Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATANAN

ANAK
DENGAN
SINDROM NEFROTIK
OLEH
KELOMPOK III (3)
GITA YULIANI LADIHA (751440120012)
LISNAWATI IGIRISA (751440120016)
MELISA NTOI (751440120019)
MUTMAINNAH PUTRI R. ISA (751440120021)
NAQDZYATUN NUR IVANA ISA (751440120022)
NURMAYA BULONGGODU (751440120023)
RAHMAT SIGIT MURSAHA (751440120026)
RIZKA MAYSARAH AMSYAR (751440120027)
SINTIA S. AHMAD (751440120028)
WAHYUDIN ABDULLAH (751440120033)
Pengertian
Pengertian Sindroma Nefrotik adalah keadaan klinis yang disebabkan oleh
kerusakan glomerulus. Peningkatan pemmeabilitas glomerulus terhadap pretein
plasma yang dapat menyebabkan terjadinya proteinuria, hipoalbuminemia,
hiperlipidemia dan edema (Betz & Sewden 2009).
Sindroma Nefrotik merupakan penyakit dengan gejala edema, proteinuria,
hipoalbuminemia dan hiperkolesterolemia. Kadang-kadang terdapat hematuria,
hipetensi dan penurunan fungsi ginjal (Ngastiyah, 2014).
Etiologi c. Sindrom Nefrotik Ideopatik
Belum diketahui penyebab Sindrom Nefrotik
a. Sindroma Nefrotik Bawaan Ideopatik atau juga disebut Sindroma Nefrotik
Sindroma Nefiotik Bawaan diturinkan sebagai resesif Primer. Berdasarkan histopatologis yang
autosomal, klieu ini biasanva tidak merespon terhadap tampak pada biopsi ginjal dengan pemeriksaan
pengobatan vang diberikan Adapun gejala yang biasarya tejadi mikroskop biasa dan mikroskop elektron,
vaitu edema pada masa neonatus. Umumnya, pekembangan pada Churg, dkk membagi Sindrom Nefrotik
klien terbilang bunik dan laien akan ineninggal pada bulan bulan Ideopatik kedalam 4 golongan yaitu:
pertama kehidupannya. 1.) Kelainan minimal yaitu dengan mikroskop
biasa glomerulus terlihat normal, namun
dengan mikroskop elektron terlihat foot
b. Sindroma Nefrotik Sekunder prunessan sel epitel empedu.
2.) Nefropati Membranosa yaitu terjadi
Sindroma Nefrotik Sekunder bukan disebabkan oleh
penebalan dinding kapiler glomerulus
turunan kromosom, namun disebabkan oleh beberapa
3.) Glomerulonefritis Proliferatif
masalah seperti: 4.) Glomerulonefritis fokal segmental Pada
1.) Malaria kuartana atau parasit lainnya Glomerulonefritis fokal segmental yang paling
2.) Penyakit Lupus Eritematosus Diseminata, purpura dan mencolok yaitu sklerosis glomerulus yang
3.) Glomerulonefnitis akut atau kronis, trombosis vena disertai atrofi tubulus.
renalis
4.) Penyakit sel sabit, dll
Patofisiologi
Meningkatnya permeabilitas dinding kapiler glomerular akan berakibat pada hilangnya protein
plasma dan kemudian akan terjadi proteinuria. akan dapat mengakibatkan proteinuria Kelanjutan
hipoalbuminemia, Dengan menurunnya jumlah albumin, terjadilah penurunan tekanan osmotik plasma
sehingga cairan intravaskuler akan berpindah ke interstisial. Perpindahan cairan tersebut
mengakibatkan volume cairan intravaskuler berkurang dan terjadilah kondisi hipovolemik pada pasien,
kondisi hipovolemik ini jika tidak segera diatasi akan berdampak pada hipotensi.
Rendahnya volume cairan pada intravaskuler ini akan mempengaruhi merangsang produksi renin
angiotensin dan peningkatan sekresi aliran darah ke renal, ginjal akan melakukan kompensasi dengan
antidiuretik hormon (ADH) dan sekresi aldosteron yang mengakibatkan retensi terhadap natrium dan
air yang berdampak pada edema Penurunan daya tahan tubuh juga mungkin terjadi akibat
hipoalbuminemia, jika tidak segera diatasi pasien dengan Sindroma Nefrotik akan rentan terhadap
infeksi seperti peritonitis dan selulitis .
Anak dengan sindroma nefrotik dapat mengalami peningkatan kolesterol dan trigliserida serum
akibat peningkatan dari produksi lipoprotein karena penurunan plasma albumin dan penurunan onkotik
plasma. Selain itu, peningkatan produksi lipoprotein didalam hepar akibat kompensasi hilangnya
protein dapat mengakibatkan terjadinya hiperlipidemia, dan akan ditemukan lemak didalam urine atau
lipiduria.
Pathway
Respon Tubuh Terhadap Perubahan Fisiologis Syaifuddin, (2012)
mengatakan bahwa perubahan fisiologis pada anak :

a. Sistem Peredaran Darah (Sirkulasi) dengan sindrom nefrotik adalah : Meningkatnya permeabilitas dinding
kapiler glomerulus mengakibatkan protein lolos dan keluar bersama urine yang menyebabkan protein dalam
plasma berkurang, tekanan osmotik koloid menurun dan tekanan hidrostatik meningkat, akibatnya cairan
intravaskuler berpindah kedalam interstisial. Respon tubuh anak adalah edema, edema akan semakin parah
dan hal ini terlihat dari postur tubuh anak yang hingga mengalami edema anasarka. tivate Jumlah cairan
intravaskuler yang menurun dapat mengakibatkanego syok hipovolemik.
b. Sistem Pencernaan Penumpukan cairan keruang interstisial dapat mengakibatkan peningkatan tekanan
abdomen yang mendesak lambung. Respon tubuh anak adalah anoreksia dan mual muntah.
c. Sistem Pernapasan Penumpukan cairan keruang interstisial dapat mendesak rongga dada, sehingga
ekspansi paru menurun. Respon tubuh anak adalah napas cepat.
d. Sistem Perkemihan
e. Stimulus yang diberikan oleh hormon renin - angiotensin mengakibatkan peningkatan sekresi hormon ADH.
Sehingga, reabsorbsi Na' dan Air juga mengalami peningkatan. Respon tubuh anak adalah penurunan
haluaran urine atau Oliguri bahkan anak bisa mengalami anurine, selain itu anak juga akan mengalami edema
yang akan memburuk menjadi edemate anasarka.
f. Penurunan fungsi filtrasi glomerulus mengakibatkan protein terfiltrasi dan ikut keluar bersama urine, jika
dilakukan pemeriksaan hematologi akan ditemukan hasil hipoalbuminemia. Respon tubuh anak adalah daya
tahan 2. tubuh yang rendah.
Manifestasi Klinis
Walaupun gejala pada anak akan bervariasi seiring dengan
perbedaan proses penyakit, gejala yang paling sering
berkaitan dengan sindroma nefrotik adalah:

a. Penurunan haluaran urine dengan warna gelap dan


berbusa.
b. Cairan dengan edema berat (edema fasial, abdomen,
area genitalia dan ekstremitas).
c. Distensi abdomen karena edema yang mengakibatkan
sulit bernapas, nyeri abdomen, anoreksia dan diare.
d. Keletihan dan intoleransi aktivitas. Nilai uji laboratorium
abnormal seperti proteinuria > 2gr/m hari, albumin serum
<2gr/dl, kolesterol serum mencapai 450-1000mg/dl.
Penatalaksanaan

Menurut Betz & Sowden, (2009) penatalaksanaan medis untuk sindrom nefrotik meliputi Pemberian
kortikosteroid seperti prednison atau prednisolon untuk meliputi
a. menginduksi remisi, Dosis akan diturunkan setelah 4 sampai 8 minggu terapi. Jika pasicn mengalami
kekambuhan, maka perlu diberikan kortikosteroid dengan dosis tinggi untuk beberapa hari.
b. Penggantian protein, hal ini dapat dilakukan dengan pemberian albumin melalui makanan atau melalui
intravena.
c. Pengurangan edema.
d. Terapi diuretik, hendaknya terapi ini diberikan lebih cermat guna mencegah terjadinya penurunan volume
intravaskuler, pembentukan trombus maupun ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
e. Membatasi pemberian natrium.
f. Mempertahankan keseimbangan elektrolit.
g. Pengobatan nyeri untuk mengatasi ketidaknyamanan yang berhubungan dengan edema maupun tindakan
medis yang dilakukan kepada pasien.
h. Pemberian antibiotik seperti penisilin oral atau jenis lain, mengingat pasien dengan sindroma nefrotik rentan
terkena infeksi akibat daya tahan tubuhnya yang rendah.
i. Terapi Imunosupresif untuk anak yang gagal berespon dengan terapi steroid.
Menurut Ngastiyah, (2014) Penatalaksanaan medis pada anak dengan Sindroma neftotik Meliputi edema
masih berat.
Lanjutan penatalaksanaan

Bila edema sudah berkurang, maka dapat diberikan :


a. Diet tinggi protein sebanyak 2-3 gr/Kg BB dengan garam minimal
bila sedikit garam (Buku Kuliah IKA Jilid II).
b. Mencegah infeksi juga perlu dilakukan, karena anak
kemungkinan akan menderita tuberkulosis. Bila terjadi infeksi beri
terapi antibiotik.
c. Kondisi alkalosis akibat hipokalemia dapat dibantu dengan
pemberian terapi KCI.
d. Kondisi hipertensi pada klien dapat diatasi dengan pemberian
obat-obatan antihipertensi foto seperti resephin atau pemblok beta
dengan efek samping penurunan laju filtrasi glomerulus dan harus
digunakan dengan sangat hati-hati.
e. Berikan diuretik untuk mengatasi edema.
f. Berikan terapi kortikosteroid.
Konsep Asuhan
Keperawatan pada Kasus
Sindroma Nefrotik
1. Pengkajian pada pasien dengan kasus Sindroma Nefrotik meliputi:
a. Identitas, seperti :nama, tempat tanggal lahir/umur, berat badan lahir, panjang badan lahir, serta apakah bayi
lahir cukup bulan atau tidak, jenis kelamin, anak ke, jumlah saudara dan identitas orang tua.
b. Keluhan Utama
Meliuti

2. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Kesehatan Dahulu 3. Riwayat Pertumbuhan 4. Riwayat Psikososial
Sekarang Perlu ditanyakan pada dan Perkembangan
Biasanya orang tua anak orangtua berat badan anak Biasanya anak cendenung
mengeluhkan sembab pada dahulu untuk menilai adanya mengalami keterlambatan Penurunan nilai cardiac
peningkatan berat badan. pertumbuhan karena output dapat
beberapa bagian tubuh
Perlu dikaji riwayat keluarga keletihan akibat lambung mengakibatkan penurunan
anak seperti pada wajah.
dengan sindroma nefrotik yang mengalami tekanan perfusi darah ke otak. Hal
mata, tungkai serta bagian seperti adakah saudara-
genitalia. Orang tua anak oleh cairan intrastisial dan ini dapat berdampak pada
saudaranya yang memiliki memberikan persepsi ketidakseimbangan perfusi
biasanya juga riwayat penyakit ginjal dan
mengeluhkan anaknya kenyang pada anak. jaringan cerebral pada
riwayat tumbuh kembang anak
mudah demam dan daya yang terganggu, apakah anak
anak. Sehingga anak perlu
tahan tubuh anaknya pernah mengalami diare atau mendapatkan stimulasi
terbilang rendah. sesak napas sebelumnya, serta tumbuh kembang dengan
adanya penurunan volume baik
haluaran urine.
Pemeriksaan Fisik
1) TTV
2) Postur
3) Kepala-leher
4) Mata
5) Hidung
6) Mulut
7) Kardiovaskuler
8) Paru-Paru
9) Abdomen
10)Kulit
11)Ekstremitas
12)Genitalia
Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan Urine
2) Uji Darah
3) Uji Diagnostik
Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan Buku Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia, diagnosa


keperawatan
yang mungkin muncul:
a. Nyeri Kronis berhubungan dengan agen biologis. ( D. 0078)
b. Diare berhubungan dengan edema mukosa usus. ( D. 0020)
c. Defisit nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
faktor biologis. ( D. 0019)
Intervensi Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis.
Tujuan : Setelah di lakukan tindakan keperawatan di harapkan tingkat nyeri menurun Kriteria
hasil :
1. Pola napas membaik.
2. Keluhan nyeri menurun
3. Kesulitan tidur menurun

Intervensi :
Observasi
a. Identifikasi skala nyeri
b. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
Terapeutik
a. Berikan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri.
b. Fasilitasi istrahat dan tidur.
Edukasi
a. Jelaskan strategi meredakan nyeri.
b. Anjurkan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri.
Kolaborasi
pemberian analgetik jika perlu.
Lanjutan intervensi

b. Diare berhubungan dengan edema mukosa usus


Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan Eliminasi Fekal Membaik Kriteria Hasil:
1. Kontrol pengeluaran feses meningkat
2. Mengenjan saat defeksi menurun
3. Nyeri abdomen menurun
4. Kram abdomen menurun
5. Konsistensi feses membaik
6. Frekuensi defeksi membaik
7. Peristaltic usus membaik
Intervensi
Observasi: Terapeutik: Edukasi : Kolaborasi:
a. Identifikasi riwayat a. Berikan asupan cairan a. Anjurkan makanan porsi a. Kolaborasi pemberian
mempersembahkan makanan oral kecil dan sering secara obat antimotilitas
b. identifikasi gejala invaginasi
b. Pasang jalur intravena bertahap b. Kolaborasi pemberian
c. Pantau warna, volume,
frekwensi, dan konsistensi tinja. c. Berikan cairan intravena b. Anjurkan makanan, obat antispasmodic /
d. Monitor tanda dan gejala d. Ambil sampel darah pembentuk gas, pedas, dan spasmolitik
hipovolemia untuk pemeriksaan darah mengandung laktosa c. Kolaborasi pemberian
e. Monitor iritasi dan ulserasi lengkap dan elektrolit c. Anjurkan melanjutkan obat pengeras feses.
kulit didaerah perineal e. Ambil sampel feses untuk mempersembahkan ASI
f. Monitor pengeluaran makanan
kultur, jika perlu
g. Monitor keamanan penyiapan
makanan
Lanjutan intervensi

c. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan makanan


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan status nutrisi terpenuhi.
Kriteria hasil :
1. Porsi makan yang dihabiskan meningkat.
2. Berat badan meningkat.
3. Nafsu makan meningkat.

Intervensi :
Observasi
a. Identifikasi status nutrisi.
b. Monitor asupan makanan.
c. Monitor berat badan.
Terapeutik
a. Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai.
Edukasi
a. Anjurkan posisi duduk.
Kolaborasi
a. Kolaborasi dengan ahli jizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien yang
dibutuhkan
Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang


dilakukan perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan
yang dihadapi kestatuskesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria
hasil yang diharapkan
Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan seberapa jauh diaknosa keperawatan, rencana
tindakan, dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai.
Ada beberapa tujuan evaluasi :
a. Melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan.
b. Mengadakan hubungan dengan klien berdasarkan respon klien terhadap tindakan
keperawatan yang telah diberikan sehingga perawat dapat mengambil keputusan
c. Mengakhiri rencana tindakan (klien telah mencapai tujuan yang ditetapkan).
d. Memodifikasi rencana tindakan (klien mengalami kesulitan untuk mencapai
tujuan).
e. Meneruskan rencana tindakan (klien memerlukan waktu yang lebih lama untuk
mencapai tujuan).
TERIMA KASIH
(AYO SENYUM SEMUANYA)

Anda mungkin juga menyukai