Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

POSITIONING

STASE KEPERAWATAN DASAR KEPERAWATAN

OLEH:

LUTFIA KHOERUNNISA

I4B021032

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

PROGRAM PROFESI NERS

PURWOKERTO

2021
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keadaan sakit sering kali membuat pasien merasakan


ketidaknyamanan. Rasa ketidaknyamanan ini bisa timbul karena adanya
stressor yang sedang dirasakan. Perawatanan dilakukan untuk mengatasi
keadaan tersebut, mulai dari terapi dan juga pemberian obat-obat penunjang
untuk menghilangkan penyebab stressor. Metode non farmakologis sering
kali dapat membantu pasien untuk mengurangi ketidaknyamanan yaitu
positioning. Dengan mengatur dan menempatkan pasien pada posisi yang
tepat dapat meningkatkan kenyamanan dari pasien juga dapat meningkatkan
efektivitas dari terapi yang sedang dilakukan. Maka penting bagi perawat
untuk memahami posisi-posisi yang tepat sesuai dengan keadaan dari
pasien.

B. Tujuan

1. Mengetahui pengertian tindakan positioning

2. Mengetahui tujuan tindakan positioning

3. Mengetahui indikasi tindakan positioning

4. Mengetahui kontra indikasi tindakan positioning

5. Mengetahui hal-hal yang harus diperhaikan saat tindakan positioning

6. Mengetahui prosedur tindakan positioning


TINJAUAN TEORI

A. Pengertian

Positioning adalah tindakan menempatkan dan mengatur posisi pasien


agar memberikan rasa nyaman dan tidak menimbulkan risiko. Perubahan
posisi tubuh juga dapat memberikan perubahan pada tekanan darah, saturasi
oksigen juga frekuensi pernafasan. Penempatan posisi pasien juga dilakukan
untuk menunjnag saat diberikannya terapi atau tindakan. Ada berbagai
macam posisi positioning yaitu

1. Supine/terlentang: adalah posisi terlentang dengan kedua tangan dan


kaki lurus dalam posisi horizontal

2. Prone/tengkurap: adalah posisi posisi pasien dengan badan menghadap


kebawah

3. Fowler: yaitu posisi duduk dengan posisi 900, semi fowler posisi
setengah duduk dengan kemiringan 300-450, dan low fowler dengan
kemiringan 150

4. Trendelenburg: yaitu posisi kaki lebih tinggi dari badan dan kepala
pasien

5. Anti Trendelenburg: posisi dimana pasien berbaring dengan bagian


kepala lebih tinggi dari pada kaki

6. Lithotomy: posisi kaki naik dan dilebarkan biasanya untuk pemeriksaan


organ genital.

7. Genupectoral: yaitu posisi menungging seperti posisi sujud.

8. Dorsal Recumbent: posisi terlentang dengan kedua kaki ditekuk dan


direnggangkan. Bisanya untuk tindakan melahirkan

9. Sims : adalah posisi badan miring ke arah kanan atau ke arah kiri
B. Tujuan

1. Mengurangi sesak nafas

2. Memberikan perasaan nyaman

3. Memudahkan saat dilakukan tindakan maupun pemeriksaan

4. Memudahkan pemberian obat

5. Penunjang saat dilakukan intervensi (seperti membantu pengeluaran


cairan WSD, oksigenasi, pemberian anestesi)

C. Indikasi

1. Untuk memaksimalkan ventilasi paru (TBC, PPOK)

2. Untuk mengurangi sesak nafas

3. Untuk melancarkan sirkulasi darah pada pasien jantung

4. Pemeriksaan organ genital

5. Pemberian terapi atau obat

6. Tindakan melahirkan

7. Untuk mencegah terjadinya luka tekan pada pasien post op

D. Kontra Indikasi

1. Pasien dengan risiko jatuh (posisi genupectoral)

2. Pasien dengan gangguan sirkulasi (posisi anti trendelenburg)

E. Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan

1. Pastikan tidak ada gangguan sirkulasi maupun penekanan syaraf


2. Pastikan posisi tidak membuat selang infus atau lainnya tersumbat atau
tertekan

3. Pasatikan rail bed terpasang dengan benar untuk pasien dengan risiko
jatuh

4. Sesuaikan dengan keadaan pasien jika terdapat hambatan seperti adanya


fraktur atau cidera lain

F. Prosedur Tindakan

1. Tahap Pra Interaksi

a. Membaca rekam medik pasien

b. Mencuci tangan

c. Mempersiapkan peralatan (bantal atau alat lain untuk menyangga)

2. Tahap Orientasi

a. Memberikan salam, pastikan benar pasien

b. Memberikan penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan,


tujuan dan juga caranya.

c. Memberikan kesempatan pasien untuk bertanya

d. Meminta persetujuan pasien

3. Tahap Kerja

a. Menutup tirai dan memberikan privasi pada pasien.

b. Untuk posisi supine atau terlentang, ambil bantal dari dari kepala
pasien (optional) dan pastikan bed dalam keadaan datar, posisikan
badan dan kaki dalam keadaan horizontal.
c. Untuk posisi prone atau tengkurap, pastikan apakah pasien dapat
membalikan tubuhnya sendiri atau tidak. Jika iya maka pantau dan
instruksikan posisinya. Namun jka pasien tidak bisa membalikan
tubuhnya sendiri maka bantu pasien untuk membalikan tubuhnya.
Pastikan tidak ada selang atau peralatan lainnya yang tersangkut.

d. Posisi Fowler: untuk posisi high fowler, naikan bed sehingga badan
pasien membentuk sudut 900. untuk posisi semi fowler posisisikan
bed dengan kemiringan 300-450, dan untuk posisi low fowler,
posisikan bed dengan kemiringan 150. jika bed tidak dapat berfungsi
dengan baik atau maksimal, maka gunakan bantal atau guling sebagai
alat bantu.

e. Posisi Trendelenburg: pastikan pasien posisi terlentang tanpa bantal


(optional). Bagian kaki pasien ditinggikan sehingga membentuk
sudut kurang lebih 300, bisa dengan menaikan bed atau memberikan
bantal yang ditumpuk dibawah kaki pasien. Pastikan kepala pasien
aman, bisa diberikan bantal agar tidak terbentur ujung bed .

f. Anti Trendelenburg: posisi awal pasien seperti posisi trendelenburg.


Naikan bed pada bagian tubuh atas pasien sehingga bagian badan atas
pasien lebih tinggi dari bagian bawah badan. Jika bed tidak bisa
dinaikan, bisa menggunakan alat bantu bantal, untuk memberikan
keamanan bisa dengan mengikat kaki maupun tangan pasien.
Lakukan dengan hati-hati.

g. Lithotomy: pasien tidur terlentang, boleh tetap menggunakan bantal


untuk dibawah kepala. Bantu pasien untuk mengangkat kedua paha
dan diarahkan ke arah perut pasien sehingga tungkai bawah
membentuk sudut 900 dengan paha. Jika terdapat alat maka sangga
kaki dengan alat tersebut.

h. Genupectoral: pastikan kemampuan pasien untuk perpindahan posisi


ini. Instruksikan pasien dan bantu pasien untuk posisi menungging
seperti posisi sujud dengan kedua kaki ditekuk ke arah paha dan
sedikit direnggangkan.

i. Dorsal Recumbent:Posisikan pasien terlentang lalu bantu pasien


untuk memposisikan kakinya yaitu sedikit ditekuk ke arah perut dan
direnggangkan.

j. Sims : kaji kemampuan pasien untuk berpindah posisi. Bantu pasien


untuk miring ke salah satu sisi. Berikan bantal dibawah kaki pasien
untuk menopang kaki pasien.

4. Tahap Terminasi

a. Evaluasi perasaan pasien

b. Menyimpulkan tindakan yang telah dilakukan

c. Lakukan kontrak untuk tindakan selanjutnya

d. Izinkan pasien untuk bertanya

e. Akhiri tindakan dengan cara yang baik

f. Rapikan peralatan

g. Cuci tangan

5. Dokumentasi

Catat kondisi pasien, dan catat respon pasien sebelum saat dan
setelah diberikan tindakan. Bubuhkan tanggal dilakukannya tindakan, ttd
dan beri nama terang.
Referensi:

Aini Dwi Nur. Arifianto. Dan Sapitri. 2016. Pengaruh Pemberian Posisi
Semi Fowler Terhadap Respiratory Rate Pasien Tuberkulosis Paru Di
Ruang Flamboyan RSUD Soewondo Kendal. Jurnal Ners Widya
Husada 3(2), 1-9.

Isworo, A, et al. 2020. Buku Panduan Skills Laboratorium Keperawatan


Dasar. Tim Keperawatan Dasar: Universitas Jenderal Soedirman

Nerslicious.com. 2020. Pengaturan posisi pasien: Panduan Lengkap Untuk


Perawat. Diakses pada 6 september 2021 dari
https://www.nerslicious.com/posisi-pasien-/

Subiakto Toto, Kusniawati. 2014. Pengaruh Posisi High Fowler 600 Dan
300 Terhadap Tekanan Darah Pada Pasien Hipertrnsi. Jurnal Medikes,
Volume 1, edisi 1, april 2014.
Lampran 1 Gambar positioning

1 Supine/terlentang

2 Prone atau tengkurap

3 Fowler

4 Trendelenburg

5 Anti Trendelenburg

6 Lithotomy
7 Genupectoral

8 Dorsal Recumbent

9 Sims

Anda mungkin juga menyukai