Anda di halaman 1dari 10

KONSEP KELUARGA BERENCANA

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah keperawatanMaternitas

OLEH:

KELOMPOK IV

EMA FITRIA K. BUHANG 751440120009


ERVINA SAIMA 751440120010
MUTMAINAH PUTRI R. ISA 751440120024
RAHMAD SIGIT MURSAHA 751440120026
SINTIYA S. AHMAD 751440120025

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN GORONTALO

DIPLOMA III KEPERAWATAN

T.A 2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji kehadirat Allah SWT, pencipta alam semesta, tidak lupa sholawat
dan salam semoga dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Karena atas rahmat dan karunia
Allah tugas ini dapat kami selesaikan. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini.

Tugas ini dibuat utuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatanMaternitas dan untuk
memudahkan mahasiswa dalam memahami makalah ini.

Demikian makalah ini kami susun . dengan harapan dapat bermanfaat bagi siapa saja yang
membacanya. kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh krena itu,
semua kritik dan saran senantiasa kami harapkan untuk kesempuraan makalah ini agar menjadi
lebih baik.

Gorontalo 3 Maret2022

KELOMPOK IV
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DATAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. LatarBelakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan Penulisan 1
BAB II PEMBAHASAN 2
A. PengertianKeluargaBerencana 2
B. TujuanKeluargaBerencana 2
C. Sasaran program KB 3
D. AkseptorKeluargaBerencana 3
E. Kontrasepsi 4
F. Mutupelayanan KB 5
BAB III PENUTUP 6
A. Kesimpulan 6
B. Saran 6
DAFTAR PUSTAKA 7
BAB I
PENDAHULUAN
A. LatarBelakang
Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan kesehatan preventif yang
paling dasar dan utama bagi wanita, meskipun tidak selalu diakui demikian. Peningkatan
dan perluasan pelayanan keluarga berencana merupakan salah satu usaha untuk
menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu yang sedemikian tinggi akibat kehamilan
yang dialami oleh wanita. Banyak wanita harus menentukan pilihan kontrasepsi yang
sulit, tidak hanya karena terbatasnya jumlah metode yang tersedia tetapi juga karena
metode-metode tertentu mungkin tidak dapat diterima sehubungan dengan kebijakan
nasional KB, kesehatan individual dan seksualitas wanita atau biaya untuk memperoleh
kontrasepsi (Depkes RI, 1998).
Pelayanan Keluarga Berencana yang merupakan salah satu didalam paket Pelayanan
Kesehatan Reproduksi Esensial perlu mendapatkan perhatian yang serius, karena dengan
mutu pelayanan Keluarga Berencana berkualitas diharapkan akan dapat meningkatkan
tingkat kesehatan dan kesejahteraan. Dengan telah berubahnya paradigma dalam
pengelolaan masalah kependudukan dan pembangunan dari pendekatan pengendalian
populasi dan penurunan fertilitas menjadi pendekatan yang berfokus pada kesehatan
reproduksi serta hak reproduksi. Maka pelayanan Keluarga Berencana harus menjadi
lebih berkualitas serta memperhatikan hak-hak dari klien/ masyarakat dalam memilih
metode kontrasepsi yang diinginkan (Prof. dr. Abdul Bari Saifuddin, 2003).
B. RumusanMasalah
1. Apa yang dimaksuddenganKeluargaBerencana?
2. ApakahtujuandariKeluargaBerencana?
3. JelaskansasaranKeluargaBerencana!
4. JelaskanakseptorKeluargaBerencana!
5. Jelaskanmengenaikontrasepsi!
6. Apasajamutupelayanan KB
C. TujuanPenulisan
1. MenjelaskanpengertianKeluargaBerencana
2. MenjelaskantujuanKeluargaBerencana
3. MenjelaskansasaranKeluargaBerencana
4. MenjelaskanakseptorKeluargaBerencana
5. Menjelaskanmengenaikontrasepsi
6. Menjelaskanmutupelayanan KB
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Keluarga Berencana
Menurut World Health Organisation (WHO) expert committee 1997: keluarga
berencana adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk menghindari
kehamilan yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang sangat
diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran
dalam hubungan dengan umur suami istri serta menentukan jumlah anak dalam keluarga. 
Keluarga berencana menurut Undang-Undang no 10 tahun 1992 (tentang
perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera) adalah upaya
peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia
perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan
kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera. Keluarga berencana adalah suatu
usaha untuk menjarangkan jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi.
Secara umum keluarga berencana dapat diartikan sebagai suatu usaha yang mengatur
banyaknya kehamilan sedemikian rupa sehingga berdampak positif bagi ibu, bayi, ayah
serta keluarganya yang bersangkutan tidak akan menimbulkan kerugian sebagai akibat
langsung dari kehamilan tersebut. Diharapkan dengan adanya perencanaan keluarga yang
matang, kehamilan merupakan suatu hal yang memang sangat diharapkan sehingga akan
terhindar dari perbuatan untuk mengakhiri kehamilan dengan aborsi.
Sasaran utama dari pelayanan KB adalah Pasangan Usia Subur (PUS). Pelayanan KB
diberikan di berbagai unit pelayanan baik oleh pemerintah maupun swasta dari tingkat
desa hingga tingkat kota dengan kompetensi yang sangat bervariasi. Pemberi layanan KB
antara lain adalah Rumah Sakit, Puskesmas, dokter praktek swasta, bidan praktek swasta
dan bidan desa.
B. Tujuan Keluarga Berencana
Tujuan umum adalah membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial
ekonomi suatu keluarga dengan cara pengaturan kelahiran anak, agar diperoleh suatu
keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.
Tujuan lain meliputi pengaturan kelahiran, pendewasaan usia perkawinan, peningkatan
ketahanan dan kesejahteraan keluarga.
Kesimpulan dari tujuan program KB adalah: Memperbaiki kesehatan dan
kesejahteraan ibu, anak, keluarga dan bangsa; Mengurangi angka kelahiran untuk
menaikkan taraf hidup rakyat dan bangsa; Memenuhi permintaan masyarakat akan
pelayanan KB dan KR yang berkualitas, termasuk upaya-upaya menurunkan angka
kematian ibu, bayi, dan anak serta penanggulangan masalah kesehatan reproduksi.
1. Tujuan KB berdasarkan RENSTRA 2005-2009 meliputi:
a. Keluarga dengan anak ideal
b. Keluarga sehat
c. Keluarga berpendidikan
d. Keluarga sejahtera
e. Keluarga berketahanan
f. Keluarga yang terpenuhi hak-hak reproduksinya
g. Penduduk tumbuh seimbang (PTS)
2. Tujuan keluarga berecana menurut BKKBN adalah :
a. Meningkatkan derajat kesehatan dan kesejahteraan ibu dan anak serta
keluarga dan bangsa pada umumnya.
b. Meningkatkan martabat kehidupan rakyat dengan cara menurunkan
angka kelahiran sehingga pertambahan penduduk tidak melebihi
kemampuan untuk meningkatkan reproduksi.
Tujuan akhir KB adalah tercapainya NKKBS (Norma Keluarga Kecil
Bahagia dan Sejahtera) dan membentuk keluarga berkualitas, keluarga
berkualitas artinya suatu keluarga yang harmonis, sehat, tercukupi sandang,
pangan, papan, pendidikan dan produktif dari segi ekonomi.
C. Sasaran Program KB
1. Sasaran Langsung
Pasangan usia subur, yaitu pasangan yang wanitanya berusia antara 15 - 49
tahun karena kelompok ini merupakan pasangan yang aktif melakukan
hubungan seksual dan setiap kegiatan seksual dapat mengakibatkan kehamilan.
PUS diharapkan secara bertahap menjadi peserta KB yang aktif lestari
sehingga memberi efek langsung penurunan fertilisasi.
2. Sasaran Tidak Langsung
a. Kelompok remaja usia 15 - 19 tahun, remaja ini memang bukan
merupakan target untuk menggunakan alat kontrasepsi secara langsung
tetapi merupakan kelompok yang berisiko untuk melakukan hubungan
seksual akibat telah berfungsinya alat-alat reproduksinya, Sehingga
program KB disini lebih berupaya promotif dan preventif untuk
mencegah terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan serta kejadian
aborsi.
b. Organisasi-organisasi, lembaga-lembaga kemasyarakatan, instansi-
instansi pemerintah maupun swasta, tokoh-tokoh masyarakat (alim
ulama, wanita, dan pemuda), yang diharapkan dapat memberikan
dukungannya dalam pelembagaan NKKBS. Sasaran wilayah dengan
laju pertumbuhan penduduk yang tinggi.
D. Akseptor Keluarga Berencana
Akseptor KB adalah proses yang disadari oleh pasangan untuk memutuskan jumlah
dan jarak anak serta waktu kelahiran. Adapun jenis - jenis akseptor KB, yaitu:
1. Akseptor Aktif
Akseptor aktif adalah akseptor yang ada pada saat ini menggunakan salah
satu cara / alat kontrasepsi untuk menjarangkan kehamilan atau mengakhiri
kesuburan.
2. Akseptor aktif kembali
Akseptor aktif kembali adalah pasangan usia subur yang telah menggunakan
kontrasepsi selama 3 (tiga) bulan atau lebih yang tidak diselingi suatu
kehamilan, dan kembali menggunakan cara alat kontrasepsi baik dengan cara
yang sama maupun berganti cara setelah berhenti / istirahat kurang lebih 3
(tiga) bulan berturut– turut dan bukan karena hamil.
3. Akseptor KB Baru
Akseptor KB baru adalah akseptor yang baru pertama kali menggunakan
alat / obat kontrasepsi atau pasangan usia subur yang kembali menggunakan
alat kontrasepsi setelah melahirkan atau abortus.
4. Akseptor KB dini
Akseptor KB dini merupakan para ibu yang menerima salah satu cara
kontrasepsi dalam waktu 2 minggu setelah melahirkan atau abortus.
5. Akseptor KB langsung
Akseptor KB langsung merupakan para istri yang memakai salah satu cara
kontrasepsi dalam waktu 40 hari setelah melahirkan atau abortus.
6. Akseptor KB dropout
Akseptor KB dropout adalah akseptor yang menghentikan pemakaian
kontrasepsi lebih dari 3 bulan (BKKBN, 2007).
E. Kontrasepsi
Istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti “melawan”
atau “mencegah”, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang
dengan sperma yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari konsepsi adalah
menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat adanya pertemuan antara sel
telur dengan sel sperma. Untuk itu, berdasarkan maksud dan tujuan kontrasepsi, maka
yan membutuhkan kontrasepsi adalah pasangan yang aktif melakukan hubungan seks dan
kedua-duanya memiliki kesuburan normal namun tidak menghendaki kehamilan.
Kontrasepsi adalah usaha - usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan, usaha itu dapat
bersifat sementara dapat bersifat permanen. Adapun akseptor KB menurut sasarannya,
meliputi:
1. Fase Menunda Kehamilan
Masa menunda kehamilan pertama sebaiknya dilakukan oleh pasangan yang
istrinya belum mencapai usia 20 tahun. Karena usia di bawah 20 tahun adalah
usia yang sebaiknya menunda untuk mempunyai anak dengan berbagai alasan.
Kriteria kontrasepsi yang diperlukan yaitu kontrasepsi dengan pulihnya
kesuburan yang tinggi, artinya kembalinya kesuburan dapat terjamin 26
Keluarga Berencana Dan Kontrasepsi 100%. Hal ini penting karena pada masa
ini pasangan belum mempunyai anak, serta efektifitas yang tinggi. Kontrasepsi
yang cocok dan yang disarankan adalah pil KB, AKDR.
2. Fase Mengatur/Menjarangkan Kehamilan
Periode usia istri antara 20 - 30 tahun merupakan periode usia paling baik
untuk melahirkan, dengan jumlah anak 2 orang dan jarak antara kelahiran
adalah 2 – 4 tahun.Kriteria kontrasepsi yang diperlukan yaitu efektifitas tinggi,
reversibilitas tinggi karena pasangan masih mengharapkan punya anak lagi.
Kontrasepsi dapat dipakai 3-4 tahun sesuai jarak kelahiran yang direncanakan.
3. Fase Mengakhiri Kesuburan
Sebaiknya keluarga setelah mempunyai 2 anak dan umur istri lebih dari 30
tahun tidak hamil. Kondisi keluarga seperti ini dapat menggunakan kontrasepsi
yang mempunyai efektifitas tinggi, karena jika terjadi kegagalan hal ini dapat
menyebabkan terjadinya kehamilan dengan resiko tinggi bagi ibu dan anak. Di
samping itu jika pasangan akseptor tidak mengharapkan untuk mempunyai
anak lagi, kontrasepsi yang cocok dan disarankan adalah metode kontap,
AKDR, implan, suntik KB dan pil KB.

Adapun syarat - syarat kontrasepsi, yaitu:


a. aman pemakaiannya dan dapat dipercaya.
b. efek samping yang merugikan tidak ada.
c. kerjanya dapat diatur menurut keinginan.
d. tidak mengganggu hubungan persetubuhan
e. tidak memerlukan bantuan medik atau kontrol ketat selama pemakaian.
f. cara penggunaannya sederhana
g. harganya murah supaya dapat dijangkau oleh masyarakat luas.
h. dapat diterima oleh pasangan suami istri
F. Mutu Pelayanan KB
Akses terhadap pelayanan Keluarga Berencana yang bermutu merupakan suatu unsur
penting dala upaya mencapai pelayanan Kesehatan Reproduksi sebagaimana tercantum
dalam program aksi dari International Conference on Population and Development, Kairo
1994. Secara khusus dalam hal ini termasuk hak setiap orang untuk memperoleh
informasi dan akses terhadap berbagai metode kontrasepsi yang aman, efektif,
terjangkau, dan akseptabel. Sementara itu, peran dan tanggung jawab pria dalam
Keluarga Berencana perlu ditingkatkan, agar dapat mendukung kontrasepsi oleh istrinya,
meningkatkan komunikasi di antara suami istri, meningkatkan penggunaan metode
kontrasepsi pria, meningkatkan upaya pencegahan IMS, dan lain-lain
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menurut World Health Organisation (WHO) expert committee 1997: keluarga
berencana adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk menghindari
kehamilan yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang sangat
diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran
dalam hubungan dengan umur suami istri serta menentukan jumlah anak dalam keluarga. 
Tujuan umum adalah membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial
ekonomi suatu keluarga dengan cara pengaturan kelahiran anak, agar diperoleh suatu
keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.
Sasaran program KB sendiriterdiridarisasaranlangsungdansasarantidaklangsung.
Akseptor KB adalah proses yang disadari oleh pasangan untuk memutuskan jumlah
danjarak anak serta waktu kelahiran. Akseptor KB terdiridariAkseptoraktif,
akseptoraktifkembali, akseptor KB baru, akseptor KB dini, Akseptor KB langsung,
danskeptor dropout.
Istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti “melawan”
atau “mencegah”, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang
dengan sperma yang mengakibatkan kehamilan.
Akses terhadap pelayanan Keluarga Berencana yang bermutu merupakan suatu unsu
penting dala upaya mencapai pelayanan Kesehatan Reproduksi sebagaimana tercantum
dalam program aksi dari International Conference on Population and Development, Kairo
1994.
B. Saran
Kami menyadari makalah ini masih banyak kekurangan maka dari itu kami sebagai
penyusun makalah ini sangat terbuka dengan semua saran dan kritik positif bagi makalah
ini dari para pembaca untuk membangun dan memperbaiki makalah ini agar menjadi
lebih baik
DAFTAR PUSTAKA

Matahari R, Utami P.F, Sugiharti S.(2018). Buku Ajar KeluargaBerencana


Dan Kontrasepsi. Yogyakarta: PustakaIlmu
Straight, Barbara R. (2005). Keperawatan Ibu-Bayi Baru Lahir. Jakarta :Buku
Kedokteran EGC.
Everett.(2007). Konsep Dasar Kontrasepsi. Jakarta: Buku Kebidanan.

Anda mungkin juga menyukai