Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN NY. D DENGAN GANGGUAN


SISTEM MUSKULOSKELETAL: OSTEOMILITIS DI RUANG
SEKATUNG RUMKITAL DR. MIDIYATO SURATANI
TANJUNGPINANG

Disusun Oleh :

Nur Atiqah
Nim : 101611018

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
TANJUNGPINANG
2020
LAPORAN PENDAHULUAN

1. Judul Cover
“Asuhan Keperawatan Ny. D dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal:
Osteomilitis di Ruang Sekatung Rumkital Dr. Midiyato Suratani
Tanjungpinang”.

2. Konsep Dasar
1. Pengertian
Osteomielitis adalah infeksi bone marrow pada tulang-tulang
panjang yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus dan kadang-kadang
Haemophylus influenza. (Risnanto, 2014).
Osteomielitis dapat menjadi masalah kronis yang akan
mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan kehilangan
ekstremitas.
Osteomyelitis adalah infeksi dari jaringan tulang yang mencakup
sumsum dan atau kortek tulang dapat berupa eksogen (infeksi masuk dari
luar tubuh) atau hemotogen (infeksi yang berasal dari dalam tubuh). Ada
dua macam infeksi tulang menurut Robbins dan Kumar (1995:463-464)
yaitu :
a. Osteomyelitis piogenik hematogen
Biasanya terjadi pada anak-anak, osteomyelitis piogenik
hematogen terutama disebabkan oleh staphylococcus aureus
kemudian diikuti oleh bacillus colli. Kecuali Samonela,
osteomyelitis hematogen biasanya bermanisfestasi sebagai suatu
penyakit demam sistemik akut yang disertai dengan gejala nyeri
setempat, perasaan tidak enak, kemerahan dan pembengkakan.
b. Osteomyelitis tuberculosis
Timbulnya secara tesembunyi dan cenderung mengenai rongga
sendi. Daerah yang sering kena adalah tulang-tulang panjang dari
ekstermitas dan tulang belakang. Osteomyelitis tuberculosis dapat
menyebabkan deformitas yang serius (kifosis, scoliosis) berkaitan
dengan destruksi dan perubahan sumbu tulang belakang dari posisi
normalnya.
2. Anatomi dan Fisiologis

3. Patofisiologi
Menurut Smletzher Staphylococcus aureus merupakan penyebab
70% sampai 80% infeksi tulang. Organism patogenik lainnya yang
sering dijumpai pada osteomilitis meliputi proteus, pseudomonas, dan
escerechia coli. Terdapat peningkatan insiden infeksi resisten penisilin,
nosokomial, gram negative dan anaerobic. Awitan osteomielitis setelah
pembedahan ortopedi dapat terjadi dalam 3 bulan pertama( akut fulminan
stadium 1) dan sering berhubungan dengan penumpukan hematoma atau
infeksi supervisial. Infeksi awitan lambat (stadium 2) terjadi antara 4
sampai 24 bulan setelah pembedahan. Osteomielitis awitan lama
(stadium 3) biasanya akibat penyebaran hematogen dan terjadi 2 tahun
atau lebih setelah pembedahan.
Respon inisial terhadap infeksi adalah salah satu dari inflamasi,
peningkatan vaskularisasi, dan edema. Setelah 2 atau 3 hari, thrombosis
pada pembuluh darah terjadi pada tempat tersebut, mengakibatkan
iskemia dengan nekrosis tulang sehubungan dengan peingkatan tekanan
jaringan dan medulla. Inveksi kemudian berkembang ke kavitas
medularis dan kebawah poriesteum dan dapat menyeber ke jaringan
lunak atau sendi di sekitarnya. Kecuali bila proses inveksi dapat dikontrol
awal, kemudian akan terbentuk abses pada tulang.
Pada perjalan alamiahnya, abses dapat keluar secara spontan; namun
yang lebih sering harus dilakukan insisi dan drainase oleh ahli bedah.
Abses yang terbentuk dalam dindingnya terbentuk daerah jaringan mati,
namun seperti pada rongga abses pada umumnya, jaringan tulang mati
(sequestrum) tidak mudah mencair dan mengalir keluar. Rongga tidak
dapat mengempis dan menyembuh, seperti yang terjadi pada jaringan
lunak. Terjadi pertumbuhan tulang baru (involukrum) dan mengelilingi
sequestrum.jadi meskipun tampak terjadi proses penyembuhan, namun
sequestrum infeksius kronis yang tetap ada tetap rentan mengeluarkan
abses kambuhan sepanjang hidup pasien. Dinamakan osteomielitis tipe
kronik.
4. Kebutuhan Dasar Manusia Keselamatan dan Rasa Aman (Bebas Nyeri)
a. Kebutuhan Keselamatan dan Rasa Aman (Safety and Security Needs)
Jenis kebutuhan yang kedua ini berhubungan dengan jaminan
keamanan, stabilitas, perlindungan, struktur, keteraturan, situasi yang
bisa diperkirakan, bebas dari rasa takut dan cemas, dan sebagainya. Oleh
karena adanya kebutuhan inilah maka manusia membuat peraturan,
undang-undang, mengembangkan kepercayaan, membuat system,
asuransi, pension, dan sebagainya. Sama halnya dengan basic needs,
kalau safety needs ini terlalu lama dan terlalu banyak tidak terpenuhi,
maka pandangan sesorang tentang dunianya dapat terpengaruh dan pada
gilirannya pun perilakuknya akan cenderung kea rah yang makin
negative. Kebutuhan keselamatan dan rasa aman yang dimaksud adalah
aman dari berbagai aspek, baik fisiologis maupun psikologis, kebutuhan
ini meliputi sebagai berikut:
1) Kebutuhan perlindungan diri dari udara dingin, panas, kecelakaan,
dan infeksi;
2) Bebas dari rasa takut dan kecemasan; dan
3) Bebas dari perasaan terancam karena pengalaman yang baru dan
asing.

b. Konsep Dasar Nyeri


1) Bentuk nyeri
Nyeri dapat digambarkan dalam hal durasi, lokasi, atau
etiologinya. Saat nyeri hanya berlangsung selama periode pemulihan
yang telah diperkirakan, nyeri digambarkan sebagai nyeri akut, baik
nyeri memiliki artian mendadak atau lambat tanpa memperhatikan
intensitas nya. Di sisi lain, nyeri kronik berlangsung lama, biasanya
bersifat kambuhan atau menetap selama 6 bulan atau lebih, dan
mengganggu fungsi tubuh. Nyeri kronik malignan atau ganas, jika
dihubungkan dengan kanker atau kondisi mengancam jiwa lainnya,
atau sebagai nyeri kronik nonmalignan atau jinak jika etiologinya
adalah gangguan yang tidak bersifat progresif. Nyeri akut dan kronik
menyebabkan respons fisiologis dan perilaku yang berbeda, seperti
ditunjukan dalam tabel.

Perbedaan Antara Nyeri Akut dan Kronik


Perbandingan Nyeri Akut dan
Kronik
Nyeri Akut Nyeri Kronik
Ringan sampai berat Ringan sampai berat
Respons system saraf simpatik: Respons sistem saraf
Peningkatan denyut nadi parasimpatik; Tanda-tanda
Peningkatan tekanan darah vital normal
Diaforesis Kulit kering, hangat
Dilatasi pupil Pupil normal atau
Berhubungan dengan cedera dilatasi
jaringan; Hilang dengan Terus berlanjut setelah penyembuhan
penyembuhan Klien tampak Klien tampak depresi dan menarik diri
gelisah dan cemas Klien Klien sering kali tidak menyebutkan rasa
melaporkan rasa nyeri nyeri kecuali ditanya
Klien menunjukan perilaku Perilaku nyeri sering kali tidak muncul.
yang
mengindikasikan rasa nyeri;

menangis, menggosok area nyeri,


memegang area nyeri.

2) Jenis nyeri
Berdasarkan lokasinya, nyeri dapat dibedakan menjadi nyeri perifer,
nyeri sentral, dan nyeri psikogenik.
a) Nyeri perifer, bisa dibagi menjadi 3 yaitu:
i. Nyeri superfisial, berasal dar saraf perifer di kulit dan
mukosa.
ii. Nyeri dalam (profunda), berasal dari reseptor sendi tendon,
fasia, dan organ dalam (visceral). Nyeri ini bersifat tumpul,
terus-menerus atau seperti terbakar, dipicu oleh stimulasi
mekanik seperti tekanan, kerusakan jaringan, dan stimulasi
kimiawi.
iii. Nyeri alih (referred pain), Merupakan nyeri yang dirasakan
di tempat yang jauh dari sumber nyeri, diakibatkan
bersatunya serabut-serabut aferen yang berbeda pada
neuron-neuron kornu posterior yang sama di medula
spinalis.
b) Nyeri sentral, Merupakan nyeri yang diakibatkan oleh adanya
rangsangan pada saraf spinal, batang otak, thalamus, maupun
korteks serebri.
c) Nyeri psikogenik, Adalah nyeri yang dipicu dan dipicu oleh
faktor psikologis (Satyanegara, 2018).

3) Tipe nyeri
Nyeri dapat dikategorikan sesuai dengan asalnya sebagai nyeri
kutaneus, somatic profunda, atau visceral.
a) Nyeri kutaneus. Berasal di kulit atau jaringan subkutan. Teriris
kertas yang menyebabkan nyeri tajam dengan sedikit rasa
terbakar adalah contoh nyeri kutaneus.
b) Nyeri somatik profunda. Berasal dari ligament, tendon, tulang,
pembuluh darah, dan saraf. Nyeri somatik profunda menyebar
dan cenderung berlangsung lebih lama dibandingkan nyeri
kutaneus. Keseleo pergelangan kaki adalah sebuah contoh nyeri
somatik profunda,
c) Nyeri visceral. Berasal dari stimulasi reseptor nyeri di rongga
abdomen, cranium, dan toraks. Nyeri viseral cenderung
menyebar dan sering kali terasa seperti nhyeri somatik profunda,
yaitu rasa terbakar, nyeri tumpul, atau merasa tertekan. Nyeri
viseral sering kali disebabkan oleh peregangan jaringan,
iskemia, dan spasme otot. Misalnya, obstruksi usus akan
menyebabkan nyeri viseral.
d) Nyeri berdasarkan tempatnya
i. Nyeri menjalar. Dirasakan di sumber nyeri dan meluas ke
jaringan-jaringan di sekitarnya. Misalnya, nyeri jantung
tidak hanya dapat dirasakan di dada tetapi juga dirasakan di
sepanjang bahu kiri dan turun ke lengan.
ii. Nyeri alih. Adalah nyeri yang dirasakan di satu bagian
tubuh yang cukup jauh dari jaringan yang menyebabkan
nyeri. Misalnya, nyeri yang berasal dari sebuah bagian
visera abdomen dapat dirasakan di suatu area kulit yang
jauh dari organ yang menyebabkan rasa nyeri.
iii. Nyeri tak tertahankan. Nyeri yang sangat sulit untuk
diredakan. Salah satu contohnya adalah nyeri akibat
keganasan stadium lanjut. Saat merawat seorang klien yang
mengalami nyeri tak tertahankan, perawat dituntut
untukmenggunakan sejumlah metoda, baik farmakologi
maupun nonfarmakologi, untuk meredakan nyeri klien.
iv. Nyeri neuropatik. Nyeri akibat kerusakan sistem saraf pusat
di masa kini atau masa lalu dan mungkin tidak mempunyai
sebuah stimulus, seperti kerusakan jaringan atau saraf,
untuk rasa nyeri. Nyeri neuropatik berlangsung lama, tidak
menyenangkan dan dapat digambarkan sebagai: rasa
terbakar, nyeri tumpul, dan nyeri tumpul yang
berkepanjangan; episode nyeri tajam seperti tertembak
dapat juga dialami.
v. Nyeri bayangan. Sensasi rasa nyeri yang dirasakan pada
bagian tubuh yang telah hilang (mis., kaki yang telah
diamputasi) atau yang lumpuh akibat cedera tulang
belakang, adalah sebuah contoh nyeri neuropatik. Ini dapat
dibedakan, adalah sebuah contoh nyeri neuropatik. Ini dapat
dibedakan dari sensasi bayangan, yaitu perasaan bahwa
bagian tubuh yang telah hilang masih ada. insidensi nyeri
bayangan dapat dikurangi jika analgesik diberikan melalui
kateter epidural sebelum amputasi (Hawton &
Redmond,1998 dalam Kozier, dkk, 2010).

5. Penatalaksanaan Keperawatan
A. Pengkajian
1. Identifikasi klien
Terdiri dari nama, jenis kelamin, usia, status perkawinan, agama,
suku bangsa, pendidikan,bahasa yang digunakan, pekerjaan dan
alamat.
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Kaji adanya riwayat trauma fraktur terbuka, riwayat operasi
tulang dengan pemasangan fiksasi internal dan fiksasi eksternal
dan pada osteomielitis kronis penting ditanyakan apakah pernah
mengalami osteomielitis akut yang tidak diberi perawatan
adekuat sehingga memungkinkan terjadinya supurasi tulang.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Ada riwayat infeksi tulang, biasanya pada daeah vertebra
torako-lumbal yang terjadi akibat torakosentesis atau prosedur
urologis. Dapat ditemukan adanya riwayat diabetes melitus,
malnutrisi, adiksi obat-obatan, atau pengobatan imunosupresif.
c. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
Tingkat kesadaran (apatis, sopor, koma, gelisah, kompos
mentis yang bergantung pada keadaan klien).
Kesakitan atau keadaan penyakit (akut, kronis, ringan,
sedang, dan pada kasus osteomielitis biasanya akut). Tanda-
tanda vital tidak normal.
2) Sistem Pernafasan
Pada inspeksi, didapatkan bahwa klien osteomielitis tidak
mengalami kelainan pernafasan. Pada palpasi toraks,
ditemukan taktil fremitus seimbang kanan dan kiri. Pada
auskultasi, tidak didapatkan suara nafas tambahan.
3) Sistem Kardiovaskuler
Pada inspeksi, tidak tampak iktus jantung. Palpasi
menunjukkan nadi meningkat, iktus tidak teraba. Pada
auskultasi, didapatkan suara S1 dan S2 tunggal, tidak ada
murmur.
4) Sistem Muskuloskeletal
Adanya osteomielitis kronis dengan proses supurasi di
tulang dan osteomielitis yang menginfeksi sendi akan
mengganggu fungsi motorik klien. Kerusakan integritas
jaringan pada kulit karena adanya luka disertai dengan
pengeluaran pus atau cairan bening berbau khas.
5) Tingkat kesadaran
Tingkat kesadaran biasanya kompos metis.
6) Sistem perkemihan
Pengkajian keadaan urine meliputi warna, jumlah,
karakteristik, dan berat jenis. Biasanya klien osteomielitis
tidak mengalami kelainan pada sitem ini.
7) Pola nutrisi dan metabolisme
Evaluasi terhadap pola nutrisi klien dapat menentukan
penyebab masalah muskuloskeletal dan mengantisipasi
komplikasi dari nutrisi yang tidak adekuat. Masalah nyeri
pada osteomielitis menyebabkan klien kadang mual atau
muntah sehingga pemenuhan nutrisi berkurang.
8) Pola eliminasi
Adakah retensi urin dan konstipasi.

B. Diagnosa
1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan
2. Kerusakan mobilisasi fisik berhubungan dengan nyeri, alat imobilisasi
dan keterbatasan menahan beban berat badan.
3. Gangguan intergritas kulit berhubungan dengan efek pembedahan ;
imobilisasi.
C. Intervensi
Diagnosa Keperawatan
Hasil Yang Diharapkan Dan Intervensi Tindakan Tandatangan
Tgl (Data Subyektif Dan
Kriteria Evaluasi Keperawatan dan Nama Jelas
Obyektif)
Nyeri berhubungan kriteria hasil : Mandiri :
dengan inflamasi dan 1. Tidak ada nyeri, 1. Observasi TTV (20 menit)
pembengkakan 2. klien tampak rileks, 2. Pertahankan imobilisasi bagian
3. tidak ada mengerang dan yang sakit dengan tirah baring
perilaku melindungi bagian (15 menit)
yang nyeri, 3. Tinggikan ekstermitas yang
4. frekuensi pernapasan 12-24 mengalami nyeri (10 menit)
per menit 4. Hindari penggunaan sprei atau
5. suhu klien dalam batas bantal plastic dibawah
normal (36ºC-37ºC) ekstermitas yang mengalami
6. tidak adanya komplikasi. nyeri (5 menit)
5. Evaluasi keluhan nyeri atau
ketidak nyamanan (20 menit)
6. Perhatikan lokasi dan
karakteristik, termasuk
intensitas (skala nyeri 1-10)
(15 menit)
7. Perhatikan petunjuk nyeri
perubahan pada tanda vital dan
emosi atau perilaku (30 menit)
8. Dorong pasien untuk
mendiskusikan masalah
sehubungan dengan infeksi
pada tulang (30 menit)
9. Lakukan dan awasi latihan
rentang gerak pasif atau akfif
(30 menit)
10. Beri alternative tindakan
kenyamanan seperti pijatan,
punggung atau perubahan
posisi (15 menit)
11. Dorong menggunakan tekhnik
managemen stress, seperti
relaksasi progresif, latihan
napas dalam, imajinasi
visualisasi, dan sentuhan
terapeutik (15 menit)
12. Observasi adanya keluhan
nyeri yang tak biasa atau tiba-
tiba, lokasi progresif atau
buruk tidak hilang dengan
analgesic (20 menit)
13. Jelaskan prosedur sebelum
melakukan tindakan
keperawatan (10 menit)
14. Lakukan kompres dingin 24-
48 jam pertama dan sesuai
kebutuhan (30 menit)
Kolaborasi:
15. Berikan obat analgesik seperti
hidroksin,siklobenzaprin
sesuai indikasi.
16. Awasi analgesic yang
diberikan.
Diagnosa Keperawatan
Hasil Yang Diharapkan Dan Intervensi Tindakan Tandatangan
Tgl (Data Subyektif dan
Kriteria Evaluasi Keperawatan dan Nama Jelas
Obyektif)
Kerusakan mobilisasi kriteria hasil : Mandiri :
fisik berhubungan dengan 1. Meningkatkan atau 1. Observasi TTV (20 menit)
nyeri, alat imobilisasi dan mempertahankan mobilitas 2. Kaji derajat mobilitas yang
keterbatasan menahan 2. Mempertahankan posisi dihasilkan adalah cedera atau
beban berat badan. fungsional pengobatan dan perhatikan
3. Meningkatkan kekuatan persepsi pasien terhadap
atau fungsi yang sakit mobilisasi (30 menit)
4. Mengkompensasikan bagian 3. Bantu atau dorong perawatan
tubuh. diri atau kebersihan diri
(mandi, mencukur dll) (1 jam)
4. Awasi tekanan darah klien
dengan melakukan aktivitas
fisik, perhatikan keluhan
pusing (10 menit)
5. Tempatkan dalam posisi
terlentang atau posisi nyaman
dan ubah posisi secara periodic
(10 menit)
6. Awasi kebiasaan eliminasi dan
berikan ketentuan defekasi
rutin (15 menit)
7. Berikan atau bantu mobilisasi
dengan kursi roda, kruk,
tongkat sesegera mungkin (30
menit)
8. Konsul dengan ahli terapi fisik
atau rehabilitasi spesialis
9. Rujuk ke perawat spesialis
psikiatrik klinik atau ahli
terapi sesuai indikasi

Tgl Diagnosa Hasil Yang Diharapkan dan Intervensi Tindakan Tandatangan


Keperawatan (Data Kriteria Evaluasi Keperawatan dan Nama Jelas
Subyektif Dan
Obyektif)
Gangguan intergritas kriteria hasil : Mandiri :
kulit berhubungan 1. Klien tampak rileks 1. Observasi TTV (20 menit)
dengan efek 2. Klien menunjukan perilaku 2. Kaji kulit untuk luka terbuka,
pembedahan ; atau tekhnik untuk benda asing kemudian
imobilisasi. mencegah kerusakan kulit perdarahan dan perubahan
3. Memudahkan penyembuhan warna kulit (15 menit)
sesuai indikasi. 3. Pertahankan tempat tidur
kering dan bebas keruta (10
menit)
4. Tempatkan bantalan air atau
bantalan lain dibawah siku
atau tumit sesuai indikasi (10
menit)
5. Perawatan, bersihkan kulit
dengan sabun air, gosok
perlahan dengan alcohol atau
bedak sesuai indikasi. (40
menit)
6. Gunakan telapak tangan untuk
memasang, mempertahankan
atau lepaskan gips, dan dukung
bantal setelah pemasangan (20
menit)
7. Observasi untuk potensial area
yang tertekan, khususnya pada
akhir dan bawah beban atau
gips. (15 menit)
D. Implementasi
Diagnosa Nama
No Waktu Tindakan Keperawatan
Keperawatan Jelas
1. Nyeri Mandiri :
berhubungan 1. Mengobservasi TTV
dengan inflamasi 2. Mempertahankan
dan imobilisasi bagian yang
pembengkakan sakit dengan tirah baring
3. Meninggikan ekstermitas
yang mengalami nyeri
4. Menghindari
penggunaan sprei atau
bantal plastic dibawah
ekstermitas yang
mengalami nyeri
5. Mengevaluasi keluhan
nyeri atau ketidak
nyamanan
6. Memperhatikan lokasi
dan karakteristik,
termasuk intensitas
(skala nyeri 1-10)
7. Perhatikan petunjuk
nyeri perubahan pada
tanda vital dan emosi
atau perilaku
8. Mendorong pasien untuk
mendiskusikan masalah
sehubungan dengan
infeksi pada tulang
9. Melakukan dan awasi
latihan rentang gerak
pasif atau akfif
10. Memberi alternative
tindakan kenyamanan
seperti pijatan, punggung
atau perubahan posisi
11. Mendorong
menggunakan tekhnik
managemen stress,
seperti relaksasi
progresif, latihan napas
dalam, imajinasi
visualisasi, dan sentuhan
terapeutik
12. Mengobservasi adanya
keluhan nyeri yang tak
biasa atau tiba-tiba,
lokasi progresif atau
buruk tidak hilang
dengan analgesic
13. Menjelaskan prosedur
sebelum melakukan
tindakan keperawatan
14. Melakukan kompres
dingin 24-48 jam
pertama dan sesuai
kebutuhan
Kolaborasi:
15. Memberikan obat
analgesic seperti
hidroksin,
siklobenzaprin sesuai
indikasi.
16. Mengawasi analgesic
yang diberikan
2. Kerusakan Mandiri :
mobilisasi fisik 1. Mengobservasi TTV
berhubungan 2. Mengkaji derajat
dengan nyeri, alat mobilitas yang
imobilisasi dan dihasilkan adalah cedera
keterbatasan atau pengobatan dan
menahan beban perhatikan persepsi
berat badan pasien terhadap
mobilisasi
3. Membantu atau dorong
perawatan diri atau
kebersihan diri (mandi,
mencukur dll)
4. Mengawasi tekanan
darah klien dengan
melakukan aktivitas
fisik, perhatikan keluhan
pusing
5. Menempatkan dalam
posisi terlentang atau
posisi nyaman dan ubah
posisi secara periodic
6. Mengawasi kebiasaan
eliminasi dan berikan
ketentuan defekasi rutin
7. Memberikan atau bantu
mobilisasi dengan kursi
roda, kruk, tongkat
sesegera mungkin
8. Mengkonsultasi dengan
ahli terapi fisik atau
rehabilitasi spesialis
9. Merujuk ke perawat
spesialis psikiatrik klinik
atau ahli terapi sesuai
indikasi
3. Gangguan Mandiri :
intergritas kulit 1. Mengobservasi TTV
berhubungan 2. Mengkaji kulit untuk
dengan efek luka terbuka, benda
pembedahan ; asing kemudian
imobilisasi. perdarahan dan
perubahan warna kulit
3. Mempertahankan tempat
tidur kering dan bebas
keruta
4. Menempatkan bantalan
air atau bantalan lain
dibawah siku atau tumit
sesuai indikasi
5. Merawat, bersihkan kulit
dengan sabun air, gosok
perlahan dengan alcohol
atau bedak sesuai
indikasi.
6. Menggunakan telapak
tangan untuk memasang,
mempertahankan atau
lepaskan gips, dan
dukung bantal setelah
pemasangan
7. Mengobservasi untuk
potensial area yang
tertekan, khususnya pada
akhir dan bawah beban
atau gips.

E. Evaluasi
Nama
Tgl Diagnosa Evaluasi
Jelas
DIAGNOSA S : Klien mengatakan setelah dilakukan
I kaji frekuensi nyeri berkurang
O : klien tampak tidak meringis dan skala
nyeri berkurang 0
A : masalah teratasi sebagian
P : intervensi dilanjutkan
DIAGNOSA S : klien mengatakan hambatan mobilitas
II berkurang dan lebih mudah melakukan
O : klien tampak lebih mudah melakukan
aktivitas
A : masalah teratasi sebagian
P : intervensi dilanjutkan
DIAGNOSA S : setelah dilakukan perawatan klien
III mengatakan lebih rilek dan nyaman saat
menggunakan gips
O : klien tampak tenang dan tidak merasa
kesakitan
A : masalah teratasi sebagian
P : intervensi dilanjutkan

DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth J. 2010. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.


Mansjoer, Arif. 2017. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media
Aesculapius.Medika. UMY.Muskuloskeletal. Deepublish : Yogyakarta
Reeves, Charlene J. 2015. Keperawatan Medical Bedah. Jakarta: Salemba
Risnanto, 2014. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Medikal Bedah: Sistem
Muskuloskeletal. Deepublish : Yogyakarta
Samiaji E., 2013, Osteomyelitis, Bagian Ilmu Bedah BRSD Wonosobo, Fakultas
Kedokteran
Smeltzer Suzanne, C 2012. Buku Ajar Medikal Bedah, Brunner & Suddart.
Edisi 8. Vol 3. Penerbit buku kedokteran EGC: Jakarta
Smeltzer, Suzanne C. 2015. Buku Ajar Keperawatan Medical-Bedah. Jakarta:
EGC.

Anda mungkin juga menyukai