PERIOPERATIF
‘POSISI PASIEN DI MEJA OPERASI”
(MANAJEMEN POSISI BEDAH)
Disusun Oleh :
AULIA
APRIL
KHAMSIAH ARIF, AMK
ZULFITROH
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik
dan Hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk
maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah
satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam administrasi pendidikan.
Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca,sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga
kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki sangat kurang.
Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan
yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Banjarmasin,
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
2.2 Tujuan
2.3 Prinsip dalam mengatur posisi pasien
2.4 Faktor resiko
2.5 Persiapan mengatur posisi pasien
2.6 Yang harus diperhatikan dalam mengatur posisi pasien
2.7 Jenis jenis posisi pasien
1.3 Tujuan
Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mendefinisikan pengaturan posisi pasien.
2. Mengetahui tujuan posisi pasien
3. Mengetahui prinsip dalam mengatur posisi pasien
4. Mengetahui jenis jenis posisi pasien
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Posturing / mengatur dan merubah posisi adalah mengatur pasien dalam posisi yang baik dan
mengubah secara teratur dan sistematik. Hal ini merupakan salah satu aspek keperawatan
yang penting. Posisi tubuh apapun baik atau tidak akan mengganggu apabila dilakukan dalam
waktu yang lama. (potter dan perry,2005)
Suatu posisi pasien yang aman dan nyaman tanpa menimbulkan resiko pasca bedah.
Menurut Association of Operating Room Nurse (AORN) → pengaturan posisi sehingga klien bebas
dari cedera adalah bagian dari hasil akhir pembedahan yang diharapkan (Gruendemann, 2006)
Pemberian posisi merupakan suatu kebutuhan yang dapat mendukung keamanan klien selama
pembedahan
2.2 Tujuan
a) Mencegah nyeri otot
b) Mengurangi tekanan
c) Mencegah kerusakan syaraf dan pembuluh darah superficial
d) Mencegah kontraktur otot
e) Mempertahankan tonus otot dan reflek
f) menghasilkan area pembedahan yang optimal
g) meningkatkan keamanan
h) menurunkan resiko cidera
i) memudahkan akses dalam pemberian cairan intravena, obat dan bahan anestesi.
Prinsip-prinsip didalam pengaturan posisi pasien,yaitu atur posisi pasien dalam posisi
yang nyaman dan sedapat mungkin jaga privasi pasien, buka area yang akan dibedah dan
kakinya ditutup dengan duk.
b. Peralatan
Safety belt (sabuk pengaman)
Anesthetic screen (layar anastesi)
Wrist of arm board strap
Armboard
Lateral armboard
Elbow pads protector (pelindung bantalan siku)
Shoulder bridge
Kidney rest
Body restraint strap (tali pengikat tubuh)
Body restraint braces (pengaman tubuh)
Pillow (bantal)
Towel (handuk)
a) Pengertian
Posisi fowler adalah posisi setengah duduk atau duduk, dimana bagian kepalatempat
tidur lebih tinggi atau dinaikkan. Posisi ini dilakukan untuk mempertahankan
b) Tujuan
ventilasi paru
c) Indikasi
2) Posisi Sim’s
a. Pengertian
Posisi sim adalah posisi miring kekanan atau miring kekiri. Posisi ini dilakukan
untuk memberi kenyamanan dan memberikan obat per anus (supositoria). Berat badan
b. Tujuan
o Mengurangi penekanan pada tulang secrum dan trochanter mayor otot pinggang
o Mencegah dekubitus
c. Indikasi
o Pasien paralisis
Kontraindikasi
3. Posisi Trendelenberg
a. Pengertian
Posisi ini dapat diubah dengan menekukkan lutut dan mematahkan bagian bawah tempat
tidur. Pada posisi ini pasien berbaring di tempat tidur dengan bagian kepala lebih rendah
daripada bagian kaki. Posisi ini dilakukan untuk melancarkan peredaran darah ke otak.
b. Tujuan
Pasien shock.
pasien hipotensi.
c. Indikasi
Pasien dengan pembedahan pada daerah perut
Pasien shock
Pasien hipotensi.
a. .Pengertian
Pada posisi ini pasien berbaring telentang dengan kedua lutut fleksi (ditarik atau
direnggangkan) di atas tempat tidur. Posisi ini dilakukan untuk merawat dan memeriksa
b. Tujuan
c. Indikasi
a. Pengertian
Posisi Lithotomi adalah posisi dimana pasien terlentang dengan mengangkat kedua kaki
dan ditarik ke atas abdomen.
Posisi ini dilakukan untuk memeriksa genitalia pada proses persalinan, dan memasang alat
kontrasepsi.
b. Tujuan
1. Memudahkan pemeriksaan daerah rongga panggul, misal vagina taucher,
c. Indikasi
6. Pemasangan IUD
a. Pngertian
Pada posisi ini pasien menungging dengan kedua kaki di tekuk dan dada menempel
pada bagian alas tempat tidur. Posisi ini dilakukan untuk memeriksa daerah rektum dan
sigmoid.
b. Tujuan
c. Indikasi
1) Pasien hemorrhoid.
7. Posisi orthopeneic
a. Pengertian
Posisi pasien duduk dengan menyandarkan kepala pada penampang yang sejajar
b. Tujuan
c. Indikasi
8. Supinasi
a. Pengertian
• Posisi telentang dengan pasien menyandarkan punggungnya agar dasar tubuh sama
dengan kesejajaran berdiri yang baik. Pada posisi telentang, memposisikan vertebra
servikalis, torakalis, dan lumbalis klien pada satu garis lurus secara horizontal.
• Klien berbaring telentang dengan lengan terletak di atas papan lengan atau di samping
tubuh.
b. Tujuan
c. Indikasi
Tyroiditis position
Posisi cholethiasis
Biasa digunakan pada:
9. Posisi pronasi
a. Pengertian
Pasien tidur dalam posisi telungkup Berbaring dengan wajah menghadap ke bantal.
b. Tujuan
c. Indikasi
a) Pembedahan pada fraktur vertebra
d. Potensial Komplikasi
Jalan napas sebaiknya diamankan sebelum merubah posisi. Resiko yang harus
dihadapi ketika posisi pasien diubah dari posisi supine ke prone adalah terjadinya
ekstubasi yang tidak diinginkan.
Kabel monitor sebaiknya ditempatkan sedemikian rupa sehingga tidak
tersangkut. Diskoneksi merupakan cara yang paling aman dan menghindari
komplikasi.
Akses intravaskuler, seperti kateter arteri dan vena sentral yang invasif , harus
diperhatikan sebaik-baiknya sebelum dan selama merubah posisi untuk mencegah
dislokasi dari kateter yang tidak diinginkan.
Lengan pasien sebaiknya ditempatkan disepanjang badan selama perubahan
posisi, di sebelah kiri pada posisi ini atau di abduksikan pada posisi akhir.
Mayoritas kontak kulit pada lutut, krista iliaka, dan pergelangan tangan dapat
beresiko mengalami nekrosis jika pasien berada pada posisi ini dalam jangka waktu
yang lama. Sebuah bantal atau penyanggah yang lembut dapat diletakkan dibawah
area ini.
Pada pasien perempuan, perhatian khusus diberikan pada payudara, dan
khususnya pada puting susu untuk mencegah kerusakan dan nyeri akibat kompresi
post operatif.
Mata sebaiknya diplester dengan erat diberi saline atau salep mata untuk
mencegah abrasi kornea. Abrasi kornea dapat timbul segera setelah pulih dari anestesi
dengan nyeri yang hebat pada mata.. Iskemia retina yang dapat menuju pada kebutaan
dapat terjadi.
Pada beberapa tahun terakhir, penyebab kehilangan penglihatan postoperatif
yang paling sering dilaporkan adalah ischemic optic neuropathy ( ION ). Hal ini
biasanya berhubungan dengan hipotensi dan anemia. Emboli lemak atau udara
merupakan faktor etiologi yang potensial. Pada populasi yang lebih tua, faktor resiko
arteriosklerotik seperti hipertensi, diabetes, dan merokok merupakan faktor resiko
yang penting. Tekanan perfusi pada diskus nervus optikus ditentukan oleh perbedaan
tekanan perfusi antara arteri siliaris posterior dan tekanan intra okular ( IOP ). Faktor
yang menurunkan tekanan arteri siliaris posterior, seperti hipotensi sistemik yang
berkepanjangan atau adanya peningkatan IOP, akan menurunkan tekanan perfusi dan
meningkatkan resiko ION. Posisi supine yang berkepanjangan dengan kepala
yang dependent, posisi down tilt dapat dihubungkan dengan penurunan aliran vena
yang meningkatkan statis lokal capillary bed. Sebagai hasil dari peningkatan CVP
atau obstruksi vena, IOP akan meningkat yang disertai dengan penurunan yang
sejalan pada aliran darah koroidal, yang dapat memicu terjadinya ION. Penempatan
kepala yang sesuai dapat meminimalkan resiko terjadinya komplikasi pada mata.
Berat kepala sebaiknya disanggah oleh dahi dan arkus zigomatikus, dimana
mata dan hidung pasien sebaiknya diposisikan tidak jauh dari konka. Kepala
sebaiknya berada pada posisi netral untuk menghindari rotasi pada leher. Tumpuan
berat yang langsung pada wajah atau dahi dapat menyebabkan leher menjadi
hiperekstensi dan menyebabkan nyeri myofascial pada masa post operatif.
Makroglossia adalah komplikasi yang jarang dan pernah ditemukan setelah
operasi fossa posterior dengan posisi prone. Hal tersebut mungkin disebabkan oleh
kongesti vaskuler akibat fleksi leher yang ekstrim.
Cedera saraf pada pasien pediatri terjadi pada 1% dari semua klaim pasien
pediatri. Cedera saraf perifer berjumlah 16% dari seluruh klaim pada anestesi.
10. Posisi lateral
a. Pengertian
• Posisi miring dimana pasien bersandar kesamping dengan sebagian besar berat tubuh
berada pada pinggul dan bahu. Posisi Lateral adalah pengaturan posisi bedah dengan
• Dilakukan pada klien yang akan dianestesi dalam posisi telentang, diintubasi, dan
b. Tujuan
4) Mengurangi kemungkinan tekanan yang menetap pada tubuh akibat posisi yang
menetap.
c. Indikasi
3) Pasien yang posisi fowler atau dorsal recumbent dalam posisi lama
1) Kidney Position
2) Chest Position
a. Pengertian
Pada posisi ini pasien menungging dengan kedua kaki di tekuk dan dada menempel pada
bagian alas tempat tidur.
Posisi ini dilakukan untuk memeriksa daerah rektum dan sigmoid.
Untuk operasi hemorehoidectomy dan sacrum
b. Indikasi
o Pengobatan wasir
o Pengobatan daerah rektum
o Hemorrhoidectomy
o Sacrum
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan permasalahan dan hasil pembahasan di atas, dapat disimpulkan sebagai
berikut.
Posturing / mengatur dan merubah posisi adalah mengatur pasien dalam posisi yang baik dan
mengubah secara teratur dan sistematik. (potter dan perry,2005). Dan terdapat macam
maacam posisi tubuh sesuai kebutuhan pasien antara lain posisi litotomi, prone, dan jackknife
dengan harus memperhatiakan prinsip, faktor resiko dan hal hal lain yang harus diperhatikan
dalam mengatur posisi pasien.
3.2 Saran
Saran yang dapat disampaikan dalam makalah ini sebagai berikut.
Sebagai seorang mahasiswa perawat dan perawat dapat memahami dengan benar jenis posisi,
tujuan, faktor resiko, prinsip dan hal lain yang harus diperhatikan dalam memposisikan
pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Alimul Hidayat, A. Aziz. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Jilid 1. Surabaya :
Salemba Medika.
Alimul Hidayat, A. Aziz dan Uliyah, Musrifatul. 2004. Buku Saku Praktikum Kebutuhan
Dasar Manusia. Jakarta : EGC.
http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/s1keperawatan09/207314012/bab2.pdf
Oleh isnialita at January 26, 2019
Reactions: