Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan Negara dengan pertumbuhan penduduk terbesar.
Untuk mengatasi peledakan penduduk yang tak terkendali pemerintah
mencetuskan program keluarga berencana. Esensi tugas program keluarga
berencana (KB) dalam hal ini telah jelas, yaitu menurunkan fertilitas agar dapat
mengurangi beban pembangunan demi terwujudnya kebahagiaan dan
kesejahteraan bagi rakyat dan bangsa Indonesia.
Alat kontrasepsi sangat berperan penting dalam program KB. Namun
tidak semua para ibu cocok menggunakan masing-masing dari alat kontrasepsi.
Untuk itu, setiap pribadi harus bisa memilih alat kontrasepsi yang cocok untuk
dirinya. Pelayanan kontrasepsi (PK) adalah salah satu jenis pelayanan KB yang
tersedia. Sebagian besar akseptor KB memilih dan membayar sendiri berbagai
macam metode kontrasepsi yang tersedia.
Faktor yang mempengaruhi pemilihan jenis kontrasepsi antara lain faktor
pasangan (umur, gayahidup, jumlah keluarga yang diinginkan, pengalaman
dengan metode kontrasepsi yang lalu), faktor kesehatan (status kesehatan, riwayat
haid, riwayat keluarga, pemeriksaan fisik, pemeriksaan panggul), faktor metode
kontrasepsi (efektivitas, efeksamping, biaya), tingkat pendidikan, pengetahuan,
kesejahteraan keluarga, agama, dan dukungan dari suami/istri. Faktor-faktor ini
nantinya juga akan mempengaruhi keberhasilan program KB. Hal ini
dikarenakan setiap metode atau alat kontrasepsi yang dipilih memiliki efektivitas
yang berbeda-beda.program KB menurut UU No. 10 tahun 1992 (tentang
perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera) adalah upaya
peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia
perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan
kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera.

1
Program KB adalah bagian yang terpadu dalam program pembangunan
nasional dan bertujuan untuk menciptakan kesejahteraan ekonomi, spiritual, dan
social budaya penduduk Indonesia agar dapat dicapai keseimbangan yang baik
dengan kemampuan produksi nasional.
Tujuan umum untuk lima tahun kedepan mewujudkan visi dan misi
program KB yaitu membangun kembali dan melestarikan pondasi yang kokoh
bagi pelaksana program KB di masa pendatang untuk mencapai keluarga
berkualitas

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari Keluarga Berencana (KB) ?
2. Bagaimana tujuan dari Keluarga Berencana (KB) ?
3. Apa manfaat dari Keluarga Berencana (KB) ?
4. Bagaiamana sasaran dari Keluarga Berencana (KB) ?
5. Apa saja metode kontrasepsi dari Keluarga Berenacana (KB) ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Keluarga Berencana (KB)
2. Untuk mengetahui tujuan dari Keluarga Berencana (KB)
3. Untuk mengetahui manfaat dari Keluarga Berencana (KB)
4. Untuk mengetahui sasaran dari Keluarga Berencana (KB)
5. Untuk mengetahui metode kontrasepsi dari Keluarga Berencana (KB)

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian dari Keluarga Berencana (KB)


Keluarga Berencana adalah suatu usaha untuk menjarangkan atau
merencanakan jumlah anak dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi
(Mochtar, Rustam, 1998 : 155).
Keluarga Berencana menurut WHO (Word Health Organization) Expert
Committee 1970 adalah tindakan membantu individu atau pasangan suami istri
untuk :
a. Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan.
b. Mendapat kelahiran yang memang diinginkan.
c. Mengatur interval diantara kehamilan.
d. Mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungannya dengan umur suami
istri.
e. Menentukan jumlah anak dalam keluarga (Hartanto, Hanafi, 2004 : 26)
KB (Keluarga Berencana) yaitu membatasi jumlah anak, hanya dua, tiga
dan lainnya. Keluarga Berencana yang dibolehkan syariat adalah suatu usaha
pengaturan/penjarangan kelahiran atau usaha pencegahan kehamilan sementara
atas kesepakatan suami-istri karena situasi dan kondisi tertentu untuk kepentingan
(mashlahat) keluarga, masyarakat maupun negara. Dengan demikian, KB di sini
mempunyai arti yang sama dengan tanzim al-nasl (pengaturan keturunan).
Penggunaan istilah ”Keluarga Berencana” juga sama artinya dengan istilah yang
umum dipakai di dunia internasional yakni family planning atau planned
parenthood, seperti yang digunakan oleh international Planned Parenthood
Federation (IPPF), nama sebuah organisasi KB internasional yang berkedudukan
di London.
KB juga berarti suatu tindakan perencanaan pasangan suami istri untuk
mendapatkan kelahiran yang diinginkan, mengatur interval kelahiran dan
menentukan jumlah anak sesuai dengan kemampuannya serta sesuai situasi

3
masyarakat dan negara. Dengan demikian, KB berbeda dengan birth control, yang
artinya pembatasan/penghapusan kelahiran (tahdid al-nasl), istilah birth control
dapat berkonotasi negatif karena bisa berarti aborsi dan strerilisasi (pemandulan).

2.2 Tujuan dari Keluarga Berencana (KB)


Tujuan Keluarga Berencana Nasonal di Indonesia adalah :
1. Tujuan Umum
Meningkatkan kesejahteraan ibu, anak dalam rangka mewujudkan NKKBS
(Normal Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera) yang menjadi dasar terwujudnya
masyarakat yang sejahtera dengan mengendalikan kelahiran sekaligus
menjamin terkendalinya pertambahan penduduk.
Tujuan demografi yaitu mencegah terjadinya ledakan penduduk
dengan menekan laju pertumbuhan penduduk (LLP) dan hal ini tentunya akan
diikuti dengan menurunnya angka kelahiran atau TFR (Total Fertility Rate)
dari 2,87 menjadi 2,69 per wanita (Hanafi, 2002). Pertambahan penduduk
yang tidak terkendalikan akan mengakibatkan kesengsaraan dan menurunkan
sumber daya alam serta banyaknya kerusakan yang ditimbulkan dan
kesenjangan penyediaan bahan pangan dibandingkan jumlah penduduk. Hal
ini diperkuat dengan teori Malthus (1766-1834) yang menyatakan bahwa
pertumbuhan manusia cenderung mengikuti deret ukur, sedangkan
pertumbuhan bahan pangan mengikuti deret hitung.
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatkan jumlah penduduk untuk menggunakan alat kontrasepsi.
b. Menurunnya jumlah angka kelahiran bayi.
c. Meningkatnya kesehatan Keluarga Berencana dengan cara penjarangan
kelahiran (Prawirohardjo, Sarwono, 2002 : 902).

2.3 Manfaat dari Keluarga Berencana (KB)


1. KB Bagi Ibu :
a. Perbaikan kesehatan

4
b. Peningkatan kesehatan
c. Waktu yang cukup untuk mengasuh anak
d. Waktu yang cukup untuk istirahat
e. Menikmati waktu luang
f. Dapat melakukan kegiatan lain
2. Manfaat KB Bagi anak :
a. Dapat tumbuh dengan wajar dan sehat
b. Memperoleh perhatian, pemeliharaan dan makanan yang cukup

2.4 Sasaran dari Keluarga Berencana (KB)


1. Sasaran Langsung
Pasangan usia subur yaitu pasangan yang wanitanya berusia antara 15-
49 tahun, Karena kelompok ini merupakan pasangan yang aktif melakukan
hubungan seksual dan setiap kegiatan seksual dapat mengakibatkan
kehamilan. PUS diharapkan secara bertahap menjadi peserta KB yang aktif
lestari sehingga memberi efek langsung penurunan fertilisasi (Suratun, 2008).
2. Sasaran Tidak Langsung
a. Kelompok remaja usia 15 - 19 tahun, remaja ini memang bukan
merupakan target untuk menggunakan alat kontrasepsi secara langsung
tetapi merupakan kelompok yang beresiko untuk melakukan hubungan
seksual akibat telah berfungsinya alat-alat reproduksinya. Sehingga
program KB disini lebih berupaya promotif dan preventif untuk mencegah
terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan serta kejadian aborsi.
b. Organisasi-organisasi, lembaga-lembaga kemasyarakatan, instansi-instansi
pemerintah maupun swasta, tokoh-tokoh masyarakat (alim ulama, wanita,
dan pemuda), yang diharapkan dapat memberikan dukungannya dalam
pelembagaan NKKBS (Hartanto, 2004).
c. Sasaran wilayah dengan laju pertumbuhan penduduk yang tinggi
(Prawirohardjo, 2005 A).

5
2.5 Metode dari Keluarga Berencana (KB)
Setiap metode kontrasepsi memiliki keunggulan dan kelemahan. Tidak ada
satupun metode yang sesuai untuk semua pemakai, dan sebagian metode
seyogianya tidak digunakkan oleh kelompok tertentu karena adanya
kontraindikasi. Untuk menyediakan pilihan metode kontrasepsi yang paling tepat
bagi para klien keluarga berencana, para administrator program perlu mengetahui
data terakhir mengenai efektifitas dan keamanan metode-mtode kontrasepsi.
1. Sterilisasi Sukarela
Sterilisasi sukarela adalah metode keluarga berencana yang paling
banyak digunakan di seluruh dunia dan merupakan salah satu metode yang
paling efektif. Metode ini juga merupakan cara paling ekonomis untuk
menghentikan usia subur. Sterilisasi memiliki beberapa keunggulan yaitu cara
ini bersifat permanen, sangat efektif, dan relative aman serta tidak
memerlukan keterlibatan nyata yang sangat efektif, dan relative aman serta
tidak memerlukan keterlibatan nyata yang terus-menerus dari pihak pemakai.
Walaupun baik prosedur sterilisasi pria maupun wanita sangat efektif,
vasektomi lebih sederhana, aman, dan biasanya lebih murah.
Program-program yang menawarkan sterilisasi sukarela harus
menyertakan konseling menyeluruh yang menekankan bahwa prosedur bedah
hanya cocok untuk orang yang tidak lagi menginginkan anak dan penyedia
layanan juga memberikan informasi mengenai kontrasepsi alternative lain
yang tersedia. Walaupun tersedia teknik penyambungan kembali sterilisasi
baik bagi pria maupun wanita, teknik ini tidak selalu dapat dikerjakan, sangat
mahal, dan angka keberhasilannya rendah, serta menghadapkan pasien ke
risiko bedah yang tidak perlu. Oleh karena itu, pasangan yang memilih
kontrasepsi bedah seyogianya tidak mempertimbangkan penyambungan
kembali sebagai pilihan di masa mendatang.
a. Sterilisasi Pria (Vasektomi)
Sterilisasi pria sukarela vasektomi merupakan prosedur yang lebih
sederhana, aman dan biasanya lebih murah daripada sterilisasi wanita.

6
Prosedur vasektomi adalah prosedur bedah minor rawat jalan yang
dilakukan dengan anastesi lokal. Dilakukan satu atau dua insisi kecil di
skrotum dan vas deferens dipotong dan diikat atau disumbat dengan cara
lain untuk mencegah lewatnya sperma. Teknik ini sangat efektif, dengan
angka kegagalan 0,1%-0,5% dalam tahun pertama. Kegagalan metode
biasanya disebabkan oleh rekanalisasi (rekoneksi) spontan vas deferens,
penyumbatan struktur yang salah selama pembedahan, atau yang jarang,
kegagalan mendeteksi duplikasi vas deferens kongenital. Karena sperma
masih dapat ditemukan dalam semen segera setelah vasektomi, pria yang
menjalani vasektomi harus diberitahu untuk menggunakan metode
kontrasepsi lain sampai pemeriksaan memperlihatkan bahwa tidak ada
sperma yang diejakulasikan atau mereka telah berejakulasi paling sedikit
20 kali.
Vasektomi dapat dilakukan tanpa fasilitas khusus kedokteran.
Apabila prosedur bedah asepsis dan standart diikuti, angka kematian
sangat rendah (sekitar satu kematian per1.000.000 prosedur). Komplikasi
lain, termasuk infeksi, pembengkakan, pendarahan, dan hematom, dapat
diperkecil oleh teknik bedah yang lebih cermat dan pasien menghindari
aktivitas fisik berat selama beberapa hari setelah prosedur.
Walaupun vasektomi sering dilakukan dengan membuat satu atau
dua insisi kecil di skrotum, teknik “tanpa-skalpel” yang dikembangkan di
Cina sekarang digunakan secara luas di sana dan di beberapa Negara lain.
teknik tanpa-skalpel hamper tidak menyebabkan pengeluaran darah dan
tampaknya mengurangi insidens komplikasi akibat hematom. Setelah
anestetik lokal disuntikkan, sebuah forseps cincin yang dirancang khusus
melingkari dan menjepit vas deferens tanpa menembus kulit. Kemudian
digunakan forseps pemotong berujung tajam untuk menusuk kulit dan
selubung vas deferens dan untuk meregangkan sebuah lubang kecil di
skrotum. Vas deferens diangkat dan disumbat seperti pada teknik
vasektomi lain. tempat penusukan garis tengah yang sama digunakan

7
untuk menyumbat vas deferens yang satunya. Tidak diperlukan penjahitan
untuk menutup luka kecil yang biasanya ditutup dengan pembalut kecil.
Metode vasektomi yang lain, yaitu tenik oklusi vas deferens, sekarang
sedang dikembangkan di Cina.
Berbagai studi telah dilakukan untuk menilai efek jangka panjang
vasektomi pada resiko penyakit kardiovaskular, kanker, impotensi,
(disfungsi seksual), penyakit prostat, dan penyakit yang berkaitan dengan
sistem imun. Sampai saat ini tidak terbukti adanya efek kesehatan jangka
panjang akibat vasektomi. Beberapa studi mengisyaratkan kemungkinan
adanya hubungan antara vasektomi tersebut, dan masalah metodelogi
mengburkan kesahihan hasil-hasil yang positif. Studi lain menelaah
kemungkinan hubungan natara vasektomi dan kanker testis. Hanya satu
studi yang memperlihatkan kemungkinan adanya hubungan tersebut,
tetapi diperlukan riset lebih lanjut sebelum dapat dibuat
generalisasi.banyak pria membentuk antibody anti-sperma pada tahun
pertama setelah berhubungan dengan proteks antibody tidak dapat
mengidentifikasi adanya akibat-akibat yang merugikan.
Komplikasi yang dapat terjadi pada Vasektomi meliputi :
1) Komplikasi dapat terjadi saat prosedur berlangsung atau beberapa saat
setelah tindakan. Komplikasi selama prosedur dapat berupa
komplikasi akibat reaksi anafilaksi yang disebabkan oleh penggunaan
darah di sekitar vasa deferensia
2) Komplikasi pasca tindakan dapat berupa hematoma srotalis, infeksi
atau abses pada testis, epididimis kongestif, atau peradangan konik
granu loma di tempat insisi. Penyulit jangka panjang yang dapat
mengganggu upaya pemulihan fungsi reproduksi adalah terjadinya
antibody sperma

8
b. Sterilisasi Wanita (Tubektomi)
Sterilisasi wanita sukarela dilakukan dengan menyumbat tuba
fallopii melalui bedah sehingga telur dan sperma tidak dapat bertemu.
Metode-metode yang digunakan untuk sterilisasi wanita berbeda-beda
sesuai dengan pendekatan teknik bedah yang digunakan untuk mencapai
tuba, saat pelaksanaan prosedur, dan prosedur digunakan untuk
menyumbat tuba. Administrator program harus membuat keputusan
mengenai pendekatan dan teknik okulasi yang akan ditawarkan sesuai
dengan kebutuhan dan sumber daya yang dimiliki program mereka.
Menyediakan bermacam-macam metode sterilisasi wanita akan
meningkatkan akses dan membantu memenuhi kebutuhan setiap klien.
Dua pendekatan yang sering digunakan untuk memperoleh akses ke
tubafallopii yaitu :
1) Laparotomi mini, berupa penarikan tuba fallopii melalui sebuah insisi
kecil di abdomen (2,5cm)
2) Laparoskopi, berupa pemasukan sebuah laparoskop ke abdomen
sehingga penyedia layan dapat melihat ke dalam rongg abdomen dan
menyumbat tuba.
Kedua pendekatan ini sangat efektif dengan angka kegagalan kurang
dari 1 per 100 setelah satu tahun. Sterilisasi wanita yang menggunakan
salah satu pendekatan ini dapat dilakukan dengan anestesi lokal secara
rawat jalan. Walaupun komplikasi, misalnya infeksi luka, cedera usus,
dan perdarahan dapat terjadi pada kedua pendekatan, sterilisasi wanita,
dengan angka kematian 2-20 per 100.000 prosedur, jauh lebih aman
daripada melahirkan.
Walaupun sama sama efektif, prosedur laparotomi mini dan
laparoskopi bagi pelaksana program, berbeda dalam beberapa aspek.
Laparotomi mini dapat dilakukan yang relative sederhana dan murah
oleh penyedia layanan terlatih yang sudah terbiasa dengan
keterampilan bedah dasar. Cara ini dapat dilakukan di setiap fasilitas

9
kesehatan dasar yang memiliki kapasitas penunjang bedah dan
keadaan darurat dan hanya memerlukan waktu sekitar 10-20 menit
untuk mengerjakannya. Laparoskopi memerlukan peralatan yang
canggih dan mahal (sulit diperbaiki dan mahal pemeliharaannya),
laparoskopi jangan dilakukan pada wanita yang pernah menjalani
pembedahan di bagian bawah abdomen atau memiliki infeksi panggul.
Pelaksana program harus memutuskan pendekatan yang akan
ditawarkan berdasarkan jumlah kasus, program, anggaran, petugas
terlatih yang tersedia dan fasilitas bedah, serta perlu tidaknya
laparoskopi diagnostik.
Variabel kedua pada sterilisasi wanita adalah saat pelaksanaan
prosedur. Teknologi-teknologi baru dan berbagai penyempurnaan
dalam teknik bedah telah memperluas kemungkinan menentukan saat
pelaksanaan prosedur sehingga sangat meningkatkan ketersediaan dan
akseptabilitas metode ini. Prosedur sterilisasi dapat dilakukan hamper
setiap saat selama masa subur wanita, termasuk segera setelah
persalinan normal, bersamaan dengan seksio sesarea, setelah
keguguran atau abortus non-septik, atau pada saat wanita yang baru-
baru ini tidak hamil (periode interval). Karena resiko komplikasi yang
lebih besar, prosedur sterilisasi biasanya tidak dilakukan dalam waktu
satu sampai enam minggu setelah persalinan atau selama kehamilan.
Penentuan waktu prosedur mempengaruhi pemilihan teknik bedah,
laparoskopi hanya dianjurkan sebagai prosedur interval, sedangkan
laparotomi mini dapat dilakukan setiap saat.
Variabel ketiga dalam prosedur sterilisasi adalah penggunaan
metode oklusi. Tiga metode oklusi tang paling sering digunakan
adalah :
a. Ligasi dan pemotongan (dilakukan hanya dengan pendekatan
laparotomi mini.
b. Oklusi mekanis (penjepit dan karet)

10
c. Elektrokoagulasi
Semuanya memiliki angka kegagalan yang rendah lagi-lagi
sekitar 1%. Teknik Pomeroy, sebuah segmen tuba fallopi diikat dalam
suatu lengkungan dan bagian atas lengkungan dipotong dan diangkat,
merupakan metode ligasi yang paling sering dilakukan. Oklusi
mekanis dapat dilakukan dengan laparotomi mini atau laparoskopi.
Elektrokoagulasi umumnya dilakukan dengan teknik laparoskopi.
Namun, pemakaian elektrokoagulasi tidak lagi dianjurkan oleh WHO
karena penyedia layanan yang belum berpengalaman, dapat
menyebabkan luka bakar internal dan diperkirakan menyebabkan
peningkatan angka kehamilan ektopik. Informasi tambahan mengenai
berbagai pendekatan dan prosedur pada sterilisasi wanita terdapat
dalam publikasi WHO.
Adapun kelebihan dari metode ini yaitu :
a) Sangat efektif ( 0,5 kehamilan per 100 perempuan selama tahun
pertama penggunaan)
b) Tidak mempengaruhi proses menyusui (breastfeeding)
c) Tidak berganung pada faktor senggama
d) Baik bagi klien apabila kehamilan akan menjadi risiko
kesehatan yang serius
e) Pembedahan sederhana, dapat dilakukan dengan anastesi lokal
f) Tidak ada efek samping dalam jangka panjang
g) Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual ( tidak ada efek pada
produksi hormone ovarium)
Adapun kekurangan dari metode ini yaitu :
a) Harus dipertimbangkan sifat permanen metode kontrasepsi ini
(tidak dapat dipulihkan kembali), kecuali dengan operasi
rekanalisasi
b) Klien dapat menyesal di kemudian hari

11
c) Risiko komplikasi kecil (meningkat apabila digunakan anastesi
umum)
d) Rasa sakit atau ketidaknyamanan dalam jangka pendek setelah
tindakan
e) Dilakukan oleh dokter yang terlatih (dibutuhkan dokter spesialis
ginekologi atau dokter spesialis bedah untuk proses
laparoskopi)
f) Tidak melindungi dari dari IMS, termasuk HBV dan
HIV/AIDS.

2. Alat Kontrasepsi dalam Rahim


Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) adalah cara pencegahan
kehamilan yang sangat efektif, aman, dan reversible bagi wanita tertentu,
terutama yang tidak terjangkit PMS dan sudah pernah melahirkan. AKDR
adalah suatu alat plastic atatu logam kecil yang dimasukkan ke uterus melalui
kanalis servikalis. Walaupun mekanisme kerja pasti tidak diketahui,
dihipotesiskan bahwa AKDR mengganggu motilitas sperma dan perjalanan
ovum. Riset terakhir menunjukkan bahwa cara kerja utama AKDR adalah
mencegah pembuahan, bertolak belakang dengan kepercayaan yang luas
dianut bahwa AKDR berfungsi Kontrasepsi abortus. Namun, apabila dipasang
setelah koitus. AKDR dapat berfungsi sebagai penginduksi abortus. AKDR
dapat dipasang dengan baik oleh penyedia layanan yang sudah terlatih.
AKDR terdiri dari dia jenis yaitu mengandung obat dan tidak
mengandung obat AKDR mengandung obat yang saat ini digunakakkan
meliputi dua model penghasil hormon, yang tersedia hanya di beberapa
Negara dan dengan model-model yang mengandung tembaga (Copper T
380A, Copper T 200, Copper T220C, Multiload 375, Multiload 250 dan Nova
T). AKDR tanpa obat yang sekarang digunakkan adalah Lippes Loop dan
cincin baja tahan karat tunggalatau ganda.

12
Efektivitas AKDR dipengaruhi oleh karakteristik alat, keterampilan
penyedia layanan (dalam memasang alat), dan karakteristik pemakai
(misalnya usia dan paritas). Suatu studi yang menggabungkan hasil-hasil dari
uji AKDR acak multisenter internasional yang luas memperlihatkan angka
kehamilan Pearl satu tahun per 100 wanita :
2) Penghasil progesterone 0,2
3) Copper T 380A 0,5
4) Multiload 375 0,6
5) Copper T 220 C 0,9
6) Nova T 1,2
7) Multiload 250 1,7
8) Copper T 200 2,5
9) Lippes loop D 2,8
10) Cincin baja tahan-karat garuda
3,3
Sebuah studi mengenai kegagalan metode di 15 negara berkembang
mengungkapkan angka kegagalan AKDR tahun pertama rata-rata adalah
4,0%, angka kegagalan berkisar dari 1,1% di Maroko sampai 13% di Brazil.
Efektivitas AKDR tidak bergantung pada keterlibatan teratur pemakai.
Riset baru membahas hubungan antara kehamilan ektopik dan
pemakaian AKDR. Data-data yang terkumpul sekarang mengisyaratkan
bahwa sementara para pemakai AKDR lebih besar kemungkinannya
mengalami kehamilan ektopik dibandingkan pemakai metode kontrasepsi lain,
mereka memiliki kemungkinan mengalami kehamilan ektopik 50% lebih kecil
daripada wanita yang tidak menggunakan kontrasepsi. Efek samping yang
sering timbul karena pemakaian AKDR dengan atau tanpa obat adalah
peningkatan volume darah haid per siklus. Selain menyebabkan pemakai tidak
nyaman dan menjadi alasan untuk menghentikan pemakaian, hal ini dapat
menjadi risiko kesehatan bagi pemakai, terutama di daerah-daerah anemia
endemik. AKDR yang mengandung tembaga tidak terlalu menyebabkan

13
peningkatan pengeluaran darah haid, sedangkan AKDR yang mengandung
progesterone justru mengurangi pengeluaran darah menjadi 9-13 ml satu
tahun setelah setelah pemasangan. Konseling merupakan hal yang penting
untuk memastikan bahwa wanita yang bersangkutan siap menghadapi
kemungkinan perubahan pola haid dengan pemakaian AKDR.
Adapun keuntungan dari AKDR yaitu :
a) Sebagai kontrasepsi, efektivitasnya tinggi
b) Sangat efektif, 0,6-0,8 kehamilan /100 perempuan dalam 1 tahun
pertama (1 kegagalan dalam 125-170 kehamilan)
c) AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan
d) Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380 A dan tidak
perlu diganti)
e) Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat
f) Tidak mempengaruhi hbungan seksual
g) Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk
hamil
h) Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu AKDR (CuT-380 A)
i) Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI
j) Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus (apabila
tidak terjadi infeksi)
k) Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun atau lebih setelah haid
terakhir)
l) Tidak ada interaksi dengan obat-obat
m) Membantu mencegah kehamilan ektopik.
Adapun beberapa kerugian atau efek samping nya yaitu :
a) Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan
berkurang setelah 3 bulan)
b) Haid lebih lama dan banyak
c) Perdarahan (spotting antar menstruasi)
d) Saat haid lebih sedikit

14
Komplikasi lainnya meliputi:
a) Merasakan sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah pemasangan
b) Perdarahan berat pada waktu haid atau diantaranya yang
memungkinkan penyebab anemia
c) Perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila pemasangannya benar)
d) Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan
yang sering berganti pasangan
e) Mengalami nyeri setalah pemasangan AKDR. Biasanya menghilang
dalam 1 hari
f) Tidak mencegah terjadinya kehamilan ektopik karena fungsi AKDR
untuk melakukan ini perempuan harus memasukkan jarinya kedalam
vagina.

3. Kontrasepsi Oral Kombinasi


Kontrasepsi oral kombinasi menggunakan estrogen dan progesterone
sintetik untuk mencegah kehamilan. Hormon-hormon ini yang diminum setiap
hari yang bekerja untuk menghambat ovulasi, merubah lapisan endometrium,
dan menghalangi perjalanan sperma kedalam uterus dengan mengentalkan
mukus serviks. Apabila diberikan dalam regimen khusus pascakoitus,
kontrasepsi oral juga dapat bekerja untuk mencegah implantasi telur yang
sudah dibuahi.Pada tahun-tahun terakhir, pemakaian telah bergeser dari pil
dosis standar ke pil dosis rendah. Pil dosis rendah merupakan kontrasepsi oral
yang terjual lebih dari 85% di negara-negara maju dan pil yang terjual hampir
60% di negara-negara berkembang. Kontrasepsi oral trifasik, suatu jenis pil
dosis rendah, menjadi populer karena pil ini sama efektifnya dengan pil yang
lain, tetapi lebih sedikit menimbulkan efek mtabolik dan lebih efektif daripada
sebagian besar kontrasepsi oral dosis rendah. Pil dosis rendah lebih jarang
menyebabkan efek samping daripada pil dengan dosis lebih besar tetapi
efektifitasnya tetap tinggi. Efektifitasnya bergantung pada kemampuan wanita
untuk minum pil setiap hari.

15
Selain efek kontrasepsinya, kontrasepsi oral kombinasi memiliki
beberapa manfaat di luar kontrasepsi bagi kesehatan. Sebuah survey pada
wanita di 8 negara berkembang bahwa banyak wanita percaya, kontrasepsi
oral menyebabkan sterilitas, cacat lahir, dan kanker uterus-semuanya adalah
anggapan yang salah. Sebaliknya, hanya sedikit wanita yang mengetahui
bahwa kontrasepsi oral dapat mengurangi kemampuan seorang wanita untuk
menyusui bayinya atau meningkatkan risiko stroke. Risiko nyata dari
pemakaian kontrasepsi oral terutama berkaitan dengan penyakit
kardiovaskuler dan mungkin beberapa jenis kanker.
Efek samping utama yang diketahui dari pemakaian kontrasepsi oral
adalah peningkatan risiko penyakit system kardiovaskular, termasuk
tromboembolisme, stroke, hipertensi, serangan jantung, dan aterosklerosis.
Data dari negara-negara maju telah memperlihatkan bahwa pemakaian
kontrasepsi oral melindungi klien dari kanker ovarium dan endometrium,
tetapi mungkin berkaitan dengan peningkatan risiko kanker payudara dan
serviks. Sebuah studi multisenter WHO baru-baru ini, yang mengumpulkan
data dari 8 negara berkembang dan 3 negara maju, mendapatkan bahwa hasil
dari sebagian besar studi mengenai pemakaian kontrasepsi oral dan risiko
kanker dari Negara maju dapat diterapkan bagi wanita di Negara-negara
berkembang.
Hubungan antara pemakaian kontrasepsi oral dan kanker payudara
serta serviks masih belum jelas. Data yang baru dipublikasikan menunjukkan
bahwa pemakai jangka panjang yang memulainya sejak usia muda dan
sebelum anak pertama lahir mungkin berisiko lebih besar mengalami kanker
payudara. Efek samping bagi banyak pemakai kontrasepsi oral meliputin
perdarahan haid, mual, perubahan suasana hati, nyeri kepala, perubahan kulit
(kloasma), penurunan gairah seks, penurunan pelumasan vagina, dan
peningkatan insidens ektropion serviks (suatu keadaan yang meningkatkan
risiko infeksi serviks). Banyak dari efek ini berkurang setelah beberapa bulan
atau dapat diatasi dengan menggunakan regimen dosis yang lain. Perlu

16
diberikan konseling yang memadai bagi wanita yang mulai menggunakan
kontrasepsi oral, termasuk penjelasan mengenai efek samping yang mungkin
terjadi.
Adapun jenis-jenis dari oral kombinasi yaitu
1) Monofasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet yang mengandung
hormone aktif estrogen/progesterone dalam dosis yang sama, dengan 7
tablet tanpa hormone aktif
2) Bifasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet yang mengandung
hormone aktif estrogen/progesterone dengan 2 dosis yang berbeda,
deng)an 7 tablet tanpa hormone aktif
3) Trifasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet yang mngandung
hormone aktif estrogen/progesterone dengan 3 dosis yang berbeda, dengan
7 tablet tanpa hormone aktif.
Keuntungan menggunakan oral kombinasi meliputi:
a) Memiliki efektifitas yang tinggi (hamper menyerupai efektifitas
tubektomi), bila digunakan setiap hari (1 kehamilan per 1000
perempuan dalam tahun pertama penggunaan)
b) Resiko terhadap kesehatan sangat kecil
c) Tidak mengganggu hubungan seksual
d) Siklus haid menjadi teratur, banyaknya darah haid berkurang
(mencegah anemia). Tidak terjadi nyeri haid
e) Dpat digunakan dalam jangka panjang selama perempuan masih ingin
menggunakannya untuk mencegah kehamilan
f) Dapat digunakan sejak usia remaja hingga menopause
g) Mudah dihentikan setiap saat
h) Kesuburan segera kembali setelah penggunaan pil dihentikan
i) Dapat digunakan sebagai kontrasepsi darurat
j) Membantu mencegah kehamilan ektopik, kanker ovarium, kanker
endometrium, kista ovarium, penyakit radang panggul, disminorea,
acne.

17
Adapun kerugian atau keterbatasan dalam menggunakan metode ini yaitu:
a) Mahal dan membosankan karena harus menggunakan setiap hari
b) Mual terutama pada 3 bulan pertama
c) Perdarahan bercak atau perdarahan terutama 3 bulan pertama
d) Nyeri payudara dan pusing
e) Berat badan sedikit naik, tetapin perempuan tertentu kenaikan berat
badan justru memiliki dampak positif
f) Berhenti haid (amenorea) jarang pada pil kombinasi
g) Tidak boleh pada perempuan yang menyusui
h) Pada sebagian kecil perempuan menimbulkan depresi dan perubahan
suasana hati, sehingga keinginan untuk melakukan hubungan seksual
berkurang
i) Dapat meningkatkan tekanan darah dan retensi cairan, sehingga resiko
stroke dan gangguan pembekuan darah pada vena dalam sedikit
meningkat.

4. Metode hanya menggunakan progesterone


Sejumlah metode yang hanya menggunakan progesterone yang sedang
dicoba atau sudah digunakan di berbagai tempat di dunia. Progesterone yang
digunakan pada metode ini meliputi levonorgestrei, medroksi progesterone
asetat, dan noretisteron. Metode yang hanya menggunakan progesterone
bekerja mencegah kehamilan dengan cara mengentalkan mukus serviks,
mengubah endometrium (menyebabkan implantasi sulit terjadi), dan sering
menghambat ovulasi. Metode progesterone ini dapat menghilangkan sebagian
risiko yang berkaitan dengan estrogen (misalnya peningkatan risiko
tromboemboli dan penyakit kardiovaskular) dan merupakan metode hormonal
yang sesuai untuk wanita menyusui. Beberapa riset terbatas memperlihatkan
bahwa tidak ada efek samping pada anak yang ibunya menggunakan metode
ini sewaktu menyusui. Pemakaian metode progesteron ini mungkin

18
mengalami perdaraha berkepanjangan, perdarahan yang lebih sering terjadi,
dan periode-periode amenorea.Karena ketidakteraturan perdarahan ini, demi
keberlanjutan pemakaian wanita, yang bersangkutan perlu diberi konseling
mengenai kemungkinan perubahan daur haid mereka. Metode progesterone ini
meliputi:
a. Minipil
Adalah kontrasepsi oral yang kurang digunakan secara luas yang
hanya mengandung progesterone dan tidak mengandung estrogen serta
sedikit kurang efektif dibandingkan kontrasepsi oral kombinasi.Efektifitas
minipil bergantung pada kemampuan wanita minum satu pil setiap hari
atau teratur.Pemakai yang lupa minum minipil sampai 3 bulan atau lebih
harus menggunakan metode cadangan selama 7 hari.Pemakai minipil
memiliki risiko kehamilan ektopik yang lebih besar daripada pemakai
kontrasepsi oral kombinasi, tetapi risiko ini masih lebih rendah daripada
risiko pada wanita yang tidak menggunakan kontrasepsi.
Adapun keuntungan menggunakan metode ini yaitu:
a) Sangat efektif bila digunakan secara benar
b) Tidak mengganggu hubungan seksual
c) Tidak mempengaruhi ASI
d) Kesuburan cepat kembali
e) Nyaman dan mudah digunakan
f) Dapat dihentikan setiap saat
g) Tidak mengandung estrogen
Adapun kekurangan atau keterbatasannya dalam metode ini yaitu:
a) Hampir 30-60% mengalami gangguan haid (perdarahan sela,
spotting, amenorea)
b) Peningkatan dan penurunan berat badan
c) Harus digunakan setiap hari dan harus pada waktu yang sama
d) Bila lupa 1 pil saja, kegagalan menjadi lebih besar

19
e) Payudara menjadi tegang, merasakan mual, pusing, dermatitis atau
jerawat
f) Resiko kehamilan ektopik cukup tinggi (4 dari 100 kelahiran),
tetapi resiko ini lebih rendah jika dibandingkan dengan perempuan
yang tidak menggunakan minipil
g) Efektifitasnya menjadi rendah bila digunakan bersamaan dengan
obat tuberculosis atau obat epilepsy
h) Tidak melindungi diri dari infeksi menular seksual atau HIV AIDS
i) Hirsutisme (tumbuh rambut atau bulu berlebihan di daerah muka),
tetapi sangat jarang terjadi

b. Norplant
Adalah suatu sistem implant subdermis yang memberikan proteksi
kontrasepsi hingga 5 tahun, terdiri dari 6 kapsul karet silicon (masing-
masing mengandung levonorgestrel 36 mg) yang dimasukkan ke bawah
kulit lengan wanita. Kapsul mengeluarkan rata-rata 50 µg levonorgestrel
per hari selama tahun pertama pemakaian.Kadar ini turun menjadi 30 µg
per hari dalam tahun-tahun berikutnya. Saat ini sedang dikembangkan
beberapa system implant subdermis lain dengan periode efektivitas yang
bervariasi.
Secara keseluruhan angka kehamilan pada pemakai Norplant adalah
0,2 per 100 wanita dalam tahun pertama pemakaian, dengan angka
kehamilan kumulatif 3,9 per 100 wanita pada tahun kelima. Efektifitas
norplant tidak bergantung pada keterlibatan pemakai secara teratur.
Namun, efektifitas tersebut berkaitan dengan berat badan, angka kehamilan
setelah 5 tahun adalah 0,2 per 100 wanita dengan berat badan kurang dari
50 kg, 3,4 untuk wanita dengan berat badan antara 50-59 kg, 5,0 untuk
wanita dengan berat badan antara 60-69 kg, dan 8,5 untuk wanita dengan
berat badan lebih dari 70 kg. angka keberlanjutan tinggi, 87-95% wanita
tetap memakai metode ini setelah 1 tahun dan 42-78% memakai metode ini

20
maksimal untuk periode 5 tahun seperti yang dianjurkan. Kapsul dapat
dikeluarkan setiap saat oleh petugas medis yang terlatih dan pada satu
studi, 86% wanita mampu hamil dalam 1 tahun setelah penghentian metode
ini.
Angka kehamilan ektopik diantara pemakai Norplant (1,3 per 1000
wanita per tahun) setara dengan angka pada para pemakai AKDR tanpa
obat atau dengan tembaga dan lebih rendah daripada angka pada wanita
yang tidak menggunakan kontrasepsi. Walaupun sampai saat ini belum
menjadi masalah, kesulitan pengeluaran Norplant mungkin akan meningkat
karena semakin banyak wanita yang ingin Norplant nya dikeluarkan.
Sebagian wanita yang menggunakan Norplant mengalami efek samping.
Efek samping yang paling sering dilaporkan adalah perubahan pola
perdarahan haid, termasuk perdarahan haid berkepanjangan selama
beberapa bulan pertama pemakaian, perdarahan atau adanya bercak-bercak
perdarahan (spotting) diantara haid, amenorea, atau kombinasi hal tersebut.
Terkadang juga dapat terjadi infeksi di tempat implantasi.
Dengan metode ini adalah nyeri kepala, mual, pusing, jerawat,
pertambahan berat badan, nyeri payudara, pertumbuhan rambut wajah, dan
kista ovarium fungsional. Efek samping ini biasanya menghilang seiring
dengan waktu. Sangat penting member tahu para wanita akseptorbahwa
efek-efek samping ini didapat terjadi selama beberapa bulan pertama
setelah pemasangan. Wanita yang bersangkutan juga perlu diberi tahu
bahwa Norplant harus dikeluarkan setelah lima tahun (atau lebih cepat,
apabila diinginkan) serta mengenai tempat layanan pengeluaranNorplant
ini tersedia. Set implant baru dapat dipasang untuk melanjutkan proteksi.
2) Obat suntik DMPA dan Net-EN
Dua kontraseps jangka panjang Depot Medroksiprogesteron Asetat
(DMPA) dan Norestiteron Enantat (NET-EN) telah diizinkan untuk
digunakan masing-masing di 90 dan 40 negara. Selain mudah
pemakaiannya dan tidak bergantung pada koitus, metode ini sangat

21
efektif, angka kegagalan untuk DMPA (obat suntik tiga bulan) kurang
dari 1 per 100 tahun umur wanita. Efektivitas bergantung pada
kemampuan wanita tersebut kembali ke penyedia layanan untuk
penyuntikkan dengan jadwal yang teratur. Injeksi DMPA jangan diberi
kurang dari 11 minggu atatu lebih dari 14 minggu setelah penyuntikkan
sebeblumnya. Baik DMPA maupun NET-EN menimbulkan amenorea
pada banyak pemakai. Efek ini dipandang sebagai kekurangan oleh
banyak wanita yang menganggap bahwa perdarahan yang teratur
merupakan suatu tanda kesehatan dan menggunakan haid sebagai
indicator bahwa mereka tidak hamil. Walaupun pemulihan fertilitas
setelah penghentian penyuntukkan dapat tertunda selama 6-12 bulan,
studi-studi menunjukkan bahwa 60-78% wanita hamil dalam satu tahun
setelah injeksi terakhir.
Terdapat beberapa kekhawatiran mengenai keamana obat-obat
suntik, dan dahulu terdapat banyak kontroversi tentang pemakaian
DMPA. Pada studi-studi laboratorium, hewan yang disuntik dengan
DMPA dosis tinggi terkena tumor payudara jinak dan ganas (anjing
beagle) dan tumor endometrium (monyet rhesus). Namun tidak ada
bukti kuat untuk mempertihatkan bahwa efek serupa terjadi pada
manusia yang mendapat dosis jauh lebih rendah. Apabila diberikan
kepada anjing beagle, DMPA menimbulkan perubahan-perubahan
hormonal yang tidak dijumpai pada manusia di bawah kondisi
penggunaan obat yang normal. Dengan demikian, temuan dari studi-
studi ini dalam kaitannya dengan resiko kanker payudara tampaknya
tidak dapat disamaratakan kepada manusia.
Terdapat dua studi epidmiologis yang memberikan informasi
bermanfaat mengenai resiko kanker payudara kepada para pemakai
DMPA. Studi pertama adalah suatu studi kasus control pada populasi di
New Zealand, sedangkan yang kedua adalah studi kasus kontrol rumah
sakit yang dikoordinasikan oleh WHO dengan data dari tiga Negara

22
(Kenya, Meksiko, Thailand). Kedua studi ini tidak memperlihatkan
adanya peningkatan resiko payudara secara studi ini tidak
memperlihatkan adanya peningkatan risiko kanker payudara secara
keseluruhan pada wnaita yang pernah memakai DMPA. Di kedua studi
diamati adanya peningkatan ringan sampai sedang pada sebagian
subkelompok, misalnya wanita dibawah 35 tahun dan mereka yang baru
memakai DMPA. Walaupun pola peningkatan risikosulit
diinterpretasikan, pola-pola tersebut akan sesuai dengan deteksi dini
kanker yang sebelumnya sudah ada. Walaupun interpretasi lain
dimungkinkan, temuan-temuan dari kedua studi tersebut tidak sesuai
dengan pendapat bahwa DMPA adalah bahan yang memicu kanker.
Temuan-temuan dari studi mengenai DMPA dan kanker serviks
invasive juga umunya meyakinkan sampai saat ini tidak ada studi yang
memperlihatkan waktu. Temuan-temuan ini tidak menyokog adanya
keterkaitan antara DMPA dan kanker serviks. Hasil dari sebuah studi
baru0baru ini mengisyaratkan bahwa kepadatan tulang mungkin
berkurang pada pemakaian DMPA jangka panjang. Namun, tidak ada
kesimpulan pasti yang dapat diambil karena studi ini hanya melibatkan
sejumlah kecil subjek dan tidak memiliki data mengenai kepadatan
tulang sebelum pemakaian DMPA. Terdapat bukti kuat bahwa
pemakaian DMPA memeberikan perlindungan terhadap kanker
endometrium. Pemakaian DMPA tampaknya tidak berkaitan dengan
peningkatan atau penurunan risiko kanker ovarium. Sebuah pertemuan
WHO baru-baru ini tidak merekomendasikan pembatasan pemakaian
DMPA sebagai kontrasepsi berdasarkan risiko neoplasia.
Dari penelitian tidak ada bukti efek samping pada system
kardiovaskuler. Diperlukan riset lebih lanjut mengenai masalah ini.
Analisis WHO Collaborative Study on Steroidal Contraceptives and
Neoplasia yang sedang berjalan akan memberi tambahan data mengenai
keamanan DMPA.

23
Adapun keuntungan memakai metode ini yaitu:
a) Perlindungan jangka panjang (sampai 5 tahun)
b) Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan
c) Tidak memerlukan pemeriksaan dalam
d) Bebas dari pengaruh estrogen
e) Tidak mengganggu kegiatan senggama dan tidak mengganggu
ASI
f) Klien hanya perlu kembali ke klinik bila ada keluhan
g) Dapat dicabut setiap saat sesuai dengan kebutuhan
Adapun kekurangan dalam metode ini yaitu:
Pada kebanyakan klien dapat menyebabkan perubahan pola haid
berupa pendarahan bercak (spotting), hipermenorea atau
meningkatnya jumlah darah haid serta amenorea.

5. Obat suntik sebulan sekali (Suntikan Kombinasi)


Kontrasepsi suntik sebulan sekali mengandung estrogen dan
progesterone sangat efektif, dengan angka kegagalan kurang dari 1%.
Walaupun samapai saat ini obat suntik sebulan sekali digunakkan terutama di
Amerika Latin dan Cina, dua obat suntik sebulan sekali yang baru, yang
masing-masing mengkombinasikan 25mg DMPA 5mg estradiol sipionat dan
50mg noretisteron enantat dengan 5mg estradiol walerat, dapat memperluas
ketersediaan metode ini. ;;;;=
|P\0 Salah satu kekurangan utama dari obat suntik sebulan sekali
adalah efek samping akibat estrogen yang dialami oleh sebagian wanita.
Seperti kontrasepsi hormonal lainnya, terdapat kekhawatiran mengenai
keamanan pemakaian sebagian obat suntik sebulan sekali. Uji-uji pada hewan
dari sebagian formulasi awal menimbulkan tumor payudara pada beaglesi dan
pembesaran hipofisis pada tikus. Seperti DMPA, masih dipertanyakan apakah
hasil-hasil ini dapat diterapkan pada manusia. Sampai sat ini, uji-uji klinis
multisenter terhadap obat-obat suntik sebulan sekali tidak menunjukkan

24
adanya efek samping yang bermakna terhadap kesehatan. Seperto metode lain,
diperlukan riset lebih lanjut dan survey pasca pemasaran yang ekstensif untuk
mengklarifikasikan risiko keamanan yang berkaitan dengan pemakaianya.
Adapun keuntungan metode ini yaitu :
a) Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri
b) Tidak diperlukan pemeriksaan dalam
c) Dapat digunakan jangka panjang
Adapun kerugian dari metode ini yaitu :
a) Terjadi perubahan pada pola haid seperti tidak teratur, perdarahan
bercak atau spotting atau perdarahan sela sampai 10 hari
b) Mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan, dan keluhan seperti ini
hilang setelah suntikkan ke 2 atau 3
c) Ketergantungan klien terhadap pelayanan kesehatan
d) Klien harus kembali setiap 30 hari untuk mendapatkan suntikkan
e) Efektivitasnya berkurang apabila digunakan secara bersamaan dengan
obat-obat epilepsy
f) Dapat terjadi serangan jantung stroke, bekuan darah pada paru atau
otak
g) Penambahan berat badan
h) Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular
seksual, hepatitis B, atau infeksi virus HIV
i) Kemungkinan terlambatnya pemulihan kesuburan

6. Metode sawar
Metode sawar, yang meliputi kondom, spermisida (busa, supositoria,
tablet, krim, film dan jeli yang larut), diafragma, penutup serviks dan spons,
bekerja dengan mencegah secara mekanis atau kimiawi sperma masuk ke
dalam uterus. Walaupun angka efektivitas pemakaian lebih rendah daripada
metode hormonal atau bedah, metode-metode sawar menawarkan beberapa
keunggulan bagi pemakai dan penyedia layanan. Keunggulan utama bagi

25
pemakai adalah tidak adanya efek samping dan komplikasi jangka panjang.
Selain itu, pemakaian kondom, dan beberapa metode sawar hingga tahap
tertentu, mengurangi risiko penularan PMS. Kecuali diafragma dab penutup
serviks, yang memerlukan pemeriksaan awal dan pencocokan oleh penyedia
layanan, metode sawar dapat diperoleh melalui gerai nonmedis.
1) Kondom
Kondom adalah selubung lateks tipis yang pas menutupi penis yang
sedang ereksi dan mencegah semen masuk ke vagina (kondom membrane
alami, yang mencegah kehamilan, tetapi tidak mencegah penularan HIV,
juga tersedia di beberapa bagian dunia). Seperti metode sawar lainnya,
efektivitas kondom bergantung pada pengalaman pemakai dan konsistensi
pemakaian. Pemakaian kondom yang efektif sangat bergantung pada
motivasi pemakai pada saat hubungan kelamin. Angka kegagalan di antara
pemakai kondom biasanya sekitar hubungan kelamin. Angka kegagalan
diantara pemakai kondom biasanya sekitar 12% pada tahun pertama
pemakaia. Pasangan yang bermotivasi tinggi dan sangat berpengalaman
yang tidak lagi menginginkan anak kemungkinan besar melaporkan angka
kegagalan yang lebih rendah daripada pemakai muda yang baru pertama
kali dan ingin menjarangkan kehamilan. Sebuah studi yang dilakukan di
Inggris mendapatkan bahwa pemakai jangka panjang dan lebih tua
melaporkan angka kegagalan 1 per 100 pasangan setelah satu tahun.
Dengan menggabungkan kondom dan spermisida, dapat dicapai angka
efektivitas yang lebih tinggi. Secara umum, kondom bebas efek samping
walaupun pemakai yang peka terdap karet (atau spermisida yang
digunakkan sebagai pelumas pada sebagai pelumas pada sebagaian
kondom) mungkin mengalami efek samping.
Kekhawatiran mengenai penyebaran HIV/AIDS dan PMS lain telah
menyebabkan perhatian yang lebih besarpada jaminan kualitas kondom
dan pendidikan pemakai. Beberapa studi laboratorium terhadap kondom
lateks berkualitas baik tidak mungkin dilewati HIV walaupun diperlukan

26
studi-studi lebih lanjut mengenal hal ini. Satu studi laboratorium juga
memperlihatkan bahwa kondom lateks yang dilunasi oleh spermisida
nonoksinol mungkin memberikan proteksi tambahan terhadap HIV
seandainya kondom mengalami lubang atau robekan kecil sewaktu
digunakan. Nmun, kondom tidak member perlindungan sempurna
terhadap penularan PMS, bagian-bagian kulit yang tidak ditutupi mungkin
menular atau rentan terhadap infeksi. Selain itu, tidak semua kondom
memiliki kualitas yang baik. Kondom yang kurang berkualitas atau
kualitasnya memburuk tidak banyak member proteksi terhadap penularan
PMS.
Adapun kelebihan atau manfaat pemakaian metode ini yaitu:
a) Efektif bila digunakan dengan benar
b) Tidak mengganggu produksi ASI
c) Tidak mengganggu kesehatan klien
d) Murah dan dapat dibeli secara umum
e) Tidak perlu resep dokter atau pemeriksaan kesehatan khusus
f) Metode kontrasepsi sementara bila metode kontrasepsi lainnya
harus ditunda.
Adapun kekurangan atau keterbatasan dalam metode ini yaitu:
a) Efektivitasnya tidak terlalu tinggi
b) Cara penggunaannya sangat mempengaruhi keberhasilan
kontrasepsi
c) Agak mengganggu hubungan seksual (mengurangi sentuhan
langsung)
d) Pada beberapa klien bisa menyebabkan kesulitan untuk
mempertahankan ereksi
e) Harus selalu tersedia setiap kali berhubungan seksual
f) Beberapa klien malu untuk membeli kondom di tempat umum
g) Pembuangan kondom bekas mungkin menimbulkan masalah
dalam hal limbah.

27
2) Spermisida
Kontrasepsi spermisida terdiri dari bahan pembunuh sperma dan
bahan dasar yang menyebarkan bahan aktif menutupi serviks dan secara
fisik menghambat semen berkontak dengan serviks. Bahan spermisida
yang sering digunakan meliputi nonoksinol, oktosinol, menfegol, dan
benzalkonium klorida melumer, tablet busa, supositoria busa, film larut,
kondom berpelumas, dan spons. Spermisida harus digunakan setiap kali
pasangan berhubungan kelamin. Pemakaian spermisida yang efektif
sangant bergantung pada motivasi pemakai pada saat berhubungan
kelamin. Angka kegagalan untuk pemakaian spermisida saja tinggi selama
tahun pertama pemakaian, uji-uji klinis melaporkan angka kegagalan
tahun pertama adalah 28.3% untuk busa dan 36.8% untuk krim dan jeli,
wlalaupun angka-angka ini mungkin meninggi karena tidak adanya
motivasi pemakai. Angka kegagalan secara keseluruhan pernah dilaporkan
sebesar 21.8%. spermisida dapat dibeli tanpa resep dari beberapa gerai.
Selain manfaat kontrasepsinya dapat menurunkan kemungkinan penularan
sebagaian PMS.
Keuntungan dalam metode ini yaitu:
a) Efektif seketika (busa dank krim)
b) Tidak mengganggu produksi ASI
c) Bisa digunakan sebagai pendukung metode lain
d) Tidak mengganggu kesehatan lain dan mudah digunakan
e) Meningkatkan lubrikasi selama hubungan seksual
f) Tidak perlu resep dokter atau pemeriksaan kesehatan khusus.

Kerugian atau keterbatasan dalam metode ini yaitu:


a) Efektifitas kurang (18-29 kehamilan per 100 perempuan per tahun
pertama)

28
b) Efektifitas sebagai kontrasepsi bergantung pada kepatuhan
mengikuti cara penggunaan
c) Ketergantungan pengguna dari motivasi berkelanjutan dengan
memakai setiap melakukan hubungan hubungan seksual
d) Pengguna harus menunggu 10-15 menit setelah aplikasi sebelum
melakukan hubungan seksual
e) Efektifitas aplikasi hanya 1-2 jam.
3) Diafragma
Adalah kap berbentuk bulat cembung yang terbuat dari lateks (karet)
yang diinsersikan ke dalam vagina sebelum berhubungan seksual dan
menutup serviks.
Adapun keuntungan memakai metode ini yaitu:
a) Efektif bila digunakan secara benar
b) Tidak mengganggu produksi ASI
c) Tidak mengganggu hubungan seksual karena telah terpasang
sampai 6 jam sebelumnya
d) Tidak mengganggu kesehatan klien
Adapun kerugian atau keterbatasan dalam metode ini antara lain:
a) Efektifitas sedang (bila digunakan dengan spermisida angka
kegagalan 6-16 kehamilan per 100 perempuan per tahun pertama)
b) Keberhasilan sebagai kontrasepsi bergantung pada kepatuhan
mengikuti cara penggunaan
c) Motivasi diperlukan berkesinambungan dengan menggunakannya
setiap berhubungan seksual
d) Pada beberapa pengguna menjadi penyebab infeksi saluran uretra
e) Pada 6 jam pasca hubungan seksual, alat masih harus berada di
posisinya.
7. Keluarga Berencana Alami
Keluarga Berencana Alami (KBA) memerlukan dua tindakan yaitu
identifikasi periode subur wanita dan puasa hubungan kelamin selama periode

29
tersebut. Terdapat beberapa metode KBA, termasuk metode kalender , metode
mucus serviks (atau Billings), metode suhu tubuh basal dan metode
simtotermal. Masing-masing menggunakan teknik yang berlainan untuk
mendeteksi periode subur dan menganjurkan lama puasa hubungan kelamin
yang berbeda-beda. Efektivitas semua metode KBA bergantung pada motivasi
pasangan untuk mencegah kehamilan dan kemampuan untuk
menginterpretasikan gejala-gejala ovulasi. Secara umum, pemakai yang lebih
tua dan berpengalaman (yang juga mungkin lebih jarang berhubungan
kelamin) memiliki angka kegagalan yang lebih rendah.
Keakuratan data mengenai efektivitas KBA yang terdapat di
kepustakaan masih dipertanyakan karena tidak adanya protokol studi standar,
jumlah pelatihan yang berbeda kepada pemakai, serta definisi pemakai dan
kegagalan metode yang bervariasi. Angka kegagalan rata-rata tahun pertama
untuk metode kalender dalam sebuah studi di 15 negara berkembang adalah
19,3%, angka kegagalan bervariasi sdari 3,7% di Meksiko sampai 38,4% di
Mesir (angka di Meksiko mungkin tidak tepat akibat kesalahan pelaporan).
Pasangan yang menggunakan KBA dengan tujuan ingin menjarangkan anak
terbuki memiliki ngka kegagalan yang lebih tinggi daripada mereka yang
bertujuan ingin menghindari kehamilan, masing-masing 13,36% dan 2,8%.
Ditemukan angka ketidakberlangsungan yang tinggi untuk semua metode
KBA yaitu antara sepertiga dan tiga perempat pemakai berhenti dalam satu
tahun.
Walaupun tidak diketahui adanya efek samping akibat penggunaan
KBA, sebagian pasangan mungki menghadapi kesulitan dalam
mempertahankan periode puasa hubungan kelamin. Sebagian pemakai KBA
menfdapatkan bahwa puasa hubungan kelmain menyebabkan komunikasi
dengan pasangan mereka menjadi lebih baik karena tindakan tersebut
merupakan usaha bersama dan kerja sama antara dua orang, sedangakan
sebagian lain merasakan bahwa hal tersebut menyebabkan frustasi dan

30
ketegangan. Di masyarakat yang sangat di dominasi oleh pria, metode KBA
mungkin tidak dapat diterima.
Sebelum menggunakan metode ini, tentunya pasangan suami istri
harus mengetahui masa subur. Siklus masa subur pada tiap wanita tidak sama.
Untuk itu perlu pengamatan minimal 6 kali siklus menstruasi. Berikut ini cara
mengetahui dan menghitung masa subur :
1. Bila siklus haid teratur (28 hari):
a. Hari pertama dalam siklus haid dihitung sebagai hari ke-1
b. Masa subur adalah hari ke-12 hingga hari ke- 16 dalam siklus haid
Contoh :
Seorang isteri mendapat haid mulai tanggal 9 Januari. Tanggal 9 Januari
ini dihitung sebagai hari ke-1. Maka hari ke-12 jatuh pada tanggal 20
januari dan hari ke 16 jatuh pada tanggal 24 Januari. Jadi masa subur yaitu
sejak tanggal 20 Januari hingga tanggal 24 Januari. Pada tanggal-tanggal
tersebut suami isteri tidak boleh bersanggama. Jika ingin bersanggama
harus memakai kondom atau sanggama terputus (senggama dimana tidak
mengeluarkan sperma didalam).
2. Bila siklus haid tidak teratur :
a. Catat jumlah hari dalam satu siklus haid selama 6 bulan (6 siklus).
Satu siklus haid dihitung mulai dari hari pertama haid saat ini hingga
hari pertama haid berikutnya, catat panjang pendeknya.
b. Masukan dalam rumus; jumlah hari terpendek dalam 6 kali siklus haid
dikurangi 18. Hitungan ini menentukan hari pertama masa subur.
c. Jumlah hari terpanjang selama 6 siklus haid dikurangi 11. Hitungan ini
menentukan hari terakhir masa subur.
Contoh :
Seorang isteri mendapat haid dengan keadaan : siklus terpendek 26 hari
dan siklus terpanjang 32 hari (mulai hari pertama haid sampai haid
berikutnya)

31
Perhitungannya : 26-18 = 8 dan 32–11 = 21. jadi masa suburnya adalah
mulai hari ke-8 sampai ke 21 dari hari pertama haid. Pada masa ini suami
isteri tidak boleh bersanggama. Jila ingin bersanggama harus memakai
kondom atau sanggama terputus.
Adapun keuntungan dari metode ini yaitu:
a) Dapat digunakan untuk menghindari atau mencapai kehamilan
b) Tidak ada resiko kesehatan yang berhubungan dengan kontrasepsi
c) Tidak ada efek samping serta murah dan tanpa biaya
Adapun kekurangannya dalam metode ini antara lain:
a) Sebagai kontraseptif sedang (9-20 kehamilan per 100 perempuan
selama tahun pertama pemakaian)
b) Keefektifan tergantung dari kemauan dan disiplin pasangan untuk
mengikuti instruksi
c) Perlu adanya pelatihan sebagai persyaratan untuk menggunakan jenis
KBA yang paling efektif secara benar
d) Dibutuhkan pelatih/guru KBA (bukan tenaga medis)
e) Pelatih/guru harus mampu membantu ibu mengenali masa suburnya,
memotivasi pasangan untuk mentaati aturan jika ingin menghindari
kehamilan dan menyediakan alat bantu jika diperlukan
f) Perlu pantang selama masa subur untuk menghindari kehamilan
g) Infeksi vagina membuat lender serviks sulit dinilai
h) Tidak terlindung dari IMS termasuk HBV (Virus hepatitis B) dan
HIV/AIDS.

8. Metode Tradisional
Di beberapa tempat wanita masih mengandalkan metode kontrasepsi
tradisional: Persatuan Bangsa-Bangsa memperkirakan bahwa sekitar 77 juta
wanita menggunakan metode tradisional untuk mengontrol kesuburan mereka.
Metode-metode ini mungkin berupa alat (contohnya spons vagina atau sawar
serviks dari lilin), zat (misalnya cuci vagina dengn jus lemon), atau pola

32
perilaku. Hanya sedikit riset yang telah dilakukan terhadap efektifitas atau
keamanan metode-metode ini.
Sebagai pola perilaku yang dipraktikan dalam masyarakat tradisional
dapat membatasi kesuburan. Periode puasa hubungan kelamin pascapartus
yang lama yang sering dijumpai di banyak budaya dapat menimbulkan efek
besar pada kesuburan periode pasca hubungan kelamin pascapartus semakin
berkurang di banyak masyarakaat, demikian juga manfaat kontrapsepsi yang
ditimbulkanya. Periode puasa hubungan kelamin lain yang berkaitan dengan
budaya terjadi di beberapa masyarakat aat seseorang wanita menjadi nenek.
Pada saat itu, wanita menghentikan semua hubungan sexsual dan dengan
demikian menghentikan masa subur. Perilaku lain yang dipraktikaan secara
spesifik untuk menghindari kehamilan adalah koitus interuptus.
Koitus interuptus adalah pengeluaran penis dari vagina sebelum
ejakulasi terjadi. Metode ini dipraktikan oleh banyak tempat sebagai contoh
diturki dan polandia, metode ini digunakan oleh 30% wanita bersuami pada
usia subur. Keuntungan utama koiyus interupus adalah tidak memerlukan alat
mekanis atau hormone, selalu dapat dilakukan oleh setiap pasangan yang
bersangkutan. Keluhan utamah adalah angka kegagalan yang relative tinggi:
biasanya pemakai mengalami angka kegagalan tahun pertama sebesar 18%
dalam suatu study dinegara berkembang, angka kegagalan tahun pertama
berkisar 4,05 dimexsiko mungkin tidak tepat akibat kesalahan dalam
pelaporan, efetifitas sangat bergantung pada motivasi pemakaian pada saat
hubungan kelamin. Kegagakan bisanaya terjadi kebocoran cairan praejakulasi,
yang dapat mengandung jutaan sperma,atau ketidak mampuan sperma, atau
ketidakmampuan pria mengeluarkan penisnya dari vagina sebelum ejakulasi.
Tidak ada efek samping bagi kesehatan yang berkaitan dengan pemakaiaan
metode ini, walaupun penghentiaan hubungan kelamin pada puncak stimlasi
sexsual dapat mengurangi kenikmatanbaik bagi wanita maupun pria.
Penyediaan pelayanan harus mengevaluasi keamanan dan efektifitas
metode tradisional yang sedang digunakan oleh pasangan ketika

33
merekomendasi perubahan ke metode modern. Sebagai metode modern
mungkin bukan suatu pilihan terbaik sebagai seorang wanita yang sedang
menggunakan metode tradisional. Konseling yang berhati hati dan
menyesuaikan dengan budaya selalu merupakan hal yang utama. Untuk
mempermudah transisi ke metode modern, pasangan yang bersangkutan
dianjurkan untuk mengadopsi suatu metode modern yang mirip dengan
metode tradisional yang sedang mereka gunakan (misalnya mengganti spons
tradisional dengan tablet atau suspositoria spermisida)
Adapun kelebihan dalam pemakaian spons kontrasepsi vagina yaitu:
a) Satu ukuran cocok untuk semua wanita, walaupun disarankan bahwa
spons ukuran yang lebih besar dapat menurunkan resiko kehamilan
pada wanita multipara. Spons ini dapat dibeli tanpa memerlukan
pengepasan atau resep
b) Metode ini nyaman dan mudah digunakan, dan terutama tidak
mengotori
c) Tidak memerlukan tambahan spermisida sebelum setiap kali akan
berhubungan intim
Adapun kekurangan di metode ini yaitu:
a) Angka kegagalan relative tinggi
b) Sejumlah kecil wanita dan pasangannya mungkin sensitive terhadap
spermisida
c) Mahal
Dibawah ini adalah keunggulan dari koitus interuptus yaitu:
a) Tidak memerlukan bahan atau alat, persiapan, atau pengawasan medis
b) Tidak memerlukan biaya dan tidak ada efek samping yang serius
c) Hubungan seksual pasangan dapat dipertahankan kerahasiaannya.
Adapun kekurangan dari metode ini yaitu:
a) Angka kegagalan tinggi
b) Tidak ada perlindungan terhadap IMS
c) Membatasi kenikmatan hubungan intim.

34
9. Metode Pascakoitus
Metode-metode pascakoitus hanya ditunjukan untuk pemakain darurat
saja dan tidak disarankan untuk digunakan sebagai metode keluarga berencana
regular. Metode ini sangat cocok pada kasus hubungan kelamin yang tidak
direncanakan atau tidak protektif, kecurigaan adanya kegagalan kontrasepsi,
misalnya kondom yang robek, diafragma terlepas, atau pil terlupa, dan pada
kasus perkosaan. Untuk mengurangi kebutuhan akan pemakaian ulang meode
pascakoitus, penyedia layanan harus membahas pilihan lain untuk klien
mereka.
Metode pascakoitus yang paling sering adalah pemberian hormone
steroid dalam 72 jam setelah hubungan kelamin yang tidak terproteksi.
Pemberian hormone mencegah implantasi, mungkin dengan menyebabkan
perubaan endometrium. Dosis regimen yang umum digunakan (sering disebut
regimen yupze) terdiri dari 0,1 mg etilestradiol dan 0,5 mg levonorgestrel
sesegara mungkin setelah pajanan dan kemudian diulang 12 jam kemudian.
Regimen yang mengandung etinilestradol dan nostregeal, danazol,
levonorgestrel, atau noretisteron juga perna digunakan.sebagian besar angka
kegagalan yang dilaporkan untuk terapi kombinasi estragon/progesterone
berkisar dari 0 samapai 2,0% tidak ada komplikas serius atau efek jangka
panjang yang perna dilaporkan pada pemakaian regimen yupze efek samping
yang dijumpai meliputi mual dan muntah, perdarahan ireguler, nyeri
payudarah pada kontrasepsi oral juga berlaku pada hormone pascakoitus.
Pemasangan AKDR yang mengandung tembaga sampai lima hari
setelah hubungan kelamin juga dapat digunakan untuk mencegah implantasi
telur yang sudah dibuahi. Sejak 1979 lebih dari 1300 pemasangan pascakoitus
dilaporkan dengan hanya satu kegagalan) juga berlaku pada pemakaian
pascakoitus.
Wanita yang mendapat kontrapsepsi pascakoitus harus kembali ke
penyedia layanan satu bulan setelah pemberian untu memastikan bahwa tidak

35
ada kehamilan atau mendapat konseling apabila metode yang digunakan
gagal. Apabila metode gagal, kemudian kehamilan ektopik harus
dipertimbangkan: hormone steroid yang diberikan pascakoitus biasanya
mencegah kehamilan uterus, tetapi tidak mencegah implatasi ekstopik.

10. Menyusui
Selain menyediakan makanan ideal bagi bayi dan meindungi bayi dari
penyakit (diare), menyusui memiliki efek kontrasepsi penting selama bulan
pertama pascaprtus. Wanita menyusui yang tidak memberikan bayi mereka
selain air susu ibu, belum haid, dan kurang dari enam bulan pascapartu,
memiliki kemungkinan kurang dari 2% untuk hamil. Namun, kemungkinan
hamil meningkat seiring dengan waktu dan juga penurunan frekuensi
menyusui yang ingin melanjutkan proteksinya terhadap kehamilan seyogianya
menggunakan kontrapsepsi yang sesuai
Pada sebagian besar kasus, penyedia layanan keluarga berencana harus
mendorong wanita untuk menyusui anak mereka. Penyedia layanan harus
memberikan informasi yang sesuai yang benar. Penyedia layanan juga perlu
meningkatkan wanita mengenai pentingnya gizi yang baik dan istirahat yang
cukup selama menyusui.

36
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1) Keluarga Berencana adalah suatu usaha untuk menjarangkan atau
merencanakan jumlah anak dan jarak kehamilan dengan memakai
kontrasepsi (Mochtar, Rustam, 1998 : 155).
2) Tujuan dari Keluarga Berencana (KB) Meningkatkan kesejahteraan ibu,
anak dalam rangka mewujudkan NKKBS (Normal Keluarga Kecil
Bahagia Sejahtera) yang menjadi dasar terwujudnya masyarakat yang
sejahtera dengan mengendalikan kelahiran sekaligus menjamin
terkendalinya pertambahan penduduk.
3) Manfaat dari Kelurga Berencana (KB) yaitu perbaikan kesehatan,
peningkatan kesehatan, waktu yang cukup untuk mengasuh anak, waktu
yang cukup untuk istirahat, menikmati waktu luang dan dapat melakukan
kegiatan lain.
4) Sasaran dari Keluarga Berencana (KB) yaitu meliputi sasaran langsung
dan sasaran tidak langsung.
5) Terdapat beberapa metode-metode pada kontrasepsi sterilisasi sukarela,
alat kontrasepsi dalam rahim, kontrasepsi oral kombinasi, metode hanya
menggunakan progesterone, obat suntik sebulan sekali, metode sawar,
keluarga berencana alami, metode tradisional, metode pascacoitus,
menyusui.

3.2 Saran
Sebagai tenaga kesehatan harus mengetahui tentang konsep dari
Keluarga Berencana (KB). Agar dapat menerapkan ilmu tentang Keluarga
Berencana (KB) di masyarakat.

37
DAFTAR PUSTAKA

Pendit Brahm .U dan Pita Wulansari. 2006. Ragam Metode


Kontrasepsi. Jakarta : EGC

Glasier Anna, Gebie Ailsa. 2005. Keluarga Berencana dan Kesehatan


Reproduksi. Jakarta :EGC

Noviawati Dyah. 2009. Panduan Lengkap Pelayanan KB Terkini.


Jogjakarta : Mitra Cendikia Press

Notodiharjo Riono. 2002. Repoduksi, Kontrasepsi, dan Keluarga


Berencana.Yogyakarta

Handayani Sri . 2010. Buku Ajar Pelayanan KB. Yogyakarta : Pustaka


Rihama

38

Anda mungkin juga menyukai