Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

POSISI PASIEN DALAM KAMAR OPERASI

Makalah ini disususun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan

Perioperatif yang diampu oleh Bapak Shobirun, MN.

Disusun Oleh :
1. Hadania Madhita Tiara Asy’ari P1337420617010
2. Aji Wisnu Wardhana P1337420617012
3. Mega Ayu Lestari P1337420617029
4. Tania Setyo Cahyaningtyas P1337420617067
5. Athallah Muafanudin P1337420617078

PROGRAM STUDI S1 TERAPAN KEPERAWATAN SEMARANG


POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun
makalah ini tepat pada waktunya dengan judul “Posisi Pasien Dalam Kamar
Operasi”.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan


hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa
teratasi.Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Semoga
bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik
dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik dan saran dari pembaca sangat
penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita
sekalian.

Semarang, 30 Agustus 2020

Penulis
DAFTAR ISI

COVER.....................................................................................................................................................1
KATA PENGANTAR........................................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................................4
1.2 Rumusan masalah....................................................................................................................4
1.3 Tujuan.........................................................................................................................................4
BAB II ISI.............................................................................................................................................5
2.1.  Pengertian Pengaturan Posisi Pasien..................................................................................5
2.2 Tujuan Manajemen Posisi Bedah........................................................................................5
2.3  Persiapan Dalam Pengaturan Posisi....................................................................................5
2.4 Prinsip Dalam Mengatur Posisi Pasien Di Meja Operasi.............................................8
2.5 Macam Macam Posisi Pasien Di Meja Operasi.................................................................8
BAB III PENUTUP..........................................................................................................................17
3.1  Kesimpulan...............................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................18
BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Pada saat intra operasi positioning baik pasien maupun


petugas medis sangatlah penting untuk mendukung ketepatan
dan keefektifan pembedahan. Dengan posisi yang tepat dapat
memudahkan bagi petugas medis untuk melakukan pembedahan.
Bukan Cuma itu dengan posisi yang benar prinsip asepsis dan
keamanan bagi pasien dapat dijaga.

Pemberian posisi yang tepat bagi pasien saat pembedahan


mengurangi risiko bagi pasien maupun petugas medis pada saat
bekerja. Hal ini merupakan alasan kenapa pemberian posisi
menjadi sangat penting pada saat pembedahan. Ini dikarenakan
kesalahan posisi dapat berakibat fatal bukan cuma waktu
pembedahan menjadi lama karena posisi yang susah tetapi juga
meningkattkan risiko cidera lebih besar bagi pasien.
Inilah pentingnya belajar posisi pasien saat pembedahan
yang membuat penulis tertarik untuk mempelajari beberapa posisi
dasar dalam pembedahan. Sehingga bisa berguna bagi tenaga
kesehatan yang lain dan sebagai referensi penulisan selanjutnya. 

1.2  Rumusan masalah

1. Apakah definisi Pengaturan posisi pembedahan?

2. Apa saja tujuan management posisi bedah?

3. Apa saja persiapan pengaturan posisi bedah?

4. Apa saja prinsip pemberian posisi pasien di meja operasi?

5. Apa saja posisi yang ada di meja operasi?

1.3  Tujuan
1. Mahasiswa mengetahui dari Definisi Pengaturan posisi
pembedahan.
2. Mahasiswa mengetahui tujuan management posisi bedah.
3. Mahasiswa mengetahui persiapan pengaturan posisi bedah.
4. Mahasiswa mengetahui prinsip pemberian posisi pasien di meja
operasi.
5. Mahasiswa mengetahui posisi yang ada di meja operasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.  Pengertian Pengaturan Posisi Pasien 

Suatu posisi pasien yang aman dan nyaman tanpa


menimbulkan resiko pasca bedah Menurut Association of Operating
Room Nurse (AORN) → pengaturan posisi sehingga klien bebas
dari cedera adalah bagian dari hasil akhir pembedahan yang
diharapkan (Gruendemann, 2006) Pemberian posisi merupakan
suatu kebutuhan yang dapat mendukung keamanan klien
selama pembedahan.

2.2 Tujuan Manajemen Posisi Bedah

Menghasilkan area pembedahan yang optimal,


meningkatkan keamanan, menurunkan resiko cidera, serta
memudahkan akses dalam pemberian cairan intravena, obat dan
bahan anestesi.

Kriteria keberhasilan dari manajemen pemberian posisi


bedah : Kepatenan jalan napas secara optimal Status sirkulasi dan
akses vaskular adekuat. Tidak ada penekanan berlebihan pada area
superfisial dan tonjolan tulang. Kepala mendapat sokongan yang
adekuat, mata terlindung dari abrasi,tekanan dan cairan iritatif
Ekstremitas terlindung, mendapat sokongan dan terhindar dari
keadaan fleksi, ekstensi, atau rotasi bagian tubuh yang
berlebihan.

2.3  Persiapan Dalam Pengaturan Posisi 

a. Persiapan Mengatur Posisi Petugas

Lihat kembali posisi yang dianjurkan Yakinkan pada ahli


anestesi, mengenai posisi berhubungan dengan sirkulasi dan
pernapasan Konsultasikan segera kepada ahli bedah bila merasa
tidak yakin Susun alat yang diperlukan Harus yakin terhadap
cara kerja meja operasi 

b. Persiapan Mengatur Posisi Peralatan

Banyak peralatan untuk membantu memposisikan pasien


dengan pembedahan. Perawat perioperatif harus mempunyai
pengetahuan dari  peralatan-peralatan ini untuk memberikan
posisi terbaik buat pasien , keamanan, dan kenyamanan.
Idealnya, banyak material yang digunakan untuk memposisikan,
terutama bantalan, yang harus memenuhi 4 syarat : 

1. Mengabsorbsi kekuatan tekanan

2. Mendistribusi ulang tekanan

3. Mencegah peregangan berlebihan

4. Memberikan dukungan stabilitas operatif optimal

Semua material ini harus dibersihkan dengan


adekuat dan didesinfeksikan.

Table Attachments:

Beberapa bagian dari table attachment yang biasa digunakan


selama memposisikan:

1. Safety Table Straps

Merupakan alat yang penting untuk memposisikan,


digunakan sejak pasien ditempatkan di meja operasi
dan sebagai alat restrains. Ini harus diaplikasikan
dengan prinsip-prinsip khusus :
  Tali harus ditempatkan di atas lutut selama posisi
supine dan dibawah lutut selama posisi prone.

  Harus dilindungi, sebelum dibatasi dan harus


diposisikan diantara selimut pasien dan pasien untuk
menghindari iritasi pada kulit
  Tali harus dikencangkan dengan cukup hanya 3 jari
dibawah tali untuk menghindari tekanan

2. Armboard Dan Wrist Restraints

Digunakan untuk menyokong lengan pasien dan tangan pasien.


Wrist restrains  terbuat dari bahan-bahan yang bervariasi dan tertutup.
Harus lembut dan tidak membatasi namun aman untuk lengan ketika
ditempatkan disekitar armboard.
3. Stirrup Dan Penyokong Popliteal Knee

Strirrup  ditempatkan disebelah dalam pegangan meja untuk


menopang lengan kaki dan kaki ketika posisi litotomi. Selama
 pembedahan pada posisi litotomi, penyokong popliteal knee dapat
digunakan di popliteal yang ditopang dengan bantalan-bantalan. Hati-
hati dalam memposisikan dan menjaga ruang kosong di belakang
lutut, dapat mencegah tekanan di pembuluh darah dan saraf pada
 popliteal.
4.   Head Rest Dan Attachments

Umumnya digunakan untuk prosedur neurosurgical. Dapat


digunakan dengan posisi supine, prone, sitting, atau posisi lateral. Posisi
ahli bedah dikepala ketika perawat perioperatif menstabilisasikan
kepala selama memposisikan dan head rest attachments.
5.   Kidney Elevator Dan Kidney Rest

Elevator ginjal adalah bagian dari meja operasi dan dapat


dielevasikan menggunakan kontrol panel pada kepala di meja. Ini
digunakan untuk mengelevasi area mid-torso dari tubuh ketika pasien
 berbaring dengan posisi lateral.

Kidney rest adalah bantalan konkaf yang dijangkar di kerangka


meja untuk menstabilisasikan pasien ketika pasien dalam posisi lateral.
Ditempatkan di antara anterior dan posterior dari pasien, dan harus
diberi bantalan untuk menghindari penekanan pada tubuh.
6.   Shoulder Brace, Penyokong Dan Overhead Arm Rest

Peralatan untuk kepala di meja dan digunakan untuk


mencegah pasien dari tergelincirnya kepala di meja ketika
pasien posisi Trendelenburg. shoulder brace tidak boleh digunakan
ketika lengan diluruskan di armboard, untuk menghindari penekanan
nervus axillary.
7.   Footboard

Dapat digunakan dengan 2 tujuan :

  Left flat, sebagai permukaan horizontal di


meja selama pembedahan perineal/vagina, dan ditunjukkan
dengan posisi litotomi
  Menaikkan garis tegak lurus di meja dan bantalan untuk
menopang kaki. Ini digunakan utama di posisi Trendelenburg.

i.   Persiapan Mengatur Posisi Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan

1. Saat memindahkan pasien, meja operasi harus dalam keadaan


terkunci 

2. Papan tangan dijaga jangan sampai hiperekstensi 

3. Usia pasien 

4. Tungkai tidak saling bersilang 

5. Jenis posisi 

6. Tidak menekan selang-selang yang terpasang 

7. Tidak boleh merubah posisi tanpa ijin ahli anstesi 


8. Meja mayo dan meja instrumen tidak boleh menekan tubuh pasien 

ii.  Persiapan Mengatur Posisi Kriteria Yang Harus Dipenuhi

Keamanan dan kenyamanan Tidak terjadi gangguan respirasi Tidak


terjadi gangguan sirkulasi Tidak terjadi penekanan syaraf Pemenuhan
kebutuhan individu Pandangan daerah operasi

2.4   Prinsip Dalam Mengatur Posisi Pasien Di Meja Operasi

Prinsip Umum: Memposisikan pasien bedah saraf adalah suatu bagian yang
penting dari prosedur operasi. Posisi pasien yang sesuai tidak hanya penting
untuk keselamatan pasien tapi juga memegang peranan penting dalam
mengoptimalkan exposure pembedahan, menjamin anestesi yang adekuat dan
aman, dan membuat ahli bedah nyaman untuk melakukan operasi yang lama.

2.5   Macam Macam Posisi Pasien Di Meja Operasi

A.  Supine (dorsal recumbent)


Posisi paling umum dan natural adalah posisi supine (dorsal recumbent)
Prosedur: bedah perut, ekstremitas, pembuluh darah, dada, leher, wajah,
telinga, payudara
Teknik Memposisikan:

  Pasien terlentang dengan lengan disamping tubuh 

  Bantalan kecil diletakkan di bawah kepala dan leher serta


bawah lutut
  Titik yang rentan terhadap tekanan diberikan bantalan, seperti
tumit, siku dan sakrum
  Jika prosedur akan dilakukan lebih dari 1 jam atau pasien
khusus yang rentan terhadap tekanan , harus digunakan egg crate atau
flotation mattres
 
Pengaman tali pengikat harus diberikan 2 inchi di atas lutut
  Jika kepala diubah ke satu sisi, harus digunakan doughnut atau head
rest special untuk menjaga syaraf wajah superficial dan pembuluh
darah
  Mata harus dijaga dengan menggunakan eye patch, dan salep untuk
mencegah kekeringan.

Efek fisiologi:

1.   Sistem Kardiovaskuler

a.  Penurunan MAP (mean arterial pressure), heart rate


 b.  Peningkatan cardiac output dan stroke volume c.  Penurunan
tekanan diastole
d.  Potensial penurunan bendungan vena pada ekstremitas bawah
2.  Sistem Respiratori
a.  Berkompromi dengan fungsi pernafasan

 b.  Penurunan kapasitas vital

c.  Penurunan ekskursi diafragma

d.   biasanya distribusi ventilasi dari apeks ke dasar paru-paru

B.   Prone 

Prosedur : Pembedahan pada permukaan posterior tubuh, seperti


tulang

 belakang, leher, pantat, ekstremitas bawah. Teknik memposisikan:


  Induksi anestesi yang ditunjukkan di posisi supine pada
Tempat tidur pasien atau meja operasi. Ketika tidak sadar,
pasien di “log rolled”
  Chest rolls atau guling diletakkan di meja operasi
sebelum memposisikan, menurut panjangnya pada kedua
sisi
  Foam head rest atau doughnut; kepala dibalik ke salah
satu sisi atau muka ditundukkan
  Lengan pasien dirotasikan ke bantalan armboard,
menyebabkan lengan bergerak pada rental normalnya, siku-
siku ditekuk

  Bantalan di lutut dan bantal pada ekstremitas


bawah untuk mencegah jari kaki menyentuh matras
  Pengaman tali pengikat diberikan 2 inchi diatas lutut.

Efek fisiologi:

1.   Sistem kardiovaskuler
a.   Sedikit masalah kardiovaskuler jika posisi benar

 b.  Tekanan di vena cava inferior dan vena femoral, dapat


mengurangi aliran balik vena akibat penurunan tekanan darah
 jika posisi tidak tepat

c.  Jika kepala diubah ke satu sisi, tekanan sinus karotis dapat
menyebabkan hipotensi dan aritmia.
2.   Sistem respiratori

a.   Paling rentan untuk masalah pernafasan

 b.  Berat badan melawan dinding abdomen membatasi pergerakan


diafragma, menyebakan peningkatan tekanan jalan nafas dengan
kesulitan ventilasi, keterbatasan volume tidal

C.   Trendelenburg

Prosedur: Abdomen bawah, organ pelvis Teknik memposisikan: 


  Pasien supine dengan kepala lebih rendah daripada kaki

  Shoulder braces tidak boleh digunakan karena dapat


menyebabkan kerusakan brachial pleksus. Jika dibutuhkan, harus
diberi bantalan yang baik dan diletakkan over acrominal pada scapula

  Modifikasi posisi ini dapat digunakan untuk syok hipovolemik

  Posisi ekstremitas dan pengaman tali pengikat sama dengan


posisi supine.

Efek fisiologi:

1.   Sistem kardiovaskuler

a. Bendungan darah di atas torso (batang tubuh)


meningkatkan tekanan darah

b. Dapat menyebabkan penurunan tekanan darah ketika kembali


ke posisi supine

c. vena leher membesar (baik untuk CVP/insersi Swan line)


d. Sianosis, peningkatan muatan pembuluh darah ke jantung
dari ekstremitas bawah.
2.   Sistem Respiratori

a.   Penurunan volume paru akibat gangguan respiratori

 b.  Gangguan pada pertukaran respiratori

c.  Kemungkinan menyebabkan kongesti paru dan edema

d.  Penurunan ekspansi diafragma

D.   Reverse Trendelenburg

Prosedur: Abdominal atas, kepala dan leher, bedah wajah Teknik


memposisikan: 
  Posien supine dengan kepala lebih tinggi dari kaki

  Bantal kecil dibawah leher dan lutut

  Bantalan yang baik footboard harus digunakan untuk mencegah licin


kaki di meja
  Antiembolik harus digunakan jika posisi digunakan untuk
periode waktu yang lama
  Pasien harus di kembalikan ke posisi supine secara perlahan

Efek fisiologi:

1.   Sistem Kardiovaskuler
a. Pengurangan cardiac return akibat penurunan cardiac output
b. Penurunan perfusi brainstem karena gravity
c. Bendungan darah di ekstremitas bawah
d. Kemungkinan overload sirkulasi jika mengembalikan ke posisi
supine dengan cepat
2.   Sistem Respiratori

a. Tidak terganggunya pergerakan pernafasan degan retriksi minimal


dari ekspansi sentral dinding dada anterior

b. Potensial penurunan kapasitas difusi oksigen untuk perfusi dari


region atas paru-paru

c. Potensial untuk insufisiensi pernafasan dan asidosis respiratori

E.   Lithotomy

Prosedur: Bedah perineal, vaginal, rectal, kombinasi


prosedur abdominal-vaginal.
Teknik memposisikan: 

  Variasi dari posisi supinasi, dapat berbahaya dan tidak nyaman untuk

 pasien

  Pasien ditempatkan pada posisi supine dengan pantat dekat


dengan meja bawah (area sacrum harus diberikan bantalan yang baik)
  Kaki di letakkan di stirrup atau knee rest di meja operasi pada
kedua sisi.
  Tinggi stirrup tidak boleh terlalu tinngi atau rendah, tetapi sama
pada kedua sisi
  Bantalan stirrup (knee brace) tidak harus menekan
struktur

 pembuluh darah atau syaraf di ruang popliteal

  Tekanan dari logam strirrup melawan bagian atas dalam paha /


betis harus dicegah
  Kaki harus dinaikkan dan diturunkan secara perlahan dan
simultan (kemungkinan dibutuhkan 2 orang)
Efek fisiologi:
1.   Sistem kardiovaskuler

a.   Bendungan darah di daerah lumbal

 b.  Penurunan kaki secara cepat dapat menyebabkan penurunan


tekanan darah secara mendadak (500-800 mL)
c.  Penurunan sistem sirkulasi karena kompresi pada
abdominal vena cava inferior dan aorta abdominal.
2.   Sistem respiratori

a. Penurunan efisiensi respiratori karena tekanan dari


abdomen dan tekanan dari diafragma pada viscera abdomen,
retriksi respiratori
b. Jaringan paru menjadi membesar dengan darah; penurunan

kapasitas vital dan volume tidal

F.   Modified Fowler ( Duduk)

Prosedur: Otorhinology (telinga dan hidung), neurosurgery (posterior atau


oksipital)
Teknik memposisikan: 

  variasi dari posisi reverse tredelenburg

   pasien supine, dengan meja atas dapat fleksikan (footboard


optional)

   backrest dielevasikan, lutut difleksikan

  arm rest pada bantal yang diletakkan di pangkuan, pengaman


tali

 pengikat diberikan 2 inchi diatas lutut

  Tekanan pada area scapula, olecranon, scrum, ischial tuberositis, dan


calcaneus
  Bergerak lambat dalam perubahan posisi harus digunakan untuk
mencegah perubahan drastis pada pergerakan volume darah.

 Antiembolic harus digunakan untuk menbantu aliran balik vena


  Ketika penggunaan neurologi headrest khusus, mata harus dijaga

Efek fisiologi:

1.   Sistem kardiovaskuler

a.   Bendungan darah di ektremitas bawah

 b.  Potensial adanya emboli udara karena tekanan negative pada kepala
dan leher
c.  Hipotensi berhubungan dengan posisi dan efek anestesi

2.   Sistem Respiratori
a.   Sama dengan reverse tredelenburg

G. Kraske (Jackknife)

Prosedur: Prosedur rectal, sigmoidoscopy, colonoscopy Teknik


memposisikan: 
  Variasi dari posisi prone

  Meja di fleksikan (90 derajat)

  Semua perlindungan dengan posisi prone di ubah dengan posisi


Kraske
  Meja (pengaman) tali pengikat diberikan di atas paha

Efek fisiologi:

Karena posisi ini berlawanan dengan sistem kardiovaskuler dan respiratori,


Kraske perlu pertimbangan karena posisi paling berbahaya pada semua
posisi pembedahan. Respon fisiologi sama dengan posisi prone, hanya
berlebihan

H.   Lateral recumbent
Prosedur: Bedah thorak dan ginjal Teknik memposisikan: 
  Bantalan khusus “bean bag atau Vac-Pac” diletakkan di
meja operasi

  Awalnya, pasien diposisikan supine untuk induksi

  Pasien kemudian diangkat dan diubah kedalam sisi


nonoperatif (biasanya dibutuhkan 4 orang untuk
memindahkan)

  Kepala disokong dan diluruskan dengan spinal column

Bedah thoraks

  Lengan atas difleksikan di siku-siku dan dinaikan diatas


kepala; kemungkinan digunakan bantalan diatas kepala armboard
atau
 bantalan Mayo berdiri

  Lengan bawah dibawa ke depan, difleksikan, dan diletakkan di

 bantalan armboard

  Kaki bawah difleksikan dengan bantal diletakkan diantara


kaki, kaki diletakkan di bantal untuk menjaga ketepatan kesejajaran
  Pengaman tali pengikat diberikan di panggul

Bedah Ginjal

 Pasien diposisikan diatas kidney elevator pada meja operasi


(dibawah tulang iliaca)

  Posisi ini mengelevasi area operasi antara rusuk ke 12 dan puncak


iliaca
  Ekstremitas atas kemungkinan tegal lurus dengan bahu, ; fleksi
dan disokong dengan bantalan armboard atau lengan atas di atas
kepala armboard
  kaki bawah difleksikan, dan bantal diletakkan diantara kaki,
dengak kaki disokong dengan bantal

  pengaman tali pengikat menyilang paha


 

ketika posisi tepat, bean bag (Vac-Pac) menggembung; untuk

 bedah ginajl; kidney elevator dinaikkan dan meja difleksikan.

Efek fisiologi:
1.   sistem Kardiovaskuler

   perubahan cardiac output

  sirkulasi dapat terganggu

   jika kidney rest dielevasikan, tekanan pembuluh


darah abdominal
   pada posisi lateral kiri, MAP menrun 24 mmHg, dan
posisi lateral kanan turu 33 mmHg.
2. sistem Respiratory

  Efisiensi respiratory dipengaruhi tekanan dari berat


badan

 pada bawah dada

  Retriksi pergerakan dari dada akibat posisi


compromise pertukaran gas

  Ketikan pasien dianestesi pernafasan spontan,


tergantung paru-paru mempunyai ventilasi yang lebih baik

  Posisi simple lateral mengurang kapasitas vital 10 %


dan volume tidal 8 %; posisi ginjalmengurangi kapasitas
vital 14,5 % karena gangguan ekspansi thoraks .
BAB III

PENUTUP

3.1  Kesimpulan

Suatu posisi pasien yang aman dan nyaman tanpa menimbulkan resiko
pasca bedah Menurut Association of Operating Room Nurse (AORN) →
pengaturan posisi sehingga klien bebas dari cedera adalah bagian dari hasil
akhir pembedahan yang diharapkan (Gruendemann, 2006) Pemberian posisi
merupakan suatu kebutuhan yang dapat mendukung keamanan klien selama
pembedahan.

Tujuan pemberian posisi pada pasien pembedahan untuk


menghasilkan area pembedahan yang optimal, meningkatkan keamanan,
menurunkan resiko cidera, serta memudahkan akses dalam pemberian cairan
intravena, obat dan bahan anestesi.

Terdapat macam-macam posisi pada pasien pembedahan, antara lain :

a.  Posisi Supinasi (Telentang)

 b.  Posisi Lateral (Side-Lying) c.  Posisi Dorsal Recumbent


  Posisi Trendelenberg
  Posisi Sims
  Posisi Lithotomi
  Posisi Pronasi (Telungkup)

  Posisi Genu Pektoral (Knee-Chest) i.  Posisi Fowler


 j.  Posisi Ortopne
DAFTAR PUSTAKA

Darliana, Devi, dkk. 2014. Kebutuhan Aktivitas dan Mobilisasi. Fakultas


Keperawatan Universitas Syiah Kuala. Banda Aceh. 

Barbara C Long, Perawatan Medikal Bedah (Terjemahan), Yayasan IAPK


Padjajaran Bandung, September 1996, Hal. 443 – 450 

Schwartz. 2000. Prinsip-prinnsif ilmu bedah..Jakarta: EGC 

Doenges Marilynn E, Rencana Asuhan Keperawatan (Pedoman Untuk

 Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien), Edisi 3, Penerbit


Buku Kedikteran EGC, Tahun 2002, Hal ; 52 – 64 & 240 – 249. 

Anda mungkin juga menyukai