MANAJEMEN NYERI
00
MODUL E- LEARNING
MANAJEMEN NYERI
A. PENDAHULUAN
Pencapaian kesehatan optimal sebagai hak asasi manusia
merupakan salah satu unsur kesejahteraan umum yang akan turut
menjamin terwujudnya pembangunan kesehatan dalam meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang.
Untuk mencapai hal tersebut perlu diciptakan berbagai upaya untuk
meningkatkan pelayanan kesehatan dari pelayanan kesehatan ditingkat
pertama sampai di tingkat lanjutan. Rumah sakit merupakan salah satu
fasilitas kesehatan yang memberikan pelayanan dibidang kesehatan salah
satunya termasuk pelayanan pasien nyeri. Keluhan nyeri yang dirasakan
pasien merupakan alasan yang paling banyak menyebabkan pasien
memeriksakan dirinya kefasilitas kesehatan.
B. Tujuan Pembelajaran :
1. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah selesai membaca peserta diharapkan mempunyai
pemahaman terhadap manajemen nyeri.
2. Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah selesai membaca peserta diharapkan mempunyai
pemahaman terhadap :
a. Konsep nyeri.
b. Tatalaksana nyeri sesuai panduan manajemen nyeri RSUP
Sanglah Denpasar
2. Etiologi
Etiologi nyeri sangat beraneka ragam dengan lokasi nyeri yang juga
bisa terjadi di semua sistem organ tubuh dimana nyeri bisa akibat suatu
penyakit medis, trauma, paska operasi, nyeri akibat tumor, kanker atau
metastase kanker, nyeri persalinan, dsb. Secara garis besar, etiologi nyeri
dapat dirangkum sebagai berikut:
a) Nyeri fisiologis
Pada nyeri fisiologis, stimulus nyeri berlangsung singkat dan tidak
menimbulkan kerusakan jaringan. Ketika stimulus nyeri hilang, proses
di nosiseptor juga ikut hilang sehingga tidak menimbulkan kerusakan
jaringan dan proses yang berkepanjangan. Nyeri fisiologis ini penting
untuk mempertahankan kelangsungan hidup setiap makhluk sebab
sangat diperlukan dalam mengaktivasi reflek menghindari rangsangan
nyeri dan meningkatkan kewaspadaan.
b) Nyeri inflamasi / nosiseptif
Merupakan nyeri yang disebabkan suatu proses inflamasi dan
kerusakan jaringan selain jaringan saraf. Bila jaringan mengalami
inflamasi atau kerusakan, maka akan dikeluarkan berbagai macam
mediator inflamasi seperti prostaglandin, bradikinin, serotonin,
histamin, dsb. Mediator-mediator tersebut tersebut dapat mengaktivasi
dan mensensitisasi nosiseptor secara langsung dan tidak langsung
yang akan merubah stimulus nyeri dalam bentuk aksi potensial yang
akan diteruskan dari perifer ke sentral.
c) Nyeri neuropathic
Merupakan nyeri yang didahului oleh disfungsi atau lesi primer pada
sistem saraf, baik saraf perifer maupun saraf sentral. Nyeri
neuropathic antara lain : nyeri neuropati diabetika, trigeminal
3. Klasifikasi
Tanda dan gejala klinis dari pasien dengan nyeri adalah keluhan
nyeri itu sendiri. Karena nyeri merupakan pengalaman sensorik dan
emosional yang bersifat subyektif, maka setiap pasien yang mengeluh
nyeri berarti memang benar-benar dalam keadaan nyeri. Jangan pernah
sekalipun meragukan keluhan nyeri yang disampaikan pasien. Gejala
klinis akibat nyeri yang dialamai pasien dapat berupa respon simpatis atau
parasimpatis. Pemeriksaan fisik dan gejala klinis lainnya hanya
merupakan penunjang diagnosa nyeri yang dialami pasien, dan tidak bisa
dijadikan sebagai patokan utama diagnosa nyeri.
Penilaian nyeri pada semua pasien neonatus (<28 hari) yang dirawat
di RS Sanglah menggunakan Neonatal Pain Assessment (NPA) ,
seperti tersebut di bawah ini :
A. FISIK
Postur/tonus Fleksi dan atau 2 Ekstensi 1
kaku/tegang
Pola tidur Agitasi atau lemas 2 Relaks 0
Ekspresi Meringis 2 Mengerutkan 1
dahi
Tangis Ya 2 Tidak 0
Warna Pucat: kehitaman 2 Merah muda 0
atau kemerahan
B. FISIOLOGIS
Laju napas Apne 2 Takipne 1
Denyut jantung Fluktuasi 2 Takikardi 1
Saturasi Desaturasi 2 Normal 0
Tekanan darah Hipo/hipertensi 2 Normal 0
C. PERSEPSI
PERAWAT
Ada nyeri 2 Tidak nyeri 0
Deskripsi :
A. FISIK
Postur/tonus 2 Fleksi dan atau Tangan mengepal, punggung tegak,
kaku/tegang tungkai aduksi, kepala dan bahu
posisi tetap
1 Ekstensi Jari-jari melebar, punggung kaku,
Prosedur
Kategori Skor
0 1 2
Face Tidak ada Menyeringai, Dagu gemetar,
(wajah) ekspresi mengerutkan gigi gemertak
khusus, senyum dahi, tampak (sering)
tidak tertarik
(kadang-
kadang)
Legs (kaki) Normal, rileks Gelisah, tegangMenendang,
kaki tertekuk
Activity Berbaring Menggeliat, Kaku atau
(aktivitas) tenang, posisi tidak bisa diam, kejang
normal, gerakan tegang
mudah
Cry Tidak menangis Merintih, Terus menangis,
(menangis) merengek, berteriak, sering
kadang-kadang mengeluh
Prosedur
a. Non-Farmakologi
Intervensi fisik: pijat, mengatur posisi, kompres hangat atau
dingin, mengurangi rangsangan
Intervensi kognitif: memberi keyakinan, mengalih perhatian
dengan seni, musik, serta aktivitas sehari-hari
Intervensi psikologi
b. Farmakologi
Analgesik: non-opiat dan opiat
Tujuan
a. Memberikan pedoman penatalaksanaan nyeri yang optimal di
bidang rematologi
b. Memberikan pedoman untuk edukasi kepada pasien dan keluarga
pasien.
Penatalaksanaan
a. Non-Farmakologi
1) Edukasi pasien dan keluarga pasien
2) Terapi psikologis :
Ekspresi Wajah
Tenang 1
Sebagian Muka menegang (Dahi mengerenyit) 2
Seluruh muka menegang (kelopak mata menutup) 3
Wajah menyeringai 4
Pergerakan atau posisi ekstremitas atas
Tenang 1
Menekuk sebagian didaerah siku 2
Menekuk total dengan disertai jari-jari mengepal 3
Menekuk total secara terus menerus 4
Toleransi terhadap ventilasi mekanik
Dapat mengikuti pola ventilasi 1
Batuk tetapi masih dapat mengikuti pola ventilasi 2
Melawan pola ventilasi 3
Pola ventilasi tidak ditoleransi 4
Sistemik Regional
- PCA
Intermiten Bolus
Epidural
Continous Infusion
Epidural
PCEA (Patient
Controlled Epidural
Analgesia)
- Blok transversus
abdominis
- Blok pudendal
Massage
Akupunktur
Aromaterapi
E. KESIMPULAN