Disusun Oleh:
Kelompok 2
Dewi Sri Gamar Zakaria CBR0190008
Diah Lailatul Qaidah CBR0190009
Dila Febriyanti CBR0190010
Dilla Silvani Lutfiera CBR0190011
Evi oktaviani CBR0190012
Irawati CBR0190013
2021
1
KATA PENGANTAR
Bissmilahirahmanirrahim
Segala puji bagi allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami.
Dapat menyelesaikan tugas ini dengan tepat waktu tanpa pertolongan-nya tentunnya kami tidak
sanggup untuk menyelesaikan tugas ini dengan baik. Sholawat sertta salam semoga
Terlimpahkan curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita
nanti nantikan syafa`atnya diakhirat nanti.
Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahkan nikmat sehatnya baik itu
berupa sehat fisik mupun akal pikiran, sehingga kami mampu untuk menyelesaikan pembuatan
tugas ini. Adapun tujuan dari penulisan tugas ini adalah untuk memenuhi Tugas mata kuliah
Keluarga Berencana (KB) dan Pelayanan Kontrasepsi Prodi S1 Kebidanan. Selain itu tujuan ini
juga untuk menambah wawasan tentang Keluarga Berencana (KB) dan Pelayanan Kontrasepsi
bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami tentu menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdpat kesalahan serta kekurangan di dalamnnya. Untuk itu, kami mengharapkan kritik serta
saran dari pembaca untuk tugas ini, supaya tugas ini dapat tugas yang lebih baik lagi, Kemudian
apabila terdapatbanyak kesalahan pada tugas ini kami mohon maaf yang sebesar-besarnnya.
Kami juga mengucapkan Terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada ibu
Nurdewi Sulymbona S.Tr.Keb., M.Keb. selaku dosen mata kuliah Keluarga Berencana (KB) dan
Pelayanan Kontrasepsi yang telah membimbing kami dalam mengerjakan tugas ini.
Penulis
2
DAFTAR ISI
Judul…...………………………………………………………………………………................1
Kata Pengantar…...………………………………………………………………………………2
Daftar isi…...……………………………………………………………………………….…….3
BAB 1 PENDAHULUAN………………...……………………………………………………..4
A. Latar Belakang…………………………………………………………………………....4
B. Rumusan Masalah………………………………………………………………………...5
C. Tujuan Penulis…………………………………………………………………………….5
BAB 2 PEMBAHASAN………………………………………………………….………….......6
BAB 3 PENUTUP……………………………………………………………………………...14
A. Kesimpulan………………………………………………………………………………14
Daftar Pustaka……………………………………………………………………………………15
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan berbagai jenis
masalah, salah satunya yaitu dibidang kependudukan. Badan Perencanaan Pembangunan
(2018) mendapatkan jumlah penduduk Indonesia yaitu sebanyak 265 juta jiwa. Tingginya
laju pertumbuhan penduduk yang tidak diiringi dengan peningkatan kualitas
penduduk, maka dilakukan upaya penanganan yaitu dengan program Keluarga
Berencana. Keluarga Berencana (KB) merupakan program pemerintah untuk
membatasi jumlah dengan mencegah kehamilan, kelahiran yang dapat menunda
kehamilan, jarak anak yang diinginkan untuk mengatur laju pertumbuhan penduduk.
Pada hakekatnya KB bertujuan untuk mewujudkan keluarga dengan anak ideal, sehat,
berpendidikan, sejahtera, berketahanan dan terpenuhi hak-hak reproduksinya.
Kontrasepsi berasal dari kata “kontra” yang berarti mencegah atau melawan
sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperma yang
mengakibatkan kehamilan. Jadi kontrasepsi adalah menghindari/ mencegah terjadinya
kehamilan sebagai akibat pertemuan antarasel telur matang dengan sel sperma
tersebut (BKKBN, 2009). Banyak metode dan alat kontrasepsi yang dapat digunakan
untuk mencegah kehamilan maupun melindungi diri dari penyakit menular seksual,
tentunya setiap metode maupun alat memiliki kelebihan dan kekurangan masing –
masing.
Metode kontrasepsi terbagi menjadi kontrasepsi alamiah/tradisional dan
kontrasepsi modern. Metode alamiah/tradisional merupakan metode-metode yang tidak
membutuhkan alat ataupun bahan kimia (yang menjadi ciri khas metode tradisional)
juga tidak memerlukan obat-obatan dan yang termasuk metode kontrasepsi
ilmiah/tradisional adalah metode kalender, metode senggama terputus (coitus interuptus),
metode suhu tubuh dan metode amenorea laktasi (MAL). Sedangkan Kontrasepsi
4
modern (hormonal) adalah alat atau obat kontrasepsi yang bertujuan untuk mencegah
terjadinya konsepsi sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang
dengan sel sperma dengan menggunakan alat atau obat-obatan dimana bahan
bakunya ada yang mengandung preparat ekstrogen dan progesterone, yang
termasuk metode kontrasepsi modern adalah kontrasepsi hormonal dan kontrasepsi
non-hormonal, contohnya adalah kondom, pil, suntik, implant, Intra Uterine Device
(IUD), Medis Operatif Pria (MOP), Medis Operatif Wanita (MOW).
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang definisi dari keluarga berencana?
2. Apa tujuan dari keluarga berencana?
3. Bagaimana cara ber-KB dengan menggunakan metode kalender?
4. Bagaimana cara ber-KB dengan menggunakan metode coitus interputus?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui keluarga berencana.
2. Untuk mengetahui tujuan dari keluarga berencana.
3. Untuk mengetahui cara ber-KB dengan menggunakan metode kalender.
4. Untuk mengetahui cara ber-KB dengan menggunakan metode coitus interuptus.
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
Secara umum tujuan yang ingin dicapai dari gerakan keluarga berencana adalah
meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak dalam rangka mewujudkan keluarga kecil
bahagia sejahtera yang menjadi dasar terwujudnya masyarakat yang sejahtera dan
berkualitas. Secara spesifik dapat disebutkan tujuan yang ingin dicapai dari gerakan
keluarga berencana ialah :
1. Menurunkan tingkat kelahiran dengan mengikutsertakan seluruh lapisan
masyarakat dan potensi yang ada.
2. Meningkatkan jumlah peserta KB dan tercapainya pemerataan serta kualitas
peserta KB yang menggunakan alat kontrasepsi efektif dan mantap dengan
pelayanan bermutu.
3. Mengembangkan usaha-usaha untuk membantu meningkatkan kesejahteraan ibu
dan anak, memperpanjang harapan hidup, menurunkan tingkat kematian bayi dan
anak balita serta memperkecil kematian ibu karena resiko kehamilan dan
persalinan.
4. Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap masalah kependudukan yang
menjurus ke arab penerimaan, penghayatan dan pengamalan NKKBS sebagai cara
hidup yang layak dan bertanggungjawab.
5. Meningkatkan peranan dan tanggung jawab wanita, pria dan generasi muda dalam
pelaksanaan upaya-upaya penanggulangan masalah kependudukan.
6. Mencapai kemantapan, kesadaran dan peran serta Keluarga dan Masyarakat
dalam pelaksanaan gerakan KB Nasional sehingga lebih mampu menigkatkan
kemandiriannya di wilayah masing-masing.
7
tetapi dapat terjadi antara 12 atau 16 hari sebelum menstruasi berikutnya. Hasil
penelitian kedua ahli ini menjadi dasar dari KBA sistem kalender.
a) Pengertian
Metode kalender atau pantang berkala adalah cara atau metode kontrasepsi
sederhana yang dilakukan oleh pasangan suami istri dengan tidak melakukan
senggama atau hubungan seksual pada masa subur atau ovulasi.
b) Manfaat
Metode kalender atau pantang berkala dapat bermanfaat sebagai kontrasepsi
maupun konsepsi.
Manfaat kontrasepsi
Sebagai alat pengendalian kelahiran atau mencegah kehamilan.
Manfaat konsepsi
Dapat digunakan oleh para pasangan untuk mengharapkan bayi dengan
melakukan hubungan seksual saat masa subur/ovulasi untuk meningkatkan
kesempatan bisa hamil
c) Keuntungan
Metode kalender atau pantang berkala mempunyai keuntungan sebagai
berikut.
(1) Metode kalender atau pantang berkala lebih sederhana.
(2) Dapat digunakan oleh setiap wanita yang sehat.
(3) Tidak membutuhkan alat atau pemeriksaan khusus dalam penerapannya.
(4) Tidak mengganggu pada saat berhubungan seksual.
(5) Kontrasepsi dengan menggunakan metode kalender dapat menghindari
resiko kesehatan yang berhubungan dengan kontrasepsi.
(6) Tidak memerlukan biaya.
(7) Tidak memerlukan tempat pelayanan kontrasepsi.
d) Keterbatasan
Sebagai metode sederhana dan alami, metode kalender atau pantang berkala
ini juga memiliki keterbatasan, antara lain.
(1) Memerlukan kerjasama yang baik antara suami istri.
(2) Harus ada motivasi dan disiplin pasangan dalam menjalankannya.
8
(3) Pasangan suami istri tidak dapat melakukan hubungan seksual setiap saat.
(4) Pasangan suami istri harus tahu masa subur dan masa tidak subur.
(5) Harus mengamati sikus menstruasi minimal enam kali siklus.
(6) Siklus menstruasi yang tidak teratur (menjadi penghambat).
(7) Lebih efektif bila dikombinasikan dengan metode kontrasepsi lain.
e) Efektifitas
Metode kalender akan lebih efektif bila dilakukan dengan baik dan benar. Sebelum
menggunakan metode kalender ini, pasangan suami istri harus mengetahui masa subur. Padahal,
masa subur setiap wanita tidaklah sama. Oleh karena itu, diperlukan pengamatan minimal enam
kali siklus menstruasi. Selain itu, metode ini juga akan lebih efektif bila digunakan bersama
dengan metode kontrasepsi lain. Berdasarkan penelitian dr. Johnson dan kawan-kawan di Sidney,
metode kalender akan efektif tiga kali lipat bila dikombinasikan dengan metode simptothermal.
Angka kegagalan penggunaan metode kalender adalah 14 per 100 wanita per tahun.
(1) Penentuan masa tidak subur didasarkan pada kemampuan hidup sel sperma dalam
saluran reproduksi (sperma mampu bertahan selama 3 hari).
(3) Penentuan masa tidak subur tidak didasarkan pada siklus menstruasi sendiri.
(4) Kurangnya pemahaman tentang hubungan masa subur/ovulasi dengan perubahan jenis
mukus/lendir serviks yang menyertainya.
(5) Anggapan bahwa hari pertama menstruasi dihitung dari berakhirnya perdarahan
menstruasi. Hal ini menyebabkan penentuan masa tidak subur menjadi tidak tepat.
9
g) Penerapan
Hal yang perlu diperhatikan pada siklus menstruasi wanita sehat ada tiga tahapan:
(1) Pre ovulatory infertility phase (masa tidak subur sebelum ovulasi).
(3) Post ovulatory infertility phase (masa tidak subur setelah ovulasi).
Perhitungan masa subur ini akan efektif bila siklus menstruasinya normal yaitu 21-35
hari. Pemantauan jumlah hari pada setiap siklus menstruasi dilakukan minimal enam kali
siklus berturut-turut. Kemudian hitung periode masa subur dengan melihat data yang
telah dicatat.
Hari pertama dalam siklus haid dihitung sebagai hari ke-1 dan masa subur adalah hari ke-
12 hingga hari ke- 16 dalam siklus haid.
Contoh:
Seorang wanita/istri mendapat haid mulai tanggal 9 Maret. Tanggal 9 Maret ini dihitung
sebagai hari ke-1. Maka hari ke-12 jatuh pada tanggal 20 Maret dan hari ke 16 jatuh pada
tanggal 24 Maret. Jadi masa subur yaitu sejak tanggal 20 Maret hingga tanggal 24 Maret.
Sehingga pada masa ini merupakan masa pantang untuk melakukan senggama. Apabila
Jumlah hari terpendek dalam 6 kali siklus haid dikurangi 18. Hitungan ini menentukan
hari pertama masa subur. Jumlah hari terpanjang
Rumus:
10
Hari pertama masa subur = Jumlah hari
terpendek – 18
terpanjang – 11
Contoh:
Seorang wanita/istri mendapat haid dengan siklus terpendek 25 hari dan siklus terpanjang
30 hari (mulai hari pertama haid sampai haid berikutnya).
Langkah 1: 25 – 18 = 7
Langkah 2: 30 – 11 = 19
Jadi masa suburnya adalah mulai hari ke-7 sampai hari ke-19. Sehingga masa ini, suami
istri tidak boleh melakukan senggama. Apabila ingin melakukan senggama harus
menggunakan kontrasepsi.
11
Tidak memerlukan alat atau obat kontrasepsi
Tidak memerlukan pemeriksaan medis
Tidak berbahaya bagi fisik
Mudah diterima
Dapat dilakukan setiap waktu tanpa memperhatikan masa subur maupun masa
tidak subur
d) Kekurangan :
Diperlukan penguasaan diri yang kuat
Seacara psikologis mengurangi kenikmatan dan menimbulkan gangguan
hubungan seksual
Metode kontrasepsi ini tidak selalu berhasil
Tidak melindungi dari IMS atau HIV/aids
Jika salah satu pasangan tidak menyetujui dapat menimbulkan keteganggan
sehingga merusak hbngan seksual
Kemungkinan ada sedikit cairan mengandung sperma yang masuk kedalam
vagina saat pencabutan penis sehingga dapat menyebabkan kehamilan
e) Indikasi
Metode kontrasepsi sederhana coitus interuptus dapat dipakai untuk :
Suami yang ingin berpartisipasi aktif dalam keluarga berencana
Pasangan yang taat beragama atau mempunyai alasan filosofi untuk
tidak memakai metode-metode lain
Pasangan yang memerlukan kontrasepsi dengan segera
Pasangan yang membutuhkan metode sementara, sambil menunggu
metode yang lain
Pasangan yang membutuhkan metode pendukung
Pasangan yang melakukan hubungan seksual tidak teratur
f) Kontradiksi
Metode kontasepsi sederhana coitus interuptus tidak dapat dipakai untuk :
Suami dengan pengalaman ejakulasi dini
Suami ynag sulit melakukan senggama terputus
12
Suami yang memiliki kelainan fisik atau psikologis
Istri yang mempunyai pasangan yang sulit bekerja sama
Pasangan yang kurang berkomunikasi
Pasanagan yang tidak bersedia melakukan senggama terputus
g) Intruksi metode kontrasepsi
Bagi klien yang ingin melakukan senggama terputus harus :
Meningkatkan kerja sama dan membangun saling pengertian sebelum
melakukan hubungan seksuakl dan pasangan harus mendiskusikan dan
menyepakati metode senggama terputus
Sebelum berhbungan pria terlebih dahulu mengosongkan kandung
kemih dan membersihkan ujung penis untuk menghilangkan sperma
dari ejakulasi sebelumnya
Apabila merasa akan ejakulasi pria segera menggelurakan penisnya dari
vagina pasangan dan mengeluarkan sperma di luar vagina
Pastikan pria tidak terlambat melaksanakannya
Senggama tidak dianjurkan pada masa subur
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Metode kalender atau pantang berkala adalah metode kontrasepsi sederhana atau
metode yang digunakan oleh pasangan suami istri tanpa melakukan hubungan seksual
atau hubungan seksual saat melahirkan atau ovulasi. Keunggulannya elatif sederhana,
tidak memerlukan alat atau pemeriksaan khusus, tidak mengganggu hubungan seksual,
menghindari risiko kesehatan yang terkait dengan kontrasepsi, dan tidak memerlukan
biaya. Namun tantangannya adalah perlunya kerjasama yang baik antara suami dan istri,
harus memiliki motivasi dan disiplin dari pasangannya, tidak bisa berhubungan seks
sepanjang waktu, harus mengetahui masa reproduksinya, dan harus memperhatikan
minimal enam siklus haid.
Coitus interpus adalah metode keluarga berencana tradisional di mana seorang
pria mengeluarkan alat kelamin (penis) dari vagina sebelum ejakulasi. Keunggulan
metode ini adalah gratis, tidak memerlukan alat kontrasepsi atau obat-obatan, tidak
memerlukan pemeriksaan medis, tidak berbahaya bagi tubuh, dan dapat dilakukan kapan
saja tanpa mempertimbangkan kesuburan. Tantangannya adalah membutuhkan
pengendalian diri yang kuat, mengurangi kenikmatan dan menyebabkan masalah seksual,
tidak selalu efektif, tidak dapat mencegah infeksi menular seksual atau HIV / AIDS serta
sejumlah kecil cairan yang mengandung sperma dapat masuk ke dalam vagina saat
pencabutan penis.
14
DAFTAR PUSTAKA
Abdul, B. S. (2003). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepasi. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Everett, S. (2007). Buku Saku Kontrasepsi & Kesehatan Seksual Reproduktif. Jakarta: EGC.
Glasier, A. (2005). Keluarga Berencana & Kesehatan Reproduksi. Jakarta: EGC.
Hartanto. (2010). Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Sinar Harapan.
Maya, G., Sugihantono, A. (2014). Pedoman Manajemen Pelayanan Keluarga Berencana.
Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Ibu Direktorat Jenderal Bina kesehatan Ibu
dan Anak Kementerian Kesehatan RI.
Sari, P., Agustin, D. S. (2017). Buku Ajar Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana.
Surakarta: Bebuku Publisher.
Sulistyawati, A. (2011). Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta: Salemba Medika.
15
16