DI SUSUN OLEH :
i
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun
makalah ini tepat pada waktunya dengan judul “Posisi diMeja Operasi”.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan
hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa
teratasi.Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik
dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik dan saran dari pembaca sangat
penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita
sekalian.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
iii
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.3.1 Mahasiswa mengertahui dari Definisi Pengaturan posisi pembedahan
1.3.2 Mahasiswa mengetahui tujuan management posisi bedah.
1.3.3 Mahasiswa mengetahui persiapan pengaturan posisi bedah.
1
1.3.4 Mahasiswa mengetahui prinsip pemberian posisi pasien di meja
operasi.
1.3.5 Mahasiswa mengetahui posisi yang ada di meja operasi.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
b. Persiapan Mengatur Posisi Peralatan
Banyak peralatan untuk membantu memposisikan pasien dengan
pembedahan. Perawat perioperatif harus mempunyai pengetahuan dari
peralatan-peralatan ini untuk memberikan posisi terbaik buat pasien ,
keamanan, dan kenyamanan.
Idealnya, banyak material yang digunakan untuk memposisikan,
terutama bantalan, yang harus memenuhi 4 syarat :
Table Attachments:
Beberapa bagian dari table attachment yang biasa digunakan
selama memposisikan:
1. Safety Table Straps
Merupakan alat yang penting untuk memposisikan, digunakan sejak
pasien ditempatkan di meja operasi dan sebagai alat restrains.
Ini harus diaplikasikan dengan prinsip-prinsip khusus :
Tali harus ditempatkan di atas lutut selama posisi supine dan
dibawah lutut selama posisi prone.
Harus dilindungi, sebelum dibatasi dan harus diposisikan diantara
selimut pasien dan pasien untuk menghindari iritasi pada kulit
Tali harus dikencangkan dengan cukup hanya 3 jari dibawah tali
untuk menghindari tekanan
4
2. Armboard Dan Wrist Restraints
Digunakan untuk menyokong lengan pasien dan tangan pasien.
Wrist restrains terbuat dari bahan-bahan yang bervariasi dan tertutup.
Harus lembut dan tidak membatasi namun aman untuk lengan ketika
ditempatkan disekitar armboard.
3. Stirrup Dan Penyokong Popliteal Knee
Strirrup ditempatkan disebelah dalam pegangan meja untuk
menopang lengan kaki dan kaki ketika posisi litotomi. Selama
pembedahan pada posisi litotomi, penyokong popliteal knee dapat
digunakan di popliteal yang ditopang dengan bantalan-bantalan. Hati-
hati dalam memposisikan dan menjaga ruang kosong di belakang
lutut, dapat mencegah tekanan di pembuluh darah dan saraf pada
popliteal.
4. Head Rest Dan Attachments
Umumnya digunakan untuk prosedur neurosurgical. Dapat
digunakan dengan posisi supine, prone, sitting, atau posisi lateral.
Posisi ahli bedah dikepala ketika perawat perioperatif
menstabilisasikan kepala selama memposisikan dan head rest
attachments.
5. Kidney Elevator Dan Kidney Rest
Elevator ginjal adalah bagian dari meja operasi dan dapat
dielevasikan menggunakan kontrol panel pada kepala di meja. Ini
digunakan untuk mengelevasi area mid-torso dari tubuh ketika pasien
berbaring dengan posisi lateral.
Kidney rest adalah bantalan konkaf yang dijangkar di kerangka
meja untuk menstabilisasikan pasien ketika pasien dalam posisi
lateral. Ditempatkan di antara anterior dan posterior dari pasien, dan
harus diberi bantalan untuk menghindari penekanan pada tubuh.
6. Shoulder Brace, Penyokong Dan Overhead Arm Rest
Peralatan untuk kepala di meja dan digunakan untuk mencegah
pasien dari tergelincirnya kepala di meja ketika pasien posisi
5
Trendelenburg. shoulder brace tidak boleh digunakan ketika lengan
diluruskan di armboard, untuk menghindari penekanan nervus
axillary.
7. Footboard
Dapat digunakan dengan 2 tujuan :
Left flat, sebagai permukaan horizontal di meja selama
pembedahan perineal/vagina, dan ditunjukkan dengan posisi
litotomi
Menaikkan garis tegak lurus di meja dan bantalan untuk menopang
kaki. Ini digunakan utama di posisi Trendelenburg.
6
2.4 Prinsip Dalam Mengatur Posisi Pasien Di Meja Operasi
Prinsip Umum: Memposisikan pasien bedah saraf adalah suatu bagian yang
penting dari prosedur operasi. Posisi pasien yang sesuai tidak hanya penting
untuk keselamatan pasien tapi juga memegang peranan penting dalam
mengoptimalkan exposure pembedahan, menjamin anestesi yang adekuat
dan aman, dan membuat ahli bedah nyaman untuk melakukan operasi yang
lama.
7
Efek fisiologi:
1. Sistem Kardiovaskuler
a. Penurunan MAP (mean arterial pressure), heart rate
b. Peningkatan cardiac output dan stroke volume
c. Penurunan tekanan diastole
d. Potensial penurunan bendungan vena pada ekstremitas bawah
2. Sistem Respiratori
a. Berkompromi dengan fungsi pernafasan
b. Penurunan kapasitas vital
c. Penurunan ekskursi diafragma
d. biasanya distribusi ventilasi dari apeks ke dasar paru-paru
B. Prone
Prosedur : Pembedahan pada permukaan posterior tubuh, seperti tulang
belakang, leher, pantat, ekstremitas bawah.
Teknik memposisikan:
Induksi anestesi yang ditunjukkan di posisi supine pada tempat
tidur pasien atau meja operasi. Ketika tidak sadar, pasien di “log
rolled”
Chest rolls atau guling diletakkan di meja operasi sebelum
memposisikan, menurut panjangnya pada kedua sisi
Foam head rest atau doughnut; kepala dibalik ke salah satu sisi
atau muka ditundukkan
Lengan pasien dirotasikan ke bantalan armboard, menyebabkan
lengan bergerak pada rental normalnya, siku-siku ditekuk
8
Bantalan di lutut dan bantal pada ekstremitas bawah untuk
mencegah jari kaki menyentuh matras
Pengaman tali pengikat diberikan 2 inchi diatas lutut.
Efek fisiologi:
1. Sistem kardiovaskuler
a. Sedikit masalah kardiovaskuler jika posisi benar
b. Tekanan di vena cava inferior dan vena femoral, dapat
mengurangi aliran balik vena akibat penurunan tekanan darah
jika posisi tidak tepat
c. Jika kepala diubah ke satu sisi, tekanan sinus karotis dapat
menyebabkan hipotensi dan aritmia.
2. Sistem respiratori
a. Paling rentan untuk masalah pernafasan
b. Berat badan melawan dinding abdomen membatasi pergerakan
diafragma, menyebakan peningkatan tekanan jalan nafas dengan
kesulitan ventilasi, keterbatasan volume tidal
C. Trendelenburg
Prosedur: Abdomen bawah, organ pelvis
Teknik memposisikan:
Pasien supine dengan kepala lebih rendah daripada kaki
Shoulder braces tidak boleh digunakan karena dapat menyebabkan
kerusakan brachial pleksus. Jika dibutuhkan, harus diberi bantalan
yang baik dan diletakkan over acrominal pada scapula
9
Modifikasi posisi ini dapat digunakan untuk syok hipovolemik
Posisi ekstremitas dan pengaman tali pengikat sama dengan posisi
supine.
Efek fisiologi:
1. Sistem kardiovaskuler
a. Bendungan darah di atas torso (batang tubuh) meningkatkan
tekanan darah
b. Dapat menyebabkan penurunan tekanan darah ketika kembali ke
posisi supine
c. vena leher membesar (baik untuk CVP/insersi Swan line)
d. Sianosis, peningkatan muatan pembuluh darah ke jantung dari
ekstremitas bawah.
2. Sistem Respiratori
a. Penurunan volume paru akibat gangguan respiratori
b. Gangguan pada pertukaran respiratori
c. Kemungkinan menyebabkan kongesti paru dan edema
d. Penurunan ekspansi diafragma
10
D. Reverse Trnedelenburg
Prosedur: Abdominal atas, kepala dan leher, bedah wajah
Teknik memposisikan:
Posien supine dengan kepala lebih tinggi dari kaki
Bantal kecil dibawah leher dan lutut
Bantalan yang baik footboard harus digunakan untuk mencegah licin
kaki di meja
Antiembolik harus digunakan jika posisi digunakan untuk periode
waktu yang lama
Pasien harus di kembalikan ke posisi supine secara perlahan
Efek fisiologi:
1. Sistem Kardiovaskuler
a. Pengurangan cardiac return akibat penurunan cardiac output
b. Penurunan perfusi brainstem karena gravity
c. Bendungan darah di ekstremitas bawah
d. Kemungkinan overload sirkulasi jika mengembalikan ke posisi
supine dengan cepat
2. Sistem Respiratori
a. Tidak terganggunya pergerakan pernafasan degan retriksi minimal
dari ekspansi sentral dinding dada anterior
b. Potensial penurunan kapasitas difusi oksigen untuk perfusi dari
region atas paru-paru
c. Potensial untuk insufisiensi pernafasan dan asidosis respiratori
E. Lithotomy
Prosedur: Bedah perineal, vaginal, rectal, kombinasi prosedur
abdominal-vaginal.
Teknik memposisikan:
Variasi dari posisi supinasi, dapat berbahaya dan tidak nyaman untuk
pasien
11
Pasien ditempatkan pada posisi supine dengan pantat dekat dengan
meja bawah (area sacrum harus diberikan bantalan yang baik)
Kaki di letakkan di stirrup atau knee rest di meja operasi pada kedua
sisi.
Tinggi stirrup tidak boleh terlalu tinngi atau rendah, tetapi sama pada
kedua sisi
Bantalan stirrup (knee brace) tidak harus menekan struktur
pembuluh darah atau syaraf di ruang popliteal
Tekanan dari logam strirrup melawan bagian atas dalam paha / betis
harus dicegah
Kaki harus dinaikkan dan diturunkan secara perlahan dan simultan
(kemungkinan dibutuhkan 2 orang)
Efek fisiologi:
1. Sistem kardiovaskuler
a. Bendungan darah di daerah lumbal
b. Penurunan kaki secara cepat dapat menyebabkan penurunan
tekanan darah secara mendadak (500-800 mL)
c. Penurunan sistem sirkulasi karena kompresi pada abdominal
vena cava inferior dan aorta abdominal.
2. Sistem respiratori
a. Penurunan efisiensi respiratori karena tekanan dari abdomen dan
tekanan dari diafragma pada viscera abdomen, retriksi respiratori
b. Jaringan paru menjadi membesar dengan darah; penurunan
kapasitas vital dan volume tidal
12
F. Modified Fowler ( Duduk)
Prosedur: Otorhinology (telinga dan hidung), neurosurgery (posterior
atau oksipital)
Teknik memposisikan:
variasi dari posisi reverse tredelenburg
pasien supine, dengan meja atas dapat fleksikan (footboard optional)
backrest dielevasikan, lutut difleksikan
arm rest pada bantal yang diletakkan di pangkuan, pengaman tali
pengikat diberikan 2 inchi diatas lutut
Tekanan pada area scapula, olecranon, scrum, ischial tuberositis, dan
calcaneus
Bergerak lambat dalam perubahan posisi harus digunakan untuk
mencegah perubahan drastis pada pergerakan volume darah.
Antiembolic harus digunakan untuk menbantu aliran balik vena
Ketika penggunaan neurologi headrest khusus, mata harus dijaga
Efek fisiologi:
1. Sistem kardiovaskuler
a. Bendungan darah di ektremitas bawah
b. Potensial adanya emboli udara karena tekanan negative pada kepala
dan leher
c. Hipotensi berhubungan dengan posisi dan efek anestesi
2. Sistem Respiratori
a. Sama dengan reverse tredelenburg
13
G. Kraske (Jackknife)
Prosedur: Prosedur rectal, sigmoidoscopy, colonoscopy
Teknik memposisikan:
Variasi dari posisi prone
Meja di fleksikan (90 derajat)
Semua perlindungan dengan posisi prone di ubah dengan posisi
Kraske
Meja (pengaman) tali pengikat diberikan di atas paha
Efek fisiologi:
Karena posisi ini berlawanan dengan sistem kardiovaskuler dan
respiratori, Kraske perlu pertimbangan karena posisi paling berbahaya
pada semua posisi pembedahan. Respon fisiologi sama dengan posisi
prone, hanya berlebihan
H. Lateral recumbent
Prosedur: Bedah thorak dan ginjal
Teknik memposisikan:
Bantalan khusus “bean bag atau Vac-Pac” diletakkan di meja
operasi
Awalnya, pasien diposisikan supine untuk induksi
Pasien kemudian diangkat dan diubah kedalam sisi nonoperatif
(biasanya dibutuhkan 4 orang untuk memindahkan)
14
Kepala disokong dan diluruskan dengan spinal column
Bedah thoraks
Lengan atas difleksikan di siku-siku dan dinaikan diatas kepala;
kemungkinan digunakan bantalan diatas kepala armboard atau
bantalan Mayo berdiri
Lengan bawah dibawa ke depan, difleksikan, dan diletakkan di
bantalan armboard
Kaki bawah difleksikan dengan bantal diletakkan diantara kaki,
kaki diletakkan di bantal untuk menjaga ketepatan kesejajaran
Pengaman tali pengikat diberikan di panggul
Bedah Ginjal
Pasien diposisikan diatas kidney elevator pada meja operasi
(dibawah tulang iliaca)
Posisi ini mengelevasi area operasi antara rusuk ke 12 dan puncak
iliaca
Ekstremitas atas kemungkinan tegal lurus dengan bahu, ; fleksi dan
disokong dengan bantalan armboard atau lengan atas di atas kepala
armboard
kaki bawah difleksikan, dan bantal diletakkan diantara kaki, dengak
kaki disokong dengan bantal
pengaman tali pengikat menyilang paha
ketika posisi tepat, bean bag (Vac-Pac) menggembung; untuk
bedah ginajl; kidney elevator dinaikkan dan meja difleksikan.
Efek fisiologi:
1. sistem Kardiovaskuler
perubahan cardiac output
sirkulasi dapat terganggu
15
jika kidney rest dielevasikan, tekanan pembuluh darah
abdominal
pada posisi lateral kiri, MAP menrun 24 mmHg, dan posisi
lateral kanan turu 33 mmHg.
2. Sistem Respiratory
Efisiensi respiratory dipengaruhi tekanan dari berat badan
pada bawah dada
Retriksi pergerakan dari dada akibat posisi compromise
pertukaran gas
Ketikan pasien dianestesi pernafasan spontan, tergantung
paru-paru mempunyai ventilasi yang lebih baik
Posisi simple lateral mengurang kapasitas vital 10 % dan
volume tidal 8 %; posisi ginjalmengurangi kapasitas vital
14,5 % karena gangguan ekspansi thoraks .
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Suatu posisi pasien yang aman dan nyaman tanpa menimbulkan resiko
pasca bedah Menurut Association of Operating Room Nurse (AORN) →
pengaturan posisi sehingga klien bebas dari cedera adalah bagian dari hasil
akhir pembedahan yang diharapkan (Gruendemann, 2006) Pemberian posisi
merupakan suatu kebutuhan yang dapat mendukung keamanan klien selama
pembedahan.
Tujuan pemberian posisi pada pasien pembedahan untuk
menghasilkan area pembedahan yang optimal, meningkatkan keamanan,
menurunkan resiko cidera, serta memudahkan akses dalam pemberian cairan
intravena, obat dan bahan anestesi.
17
DAFTAR PUSTAKA
http://ilmubedah.info/kategori/umum
http://baktiindonesia.net63.net/index.php?pilih=hal&id=10
18