Anda di halaman 1dari 23

OSTEOMYLITI

SDISUSUN OLEH : KELOMPOK


3

ERVINA SAIMA 751440120010


NURMAYA BULONGGODU 751440120023
RAHMAT SIGIT MURSAHA 751440120026

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN


KESEHATAN GORONTALO
TAHUN 2022
DEFINISI
OSTEOMYLITIS

Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan


daripada infeksi jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan
terhadap inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan pembentukan involukrum
(pembentukan tulang baru di sekeliling jaringan tulang mati). Osteomielitis dapat
menjadi masalah kronis yang akan mempengaruhi kualitas hidup atau
mengakibatkan kehilangan ekstremitas. (Brunner, suddarth. (2001).
Beberapa ahli memberikan defenisi terhadap osteomyelitis sebagai berkut:

1. Osteomyelitis adalah infeksi Bone marrow pada tulang-tulang panjang


yang disebabkan oleh staphylococcus aureus dan kadang-kadang
Haemophylus influensae (Depkes RI, 1995).
2. Osteomyelitis adalah infeksi tulang (Carpenito, 1990).
3. Osteomyelitis adalah suatu infeksi yang disebarkan oleh darah yang
disebabkan oleh staphylococcus (Henderson, 1997).

2
KLASIFIKASI
OSTEOMYLITIS

Dari uraian di atas maka dapat diklasifikasikan dua macam osteomielitis, yaitu:
1. Osteomilities primer
2. Osteomilities sekunder
Berdasarkan lama infeksi, osteomielitis terbagi menjadi 3, yaitu:

1. Osteomielitis akut:
1). Oateomilitis hematogen
2.). Osteomielitis direk
2. Osteomielitis sub-akut
3. Osteomielitis kronis

3
ETIOLOGI

Adapun penyebab – penyebab osteomielitis ini adalah:


1. Bakteri
2. Virus
3. Jamur
4. Mikroorganisme lain (Smeltzer, Suzanne C, 2002).
Tulang, yang biasanya terlindung dengan baik dari infeksi, bisa
mengalami infeksi melalui 3 cara:
1. Aliran darah
2. Penyebaran langsung
3. Infeksi dari jaringan lunak di dekatnya.

4
PATOFIFIOLOGI

(Brunner, suddarth. (2001) Staphylococcus aureus merupakan penyebab 70% sampai


80% infeksi tulang. Organisme patogenik lainnya yang sering dijumpai pada
Osteomielitis meliputi : Proteus, Pseudomonas, dan Escerichia Coli. Terdapat
peningkatan insiden infeksi resistensi penisilin, nosokomial, gram negative dan
anaerobik.
Awitan Osteomielitis stelah pembedahan ortopedi dapat terjadi dalam 3 bulan pertama (akut
fulminan – stadium 1) dan sering berhubngan dengan penumpukan hematoma atau infeksi
superficial. Infeksi awitan lambat (stadium 2) terjadi antara 4 sampai 24 bulan setelah
pembedahan. Osteomielitis awitan lama (stadium 3) biasanya akibat penyebaran hematogen
dan terjadi 2 tahun atau lebih setelah pembedahan.

Respon inisial terhadap infeksi adalah salah satu dari inflamasi, peningkatan vaskularisasi, dan
edema. Setelah 2 atau 3 hari, trombisis pada pembuluh darah terjadi pada tempat tersebut,
mengakibatkan iskemia dan nefrosis tulang sehubungan dengan penigkatan tekanan jaringan dan
medula.

Infeksi kemudian berkembang ke kavitas medularis dan ke bawah periosteum dan dapat
menyebar ke jaringan lunak atau sendi di sekitarnya.
5
Kecuali bila proses infeksi dapat dikontrol awal, kemudian akan membentuk
abses tulang. Pada perjalanan alamiahnya, abses dapat keluar spontan namun
yang lebih sering harus dilakukan insisi dan drainase oleh ahli bedah.

Abses yang terbentuk dalam dindingnya terbentuk daerah jaringan mati


(sequestrum) tidak mudah mencari dan mengalir keluar. Rongga tidak dapat
mengempis dan menyembuh, seperti yang terjadi pada jaringan lunak lainnya.
Terjadi pertumbuhan tulang baru(involukrum) dan mengelilingi sequestrum.

Jadi meskipun tampak terjadi proses penyembuhan, namun sequestrum infeksius kronis
yang ada tetap rentan mengeluarkan abses kambuhan sepanjang hidup penderita.
Dinamakan osteomielitis tipe kronik.

6
7
MANIFESTASI KLINIS

Menurut Smeltzer (2002)


1. Jika infeksi dibawah oleh darah, biasanya awitannya mendadak, sering terjadi
dengan manifestasi klinis septikemia (mis. Menggigil, demam tinggi, denyut
nadi cepat dan malaise umum). Gejala sismetik pada awalnya dapat menutupi
gejala lokal secara lengkap. Setelah infeksi menyebar dari rongga sumsum ke
korteks tulang, akan mengenai periosteum dan jaringan lunak, dengan bagian
yang terinfeksi menjadi nyeri, bengkak dan sangat nyeri tekan. Pasien
menggambarkan nyeri konstan berdenyut yang semakin memberat dengan
gerakan dan berhubungan dengan tekanan pus yang terkumpul.
2. Bila osteomielitis terjadi akibat penyebaran dari infeksi di sekitarnya atau
kontaminasi langsung, tidak akan ada gejala septikemia. Daerah infeksi
membengkak, hangat, nyeri dan nyeri tekan.
3. Pasien dengan osteomielitis kronik ditandai dengan pus yang selalu mengalir
keluar dari sinus atau mengalami periode berulang nyeri, inflamasi,
pembengkakan dan pengeluaran pus. Infeksi derajat rendah dapat menjadi pada
jaringan parut akibat kurangnya asupan darah.
8
PEMERIKSAAN
PENUNJANG

(Brunner, suddarth. (2001)

1. Pemeriksaan darah
2. Pemeriksaan titer antibody – anti staphylococcus
3. Pemeriksaan feses
4. Pemeriksaan biopsy tulang
5. Pemeriksaan ultra sound
6. Pemeriksaan radiologis

Pemeriksaan tambahan :
1. Bone scan : dapat dilakukan pada minggu pertama
2. MRI : jika terdapat fokus gelap pada T1 dan fokus yang terang pada T2,
maka kemungkinan besar adalah osteomielitis.

9
PENATALAKSANAAN

Brunner, suddarth. (2001)

1. Istirahat dan pemberian analgetik untuk menghilangkan nyeri. Sesuai kepekaan


penderita dan reaksi alergi penderita
2. Penicillin cair 500.000 milion unit IV setiap 4 jam.
3. Erithromisin 1-2gr IV setiap 6 jam.
4. Cephazolin 2 gr IV setiap 6 jam
5. Gentamicin 5 mg/kg BB IV selama 1 bulan.
6. Pemberian cairan intra vena dan kalau perlu tranfusi darah
7. Drainase bedah apabila tidak ada perubahan setelah 24 jam pengobatan antibiotik tidak
menunjukkan perubahan yang berarti, mengeluarkan jaringan nekrotik, mengeluarkan
nanah, dan menstabilkan tulang serta ruang kososng yang ditinggalkan dengan cara
mengisinya menggunakan tulang, otot, atau kulit sehat.
8. Istirahat di tempat tidur untuk menghemt energi dan mengurangi hambatan aliran
pembuluh balik.
9. Asupan nutrisi tinggi protein, vit. A, B,C,D dan K.

10
PENCEGAHAN

1. Berhenti merokok
2. Diet sehat
3. Mengelola berat badan
4. Mengurangi alkohol
5. Olahraga teratur

11
ASKEP
OSTEOMYLITIS

A. PENGKAJIAN
1. Identitas
Meliputi: Nama, jenis kelamin, usia, alamat, agama, bahasa yang digunakan,
status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asusransi, golongan darah, nomor
register, tanggal masuk rumahsakit, dan diagnosa medis. Pada umumnya,
keluhan utama pada kasus osteomelitis adalah nyeri hebat.
Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap tentang nyeri klien,
perawat dapat menggunakan metode PQRST :
a. Provoking incident: hal yang menjadi faktor presipitasi nyeri
adalah proses supurasi pada bagian tulang. Trauma,
hematoma akibat trauma pada daerah metafisis, merupakan
salah satu faktor predis posisi terjadinya osteomielitis
hematogen akut.
b. Quality of pain: rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan
klien bersifak menusuk
c. Region, radiation, relief: nyeri dapat reda dengan imobilisasi
atau istirahat, nyeri tidak menjalar atau menyebar
12
d. Severity (scale) of pain: nyeri yang dirasakan klien secara subjektif
anatara 2-3 pada rentang skala pengukuran 0-4
e. Time: berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah
buruk pada malam hari atau siang hari
2. Riwayat kesehatan

a. Riwayat Kesehatan Sekarang


Biasanya klien datang kerumah sakit dengan keluhan awitan gejala
akut (misalnya : nyeri lokal, pembengkakan, eritema, demam) atau
kambuhan keluarnya pus dari sinus disertai nyeri, pembengkakan
dan demam sedang.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien biasanya perrnah mengalami penyakit yang hampir sama
dengan sekarang, atau penyakit lain yang berhubungan tulang,
seperti trauma tulang, infeksi tulang, fraktur terbuka, atau
pembedahan tulang, dll
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji apakah keluarga klien memiliki penyakit keturunan, namun
biasanya tidak ada penyakit Osteomielitis yang diturunkan.

13
3. Psikososisl
Pasien seringkali merasa ketakutan, khawatir infeksinya tidak dapat
sembuh, takut diamputasi. Biasanya pasien dirawat lama di rumah sakit
sehingga perawat perlu mengfkaji perubahan-perubahan kehidupan
khususnya hubungannya dengan keluarga, pekerjaan atau sekolah.

4. Pemeriksaan fisilk
Area sekitar tulang yang terinfeksi menjadi bengkak dan terasa lembek bila
dipalpasi. Bisa juga terdapat eritema atau kemerahan dan panas. Efek
sistemik menunjukkan adanya demam biasanya diatas 380, takhikardi,
irritable, lemah bengkak, nyeri, maupun eritema.
5. Pengkajian pola Gordon
a. Persepsi dan Manajemen Kesehatan: Klien biasanya tidak mengerti
bahwa penyakit yang ia diderita adalah penyakit yang berbahaya.
Perawat perlu mengkaji bagaimana klien memandang penyakit yang
dideritanya, apakah klien tau apa penyebab penyakitnya sekarang.
b. Nutrisi – Metabolik: Biasanya pada pasien mengalami penurunan
nafsu makan karena demam yang ia diderita.

14
c. Eliminasi: Biasanya pasien mengalami gangguan dalam eliminasi karena pasien
mengalami penurunan nafsu makan akibat demam.
d. Aktivitas – Latihan: Biasaya pada pasien Osteomietis mengalami penurunan
aktivitas karena rasa nyeri yang ia rasakan
e. Istirahat – Tidur: Pasien biasanya diduga akan mengalami susah tidur karena rasa
nyeri yang ia rasakan pada tulangnya.
f. Kognitif – Persepsi: Biasanya klien tidak mengalami gangguan dengan kognitif
dan persepsinya.
g. Persepsi Diri – Konsep Diri: Biasanya pasien memiliki perilaku menarik diri,
mengingkari, depresi, ekspresi takut, perilaku marah, postur tubuh mengelak,
menangis, kontak mata kurang, gagal menepati janji atau banyak janji.
h. Peran – Hubungan: Biasanya pasien mengalami depresi dikarenakan penyakit yang
dialaminya. Serta adanya tekanan yang datang dari lingkungannya. Dan klien juga
tidak dapat melakukan perannya dengan baik.
i. Seksual – Reproduksi: Biasanya pasien tidak mengalami gangguan dalam masalah
seksual.
j. Koping – Toleransi Stress: Biasanya pasien mengalami stress ysng berat karena
kondisinya saat itu.

15
k. Nilai Kepercayaan: Pola keyakinan perlu dikaji oleh perawat terhadap klien
agar kebutuhan spiritual klien data dipenuhi selama proses perawatan klien di
RS. Kaji apakah ada pantangan agama dalam proses pengobatan klien. Klien
biasanya mengalami gangguan dalam beribadah karena nyeri yang ia rasakan.

16
B. Diagnosa keperawatan

DX 1:
Nyeri b.d inflamasi dan pembengkakan
DX 2:
Gangguan mobilisasi fisik b.d nyeri, alat imobilisasi dan
keterbatasan menahan beban berat badan.
DX 3:
Resiko terhadap perluasan infeksi b.d pembentukan abses tulang
DX 4:
Ansietas b.d kurang pengetahuan tentang kondisi penyakit dan
pengobatan.

17
C. Intervensi keperawatan

No. DX Tujuan Intervensi Rasional


1 Tujuan: Setelah diberikan Mandiri
tindakan keperawatan
— Mengkaji karakteristik nyeri : — Untuk mengetahui tingkat rasa
diharapkan nyeri dapat
lokasi, durasi, intensitas nyeri nyeri sehingga dapat menentukan
berkurang atau terkontrol dan
dengan menggunakan skala nyeri jenis tindakannya.
rasa nyaman meningkat.
(0-10) — Mencegah pergeseran tulang dan
Kriteria hasil: — Mempertahankan im-mobilisasi penekanan pada jaringan yang
 Tidak terjadi nyeri (back slab) luka.
— Peningkatan vena return,
 Napsu makan menjadi — Berikan sokongan (support) pada menurunkan edem, dan
normal, ektremitas yang luka mengurangi nyeri
 ekspresi wajah rileks dan — Untuk mengetahui penyimpangan
— Amati perubahan suhu setiap 4 jam
– penyimpangan yang terjadi
 suhu tubuh normal
— Kompres air hangat — Mengurangi rasa nyeri dan
memberikan rasa nyaman
Kolaborasi — Mengurangi rasa nyeri
— Pemberian obat-obatan analgesik

18
No. DX Tujuan Intervensi Rasional
2 Tujuan: setelah diberikan Mandiri
tindakan keperawatan — Agar gangguan mobilitas fisik
diharapkan Gangguan — Pertahankan tirah baring dalam posisi dapat berkurang
mobilitas fisik dapat yang di programkan — Dapat meringankan masalah
berkurang — Tinggikan ekstremitas yang sakit, gangguan mobilitas fisik yang
instruksikan klien / bantu dalam latihan dialami klien
Kriteria hasil: rentang gerak pada ekstremitas yang sakit — Dapat meringankan masalah
dan tak sakit gangguan mobilitas yang dialami
 Meningkatkan — Beri penyanggah pada ekstremitas yang klien
mobilitas pada tingkat sakit pada saat bergerak — Agar klien tidak banyak
paling tinggi yang — Jelaskan pandangan dan keterbatasan melakukan gerakan yang dapat
mungkin dalam aktivitas membahayakan
 Mempertahankan — Berikan dorongan pada klien untuk — Mengurangi terjadinya
posisi fungsional melakukan AKS dalam lingkup penyimpangan – penyimpangan
 Meningkatkan / keterbatasan dan beri bantuan sesuai yang dapat terjadi
fungsi yang sakit kebutuhan — Mengurangi gangguan mobilitas
— Ubah posisi secara periodik fisik
Kolabortasi

- Fisioterapi/aokulasi terapi

19
No. DX Tujuan Intervensi Rasional
3 Tujuan: setelah Mandiri — Mencegah pemasukan bakteri dari
diberikan tindakan infeksi/ sepsis lanjut.
keperawatan — Pertahankan system kateter steril; berikan — Menghindari refleks balik urine,
diharapkanTidakter perawatan kateter regular dengan sabun dan yang dapat memasukkan bakteri
jadiresikoperluasan air, berikan salep antibiotic disekitar sisi kedalam kandung kemih.
infeksi yang kateter. — Pasien yang mengalami
dialami — Ambulasi dengan kantung drainase dependen. sistoskopi/ TUR prostate beresiko
— Awasi tanda vital, perhatikan demam ringan, untuk syok bedah/ septic
Kriteria hasil: menggigil, nadi dan pernapasan cepat, sehubungan dengan manipulasi/
gelisah, peka, disorientasi. instrumentasi
 Mencapai waktu — Observasi drainase dari luka, sekitar kateter
penyembuhan — Adanya drain, insisi
suprapubik. suprapubikmeningkatkan resiko
— Ganti balutan dengan sering (insisi supra/ untuk infeksi, yang diindikasikan
retropublik dan perineal), pembersihan dan dengan eritema, drainase purulen.
pengeringan kulit sepanjang waktu — Balutan basah menyebabkan kulit
— Gunakan pelindung kulit tipe ostomi iritasi dan memberikan media
Kolaborasi: untuk pertumbuhan bakteri,
peningkatan resiko infeksi luka.
- Berikan antibiotic sesuai indikasi — Memberikan perlindungan untuk
kulit sekitar, mencegah ekskoriasi
dan menurunkan resiko infeksi.

20
No. DX Tujuan Intervensi Rasional
4 Tujuan: setelah Mandiri — Mengorientasi program
diberikan tindakan pengobatan. Membantu
keperawatan — Jelaskan tujuan pengobatan pada pasien menyadarkan klien untuk
diharapkan — Kaji patologi masalah individu. memperoleh kontrol
hilangnya ansietas — Kaji ulang tanda / gejala yang memerlukan — Informasi menurunkan takut
dan memberikan evaluasi medik cepat,contoh nyeri dada tiba- karena ketidaktahuan. Memberika
informasi tentang tiba, dispnea, distres pernapasan lanjut. pengetahuan dasar untuk
proses penyakit, — Kaji ulang praktik kesehatan yang baik, pemahaman kondisi dinamik
program istirahat. — Berulangnya
pengobatan Kolaborasi : pneumotorak/hemotorak
- Gunakan obat sedatif sesuai amjuran memerlukan intervensi medik
Kriteria hasil: untuk mencegah / menurunkan
 Ekspresi wajah potensial komplikasi.
relaks — Mempertahanan kesehatan umum
meningkatkan penyembuhan dan
 Cemas dan rasa dapat mencegah
takut hilang atau kekambuhan.rapeutik.
berkurang
— Banyak pasien yang
membutuhkan obat penenang
untuk mengontrol ansietasnya.

21
Stelah mendapat implementasi keperawatan, maka pasien dengan
osteomielitis diharapkan sebagai berikut:
1. Nyeri berkurang atau terkontrol dan rasa nyaman meningkat
2. Gangguan mobilitas fisik berkurang
3. Tidak terjadi resiko perluasan infeksi yang dialami
4. Ansietas hilang dan pasien mengerti tentang penyakit yang
dideritanya.

22
THANK
YOU

23

Anda mungkin juga menyukai