Anda di halaman 1dari 17

JENIS-JENIS PEMBERIAN POSISI TUBUH PADA PASIEN

Untuk mencegah abnormalitas postur tersebut dapat dilakukan dengan pengaturan


posisi pasien, selain itu persiapan seperti mengkaji kekuatan otot, mobilitas sendi
pasien, adanya paralisis atau paresis, hipotensi ortostastik, toleransi aktivitas,
tingkat kesadaran, tingkat kenyamanan, dan kemampuan untuk mengikuti
instruksi juga penting dilakukan.

Selengkapnya:
http://warungbidan.blogspot.com/2017/09/jenis-jenis-pemberian-posisi-tubuh-pada.html

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Tujuan ....................................................................................................... 1
C. Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
D. Manfaat ..................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Pengaturan Posisi Pasien ........................................................ 3
B. Jenis Jenis Pemberian Posisi Tubuh Pada Pasien ..................................... 3
1. Posisi Fowler ...................................................................................... 3
2. Posisi semi fowler .............................................................................. 4
3. Posisi sim ........................................................................................... 5
4. Posisi trendelenburg ........................................................................... 6
5. Posisi dorsal recumbent...................................................................... 7
6. Posisi Litotomi ................................................................................... 9
7. Posisi Genu pectrocal/ Knee chest ..................................................... 10
8. Posisi orthopeneic .............................................................................. 11
9. Posisi Supinasi ................................................................................... 11
10. Posisi pronasi ..................................................................................... 12
11. Posisi lateral ....................................................................................... 12
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................... 14
B. SARAN ..................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 15

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Banyak kondisi patologi yang mempengaruhi kesejajaran dan mobilitas
tuibuh. Abnormalitas postur kongenital atau didapat memengaruhi efisiensi
sistem muskulus skeletal, serta kesejajaran, keseimbangan, dan penampilan
tubuh. Abnormalitas postur dapat menghambat kesejajaran, mobilitas, atau
keduanya sehingga membatasi rentang gerak pada beberapa sendi,
Untuk mencegah abnormalitas postur tersebut dapat dilakukan dengan
pengaturan posisi pasien, selain itu persiapan seperti mengkaji kekuatan otot,
mobilitas sendi pasien, adanya paralisis atau paresis, hipotensi ortostastik,
toleransi aktivitas, tingkat kesadaran, tingkat kenyamanan, dan kemampuan
untuk mengikuti instruksi juga penting dilakukan.
Mekanika tubuh merupakan usaha koordinasi dari muskuloskeletal untuk
mempertahankan keseimbangan tubuh. Prinsip mekanika tubuh, pergerakan
dasar dalam mekanika tubuh merupakan kebutuhan mekanika tubuh dan
ambulasi. Untuk menilai kemampuan pasien dalam penggunaan mekanika
tubuh dengan baik, penggunaan alat bantu gerak, cara menggapai benda,
naik/turun dan berjalan adalah dengan cara melakukan proses keperawatan
pada pasien melalui pengkajian, diagnosa, intervensi dan tindakan
keperawatan. Dengan adanya proses keperawatan pada pasien dengan
gangguan ambulasi ditujukan untuk menjaga keamanan ambulasi,
meningkatkan kekuatan otot dan mobilitas, mencegah komplikasi dari
imobilitas dan meningkatkan harga diri serta kemandirian.

B. Tujuan
1. Untuk memberikan bantuan kepada pasien untuk duduk di tempat tidur.
2. Untuk mengatur posisi di tempat tidur.
3. Untuk membantu memindahkan pasien dari tempat tidur ke kursi roda.

2
4. Untuk membantu pasien berjalan.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
penulisan makalah ini sebagai berikut :
1. Apa pengertian pengaturan posisi pasien ?
2. Apa sajakah macam-macam pengaturan posisi tubuh sesuai kebutuhan
pasien ?
3. Bagaimanakah prosedur pelaksanaan tiap pengaturan posisi pasien ?

D. Manfaat
Mahasiswa dapat memberikan bantuan kepada pasien untuk duduk di
tempat tidur, mengatur posisi di tempat tidur, membantu memindahkan pasien
dari tempat tidur ke kursi roda, membantu pasien berjalan.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pengaturan Posisi Pasien


Posturing / mengatur dan merubah posisi adalah mengatur pasien dalam posisi
yang baik dan mengubah secara teratur dan sistematik. Hal ini merupakan salah
satu aspek keperawatan yang penting. Posisi tubuh apapun baik atau tidak akan
mengganggu apabila dilakukan dalam waktu yang lama. (Potter dan perry,2009)
Tujuan merubah posisi :
1. Mencegah nyeri otot
2. Mengurangi tekanan
3. Mencegah kerusakan syaraf dan pembuluh darah superficial
4. Mencegah kontraktur otot
5. Mempertahankan tonus otot dan reflek
6. Memudahkan suatu tindakan baik medic maupun keperawatan

B. Jenis Jenis Pemberian Posisi Tubuh Pada Pasien


1. Posisi Fowler
Pengertian
Posisi fowler adalah posisi setengah duduk atau duduk, dimana bagian kepala
tempat tidur lebih tinggi atau dinaikkan. Posisi ini dilakukan untuk
mempertahankan kenyamanan dan memfasilitasi fungsi pernapasan pasien.

Posisi Fowler

4
Tujuan
a. Mengurangi komplikasi akibat immobilisasi.
b. Meningkatkan rasa nyaman
c. Meningkatkan dorongan pada diafragma sehingga meningkatnya
ekspansi dada dan ventilasi paru
d. Mengurangi kemungkinan tekanan pada tubuh akibat posisi yang
menetap
Indikasi
a. Pada pasien yang mengalami gangguan pernapasan
b. Pada pasien yang mengalami imobilisasi
Alatdan bahan :
a. Tempat tidur khusus
b. Selimut
Cara kerja :
a. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
b. Dudukkan pasien
c. Berikan sandaran atau bantal pada tempat tidur pasien atau atur tempat
tidur.
d. Untuk posisi semi fowler (30-45) dan untuk fowler (90).
e. Anjurkan pasien untuk tetap berbaring setengah duduk.

2. Posisi semi fowler


Pengertian
Semi fowler adalah sikap dalam posisi setengah duduk 15-60 derajat

5
Tujuan
a. Mobilisasi
b. Memerikan perasaan lega pada klien sesak nafas
c. Memudahkan perawatan misalnya memberikan makan
Cara / prosedur
a. Mengangkat kepala dari tempat tidur kepermukaan yang tepat ( 45-90
derajat)
b. Gunakan bantal untuk menyokong lengan dan kepala klien jika tubuh
bagian atas klien lumpuh
c. Letakan bantal di bawah kepala klien sesuai dengan keinginan klien,
menaikan lutut dari tempat tidur yang rendah menghindari adanya
tekanan di bawah jarak poplital ( di bawah lutut )

3. Posisi sim
Definisi :
Posisi sim adalah posisi miring kekanan atau kekiri, posisi ini dilakukan
untuk memberi kenyamanan dan memberikan obat melalui anus (supositoria).

Posisi Sim
Tujuan :
a. Mengurangi penekanan pada tulang secrum dan trochanter mayor otot
pinggang
b. Meningkatkan drainage dari mulut pasien dan mencegah aspirasi
c. Memasukkan obat supositoria
d. Mencegah dekubitus

6
Indikasi :
a. Untuk pasien yang akan di huknah
b. Untuk pasien yang akan diberikan obat melalui anus
Alat dan bahan :
a. Tempat tidur khusus
b. Selimut
Cara kerja :
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Pasien dalam keadaan berbaring, kemudian miringkan kekiri dengan posisi
badan setengan telungkup dan kaki kiri lurus lutut. Paha kanan ditekuk
diarahkan ke dada.
3. Tangan kiri diatas kepala atau dibelakang punggung dan tangan kanan
diatas tempat tidur.
4. Bila pasien miring kekanan dengan posisi badan setengan telungkup dan
kaki kanan lurus, lutut dan paha kiri ditekuk diarahakan ke dada.
5. Tangan kanan diatas kepala atau dibelakang punggung dan tangan kiri
diatas tempat tidur.

4. Posisi trendelenburg
Definisi :
Pada posisi ini pasien berbaring di tempat tidur dengan bagian kepala lebih
rendah dari pada bagian kaki. Posisi ini dilakukan untuk melancarkan
peredaran darah keotak.

Posisi trendelenburg

7
Alat dan bahan :
a. Tempat tidur khusus
b. Selimut
Indikasi :
a. Pasien dengan pembedahan pada daerah perut
b. Pasien shock
c. Pasien hipotensi.
Alat dan bahan :
a. Tempat tidur khusus
b. Selimut
Cara kerja :
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Pasien dalam keadaan berbaring, kemudian miringkan kekiri dengan
posisi badan setengan telungkup dan kaki kiri lurus lutut. Paha kanan
ditekuk diarahkan ke dada.
3. Tangan kiri diatas kepala atau dibelakang punggung dan tangan kanan
diatas tempat tidur.
4. Bila pasien miring kekanan dengan posisi badan setengan telungkup dan
kaki kanan lurus, lutut dan paha kiri ditekuk diarahakanke dada.
5. Tangan kanan diatas kepala atau dibelakang punggung dan tangan kiri
diatas tempat tidur

5. Posisi dorsal recumbent


Definisi :
Pada posisi ini pasien berbaring terlentang dengan kedua lutut flexi (ditarik
atau direnggangkan) diatas tempat tidur. Posisi ini dilakukan untuk merawat
dan memeriksa genetalia serta pada proses persalinan.

8
Posisi dorsal recumbent
Tujuan :
Meningkatkan kenyamanan pasien, terutama dengan ketegangan punggung
belakang.
Indikasi :
a. Pasien yang akan melakukan perawatan dan pemeriksaan genetalia
b. Untuk persalinan

Alat dan bahan :


a. Tempat tidur
b. Selimut
Cara kerja :
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Pasien dalam keadaan berbaring terlentang, letakkan bantal diantara
kepala dan ujung tempat tidur pasien dan berikan bantal dibawah lipatan
lutut
3. Berikan balok penopang pada bagian kaki tempat tidur atau atur tempat
tidur khusus dengan meninggikan bagian kaki pasien.

9
6. Posisi Litotomi
Definisi :
Posisi berbaring telentang dengan mengangkat kedua kaki dan menariknya
keatas bagian perut. Posisi ini dilakukan untuk memeriksa genitalia pada
proses persalinan, dan memasang alat kontrasepsi.

Indikasi :
1. Untuk ibu hamil
2. Untuk persalinan
3. Untuk wanita yang ingin memasang alat kontrasepsi
Alat dan bahan :
1. Tempat tidur khusus
2. Selimut
Cara kerja:
1. Pasien dalam keadaan berbaring telentang, kemudian angkat kedua paha
dan tarik kearah perut
2. Tungkai bawah membentuk sudut 90 derajat terhadap paha
3. Letakkan bagian lutut/kaki pada tempat tidur khusus untuk posisi
lithotomic
4. Pasang selimut

10
7. Posisi Genu pectrocal/ Knee chest
Definisi :
Pada posisi ini pasien menungging dengan kedua kaki di tekuk dan dada
menempel pada bagian alas tempat tidur. Posisi ini dilakukan untuk
memeriksa daerah rectum dan sigmoid.

Posisi Genu pectrocal/ Knee chest

Tujuan :
Memudahkan pemeriksaan daerah rektum, sigmoid, dan vagina.

Indikasi :
1. Pasien hemorrhoid
2. Pemeriksaan dan pengobatan daerah rectum, sigmoid dan vagina.

Cara kerja :
1. Anjurkan pasien untuk posisi menungging dengan kedua kaki ditekuk dan
dada menempel pada kasur tempat tidur.
2. Pasang selimut pada pasien.

11
8. Posisi orthopeneic
Pengertian
Posisi pasien duduk dengan menyandarkan kepala pada penampang yang
sejajar dada, seperti pada meja.

Tujuan
Memudahkan ekspansi paru untuk pasien dengan kesulitan bernafas yang
ekstrim dan tidak bias tidur terlentang atau posisi kepala hanya bias pada
elevasi sedang.
Indikasi
Pasien dengan sesak berat dan tidak bias tidur terlentang.

9. Posisi Supinasi
Pengertian
Posisi telentang dengan pasien menyandarkan punggungnya agar dasar tubuh
sama dengan kesejajaran berdiri yang baik.

Posisi Supinasi

12
Tujuan
Meningkatkan kenyamanan pasien dan memfasilitasi penyembuhan terutama
pada pasien pembedahan atau dalam proses anestesi tertentu.
Indikasi
1. Pasien dengan tindakan post anestesi atau penbedahan tertentu
2. Pasien dengan kondisi sangat lemah atau koma.

10. Posisi pronasi


Pengertian
Pasien tidur dalam posisi telungkup Berbaring dengan wajah menghadap
kebantal.

Posisi Pronasi
Tujuan
1. Memberikan ekstensi maksimal pada sendi lutut dan pinggang
2. Mencegah fleksi dan kontraktur pada pinggang dan lutut.
Indikasi
1. Pasien yang menjalani bedah mulut dan kerongkongan
2. Pasien dengan pemeriksaan pada daerah bokong atau punggung.

11. Posisi lateral

Posisi Lateral

13
Pengertian
Posisi miring dimana pasien bersandar kesamping dengan sebagian besar
berat tubuh berada pada pinggul dan bahu.
Tujuan
1. Mempertahankan body aligement
2. Mengurangi komplikasi akibat immobilisasi
3. Meningkankan rasa nyaman
4. Mengurangi kemungkinan tekanan yang menetap pada tubuh akibat
posisi yang menetap.
Indikasi
1. Pasien yang ingin beristirahat
2. Pasien yang ingin tidur
3. Pasien yang posisi fowler atau dorsal recumbent dalam posisi lama
4. Penderita yang mengalami kelemahan dan pasca operasi.

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan permasalahan dan hasil pembahasan di atas, dapat disimpulkan
sebagai berikut.
1. Posturing / mengatur dan merubah posisi adalah mengatur pasien dalam
posisi yang baik dan mengubah secara teratur dan sistematik. (potter dan
perry, 2009).
2. Macam-macam pengaturan posisi tubuh sesuai kebutuhan pasien yaitu :
Posisi Supinasi (Telentang)
Posisi Lateral (Side-Lying)
Posisi Dorsal Recumbent
Posisi Trendelenberg
Posisi Sims
Posisi Lithotomi
Posisi Pronasi (Telungkup)
Posisi Genu Pektoral (Knee-Chest)
Posisi Fowler
Posisi Semi Fowler
Posisi ortopnea
3. Prosedur pelaksanaan tiap pengaturan posisi pasien berbeda-beda antara
pengaturan posisi pasien yang satu dengan yang lain.

B. Saran
Diharapkan ebagai seorang calon tenaga kesehatan dapat memahami
dengan benar prosedur pelaksanaan pengaturan posisi pasien kepada
kliennya, dan dapat melakukan prosedur pelaksanaan pengaturan posisi
pasien kepada kliennya dalam praktik keperawatannya.

15
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, Alimul Aziz, 2010. Keterampilan Dasar Praktik Klinik untuk


Kebidanan. Salemba Medika : Jakarta
Darliana, Devi, dkk. 2014. Kebutuhan Aktivitas dan Mobilisasi. Fakultas
Keperawatan Universitas Syiah Kuala. Banda Aceh.
Diunduh tanggal 04 April 2016 pukul 15.25

16

Anda mungkin juga menyukai