Anda di halaman 1dari 29

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN OSTEOMIELITIS

Disusun Oleh Kelompok 3 :


 
 
1) Afrisa Verdha Pharras T. (P27820317046)
2) Ani Dwi Cahyani (P27820317054)
3) Ferren Cantika Dewi (P27820317059)
4) Shakila Putri A (P27820317067)
5) Lukmananti Maysa R.W (P27820317069)
6) Gracea Zefany Gunawan (P27820317070)
7) Krisnomi Fikrillah (P27820317074)
8) Ilham Yorgi Okta W (P27820317075)
9) Fetti Kamsiatun (P27820317078)
LAPORAN PENDAHULUAN

OSTEOMIELITIS
A. Definisi

Osteomyelitis adalah infeksi dari jaringan tulang yang mencakup sumsum


atau kortek tulang dapat berupa eksogen (infeksi masuk dari luar tubuh)
atau hemotogen (infeksi yang berasal dari dalam tubuh) (Reeves,
2001:257). Sedangkan menurut Bruce, osteomyelitis adalah infeksi pada
tulang yang disebabkan oleh mikroorganisme. Osteomyelitis biasanya
merupakan infeksi bakteri, tetapi mikrobakterium dan jamur juga dapat
menyebabkan osteomyelitis jika mereka menginvasi tulang (Ros, 1997:90).

Osteomyelitis akut adalah infeksi tulang panjang yang disebabkan oleh


infeksi lokal akut atau trauma tulang, biasanya disebabkan oleh Escherichia
coli, staphylococcus aureus, atau streptococcus pyogenes. Jadi pengertian
osteomyelitis yang paling mendasar adalah infeksi jaringan tulang yang
mencakup sumsum atau kortek tulang yang disebabkan oleh bakteri
piogenik. Osteomyelitis dapat timbul akut atau kronik. Bentuk akut
dicirikan dengan adanya awitan demam sistemik maupun manifestasi lokal
yang berjalan dengan cepat. Osteomyelitis kronik adalah akibat dari
osteomyelitis akut yang tidak ditangani dengan baik .
B. Etiologi

Port de entry bakteri biasanya melalui aliran darah, melalui


jaringan atau sendi yang terinfeksi dan melalui luka terbuka. Penyebab
terjadinya osteomyelitis yaitu :

1. Penyebab paling sering adalah staphylococcus aerus (70% - 80%)


sedangkan organisme penyebab yang lain adalah salmonela
streptococcus dan pneumococcus.
2. Luka tekan, trauma jaringan lunak, nekrosis yang berhubungan
dengan keganasan dan terapi radiasi serta luka bakar dapat
menyebabkan atau memperparah proses infeksi tulang.
3. Faktur compound, prosedur operasi dan luka tusuk yang dapat
melukai tulang sering menyebabkan traumatik osteomyelitis.
4. Osteomyelitis sering ditemukan pada orang yang lebih tua karena
factor penyebabnya berhubungan dengan penuaan
C. Patofisiologi

Osteomyelitis paling sering disebabkan oleh staphylococcus aureus. Organisme


penyebab yang lain yaitu salmonella, streptococcus, dan pneumococcus. Metafisis
tulang terkena dan seluruh tulang mungkin terkena. Tulang terinfeksi oleh bakteri
melalui jalur : hematogen, melalui infeksi di dekatnya atau secara langsung selama
pembedahan. Reaksi inflamasi awal menyebabkan trombosis, iskemia dan nekrosis
tulang. Pus mungkin menyebar ke bawah ke dalam rongga medula atau
menyebabkan abses superiosteal. Suquestra tulang yang mati terbentuk.
Pembentukan tulang baru dibawah perioteum yang terangkan diatas dan disekitar
jaringan granulasi, berlubang oleh sinus-sinus yang memungkinkan pus keluar.
Gangguan mobilitas fisik terjadi karena adanya kerusakan jaringan tulang yang
disebabkan oleh infeksi sehingga terjadi abses tulang. Kemampuan melakukan
pergerakan menurunun sehingga terjadi immobilisasi. Immobilisasi dalam jangka
waktu tertentu mengakibatkan tulang menekat organ yang ada dibawahnya
sehingga tubuh tidak mampu dalam menyokong dan terjadi kerusakan integritas
kulit.
Osteomyelitis karena luka operasi, fraktur compound dan luka tusuk yang melukai
tulang menyebabkan adanya inkontinuitas jaringan yang mengakibatkan adanya
metafisis tulang dan reaksi inflamasi. Reaksi inflamasi ini menyebabkan
rangsangan pada syaraf mielin sehingga timbul rasa nyeri. Luka terbuka yang ada
baik karena trauma maupun luka operasi menjadi port de entry kuman. Oleh karena
pertahanan tubuh sekunder yang lemah maka timbullah resiko tinggi infeksi.
D. Klasifikasi

Ada dua macam infeksi tulang menurut Robbins dan Kumar


(1995:463-464) yaitu :

1. Osteomyelitis piogenik hematogen


Biasanya terjadi pada anak-anak, osteomyelitis piogenik hematogen
terutama disebabkan oleh staphylococcus aureus kemudian diikuti oleh
bacillus colli. Kecuali samonela, osteomyelitis hematogen biasanya
bermanisfestasi sebagai suatu penyakit demam sistemik akut yang
disertai dengan gejala nyeri setempat, perasaan tak enak, kemerahan
dan pembengkakan.
2. Osteomyelitis tuberculosis
Timbulnya secara tersembunyi dan cenderung mengenai rongga sendi.
Daerah yang sering terkena adalah tulang-tulang panjang dari
ekstremitas dan tulang belakang. Osteomyelitis tuberkulosis dapat
menyebabkan deformitas yang serius (kifosis, skoliosis) berkaitan
dengan destruksi dan perubahan sumbu tulang belakang dari posisi
normalnya.
E. Manifestasi Klinis
Gambaran klinis osteomielitis berkembang secara progenesis penyakit, antara
lain :
1. Osteomyelitis akut berkembang secara progresif atau cepat.
Pada keadaan ini, mungkin dapat ditemukan adanya infeksi bakteri pada kulit
dan saluran nafas atas. Gejala lain dapat berupa nyeri konstan pada daerah
infeksi atau nyeri tekan dan terdapat gangguan fungsi anggota gerak yang
bersangkutan. Gejala umum timbul akibat bakteremia dan septikemia yang
berupa panas tinggi, malaise, serta nafsu makan berkurang.
2. Osteomielitis hematogen subakut.
Gambaran klinis yang dapat ditemukan adalah atrofi otot, nyeri lokal, sedikit
pembengkakan, dan dapat pula lansia menjadi pincang. Terdapat nyeri pada area
sekitar sendi selama beberapa minggu atau mungkin berbulan-bulan.
3. Osteomielitis kronis
sering mengeluhkan adanya cairan yang keluar dari luka sinus setelah operasi,
yang bersifat menahun. Kelainan kadang-kadang disertai demam dan nyeri local
yang hilang timbul di daerah anggota gerak tertentu. Pada pemeriksaan fisik,
ditemukan adanya sinus, fistel, atau sikatriks bekas operasi dengan nyeri tekan.
Mungkin dapat ditemukan sekuestrum yang menonjol keluar melalui kulit.
Biasanya terdapat riwayat fraktur terbuka atau osteomielitis pada lansia.
F. Penatalaksanaan

Beberapa prinsip penatalaksanaan klien osteomielitis yang perlu diketahui


perawat dalam melakukan asuhan kepera!atan agarmampu melakukan
tindakan kolaboratif adalah sebagai berkut :
1. Istirahat dan pemberian analgesik untuk menghilangkan nyeri.
2. Pemberian cairan intravena dan kalau perlu tranfusi darah.
3. Istirahat lokal dengan bidai atau traksi.
4. Pemberian antibiotik secepatnya sesuai dengan penyebab
utama yaitu staphylococus aureus sambil menunggu hasil
biakan kuman. Antibiotik diberikan selama 3-6 minggu dengan melihat
keadaan umum dan laju endap darah klien. Antibiotik tetap diberikan
hingga 2 minggu setelah laju endap darah normal.
5. Drainase bedah. Apabila setelah 24 jam pengobatan lokal dan sistemik
antibiotik gagal (tidak ada perbaikan keadaan umum), dapat
dipertimbangkan drainase bedah. Pada drainase bedah, pus subperiosteal
dievakuasi untuk mengurangi tekanan itra-oseus. Disamping itu, pus
digunakan sebagai bahan untuk biakan kuman.Drainase dilakuakan
selama beberapa hari dengan menggunakan cairan NaCl dan antibiotik.
G. Pemeriksaan Penunjang

1. Scan tulang dengan menggunakan nukleotida berlabel radioaktif


dapat memperlihatkan perasangan di tulang (MRI)
2. Rontgen Menunjukkan pembengkakan jaringan lunak sampai dua
minggu kemudian tampak bintik-bintik dekalsifikasi pada batang
tulang, yang kemudian dapat meluas dan diikuti oleh tanda-tanda
pembentukan involukrom
3. Analisis darah dapat memperlihatkan peningkatan hitung darah
lengkap dan laju endap darah yang mengisyaratkan adanya infeksi
yang sedang berlangsung. Neutrofil meningkat (N: 2,2 - 7,5 109/L);
LED meningkat(N: 1-10 mm/jam).
4. Aspirasi untuk memperoleh pus dari subkutis, subperiost atau fokus
radang di metafisis
5. Biopsi tulang, mengidentifikasi organisme penyebab
6. Complement Reactive Protein (CRP) meningkat (N:<5 mg/L). CRP
dan LED yang tinggi sering dijumpai pada awal infeksi.
H. Kompliksai

1. Infeksi telinga dan sinus serta gigi yang berdarah merupakan akibat
dari osteomyelitis pada rahang bawah dan tulang tengkorak
2. Septic arthritis atau menyebarnya infeksi dari dalam tulang ke sendi
terdekat
3. Osteonekrosis atau kematian tulang akibat terhalangnya sirkulasi
darah dalam tulang
4. Pertumbuhan tulang secara abnormal pada anak anak
5. Kanker kulit, kondisi ini dapat terjadi saat luka terbuka
mengeluarkan nanah sehingga kulit sekitarnya beresiko tinggi
mengalami kanker jenis sel skuamosa
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

OSTEOMIELITIS
I. Pengkajian

1. Identitas Pasien : nama, jenis kelamin, usia, alamat, agama, dan lain-
lain.
a. Keluhan Utama
Pada umumnya keluhan utama pada kasus ini adalah rasa nyeri. Nyeri
tersebut bisa akut atau kronik tergantung dan lamanya serangan. Untuk
memperoleh pengkajian yang lengkap tentang rasa nyeri klien digunakan :
1) Provoking Incident: apakah ada peristiwa yang menjadi yang menjadi
faktor presipitasi nyeri.
2) Quality of Pain: seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan
klien. Apakah seperti terbakar, berdenyut, atau menusuk.
3) Region : radiation, relief: apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa sakit
menjalar atau menyebar, dan dimana rasa sakit terjadi.
4) Severity (Scale) of Pain: seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan klien,
bisa berdasarkan skala nyeri atauklien menerangkan seberapa jauh rasa
sakit mempengaruhi kemampuan fungsinya.
5) Time: berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakahbertambah buruk
pada malam hari atau siang hari.
2. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat Kesehatan Sekarang


Kaji adanya riwayat trauma fraktur terbuka, riwayat operasi
tulang dengan pemasangan fiksasi internal dan fiksasi eksternal dan
pada osteomielitis kronis penting ditanyakan apakah pernah
mengalami osteomielitis akut yang tidak diberi perawatan adekuat
sehingga memungkinkan terjadinya supurasi tulang.

b. Riwayat Kesehatan Dahulu


Ada riwayat infeksi tulang, biasanya pada daeah vertebra
torako-lumbal yang terjadi akibat torakosentesis atau prosedur
urologis. Dapat ditemukan adanya riwayat diabetes melitus,
malnutrisi, adiksi obat-obatan, atau pengobatan imunosupresif.
3. Pemeriksaan Fisik

1) Keadaan Umum
Tingkat kesadaran (apatis, sopor, koma, gelisah, kompos mentis yang
bergantung pada keadaan klien). Kesakitan atau keadaan penyakit (akut,
kronis, ringan, sedang, dan pada kasus osteomielitis biasanya akut)Tanda-tanda
vital tidak normal
2) Sistem Pernafasan
Pada inspeksi, didapatkan bahwa klien osteomielitis tidak mengalami
kelainan pernafasan. Pada palpasi toraks, ditemukan taktil fremitus seimbang
kanan dan kiri. Pada auskultasi, tidak didapatkan suara nafas tambahan.
3) Sistem Kardiovaskuler
Pada inspeksi, tidak tampak iktus jantung. Palpasi menunjukkan nadi
meningkat, iktus tidak teraba. Pada auskultasi, didapatkan suara S1 dan S2
tunggal, tidak ada murmur.
4) Tingkat kesadaran
Tingkat kesadaran biasanya kompos metis. Neuropati perifer juga
menempatkan orang yang mengalami diabetes beresiko amputasi.
5) Sistem perkemihan
Pengkajian keadaan urine meliputi warna, jumlah, karakteristik, dan berat
jenis. Biasanya klien osteomielitis tidak mengalami kelainan pada sitem ini.
Lanjutan...
6) Pola nutrisi dan metabolisme
Evaluasi terhadap pola nutrisi klien dapat menentukan penyebab masalah
muskuloskeletal dan mengantisipasi komplikasi dari nutrisi yang tidak
adekuat. Masalah nyeri pada osteomielitis menyebabkan klien kadang mual
atau muntah sehingga pemenuhan nutrisi berkurang.
7) Sistem Muskuloskeletal
Penurunan kekuatan otot dengan adanya imobilisasi dan gangguan sistem
vaskuler memungkinkan suplai O2 dan nutrisi sangat berkurang pada
jaringan, demikian pula dengan pembuangan sisa metabolisme akan
terganggu sehingga menjadikan kelelahan otot.
Atrofi otot
Karena adanya penurunan stabilitas dari anggota gerak dan adanya penurunan
fungsi persarafan. Hal ini menyebabkan terjadinya atrofi dan paralisis otot
Kontraktur sendi
Kombinasi dari adanya atrifi dan penurunan kekuatan otot serta adanya
keterbatasan gerak
Osteoporosis
Terjadi penurunan metabolisme kalsium. Hal ini menurunkan persenyawaan
organik dan anorganik sehingga masa tulang menipis dan tulang menjadi
keropos. (Nurarif, 2015, hal. 32)
II. Analisa Data
No. Pengelompokan Data Etiologi Masalah

1. DS : Pasien mengatakan nyeri Operasi(pembedahan) Nyeri Kronis


selama 3,5 bulan
Terputusnya
Pasien mengatakan nyeri yang
Kontinuitas jaringan
dialami sangat mengganggu
DO : Skala nyeri : 6 Merangsang syaraf
TD : 130/60 mmHg
mieline
N : 70 x/mnt
Alarm nyeri
Pasien tampak meringis kesaskitan
Gangguan Rasa

Nyaman : Nyeri
No. Pengelompokan Data Etiologi Masalah

2. DS : Pasien mengatakan kesulitan Kerusakan jaringan Gangguan


berjalan tulang Mobilitas Fisik
Pasien mengatakan tidak mampu
melakukan aktifitas secara mandiri Abses tulang
DO : ADL dibantu
Fungsi tulang
Menurun

Imobilisasi

Gangguan
Mobilitas Fisik
No. Pengelompokan Data Etiologi Masalah

3. DS :Pasien mengatakan tidak Operasi (Pembedahan) Gangguan


nyaman. intergritas
Pasien mengatakan ada beberapa Kerusakan jaringan
lecet pada tubuhnya.
DO : Terdapat benjolan merah dan Imobilisasi

terasa gatal.
Kerusakan integritas kulit
Terdapat lesi.

4. DS : Pasien mengatakan benjolan Operasi (Pembedahan) Resiko infeksi


yang terasa gatal sudah menyebar ke Luka pembedahan
tempat lain.
Pasien merasa tidak nyaman. Kuman masuk
DO : Terdapat banyak benjolan yang
terasa gatal semakin banyak. Pertahanan

Kulit kemerahan. sekunder menurun

Resiko tinggi Infeksi


III. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri kronis berhubungan dengan kerusakan sistem saraf ditandai


dengan inflamasi dan pembengkakan
2. Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan nyeri ditandai
dengan rentang ROM menurun, kekuatan otot menurun dan fisik
lemah.
3. Gangguan intergritas kulit berhubungan dengan penurunan
imobilisasi ditandai dengan kerusakan jaringan dan/ atau lapisan
kulit.
4. Resiko infeksi berhubungan dengan penyakit kronis ditandai dengan
pembentukan abses tulang dan kerusakan kulit.
IV. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
.
1. Nyeri kronis berhubungan Setelah dilakukan 1. Identifikasi 1. Untuk mengetahui
dengan kerusakan sistem asuhan keperawatan lokasi,karateristis, letak dan jenis nyeri
saraf ditandai dengan 2x24jam diharapkan durasi, frekuensi, yang dirasakan
inflamasi dan nyeri berkurang/hilang kualitas, intensitas nyeri klien
pembengkakan dengan KH : 2. Identisikasi skala nyeri. 2. Untuk mengetahui
1. Klien mengatakan 3. Berikan teknik tingkat nyeri yang
keluhan nyeri nonfarmakologis dirasakan klien
berkurang (distraksi dan relaksasi) 3. Untuk
2. Wajah klien tidak 4. Jelaskan penyebab, meningkatkan
meringis periode dan pemicu kenyamanan klien
3. Klien tampak nyeri. 4. Untuk mengetahui
tenang dan tidak 5. Jelaskan strategi penyebab terjadinya
gelisah meredakan nyeri nyeri
6. Kolaborasi pemberian 5. Untuk mengurangi
analgetik, jika perlu rasa nyeri yang
dirasakan klien
6. Untuk mengurangi
rasa nyeri yang
dirasakan klien
No Diagnosa keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
.

2. Gangguan mobilisasi Setelah dilakukan 1. Identifikasi adanya 1. Untuk mengetahui


fisik berhubungan asuhan keperawatan nyeri atau keluhan fisik kondisi klien
dengan nyeri ditandai 2x24jam diharapkan lainnya. 2. Untuk mengetahui
dengan rentang ROM kekuatan otot klien 2.Identifikasi toleransi toleransi fisik klien
menurun, meningkat dengan fisik melakukan 3. Untuk membantu
KH : ambulasi. klien dalam
1. Klien mampu 3.Fasilitasi aktivitas menjalani aktivitas
menggerakkan sendi ambulasi dengan alat 4. Untuk membantu
dengan rentan gerak bantu (mis.tongkat, kruk) klien dalam
ROM aktif 4.Libatkan keluarga menjalani aktivitas
2. Klien mampu untuk membantu pasien 5. Untuk melatih
merespon reflek dalam meningkatkan klien memperbaiki
hammer/kekuatan ambulasi. sirkulasi dan
otot 5.Jelaskan tujuan dan mencegah
3. Klien prosedur ambulasi. flebotrombosis
menunjukkan 6. Anjurkan melakukan 6. Untuk melatih
tindakan untuk ambulasi dini. klien agar bisa
meningkatkan 7. Ajarkanambulasi melakukan aktivitas
mobilitas sederhana yang harus bertahap secara
dilakukan (mis. Berjalan, mandiri
dari tempat tidur ke kursi 7. Untuk melatih
roda dan lain-lain ) klien agar bisa
melakukan aktivitas
bertahap secara
mandiri
No Diagnosa keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
.

3. Gangguan intergritas kulit Setelah dilakukan 1. Identifikasi penyebab 1. Untuk


berhubungan dengan asuhan keperawatan gangguan integritas mengetahui
penurunan imobilisasi 2x24jam diharapkan kulit. terjadinya
ditandai dengan kerusakan terjadi perubahan 2. Ubah posisi tiap 2 jam integritas kulit
jaringan dan/ atau lapisan jaringan pada klien jika tirah baring. 2. Untuk
kulit. dengan KH : 3. Gunakan produk mengurangi
1. Elastis kulit klien berbahan ringan/alami terjadinya luka
meningkat dan hipoalergik pada 3. Untuk
2. Tidak ada luka/lesi kulit sensiitf. mengurangi
pada kulit 4. Anjurjan menggunakan terjadinya
3. Perfusi jaringan pelembab (mis.lotion, hipoalergik
baik serum dn lain-lain) 4.Untuk
4. Klien mampu 5. Anjurkan minum air melembabkan
melindungi kulit yang cukup. badan
dan 6. Anjurkan meningkatkan 5.Untuk menjaga
mempertahankan asupan nutrisi. kebersihan
kelembaban kulit
dan perawatan
alami
No. Diagnosa keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
4. Resiko infeksi berhubungan Setelah dilakukan asuhan 1. Monitor tanda dan gejala 1. Untuk mengetahui
keadaan luka dan
dengan penyakit kronis keperawatan 2x24jam infeksi lokal dan
perkembangannya
ditandai dengan diharapkan pasien dapat siskemik. 2. Agar tidak terjadi
pembentukan abses tulang terhindar dari risiko 2. Berikan perawatan kulit infeksi dan terpapar
oleh kuman atau
dan kerusakan kulit. infeksi pada daerah yang bakteri
dengan KH : beresiko infeksi. 3. Agar tidak terjadi
infeksi dan terpapar
1. Klien bebas dari 3. Pertahankan teknik
oleh kuman atau
tanda dan gejala aseptik pada pasien yang bakteri
infeksi beresiko tinggi. 4. Agar keluarga
pasien mengetahui
2. Mendeskripsikan 4. Jelaskan tanda dan gejala tanda dan gejala dari
proses penularan infeksi. infeksi
5. Agar tidak terjadi
penyakit, faktro 5. Ajarkan cara mencuci
infeksi dan terpapar
yang tangan dengan benar oleh kuman atau
bakteri
mempengaruhi 6. Ajarkan cara memeriksa
6. Agar tidak terjadi
penularan serta kondisi luka atau luka infeksi dan terpapar
penatalaksanaanya operasi oleh kuman atau
bakteri
3. Menunjukkan 7. Kolaborasi pemberian
kemampuan untuk imunisasi, jika perlu.
mencegah
timbulnya infeksi
4. Menunjukkan
perilaku hidup
sehat
V. Implementasi
NO TANGGAL/WAKTU DX NO TINDAKAN KEPERAWATAN
TTD
1. 7-8-2019 1
07.45 1. Mengidentifikasi lokasi,karateristis, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
2. Mengidentisikasi skala nyeri.
3. Mengajarkan teknik nonfarmakologis (distraksi dan
relaksasi)
4. Menjelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri.
5. Menjelaskan strategi meredakan nyeri
6. Mengkolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

2. 08-08-2019 1

09.00 1. Mengidentifikasi lokasi,karateristis, durasi,


frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
2. Mengidentisikasi skala nyeri.
3. Mengajarkan teknik nonfarmakologis
(distraksi dan relaksasi)
4. Mengkolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu
NO TANGGAL/WAKTU DX NO TINDAKAN KEPERAWATAN
TTD
3. 7-8-2019 2
10.00 1. Mengidentifikasi adanya nyeri
2. Mengidentifikasi toleransi fisik melakukan
ambulasi.
3. Memfasilitasi aktivitas ambulasi dengan alat bantu
4. Melibatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
meningkatkan ambulasi.
5. Menjelaskan tujuan dan prosedur ambulasi.
6. Menganjurkan melakukan ambulasi dini.
7. Mengajarkan ambulasi sederhana yang harus
dilakukan
4. 8-8—2019 2

09.45 1. Memfasilitasi aktivitas ambulasi dengan alat bantu .


2. Menganjurkan melakukan ambulasi dini.
NO TANGGAL/WAKTU DX NO TINDAKAN KEPERAWATAN
TTD
5. 7-8-2019 3
11.00 1. Mengidentifikasi penyebab gangguan integritas
kulit.
2. Merubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring.
3. Menggunakan produk berbahan ringan/alami.
4. Menganjurkan menggunakan pelembab
5. Menjaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan
kering

6. 8-8-2019 3

10.15 1. Merubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring.


2. Menggunakan produk berbahan
ringan/alami.
3. Menganjurkan menggunakan pelembab
4. Menjaga kebersihan kulit agar tetap bersih
dan kering
NO TANGGAL/WAKTU DX NO TINDAKAN KEPERAWATAN
TTD
7. 7-8-2019 4
11.45 1. Memonitor tanda dan gejala infeksi lokal dan
siskemik.
2. Memberikan perawatan kulit.
3. Mempertahankan teknik aseptik pada pasien yang
beresiko tinggi.
4. Menjelaskan tanda dan gejala infeksi.
5. Mengajarkan cara mencuci tangan dengan benar
6. Mengajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka
operasi

8. 8-8-2019 4

10.45 1. Memonitor tanda dan gejala infeksi lokal


dan siskemik..
2. Mempertahankan teknik aseptik pada pasien
yang beresiko tinggi.
VI. Evaluasi
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai