Disusun oleh:
NIM : 005221003
KELAS : GR-2A
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt. yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas yang berjudul
“Mobilisasi pada pasien” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari laporan ini adalah untuk memenuhi tugas pada
mata kuliah Keperawatan Dasar. Selain itu, laporan ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang mobilisasi pada pasien bagi para pembaca dan juga
bagi penulis.
Terlebih dahulu, saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak atau Ibu dosen
mata kuliah keperawatan dasar yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya
tekuni ini.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat saya
sebutkan semua, terima kasih atas bantuannya sehingga sehingga saya dapat
menyelesaikan tugas ini.
Kemudian, saya menyadari bahwa tugas yang saya tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun kami butuhkan
demi kesempurnaan laporan ini.
Ogis Sepnata
1
DAFTAR ISI
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
3
C. Rumusan Masalah
D. Manfaat
4
BAB II
PEMBAHASAN
Posturing / mengatur dan merubah posisi adalah mengatur pasien dalam posisi
yang baik dan mengubah secara teratur dan sistematik. Hal ini merupakan salah
satu aspek keperawatan yang penting. Posisi tubuh apapun baik atau tidak akan
mengganggu apabila dilakukan dalam waktu yang lama. (Potter dan perry,2009)
Tujuan merubah posisi :
1. Mencegah nyeri otot
2. Mengurangi tekanan
3. Mencegah kerusakan syaraf dan pembuluh darah superficial
4. Mencegah kontraktur otot
5. Mempertahankan tonus otot dan reflek
6. Memudahkan suatu tindakan baik medic maupun keperawatan
1. Posisi Fowler
Pengertian
Posisi fowler adalah posisi setengah duduk atau duduk, dimana bagian kepala
tempat tidur lebih tinggi atau dinaikkan. Posisi ini dilakukan untuk
mempertahankan kenyamanan dan memfasilitasi fungsi pernapasan pasien.
Tujuan
a. Mengurangi komplikasi akibat immobilisasi.
b. Meningkatkan rasa nyaman
c. Meningkatkan dorongan pada diafragma sehingga meningkatnya
ekspansi dada dan ventilasi paru
d. Mengurangi kemungkinan tekanan pada tubuh akibat posisi yang menetap.
5
Indikasi
a. Pada pasien yang mengalami gangguan pernapasan
b. Pada pasien yang mengalami imobilisasi
Cara kerja :
a. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
b. Dudukkan pasien
c. Berikan sandaran atau bantal pada tempat tidur pasien atau atur tempat
tidur.
d. Untuk posisi semi fowler (30-45˚) dan untuk fowler (90˚).
e. Anjurkan pasien untuk tetap berbaring setengah duduk.
6
Tujuan :
a. Mengurangi penekanan pada tulang secrum dan trochanter mayor otot
pinggang
b. Meningkatkan drainage dari mulut pasien dan mencegah aspirasi
c. Memasukkan obat supositoria
d. Mencegah dekubitus
Indikasi :
a. Untuk pasien yang akan di huknah
b. Untuk pasien yang akan diberikan obat melalui anus
Cara kerja :
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Pasien dalam keadaan berbaring, kemudian miringkan kekiri dengan posisi
badan setengan telungkup dan kaki kiri lurus lutut. Paha kanan ditekuk
diarahkan ke dada.
3. Tangan kiri diatas kepala atau dibelakang punggung dan tangan kanan
diatas tempat tidur.
4. Bila pasien miring kekanan dengan posisi badan setengan telungkup dan
kaki kanan lurus, lutut dan paha kiri ditekuk diarahakan ke dada.
5. Tangan kanan diatas kepala atau dibelakang punggung dan tangan kiri
diatas tempat tidur.
4. Posisi Trelenburg
Definisi :
Pada posisi ini pasien berbaring di tempat tidur dengan bagian kepala lebih
rendah dari pada bagian kaki,Posisi ini dilakukan untuk melancarkan peredaran
darah keotak.
Indikasi :
a. Pasien dengan pembedahan pada daerah perut
b. Pasien shock
c. Pasien hipotensi.
7
Cara kerja :
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Pasien dalam keadaan berbaring, kemudian miringkan kekiri dengan posisi
badan setengan telungkup dan kaki kiri lurus lutut. Paha kanan ditekuk
diarahkan ke dada.
3. Tangan kiri diatas kepala atau dibelakang punggung dan tangan kanan
diatas tempat tidur.
4. Bila pasien miring kekanan dengan posisi badan setengan telungkup dan
kaki kanan lurus, lutut dan paha kiri ditekuk diarahakanke dada.
5. Tangan kanan diatas kepala atau dibelakang punggung dan tangan kiri
diatas tempat tidur
Tujuan :
Meningkatkan kenyamanan pasien, terutama dengan ketegangan punggung
belakang.
Indikasi :
a. Pasien yang akan melakukan perawatan dan pemeriksaan genetalia
b. Untuk persalinan
Cara kerja :
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Pasien dalam keadaan berbaring terlentang, letakkan bantal diantara
kepala dan ujung tempat tidur pasien dan berikan bantal dibawah lipatan
lutut
3. Berikan balok penopang pada bagian kaki tempat tidur atau atur tempat
tidur khusus dengan meninggikan bagian kaki pasien.
8
6. Posisi Litotomi
Definisi :
Posisi berbaring telentang dengan mengangkat kedua kaki dan menariknya
keatas bagian perut. Posisi ini dilakukan untuk memeriksa genitalia pada proses
persalinan, dan memasang alat kontrasepsi.
Indikasi :
1. Untuk ibu hamil
2. Untuk persalinan
3. Untuk wanita yang ingin memasang alat kontrasepsi
Cara kerja:
1. Pasien dalam keadaan berbaring telentang, kemudian angkat kedua paha
dan tarik kearah perut
2. Tungkai bawah membentuk sudut 90 derajat terhadap paha
3. Letakkan bagian lutut/kaki pada tempat tidur khusus untuk posisi lithotomic
4. Pasang selimut
Tujuan
Memudahkan ekspansi paru untuk pasien dengan kesulitan bernafas yang
ekstrim dan tidak bias tidur terlentang atau posisi kepala hanya bias pada
elevasi sedang.
a. Kursi roda
Kursi roda adalah alat bantu yang digunakan oleh orang yang
mengalami kesulitan berjalan menggunakan kaki, baik dikarenakan oleh
penyakit, cedera, maupun cacat. Alat ini bisa digerakkan dengan didorong
oleh pihak lain, digerakkan dengan menggunakan tangan, atau digerakkan
dengan menggunakan mesin otomatis.
9
Cara Memindahkan
1. Bantu pasien duduk di tepi tempat tidur. 2. Kaji postural hipotensi
5. Intruksikan meletakkan kaki yang kuat di bawah tepi bed, sedangkan kaki yang
lemah berada di depannya.
6. Meletakkan tangan pasien di atas permukaan bed atau di atas kedua bahu
perawat.
7. Berdiri tepat di depan pasien, condogkan tubuh ke depan, fleksikan pinggul, lutut,
dan pergelangan kaki. Lebarkan kaki dengan salah satu di depan dan yang lainnya
di belakang.
9. Tangan otot gluteal, abdominal, kaki dan otot lengan anda siap untuk melakukan
gerakan.
10. Bantu pasien untuk berdiri, kemudian bergerak-gerak bersama menuju korsi
roda.
11. Bantu pasien untuk duduk, minta pasien untuk membelakangi kursi roda,
meletakkan kedua tangan di atas lengan kursi roda atau tetap pada bahu perawat.
12. Minta pasien untuk menggeser duduknya sampai pada posisi yang paling aman.
13. Turunkan tatakan kaki, dan letakkan kedua kaki pasien di atasnya.Buka kunci
roda pada kursi.
b. Kruk
10
Ada dua tipe kruk, yaitu :
1) Kruk Lofstrand dengan pengatur ganda atau kruk lengan
memiliki sebuah pegangan tangan dan pembalut logam yang pas
mengelilingi lengan bawah. Kedua-duanya, yaitu pembalut logam dan
pegangan tangan diatur agar sesuai dengan tinggi pasien. Jenis kruk ini
dapat mentransfer 40-50% berat badan.
2) Kruk aksila
Mempunyai garis permukaan yang seperti bantalan pada bagian atas,
dimana berada tepat di bawah aksila. Pegangan tangan berbentuk batang
yang dipegang setinggi telapak tangan untuk menyokong tubuh. Jenis
kruk ini dapat mentransfer sampai 80% berat badan.
c. Standard Walker
Memiliki empat kaki dengan sumbat karet di setiap kakinya. Tingginya
dapat disesuaikan dan digunakan untuk orang dewasa dalam kisaran berat
badan normal. Standard walker adalah alat bantu jalan paling aman
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
12
DAFTAR PUSTAKA
Ditya, W., Zahari, A., & Afriwardi, A. (2016). Hubungan Mobilisasi Dini dengan Proses
Penyembuhan Luka pada Pasien Pasca Laparatomi di Bangsal Bedah Pria dan Wanita RSUP Dr.
M. Djamil Padang. Jurnal Kesehatan Andalas, 5(3).
Muhsinin, S. Z., & Kusumawardani, D. (2019). Pengaruh Penerapan Pemberian Posisi Semi
Fowler Terhadap Perubahan Respiratory Rate Pada Pasien dengan Pneumonia. Jurnal
Keperawatan dan Kebidanan, 11(1), 5-5.
Kasan, N., & Sutrisno, S. (2020). Efektifitas Posisi Semifowler Terhadap Penurunan Respiratori
Rate Pasien Gagal Jantung Kronik (Chf) Di Ruang Lily Rsud Sunan Kalijaga Demak. The Shine
Cahaya Dunia Ners, 5(1).
Chandra, G. E., & Jumeno, D. (2011). Perancangan alat bantu jalan kruk bagi penderita cedera
dan cacat kaki. Universitas Andalas. Padang.
Haryanto, L. T. (2012). Perancangan ulang alat bantu jalan (Walker) untuk pasien pasca stroke
menggunakan metode Value Engineering.
13