Anda di halaman 1dari 13

KEPERAWATAN PERIOPERATIF

MACAM-MACAM POSISI PASIEN DALAM KAMAR BEDAH

Disusun Oleh:

1. Okta Trianti (P1337420217089)


2. Alif Fahrunisa (P1337420217090)
3. Naufal Zakiy Makarim (P1337420217101)

TINGKAT 2C

DIII KEPERAWATAN PURWOKERTO

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN

SEMARANG

2018
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada saat intra oprasi positioning baik pasien maupun petugas medis
sangatlah penting untuk mendukung ketepatan dan keefektifan pembedahan.
Dengan posisi yang tepat dapat memudahkan bagi petugas medis untuk
melakukan pembedahan. Bukan Cuma itu dengan posisi yang benar prinsip
asepsis dan keamanan bagi pasien dapat dijaga.
Pemberian posisi yang tepat bagi pasien saat pembedahan mengurangi
risiko bagi pasien maupun petugas medis pada saat bekerja. Hal ini merupakan
alasan kenapa pemberian posisi menjadi sangat pentig pada saat pembedahan.
Ini dikarenakan kesalahan posisi dapat berakibat fatal bukan cuma waktu
pembedahan menjadi lama karena posisi yang susah tetapi juka meningkattkan
risiko cidera lebih besar bagi pasien.
Inilah pentingnya belajar posisi pasien saat pembedahan yang
membuat penulis tertarik untuk mempelajari beberapa posisi dasar dalam
pembedahan. Sehingga bisa berguna bagi teaga kesehatan yang lain dan
sebagai referensi penulisan selanjutnya.

B. Tujuan
Untuk mempelajari lebih dalam mengenai posisi-posisi pasien dan
indikasi pemberian posisi itu pada saat pembedahan
BAB II

PEMBAHASAN

MANAJEMEN POSISI PASIEN DI KAMAR OPERASI

1. Pengertian
Suatu posisi pasien yang aman dan nyaman tanpa menimbulkan resiko
pasca bedah
Menurut Association of Operating Room Nurse (AORN) → pengaturan
posisi sehingga klien bebas dari cedera adalah bagian dari hasil akhir pembedahan
yang diharapkan (Gruendemann, 2006)
Pemberian posisi merupakan suatu kebutuhan yang dapat mendukung
keamanan klien selama pembedahan

2. Tujuan Manajemen Posisi Bedah


Tujuan dari menajemen posisi bedah yaitu menghasilkan area pembedahan
yang optimal, meningkatkan keamanan, menurunkan resiko cidera, serta
memudahkan akses dalam pemberian cairan intravena, obat dan bahan anestesi.

Kriteria keberhasilan dari manajemen pemberian posisi bedah yaitu :

a. Kepatenan jalan napas secara optimal


b. Status sirkulasi dan akses vaskular adekuat
c. Tidak ada penekanan berlebihan pada area superfisial dan tonjolan tulang
d. Kepala mendapat sokongan yang adekuat, mata terlindung dari abrasi,tekanan
dan cairan iritatif
e. Ekstremitas terlindung, mendapat sokongan dan terhindar dari keadaan fleksi,
ekstensi, atau rotasi bagian tubuh yang berlebihan
3. Persiapan Mengatur Posisi

Petugas:

a. Lihat kembali posisi yang dianjurkan


b. Yakinkan pada ahli anestesi, mengenai posisi berhubungan dengan sirkulasi
dan pernapasan
c. Konsultasikan segera kepada ahli bedah bila merasa tidak yakin
d. Susun alat yang diperlukan
e. Harus yakin terhadap cara kerja meja operasi

Peralatan:

a. Safety belt
b. Anesthetic screen
c. Wrist of arm board strap
d. Armboard
e. Lateral armboard
f. Elbow pads protector
g. Pillow
h. Shoulder bridge
i. Kidney rest
j. Body restraint strap
k. Elevating pad
l. Hemorrhoid strap
m. Body restrain braces
n. Towel

Hal-hal yang harus diperhatikan:

a. Saat memindahkan pasien, meja operasi harus dalam keadaan terkunci


b. Papan tangan dijaga jangan sampai hiperekstensi
c. Usia pasien
d. Tungkai tidak saling bersilang
e. Jenis posisi
f. Tidak menekan slang-slang yang terpasang
g. Tidak boleh merubah posisi tanpa ijin ahli anestesi
h. Meja mayo, meja instrumen tidak boleh menekan tubuh pasien
Kriteria yang harus dipenuhi:

a. Keamanan dan kenyamanan


b. Tidak terjadi gangguan respirasi
c. Tidak terjadi gangguan sirkulasi
d. Tidak terjadi penekanan syaraf
e. Pemenuhan kebutuhan individu
f. Pandangan daerah operasi
4. Macam Posisi Operasi
a. Posisi Dorsal/Suppine

Pada posisi telentang, memposisikan vertebra servikalis, torakalis, dan


lumbalis klien pada satu garis lurus secara horizontal. Posisi telentang dengan
pasien menyandarkan punggungnya agar dasar tubuh sama dengan
kesejajaran berdiri yang baik. Klien berbaring telentang dengan lengan
terletak di atas papan lengan atau di samping tubuh.
Indikasi:
1) Pembedahan daerah abdomen (laparatomi)
2) Pembedahan daerah torak alkardiovaskuler
3) Pembedahan daerah pedis
Operasi : Otak, Jantung, Ekstremitas, Abdomen
Modifikasi : Thyroidectomy, Cholecystectomy
1) Thyroiditis Position
Operasi daerah leher (operasi thyroidectomy, operasi esophagus, operasi
larynx, operasi tracheostomy

2) Posisi Cholelitiasis
Operasi liver, bladder

b. Posisi Sim’s

Posisisimadalahposisi miring kekananatau miring kekiri. Posisi ini


dilakukan untuk memberikan kenyamanan dan memberikan obat per anus
(supositoria). Berat badan terletak pada tulang illium, humerus dan klavikula.
Tujuan pemberian posisi sim’s yaitu:
1) Meningkatkan drainage dari mulut pasien dan mencegah aspirasi
2) Memudahkan untuk pembedahan posisi tubuh bagian

Indikasi posisi Sim’s yaitu:


1) Pembedahan di daerah scapula

2) Pembedahan tumor gluteal

Kontraindikasi posisi Sim’s yaitu:

1) Pasiendengan luka di daerah abdomen

2) Pasiendengan anestesi general

c. Posisi Dorsal Recumben

Pada posisi ini pasien berbaring telentang dengan kedua lutut fleksi
(ditarik atau direnggangkan) di atas tempat tidur. Posisi ini dilakukan untuk
merawat dan memeriksa pada proses persalinan.
Indikasi pemberian posisi dorsal recumben yaitu:
1) Pasien dengan pemeriksaan pada bagian pelvic, vagina dan anus
2) Pengangkatan polip rektal
d. Posisi Tredelenburg

Posisi Tredelenburg adalah modifikasi posisi telentang dengan kepala


diturunkan. Posisi ini dapat diubah dengan menekukkan lutut dan
mematahkan bagian bawah tempat tidur. Posisi Tredelenburg Terbalik
merupakan posisi bedah dengan kondisi kepala di atas dan kaki di bawah.
Posisi ini dilakukan untuk melancarkan peredaran darah keotak
Indikasi pemberian posisi tredelenburg yaitu:
1) Pasien dengan pembedahan pada daerah perut.
2) Pembedahan daerah pedis
e. Posisi Fowler

Posisi fowler adalah posisi setengah duduk atau duduk, dimana bagian
kepala tempat tidur lebih tinggi atau dinaikkan. Posisi ini dilakukan untuk
mempertahankan kenyamanan dan memfasilitasi fungsi pernapasan pasien.
Tujuan pemberian posisi fowler:
1) Meningkatkan rasa nyaman
2) Meningkatkan dorongan pada diafragma sehingga meningkatnya ekspansi
dada dan ventilasi paru
3) Agar pasien dapat melihat proses pembedahan jika pasien menginginkan

Indikasi pemberian posisi fowler:


1) Pembedahan fraktur tibia atau fibula
2) Pembedahan fraktur tulang tarsal
3) Pembedahan fraktur femur
4) Pembedahan-pembedahan di daerah pedis

Kontra indikasi pemberian posisi fowler:


1) Pasien yang memiliki ulkus decubitus gluteal
2) Pasien yang memiliki luka di daerah bokong
f. Posisi Litotomi
Pada posisi ini pasien berbaring telentang dengan mengangkat kedua
kaki dan menariknya ke atas bagian perut. Posisi ini dilakukan untuk
memeriksa genitalia pada proses persalinan, dan memasang alat kontrasepsi.
Indikasi pemberian posisi litotomi:
1) Pengangkatan polip rektal
2) Pengangkatan tumor rektal
3) Pengangkatan cancer cervik
4) Pemasangan IUD
g. Posisi Prone

Posisi telungkup atau prone biasa dilakukan untuk operasi kepala


belakang, punggung, lutut bagian belakang. Klien dianestesi dalam posisi
telentang dan kemudian dipindahkan secara log rolling ke posisi telungkup
dengan wajah ke bawah. Dalam posisi telungkup, klien rentan cedera pada
spina yang mengalami kompresi akibat kesalahan dalam memindahkan dan
mengatur pasien. Kondisi lain adalah resiko jatuh, terutama pada klien
dengan berat badan yang besar.
Indikasi pemberian posisi prone:
1) Pembedahan pada fraktur vertebra
2) Pembedahan pada tumor gluteal
3) Pembedahan daerah scapula
h. Posisi Jack Knife (Kraske)
Pada posisi ini pasien menungging dengan kedua kaki di tekuk dan
dada menempel pada bagian alas tempat tidur. Posisi ini dilakukan untuk
memeriksa daerah rectum dan sigmoid.
Indikasi pemberian posisi jack knife (kraske):
1) Pengobatan wasir
2) Pengobatan daerah rektum
3) Hemorrhoidectomy
4) Sacrum
i. Posisi Lateral
Posisi Lateral adalah pengaturan posisi bedah dengan letak pasien
menyamping.Dilakukan pada klien yang akan dianestesi dalam posisi
telentang, diintubasi, dan digulingkan ke satu sisi secara terkoordinasi dan
adekuat.
1) Kidney Position
Operasi : ginjal, pyelum, ureter pronmal, ureter 1/3 tengah

2) Chest Position
Operasi daerah thoraks

3) Knee Chest Position


Operasi : Vesico/rektovaginal fistel
Tindakan : Sigmoidescopy, Endoscopy

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pemberian posisi (positioning) pasien adalah bagian integral dari
keperawatan perioperatif. Selain asepsis, pemberian posisi pasien berada pada
ranking yang tinggi dalam daftar prioritas asuhan keperawatan pasien
Tujuan dari pemberian posisi pada saat oprasi adalah :
1. Manajemen pemberian posisi bedah bertujuan untuk.
2. Menghasilkan area pembedahan yang optimal
3. Meningkatkan keamanan
4. Menurunkan risiko cedera
5. Memudahkan akses dalam pemberian cairan intravena, obat, dan bahan
anestesi.
Ada lima posisi dasar dalam pembedahan :
1. Supinasi
2. Pronasi
3. Litotomi
4. Fowler
5. Sim’s
B. Saran
Untuk para perawat di harapkan lebih banyak belajar lagi mengenai
posisi agar memberikan pelayanan yang optimal bagi pasien dalam proses
perioperatif.
DAFTAR PUSTAKA

Baradero Marry, SPC, MN, Wilfrid Dayrit, SPC, MAN, Siswadi Yakobus, MSN.
2005. Keperawatan Perioperatif : prinsip dan praktik. Jakarta : EGC
Barbara C Long, Perawatan Medikal Bedah (Terjemahan), Yayasan IAPK
Padjajaran Bandung, September 1996, Hal. 443 – 450.
Prof.Dr.dr.Satyanegara, Sp.BS, dkk. 2014. Ilmu Bedah Saraf Satyanegara Edisi V.

Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

Schwartz. 2000. Prinsip-prinsip ilmu bedah..Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai