Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT

DARURAT STROKE HEMORAGIK DI INSTALASI GAWAT DARURAT


RSU EMANUEL KLAMPOK BANJANEGARA

Disusun Oleh :
Okta Trianti
P1337420217089
3C

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SEMARANG
PRODI DIII KEPERAWATAN PURWOKERTO
JURUSAN KEPERAWATAN
2020
LAPORAN PENDAHULUAN
STROKE HEMORAGIK

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Pendahuluan
Stroke adalah manifestasi klinis dari gangguan fungsi otak, baik
lokal maupun global yang berlangsung cepat, berlangsung lebih dari
24 jam atau sampai menyebabkan kematian, tanpa penyebab lain
selain gangguan vaskuler (WHO, 2010 dalam Hasan, 2018).
Stroke menjadi salah satu masalah kesehatan utama bagi masyarakat.
Hampir di seluruh dunia stroke menjadi masalah yang serius dengan angka
morbiditas dan mortalitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan angka
kejadian penyakit kardiovaskuler. Serangan stroke yang mendadak dapat
menyebabkan kecacatan fisik dan mental serta kematian, baik pada usia
produktif maupun lanjut usia (Dewi & Pinzon, 2016).
Terdapat dua tipe utama dari stroke yaitu stroke iskemik akibat
berkurangnya aliran darah sehubungan dengan penyumbatan (trombosis,
emboli), dan hemoragik akibat perdarahan (WHO, 2014). Darah yang
keluar dan menyebar menuju jaringan parenkim otak, ruang serebrospinal,
atau kombinasi keduanya adalah akibat dari pecahnya pembuluh darah otak
yang dikenal dengan stroke hemoragik (Goetz, 2007).
Kejadian kasus stroke 100 sampai 300 orang per 100.000 penduduk
per tahun. Stroke merupakan penyebab kematian nomor satu di Indonesia
dan pada tahun 2030 diperkirakan akan terus meningkat mencapai 23,3 juta
kematian. (Triasti & Pudjonarko, 2016). Berdasarkan diagnosis tenaga
kesehatan, prevalensi stroke mengalami peningkatan dari 7‰ pada Riset
Kesehatan Dasar tahun 2013 menjadi 10,9 ‰ pada Riset Kesehatan Dasar
tahun 2018 (Riskesdas, 2018).
2. Definisi
Stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang berkembang cepat
akibat gangguan fungsi otak fokal (global) dengan gejala-gejala yang
berlangsung selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan kematian tanpa
adanya penyebab lain yang jelas selain vaskular (Muttaqin, 2008).
Stroke hemoragik adalah stroke yang terjadi karena pembuluh darah
di otak pecah sehingga timbul iskhemik dan hipoksia di hilir. Penyebab
stroke hemoragik antara lain: hipertensi, pecahnya aneurisma, malformasi
arteri venosa. Biasanya kejadiannya saat melakukan aktivitas atau saat
aktif, namun bisa juga terjadi saat istirahat. Kesadaran pasien umumnya
menurun (Artiani, 2009).
Stroke hemoragik adalah pembuluh darah otak yang pecah sehingga
menghambat aliran darah yang normal dan darah merembes ke dalam suatu
daerah di otak dan kemudian merusaknya (M. Adib, 2009).
Jadi, stroke hemoragik adalah salah satu jenis stroke yang disebabkan
karena pecahnya pembuluh darah di otak sehingga darah tidak dapat
mengalir secara semestinya yang menyebabkan otak mengalami hipoksia
dan berakhir dengan kelumpuhan.
3. Etiologi
Stroke hemoragik terjadi bila pembuluh darah di otak pecah atau
mengalami kebocoran, sehingga terjadi perdarahan ke dalam otak.
Perdarahan ini dapat terjadi karena atherosclerosis dan hypertensi. Akibat
pecahnya pembuluh darah otak menyebabkan perembesan darah kedalam
parenkim otak yang dapat mengakibatkan penekanan, pergeseran dan
pemisahan jaringan otak yang berdekatan, sehingga otak akan
membengkak, jaringan otak tertekan, sehingga terjadi infark otak,
oedema, dan mungkin herniasi otak.
Penyebab perdarahan otak yang paling lazim terjadi:
a. Aneurism Berry, biasanya defek kongetal
b. Aneurisma fusiformis dari atherosclerosis
c. Aneurisma myocotik dari vaskulitis nekrose dan emboli septis
d. Malformasi arteriovenous, terjadi hubungan persambungan pembuluh
darah arteri, sehingga darah arteri langsung masuk vena
e. Ruptur arteriol serebral, akibat hipertensi yang
menimbulkan penebalan dan degenerasi pembuluh darah (Nugroho,
Putri, Putri, 2016).
4. Tanda & Gejala
Gejala stroke hemoragik menurut PERDOSSI (2011) meliputi:
a. Hemiparesis.
b. Gangguan sensorik satu sisi tubuh.
c. Hemianopia atau buta mendadak.
d. Diplopia.
e. Vertigo.
f. Afasia.
g. Disfagia.
h. Disatria.
i. Ataksia.
j. Kejang atau penurunan kesadaran yang kesemuanya terjadi secara
mendadak.
5. Patofisiologi
a. Perdarahan Intraserebral
Pecahnya pembuluh darah otak terutama karena hipertensi
mengakibatkan darah masuk ke dalam jaringan otak, membentuk
massa atau hematom yang menekan jaringan otak dan
menimbulkan oedema di sekitar otak. Peningkatan Transient
Iskemik Attack (TIA) yang terjadi dengan cepat dapat
mengakibatkan kematian yang mendadak karena herniasi otak.
Perdarahan Intraserebral sering dijumpai di daerah pituitari gladm
thalamus, sub kartikal, lobus parietal, nucleus kaudatus, pons, dan
cerebellum. Hipertensi kronis mengakibatkan perubahan struktur
dinding pembuluh darah berupa lipohyalinosis atau nekrosis fibrinoid.
b. Perdarahan Subarakhnoid
Pecahnya pembuluh darah karena aneurisma atau AVM
(Arteriovenous malfolmati). Aneurisma paling sering di dapat pada
percabangan pembuluh darah besar di sirkulasi willis. AVM
(Arteriovenous malformati) dapat dijumpai pada jaringan otak
di permukaan pia meter dan ventrikel otak, ataupun di dalam
ventrikel otak dan ruang subrakhnoid. Pecahnya areteri dan keluarnya
darah ke ruang subarakhnoid mengakibatkan terjadinya peningkatan
TIK yang mendadak, meredanya struktur peka nyeri, sehingga
timbul nyeri kepala hebat. Sering pula dijumpai kaku kuduk dan
tanda-tanda rangsangan selaput otak lainnya. Peningkatan TIK yang
mendadak juga mengakibatkan perdarahan subhialoid pada retina dan
penurunan kesadaran. Perdarahan subarakhnoid dapat mengakibatkan
vasopasme pembuluh darah serebral. Vasopasme ini seringkali
terjadi 3-5 hari setelah timbulnya perdarahan mencapai puncaknya
hari ke 5-9, dan dapat menghilang setelah minggu ke 2-5.
Timbulnya vasopasme diduga karena interaksi anatara bahan-bahan
yang berasal dari darah dan dilepaskan ke dalam cairan
serebrospinalis dengan pembuluh darah arteri di ruang subarakhnoi.
Ini dapat mengakibatkan disfungsi 9 otak global (nyeri kepala,
penurunan kesadaran) maupun fokal (hemiparese, gangguan
hemisensorik, afasia, dan lain-lain). Otak dapat berfungsi jika
kebutuhanO2 dan glukosa otak dapat terpenuhi. Energi yang
dihasilkan di dalam sel saraf hampir seluruhnya melalui proses
oksidasi. Otak tidak punya cadangan O2 jadi kerusakan,
kekurangan aliran darah otak walau sebentar akan menyebabkan
gangguan fungsi. Demikian pula dengan kebutuhan glukosa sebagai
bahan bakar metabolisme otak, tidak boleh kurang dari 20 mg%
karena akan menimbulkan koma, kebutuhan glukosa sebanyak 25%
dari seluruh kebutuhan glukosa tubuh, sehingga bila kadar glukosa
plasma turun sampai 70% akan terjadi gejala disfungsi serebral.
Pada saat otak hipoksi, tubuh berusaha memenuhi O2 melalui
proses metabolik anaerob yang dapat menyebabkan dilatsi
pembuluh darah otak (Perdana, 2017).
6. Komplikasi
Stroke hemoragik dapat menyebabkan:
a. Infark Serebri
b. Hidrosephalus yang sebagian kecil menjadi hidrosephalus normotensif
c. Fistula caroticocavernosum
d. Epistaksis
e. Peningkatan TIK, tonus otot abnormal
7. Pathway

8. Pemeriksaan Penunjang
a. Angiografi cerebral
Membantu menentukan penyebab dari stroke secara spesifik seperti
perdarahan arteriovena atau adanya ruptur dan untuk mencari sumber
perdarahan seperti aneurism atau malformasi vaskular.
b. Lumbal pungsi
Tekanan yang meningkat dan disertai bercak darah pada cairan lumbal
menunjukkan adanya hemoragi pada subarakhnoid atau perdarahan
pada intrakranial.
c. CT scan
Penindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi
hematoma, adanya jaringan otak yang infark atau iskemia dan posisinya
secara pasti.
d. MRI (Magnetic Imaging Resonance)
Menggunakan gelombang megnetik untuk menentukan posisi dan bsar
terjadinya perdarahan otak. Hasil yang didapatkan area yang
mengalami lesi dan infark akibat dari hemoragik.
e. EEG
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan
dampak dari jaringan yang infrak sehingga menurunnya impuls listrik
dalam jaringan otak.
B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
a. Airway
Prioritas penilaian adalah jalan nafas dan kelancaran jalan napas pasien.
b. Breathing
Pada infeksi didapatkan klien batuk, peningkatan sputum, sesak napas,
penggunaan alat bantu napas, dan peningkatan frekuensi napas. Pada
klien dengan kesadaran penuh, pada infeksi peningkatan pernapasannya
tidak ada kelainan, palpasi thoraks didapatkan taktil fremitus seimbang,
auskultasi tidak didapatkan bunyi napas tambahan.
c. Circulation
Pengkajian pada sistem kardiovaskuler didapatkan renjatan (syok
hipovolemik) yang sering terjadi pada klien stroke. Tekanan darah
biasanya terdapat peningkatan dan dapat terjadi hipertensi masif
(tekanan darah >200 mmHg)
Pada kulit, jika klien kekurangan O2 kulit akan tampak pucat dan jika
kekurangan cairan maka turgor kulit akan buruk. Selain itu, perlu juga
tanda-tanda dekubitus terutama pada daerah yang menonojol karena
klien stroke mengalami masalah mobilitas fisik. Adanya kesulitan
untuk beraktivitas karena kelemahan, kehilangan sensori atau
paralise/hemiplegi serta mudah lelah menyebabkan masalah pada pola
aktivitas dan istirahat.
d. Keluhan Utama
Kelemahan anggota gerak badan, bicara pelo, tidak dapat
berkomunikasi dan penurunan tingkat kesadaran.
e. Riwayat Kesehatan
Serangan stroke hemoragik sering kali berlangsung sangat mendadak
saat klien sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala,
mual, muntah bahkan kejang sampai tidak sadar, kelumpuhan separuh
badan atau gangguan fungsi otak yang lain.
f. Riwayat Alergi Obat
g. Pemeriksaan Penunjang/Laboratorium
2. Diagnosa Keperawatan
a. Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak
b. Ketidakefektifan pola napas b.d gangguan neuromuskular
3. Perencanaan Tindakan
Dx NOC NIC
I Setelah dilakukan tindakan keperawatan Monitor Neurologi (1400) :
selama 1x 2 jam diharapkan jaringan otak 1. Monitor tingkat kesadaran
berfungsi, seseuai dengan kriteria hasil : 2. Monitor TTV : suhu, tekanan
Perfusi Jaringan Serebral (0406) : darah, denyut nadi, dan respirasi
Indikator Skala 3. Monitor respon terhadap obat
Awal Tujuan 4. Hindari kegiatan yang
Tekanan darah sistolik 2 4
Tekanan darah 2 4 menyebabkan tekanan
diastolik intrakranial.

Keterangan :
1. Deviasi berat dari kisaran normal Monitor Tekanan Intrakranial
2. Deviasi yang cukup berat dari kisaran (TIK) (2590) :
normal 1. Jelaskan pada pasien
3. Deviasi sedang dari kisaran normal tindakan yang akan
4. Deviasi ringan dari kisaran normal dilakukan.
5. Tidak ada deviasi dari kisaran normal 2. Bantu pasien untuk
berkemih
Indikator Skala 3. Kolaborasi dengan dokter
Awal Tujuan dalam pemberian obat
Kognisi terganggu 2 4
Penurunan tingkat 2 4 4. Monitor TTV
kesadaran
Keterangan :
1. Sangat terganggu
2. Banyak terganggu
3. Cukup terganggu
4. Sedikit terganggu
5. Tidak terganggu
II Setelah dilakukan tindakan keperawatan Monitor Pernapasan (3350)
selama 1 x 2 jam diharapkan pola napas 1. Kaji keadaan umum dan TTV
kembali efektif, sesuai dengan kriteria hasil : pasien
Status Pernapasan : Ventilasi (1004) : 2. Monitor kecepatan, irama,
Indikator Skala kedalaman dan kesulitan
Awal Tujuan bernafas
Frekuensi pernapasan 3 4
Irama pernapasan 3 4 3. Monitor suara nafas tambahan
Kepatenan jalan napas 3 4 4. Berikan bantuan terapi nafas
Keterangan :
jika diperlukan (misalnya
1. Sangat menyimpang dari rentang
nebulizer)
normal.
2. Banyak menyimpak dari rentang
normal.
3. Cukup menyimpang dari rentang
normal.
4. Sedikit menyimpang dari rentang
normal.
5. Tidak menyimpang dari rentang
normal.

4. Evaluasi
a. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 2 jam, diharapkan
masalah resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak pasien teratasi
dengan kriteria hasil:
Perfusi Jaringan Serebral (0406)
Indikator Skala
Awal Tujuan Akhir
Tekanan darah 2 4 3
sistolik
Tekanan darah 2 4 3
diastolik
Keterangan :
1. Deviasi berat dari kisaran normal
2. Deviasi yang cukup berat dari kisaran normal
3. Deviasi sedang dari kisaran normal
4. Deviasi ringan dari kisaran normal
5. Tidak ada deviasi dari kisaran normal
Indikator Skala
Awal Tujuan Akhir
Kognisi terganggu 2 4 3
Penurunan tingkat 2 4 3
kesadaran
Keterangan :
1. Sangat terganggu
2. Banyak terganggu
3. Cukup terganggu
4. Sedikit terganggu
5. Tidak terganggu
b. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 2 jam, diharapkan
masalah ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan
sekresi yang tertahan pasien teratasi dengan kriteria hasil:
Status Penapasan: Ventilasi (1004)
Indikator Skala
Awal Tujuan Akhir
Frekuensi pernapasan 2 4 3
Irama pernapasan 2 4 3
Kepatenan jalan napas 2 4 2
Keterangan :
1. Sangat menyimpang dari rentang normal.
2. Banyak menyimpak dari rentang normal.
3. Cukup menyimpang dari rentang normal.
4. Sedikit menyimpang dari rentang normal
5. Tidak menyimpang dari rentang normal

C. Daftar Pustaka
Adib, M. (2009). Cara Mudah Memahami Dan Menghindari Hipertensi,
Jantung, Dan Stroke. Yogyakarta: Dianloka.
Artiani, Ria. 2009. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan
Sistem Persyarafan. Jakarta: EGC.
Bulechek., Gloria., dkk. (2013). Nursing interventions classification edisi
bahasa indonesia. Jakarta : Mocomedin
Dewi, I. P., & Pinzon, R. T. (2016). Resensi Buku Stroke in ASIA, 315–316.
Goetz, CG. (2007). Neurologi klinik. Edisi ke-3. Philadelphia: Saunders.
Hasan, A. (2018). Study kasus gangguan perfusi jaringan serebral
dengan penurunan kesadaran pada klien stroke hemoragik setelah
diberikan posisi kepala elevasi 30o. Babul ilmi_Jurnal ilmiyah multi
science kesehatan, Vol. 9, No.2 (230-241)
Herdman & Khamitsuru. (2017). NANDA-1 Diagnosa keperawatan definisi dan
klasifikasi 2017-2019 edisi 1. Jakarta : EGC
Muttaqin. (2008). Buku Ajar Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.
Nugroho, T, Putri, B.T, Putri, D.K. (2016). Teori Asuhan Keperawatan
Gawat Darurat. Yogyakarta: Nuha Medika
Perdana, W. h. (2017). Asuhan Keperawatan Ny. S di Ruang Teratai RSUD
Banyumas. Skripsi. Purwokerto: Fakultas Ilmu Kesehatan Univerrsitas
Muhammadiyah Purwokerto.
PERDOSSI (Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia). (2011). Guidelin
stroke tahun 2011. Jakarta: PEDOSS
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2018). Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementerian RI tahun 2018.
http://www.depkes.go.id/resources/download/infoterkini/materi_rakorp
op_20 18/Hasil%20Riskesdas%202018.pdf diakses pada 5 Februari
2020
Swanson., Elizabeth., dkk. (2013) Nursing outcomes classification edisi bahasa
indonesia. Jakarta: Mocomedia

Anda mungkin juga menyukai