Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PADA

Tn.T DENGAN FRAKTUR TINIA FIBULA DIRUANG BEDAH RUMAH SAKIT


YUKUM MEDICAL CENTER

OLEH

ZULHIKMAH AWALIYAH
2114901068

PRAKTIK PROFESI NERS STASE KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PROGRAM


STUDI PROFESI NERS JURUSAN KEPERAWATAN POLTEKKES KEMENKES
TANJUNG KARANG
TAHUN 2021/2022
LAPORAN PENDAHULUAN

A. DEFINISI
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma oleh trauma atau tenaga
fisik atau tenaga fisik kekuatan kekuatan dan sudut dan sudut dari tenaga dari tenaga
tersebut, tersebut, keadaan tulang itu sendiri dan jaringan lunak disekitar tulang akan
menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap (Price dan
Wilson, 2006). Fraktur adalah suatu patahan pada kontinuitas struktur tulang. Patahan
tadi mungkin tak lebih dari suatu retakan, suatu pengisutan atau  primpilan korteks,
biasanya  primpilan korteks, biasanya patahan lengkap dan patahan lengkap dan
fragmen tulang bergeser fragmen tulang bergeser (Wijaya dan putri, 2013)
B. ETIOLOGI
Menurut Wijaya dan Putri (2013) penyebab fraktur Menurut Wijaya dan Putri
(2013) penyebab fraktur adalah :
a. Kekerasan langsung Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik
terjadinya kekerasan. Fraktur demikian sering bersifat fraktur terbuka dengan garis
patah melintang atau miring.  
b. Kekerasan tidak langsung Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang
ditempat yang  jauh dari tempat terjadinya terjadinya kekerasan. kekerasan. Yang
patah biasanya biasanya adalah  bagian yang paling lemah dalam jalur han  bagian
yang paling lemah dalam jalur hantaran vekt taran vektor.
c. Kekerasan akibat tarikan otot Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang
terjadi. Kekuatan dapat  berupa pemutiran, penekukan, penekukan dan penekanan,
kombinasi dari ketiganya, dan penarikan.
Menurut Brunner & Suddarth (2005) fraktur dapat disebabkan oleh  pukulan
pukulan langsung, langsung, gaya meremuk, meremuk, gerakan gerakan punter
mendadak, mendadak, dan  bahakan kontraksi  bahakan kontraksi otot ekstremitas,
ekstremitas, organ tubuh organ tubuh dapat mengalami mengalami cedera akibat
gaya yang disebabkan oleh fraktur atau akibat fragmen tulang
C. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi fraktur menurut Brunner & Suddarth (2005) adalah nyeri, hilangnya fungsi,
deformitas, pemendekan ekstremitas, krepitus,  pembengkakan local dan peruba
pembengkakan local dan perubahan warna. han warna. a.  Nyeri terus  Nyeri terus
menerus dan menerus dan bertambah beratnya s bertambah beratnya sampai fregmen
ampai fregmen tulang diimobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan
bentuk  bidai alamiah alamiah yang dirancang dirancang untuk meminimalkan
meminimalkan gerakan gerakan antar fragmen tulang.
Setelah terjadi fraktur, bagian  –   bagian tak dapat digunakan dan cenderung bergerak
secara tidak alamiah (gerakan luar biasa)  bukannya  bukannya tetap rigid seperti seperti
normalnya. normalnya. Pergeseran Pergeseran fragmen fragmen pada fraktur lengan
atau tungkai menyebabkan deformitas (terlihat maupun teraba) ekstremitas yang bias
diketahui dengan membandingkan dengan ekstremitas normal. Ekstremitas tak dapat
berfungsi  berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot bergantung bergantung pada
integritas tulang tempat melengketnya otot. c. Pada fraktur panjang, terjadinya
pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot yang melekat diatas atau
dibawah tempat fraktur. Fraktur sering saling melingkupi satu sama lain sampai 2,5
sampai 5 cm (1-2 inci). d. Saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik
tulang dinamakan krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan
lainnya. e. Pembengkakan dan perubahan warna local pada kulit terjadi sebagai akibat
trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur.

D. PATOFISIOLOGI
Fraktur gangguan pada tulang biasanya disebabkan oleh trauma gangguan adanya gaya
dalam tubuh yaitu stress, gangguan fisik, gangguan metabolik, patologik. Kemampuan
otot mendukung tulang turun, baik yang terbuka ataupun tertutup. Kerusakan pembuluh
darah akan mengakibatkan pendarahan, maka volume darah menurun. COP menurun
maka terjadi perubahan perfusi jaringan. Hematoma akan mengeksudasi plasma dan
poliferasi menjadi edem lokal maka  penumpukan di dalam tubuh. Fraktur terbuka atau
tertutup akan mengenai serabut saraf yang dapat menimbulkan gangguan rasa nyaman
nyeri. Selain itu dapat mengenai tulang dan dapat terjadi neurovaskuler yang
menimbulkan nyeri gerak sehingga mobilitas fisik terganggu. Disamping itu fraktur
terbuka dapat mengenai jaringan lunak yang kemungkinan
dapat terjadi infeksi terkontaminasi dengan udara luar dan kerusakan  jaringan  jaringan
lunak akan mengakibatkan kerusakan kerusakan integritas integritas kulit. Fraktur
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma gangguan metabolic,
patologik yang terjadi itu ter metabolic, patologik yang terjadi itu terbuka atau buka
atau tertutup. Pada umumnya tertutup. Pada umumnya  pada pasien fraktur fraktur
terbuka terbuka maupun tertutup tertutup akan dilakukan dilakukan imobilitas
imobilitas yang bertujuan untuk mempertahanakan fragmen yang telah dihubungkan, ah
dihubungkan, tetap pada tempatnya sampai sembuh. (Sylvia, 2006 :1183).
Trauma pada tulang dapat menyebabkan keterbatasan gerak dan ketidak seimbangan,
fraktur terjadi dapat berupa fraktur terbuka dan fraktur tertutup. Fraktur tertutup tidak
disertai kerusakan jaringan lunak seperti tendon, otot, ligament dan pembuluh darah
( Smeltzer dan Bare, 2001). Pasien yang harus imobilisasi setelah patah tulang akan
menderita komplikasi antara lain : nyeri, iritasi kulit karena penekanan, hilangnya
kekuatan otot. Kurang perawatan diri dapat terjadi bila sebagian tubuh di imobilisasi,
mengakibatkan berkurangnyan kemampuan prawatan diri (Carpenito, 2007). Reduksi
terbuka dan fiksasi interna (ORIF) fragmenfragmen tulang di pertahankan dengan pen,
sekrup, plat, paku. Namun  pembedahan meningkatkan  pembedahan meningkatkan
kemungkinan terjadinya kemungkinan terjadinya infeksi. Pembedahan infeksi.
Pembedahan itu sendiri merupakan trauma pada jaringan lunak dan struktur yang
seluruhnya tidak mengalami cedera mungkin akan terpotong atau mengalami kerusakan
selama tindakan operasi (Price dan Wilson, 2006)

E. PENATALAKSANAAN

Prinsip penanganan fraktur meliputi reduksi, imobilisasi dan  pengembalian


pengembalian fungsi serta kekuatan kekuatan normal dengan rehabilitasi.
rehabilitasi. Reduksi Reduksi fraktur berarti mengembalikan fragmen tulang pada
kesejajarannya dan rotasi anatomis. Metode untuk mencapai reduksi fraktur adalah
dengan reduksi tertutup, traksi, dan reduksi terbuka. Metode yang dipilih untuk
mereduksi fraktur bergantung pada sifat frakturnya. Pada kebanyakan kasus reduksi
tertutup dilakukan dengan mengembalikan fragmen tulang keposisinya (ujung-
ujungnya saling  berhubungan)  berhubungan) dengan manipulasi manipulasi dan
traksi manual. manual. Selanjutnya Selanjutnya traksi dapat dilakukan untuk
mendapatkan efek reduksi dan imobilisasi. Beratnya traksi disesuaikan dengan
spasme otot yang terjadi. Pada fraktur tertentu memerlukan reduksi terbuka, dengan
pendekatan bedah, fragmen tulang direduksi. Alat fiksasi interna dalam bentuk pin,
kawat, sekrup,  plat, paku atau batangan batangan logam dapat digunakan digunakan
untuk mempertahankan mempertahankan fragmen tulang dalam posisinya samapai
penyembuhan tulang solid terjadi. Tahapan selanjutnya setelah fraktur direduksi
adalah mengimobilisasi dan mempertahankan fragmen tulang dalam posisi dan
kesejajaran yang benar sampai terjadi penyatuan. Imobilisasi dapat dilakukan dengan
fiksasi interna dan fiksasi eksterna. Metode fiksasi eksterna meliputi pembalutan,
gips, bidai, traksi kontin, pin dan teknik gips. Sedangkan implant logam digunakan
untuk fiksasi interna. nterna. Mempertahankan dan mengembalikan fragmen tulang
dapat dilakukan dengan reduksi dan imobilisasi. Pantau status neurovaskuler, latihan
isometrik, dan memotivasi klien untuk berpartisipasi dalam memperbaiki
kemnadirian dan harga diri memperbaiki kemnadirian dan harga diri (Brunner & S
(Brunner & Suddarth, 2005). uddarth, 2005). Prinsip penanganan fraktur dikenal
dengan empat R yaitu: a. Rekognisi adalah menyangkut diagnosis fraktur pada
tempat kejadian dan kemudian dirumah sakit.  b. Reduksi adalah usaha dan tindakan
memanipulasi fragmen-fragmen tulang yang patah sedapat mungkin untuk kembali
seperti letak asalnya. c. Retensi adalah aturan umum dalam pemasangan gips, yang
dipasang untuk mempertahankan reduksi harus melewati sendi diatas fraktur dan
dibawah fratur.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Rontgen sinar x untuk menentukan lokasi atau luasnya fraktur
2. Scan tulang, tomogram, scan CT/MRI untuk memperlihatkan fraktur.
3. Darah lengkap

G. PROSES KEPERAWATAN
1. Identitas klien ; usia, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku
bangsa, tgl masuk RS, askes.
2. Keluhan utama ; Pada pasien fraktur/patah tulang dapat disebabkan oleh
trauma/kecelakaan, degeneratif dan patologis yang didahului 17 dengan perdarahan,
kerusakan jaringan sekirat yang mengakibatkan nyeri, bengkak, kebiruan,
pucat/perubahan warna kulit dan kesemutan.Riwayat penyakit sekarang ; demam,
anoreksi dan malaise, peninggian tekanan intrakranial serta gejala nerologik fokal.
3. Riwayat penyakit dahulu ; Apakah pasien pernah mengalami penyakit ini (Fraktur
Costa) atau pernah punya penyakit yang menular/menurun sebelumnya.
4. Riwayat keluarga Pada keluarga pasien ada/tidak yang menderita esteoporoses,
arthritis dan tuberkulosis/penyakit lain yang sifatnya menurut dan menular.
5. Pola Fungsi kesehatan
1) Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat Pada fraktur akan mengalami
perubahan/ gangguan pada  personal  personal hygien, hygien, misalnya misalnya
kebiasaan kebiasaan mandi, ganti pakaian, pakaian, BAB dan BAK.
2) Pola Nutrisi dan Metabolisme Pada fraktur tidak akan mengalami penurunan
nafsu makan, meskipun menu berubah misalnya makan dirumah gizi tetap sama
sedangkan di RS disesuaikan dengan penyakit dan diet  pasien.
3) Pola Eliminasi Kebiasaan miksi/defekasi sehari-hari, kesulitan waktu defekasi
dikarenakan imobilisasi, feses warna kuning dan konsistensi defekasi, pada miksi
pasien tidak mengalami gangguan.
4) Pola Istirahat dan Tidur Kebiasaan pola tidur dan istirahat mengalami gangguan
yang disebabkan oleh nyeri, misalnya nyeri akibat fraktur.
5) Pola Aktivitas dan Latihan 18 Aktivitas dan latihan mengalami perubahan /
gangguan akibat dari fraktur femur sehingga kebutuhan pasien perlu dibantu oleh
perawat / keluarga.
6) Pola Persepsi dan Konsep Diri Pada fraktur akan mengalami gangguan diri karena
terjadi  perubahan pada di  perubahan pada dirinya, pasien rinya, pasien takut ca
takut cacat seumur cat seumur hidup/tidak hidup/tidak dapat bekerja lagi.
7) Pola Sensori Kognitif  Nyeri yang disebabkan disebabkan oleh kerusakan
kerusakan jaringan, jaringan, sedang pada  pola kognitif kognitif atau cara berpikir
berpikir pasien tidak mengalami mengalami gangguan.
8) Pola Hubungan Peran Terjadinya perubahan peran yang dapat mengganggu
hubungan interpersonal yaitu pasien merasa tidak berguna lagi dan menarik diri.
9) Pola Penanggulangan Stres Perlu ditany Perlu ditanyakan apakah akan apakah
membuat pasien membuat pasien menjadi stres menjadi stres dan  biasanya  biasanya
masalah masalah dipendam dipendam sendiri sendiri / dirundingkan dirundingkan
dengan keluarga.
10) Pola Reproduksi Seksual Bila pasien sudah berkeluarga dan mempunyai anak,
maka akan mengalami pola seksual dan reproduksi, jika pasien  belum berkeluarga
pasien tidak akan mengalami g  belum berkeluarga pasien tidak akan mengalami
gangguan.
11) Pola Tata Nilai dan Kepercayaan Adanya kecemasan dan stress sebagai
pertahanan dan pasien meminta perlindungan / mendekatkan diri dengan Tuhan.
2. DIAGNOSA KEPERAWATA KEPERAWATAN
1)  Nyeri akut berhubungan berhubungan dengan terputusnya terputusnya jaringan
jaringan tulang, tulang, gerakan fragmen tulang, edema dan cedera pada jaringan,
alat traksi/immobilisasi, stress, ansietas. 19
2) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tekanan,  perubahan  perubahan
status metabolik, metabolik, kerusakan kerusakan sirkulasi sirkulasi dan penurunan
penurunan sensasi ditandai dengan oleh terdapat luka / ulserasi, kelemahan,
penurunan  penurunan berat badan, turgor kulit buruk, terdapat terdapat jaringan
jaringan nekrotik.
3) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri/ ketidaknyamanan, kerusakan
muskuloskletal, terapi pembatasan aktivitas, dan penurunan kekuatan/tahanan.
4) Risiko infeksi berhubungan dengan stasis cairan tubuh, respons inflamasi tertekan,
prosedur invasif dan jalur penusukkan, luka/kerusakan kulit, insisi pembedahan.
3. INTERVENSI

N Tanggal/ Diagnose Tujuan dan kriteria Intervensi


O jam keperawatan hasil

1 Nyeri akut Setelah dilakukan - Lakukan


berhubungan asuhan keperawatan pengkajian
degan selama …x… jam nyeri secra
terputusnya diharapkan nyeri klien komprehen
jaringan tulang, teratsi dengan kriteria sif
gerakan fragmen hasil : - Observasi
tulang, edema - Mampu reaksi
dan cedera pada mengontrol nonverbal
jaringan alat nyeri, mampu dariketidak
traksi/immobilis menggunakan nyamanan
asi, stress, teknik - Ajarkan
ansietas nonfarmakologi teknin non
untukmegurangi farmakolo
nyeri, gi
- Melporkan - Evaluasi
bahwa nyeri tindakan
berkurang pengurang
- Mampu an
mengendalikan nyeri/kontr
nyeri ol nyeri
- Merasakan rasa - Kolaborasi
nyaman setelah dengan
nyeri dokter bila
ada
complain
tentang
pemberian
analgetik
tidak
berhasil .

2. Kerusakan Setelah dilakukan - Monitor


integrutas kulit asuhan keperawatan kulit akan
berhubungan selama …x… jam adanya
dengan tekanan diharapkan kerusakan kemerahan
perubahan status integritas kulit klien - Hindari
metabolic dapat teratasi dengan kerutan
krteria hasil : pada
- integritas kulit tempat
yang baik bisa tidur
dipertahankan - Jaga
- Tidak ada kebersihan
luka/lesi pada kulit agar
kulit tetap
- Perfusi jaringan bersih dan
baik kering
- Menunjukkkan - Mobilisasi
pemahaman pasien
dalam proses (uah posisi
perbaikan kulit pasien )
dan mencegah setiap 2
terjadinya jam sekali
cedera berulang
- Mampu
melindungi kulit
dan
mempertahanka
n kelembapan
kulit dan
perawatan
alami.

3. Hambatan Setelah dilakukan - Konsultasi


mobilitas fisik asuhan keperawatan dengan
berhubungan selama …x… jam terapi fisik
dengan nyeri/ diharapkan klien dapat tentang
ketidaknyamana beraktivitas secrqa rencana
n mandiri dengan kriteria ambulasi
hasil : sesuai
- Kliean dengan
meningkat kebutuhan
dalam - Bantu
beraktivitas klien
- Memberbalisasi untuk
kan perasaan mengguna
dalammeningkat kan
kan kekuatan tongkat
dan kemampuan saat
berpindah bberjalan
- Memperagakan dan cegah
penggunaan alat terhadap
bantu
cedera.
- Kaji
kemampua
n klien
dalam
mobilisasi.

Implementasi Keperawatan Sesuai intervensi yang dilakukan


5. Evaluasi
1) Diagnosa 1 : Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya jaringan tulang, gerakan
fragmen tulang, edema dan cedera pada jaringan, alat traksi/immobilisasi, stress,
ansietas.
- Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan teknik
nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
- Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri.
- Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
- Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
2) Diagnosa 2 : Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tekanan, perubahan
status metabolik, kerusakan sirkulasi dan  penurunan  penurunan sensasi sensasi
ditandai ditandai dengan oleh terdapat terdapat luka / ulserasi, ulserasi, kelemahan,
penurunan berat badan, turgor kulit buruk, terdapat  jaringan nekrotik - Integritas
kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas, temperatur, hidrasi,
pigmentasi).
- Tidak ada luka/lesi pada kulit - Perfusi jaringan baik
- Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya
cedera berulang.
- Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan perawatan
alami.
3) Diagnosa 3 : Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri/
ketidaknyamanan, kerusakan muskuloskletal, terapi pembatasan aktivitas, dan
penurunan kekuatan/tahanan.
- Klien meningkat dalam aktivitas fisik
- Mengerti tujuan dari peningkatan mobilitas
- Memverbalisasikan perasaan dalam meningkatan kekuatan dan kemampuan
berpindah.
- Memperagakan penggunaan alat bantu untuk mobilisasi (walker)
H. DAFTAR PUSTAKA
Brunner dan Suddarth. 2005. Keperawatan medical bedah. EGC  Nurarif.A.M
Nurarif.A.M dan Kusuma. Kusuma. H. 2015. Aplikasi Aplikasi asuhan keperawatan
keperawatan berdasarkan berdasarkan diagnosa medis & Nanda NIC-NOC. Jogjakarta :
Mediaction Price.S.A Price.S.A dan Wilson. L dan Wilson. L.M. 2006. .M. 2006.
Patofisiologi. EGC Patofisiologi. EGC Wijaya.A.S dan Putri.Y.M. 2013. KMB 2
Keperawatan Medical Bedah (Keperawatan Dewasa). Bengkuli : Nume

Anda mungkin juga menyukai