblastik dimana terjadi
pertumbuhan tulang baru ( involukrum) yang mengelilingi sequestrum. Pembukaan
involikrum memungkikan eksudat ke dalam jaringan lunak sekitar dan melalui kulit. Pada
usia dewasa, komplikasi ini jarang terjadi karena periosterum melekat dengan kuat pada
korteks. Namun, infeksi merusak korteks yang membuat tulang rentan terkena fraktur
patologis.
F. Pathway

G. Komplikasi
Beberapa komplikasi yang mungkin timbul akibat osteomielitis antara lain menurut
(Ifeany 2023) :
a. Artritis septik
b. Fraktur patologis
c. Karsinoma sel skuamosa
d. Membentuk saluran sinus
e. Amyloidosis( jarang)
f. Abses
g. Deformitas tulang
h. Infeksi sitemik
i. Infeksi jaringan terdekat
H. Pemeriksaan penunjang
a. Osteomielitis akut :
Foto rontgen : menunjukan pembengkakan jaringan lunak , terdapat daerah
dekalsifikasi irregular dan nekrosis tulang baru
Bone scan dan MRI : membantu diagnosis defisit awal
Pemeriksaan darah : memperlihatkan peningkatan leukosist dan peningkatan laju
endap darah.
Kultur darah dan Kultur Abses : menentukan jenis antibiotic yang sesuai.
b. Osteomielitis kronis :
Foto rontgen : memperlihatkan ukuran yang besar, kavitas irregular,
peningkatan periosteum,sequestrum atau pembentukan tulang padat
Bone scan : mengidentifikasi area infeksi.
Pemeriksaan darah : laju endap darah dan jumlah leukosit biasanya normal.
Pemeriksaan kultur darah dan abses : menetukan organisme infektif dan terapi
antibiotik yang tepat.
I. Penatalaksanaan
Tujuan awal terapi yang diberikan yaitu mengontrol dan menghentikan proses
infeksi.Sejumlah contoh terapi yang diberikan antara lain :
a. Pemberian terapi antibiotic intravena
Setelah hasil specimen kultur diperoleh,pemberian terapi antibiotic intravena
dapat segera diberikan dengan asumsi bahwa infeksi Staphylococcus peka terhadap
penisilin semisintetik atau sefalosporin.Tujuannya yaitu mengontrol infeksi sebelum
aliran darah ke area tersebut menurun akibat terjadinya thrombosis.Pemberian dosis
antibiotic secara kontinu tepat waktu sangat penting agar kadar antibiotic dalam
darah dapat dipertahankan tetap tinggi.Antibiotik yang paling sensitive terhadap
organisme penyebab diberikan jika telah diketahui biarkan dan sensitifnya.Jika
infeksi tampak telah terkontrol maka antibiotic dapat diberikan per oral dan
dilanjutkan sampai 3 bulan. Untuk meningkatkan absorpsi antibiotic oral,sebaiknya
tidak diminum bersama dengan makanan.
b. Pembedahan
Jika terapi antibiotic tidak direspon oleh tubuh klien atau kondisi kronis,maka
tulang yang mengalami infeksi harus dilakukan pembedahan.Jaringan purulent dan
nekrotik yang ada sebaiknya diangkat dan area tersebut dialiri dengan larutan normal
saline steril secara langsung.Sementara itu,terapi antibiotic tetap dilanjutkan.
Pada osteomielitis kronis,antibiotik merupakan adjuvan terhadap debridemen
bedah.Salah satu tindakan yang dilakukan yaitu sequestrektomi (pengangkatan
involukrum secukupnya agar ahli bedah dapat mengangkat sequestrum).Semua
tulang dan kartilago yang terinfeksi dan mati sebaiknya diangkat agar dapat terjadi
penyembuhan yang permanen.
Penutupan luka dibuat dengan rapat untuk menutup rongga mati (dead space) atau
dipasang tampon agar rongga tersebut dapat diisi oleh jaringan granulasi atau
dilakukan grafting di kemudian hari. Drainase yang memiliki penghisap dapat
dipasang untuk mengontrol hematoma dan membuang debris.Penggunaan normal
saline untuk irigasi luka sebaiknya dilakukan selama 7 – 8 hari. Tindakan irigasi ini
dapat beresiko infeksi.Oleh karena itu,untuk mengurangi infeksi sebaiknya dilakukan
dengan prosedur aseptic.
Tindakan debridemen bedah dapat mengakibatkan tulang melemah sehingga
memerlukan stabilisasi atau alat penyokong,misalnya fiksasi interna atau alat
penyokong eksterna untuk mencegah terjadinya patah tulang

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
a) Identifikasi klien
Terdiri dari nama, jenis kelamin, usia, status perkawinan, agama, suku bangsa,
pendidikan,bahasa yang digunakan, pekerjaan dan alamat.
b) Keluhan Utama
Pada kasus osteomielitis adalah nyeri hebat.
c) Riwayat kesehatan sekarang
Kaji adanya riwayat trauma fraktur terbuka (kerusakan pembuluh darah,
edema,hematoma, dan hubungannya fraktur dengan dunia luar sehingga pada fraktur
terbuka umumnya terjadi infeksi), riwayat operasi tulang dengan pemasangan fiksasi
internal dan fiksasi eksternal (invasi bakteri disebabkan oleh lingkungan bedah) dan
pada osteomielitis kronis penting ditanyakan apakah pernah mengalami osteomielitis
akut yang tidak diberi perawatan adekuat sehinggamemungkinkan terjadinya proses
supurasi tulang.
d) Riwayat kesehatan masa lalu
Identifikasi adanya trauma tulang, fraktur terbuka,atau infeksi lainnya (bakteri
pneumonia,sinusitis,kulit atau infeksi gigi dan infeksi saluran kemih) pada masalalu.
Tanyakan mengenai riwayat pembedahan tulang.
e) Riwayat kesehatan keluarga
Adakah dalam keluarga yang menderita penyakit keturunan.
f) Pemeriksaan fisik.
Keadaan Umum: Pasien tampak lemas
Tingkat kesadaran: Tingkat kesadaran biasanya compos mentis
Tanda-tanda vital tidak normal, terutama pada osteomielitis
g) Pengkajian fisik
a. Keadaan Umum: pasien tampak lemas
b. Tanda-tanda vital tidak normal, terutama pada osteomielitis
c. B1(Breathing)
Pada inspeksi, didapatkan bahwa klien osteomielitis tidak mengalami kelainan
pernafasan. Pada palpasi toraks, ditemukan taktil fremitus seimbang kanan dan kiri.
Pada auskultasi, tidak didapatkan suara nafas tambahan
d. B2(Blood)
Pada inspeksi, tidak tampak iktus jantung. Palpasi menunjukkan nad imeningkat,
iktus tidak teraba.
e. B3(Brain)
Tingkat kesadaran biasanya compos mentis
Kepala : tidak ada gangguan
Leher : tidak ada gangguan
Wajah : terlihat menahan sakit, tidak ada perubahan fungsi atau bentuk
Mata : tidak ada gangguan
Telinga : tidak ada gangguan
Hidung : tidak ada deformitas atau cuping hidung
Mulut : tidak ada gangguan
f. B4(Bladder)
Pengkajian terhadap urine meliputi warna, jumlah, karakteristik, dan berat jenis.
Biasanya klien osteomyelitis tidak mengalami kelainan pada system ini
g. B5(Bowel)
Pola nutrisi dan metabolism klien osteomyelitis harus mengkonsumsi
nutrisimelibihi kebutuhan sehari-hari, seperti kalsium, zat besi, protein, vitamin
C,dan lainnya untuk membantu proses penyembuhan infeksi tulang.
h. B6(Bone)
Adanya osteomielitis kronis dengan proses supurasi di tulang danosteomielitis yang
menginfeksi sendi akan mengganggu fungsi motorik klien.Kerusakan integritas
jaringan pada kulit karena adanya luka disertai dengan pengeluaran pus atau cairan
bening berbau khas
i. Look
Pada osteomyelitis hematogen akut akan ditemukan gangguan pergerakansendi
karena pembengkakan sendi dan gangguan bertambah berat bila terjadispasme
local. Gangguan pergerakan sendi juga dapat disebabkan oleh efusisendi atau
infeksi sendi (artritis septik).
j. Pemeriksaan diagnostik
Hasil laboratorium menunjukan adanya leukositosis dan laju endap
darahmeningkat. 50% pasien yang mengalami infeksi hematogen secara dini
adanya osteomielitis maka dilakukan scanning tulang. Selain itu dapat puladengan
biopsi tulang
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisiologis
b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan kerusakan integritas struktur tulang
c. Ansietas brhubungan dengan krisis situasional

3. Intervensi Keperawatan
Intervensi 1 : Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologi (D.0077)

Observasi :
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
2. Identifikasi nyeri
3. Identifikasi respon nyeri non verbal
4. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
7. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
8. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
9.Monitor efek samping penggunaan analgetic
Terapeutik
1.Berikanteknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
2. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgetic secara tepat
5. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

Intervensi 2 : Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan kerusakan


integritas struktur tulang

Observasi :

1. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainya

2. Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan

3. Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum melakukan mobilisasi

4.Monitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi

Terapeutik
1. Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu (mis. pagar tempat tidur)

2. Fasilitasi melakukan pergerakan, jika perlu

3. Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan pergerakan

Edukasi

1. Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi

2. Anjurkan melakukan mobilisasi dini

3. Anjurkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan (mis. duduk di tempat tidur,
duduk disisi tempat tidur, pindah dari tempat tidur ke kursi)

Intervensi : Ansietas berhubungan dengan krisis situasional

Observasi

1. Identifitas sat tingkat ansietas berubah( misal: kondisi ,waktu, stresor)


2. Identivitas kemampuan mengambil keputusan
3. Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan non verbal)

Terapeutik
1. Ciptakan suasaan terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
2. Temani pasien untuk mengurangi Observasi
3. kecemasan
4. Pahami situasi yang membuat ansietas
5. Dengarkan dengan penuh perhatian
6. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
7. Tempatkan barang pribadi yang memberikan kenyamanan
8. Motivasi mengidentifikasi siatuasi yang memicu kecemasan
9. Diskusikan perencanaan realistis tentang peristiwa yang akan datang.

Edukasi
1. Jelaskan prosedur serta sensasi yang mungkin dialami
2. Informasi secara faktual diagnosis, pengobatan,dan progrosis.
3. Anjurkan keluarga untuk tetap besama pasien
4. Anjurkan melakukan kegiatan yang tidak komperatif
5. Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
6. Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi ketegangan
7. Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang tepat
8. Lati teknik relaksasi

Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian obat antiansietas jika perlu
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan pelaksanaan rencana asuhan keperawatan yang
dikembangkan selama tahap perencanaan. Implementasi mencakup penyelesaian
tindakan keperawatan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya dan
menilai pencapaian atau kemajuan dari kriteria hasil pada diagnosa keperawatan.
Implementasi bertujun untuk membantu pasien mencapai kesehatan yang optimal
dengan promosi kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan, dan
memfasilitasi pasien mengatasi fungsi tubuh yang berubah dalam berbagai fasilitas
kesehatan seperti pelayanan kesehatan di rumah, klinik, rumah sakit, dan lainnya.
Implementasi juga mencakup pendelegasian tugas dan pendokumentasian tindakan
keperawatan.

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah penilaian hasil dan proses seberapa jauh keberhasilan yang dicapai
sebagai keluaran dari tindakan. Evaluasi dilakukan berdasarkan kriteria yang telah
ditetapkan sebelumnya dalam perencenaan, membanduingkan hasil tindakan
keperawatan yang telah dilaksanakan dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya
dan menilai efektivitas proses keperawatan mulai dari tahap pengkajian, perencanaan
dan pelaksanaan.
DAFTAR PUSTAKA

Ifeanyi I. Momodu. Vipul Savaliya (2023). Asuhan Keperawatan Pada Klien


Muskuloskletal.statpearls.

M.Asikin, M.Nasir (2016). Keperawatan Medikal Bedah Sistem Muskuloskeletal .Pare


pare.jakarta

Sulianti Saroso (2021). Journal Infectious Disease

Tim Pokja DPP PPNI (2018a). Standar Diagnosis Asuhan Keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator Diagnostik Edisi 1. Jakarta :DPP PPNI

Tim Pokja DPP PPNI (2018b). Standar Intervensi Asuhan Keperawatan Indonesia Definisi dan
Tindakan Keperawatan. Jakarta : DPP PPNI.

Tim Pokja DPP PPNI (2018c). Standar Luaran Asuhan Keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator Diagnostik Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai