Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

MANAJEMEN POSISI BEDAH

OLEH :

KELOMPOK III

KELAS II A KEBIDANAN

MARIA CHEN BERLIAN BESTARI

INDAH RESTU METUNGKU

DINI MELATI PUTRI JAYA

ADE RAHMAWATI RAMID

HASNIDAR A

UMI ZAKIA

UFIK

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA NUSANTARA PALU

TAHUN 2021

i
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
kami kemudahan sehingga kami bisa menyelesaikan Makalah Manajemen Posisi
Bedah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan
sanggup untuk menyelesaikan Makalah Manajemen Posisi Bedah ini dengan baik.

Kami tentu menyadari bahwa Makalah Manajemen Posisi Bedah ini masih
jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan
didalamnya. Untuk itu, kami mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk
Makalah Manajemen Posisi Bedah ini nantinya dapat menjadi Makalah yang lebih
baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini kami
memohon maaf sebasar-besarnya. Demikian, semoga Makalah ini dapat
bermanfaat. Terima kasih.

Palu, 04 Maret 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

COVER/ JUDUL MAKALAH......................................................................... i

KATA PENGANTAR...................................................................................... ii

DAFTAR ISI..................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1

A. LATAR BELAKANG.......................................................................... 1
B. TUJUAN............................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................. 2

A. DEFINISI POSISI BEDAH.................................................................. 2


B. TUJUAN DAN KRITERIA HASIL POSISI BEDAH......................... 3
C. PENCEGAHAN CIDERA................................................................... 4
D. PEMBERIAN POSISI BEDAH........................................................... 5

BAB III PENUTUP.......................................................................................... 17

A. KESIMPULAN..................................................................................... 17
B. SARAN................................................................................................. 17

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pada saat intra operasi positioning baik pasien maupun petugas
medis sangatlah penting untuk mendukung ketepatan dan keefektifan
pembedahan.Dengan posisi yang tepat dapat memudahkan bagi
petugas medis untuk melakukan pembedahan. Bukan Cuma itu dengan
posisi yang benar prinsip asepsis dan keamanan bagi pasien dapat dijaga.
Pemberian posisi yang tepat bagi pasien saat pembedahan
mengurangi risiko bagi pasien maupun petugas medis pada saat bekerja.
Hal ini merupakan alasan kenapa pemberian posisi menjadi sangat pentig
pada saat pembedahan. Ini dikarenakan kesalahan posisi dapat
berakibat fatal bukan cuma waktu pembedahan menjadi lama karena
posisi yang susah tetapi juga meningkatkan risiko cidera lebih besar bagi
pasien. Inilah pentingnya belajar posisi pasien saat pembedahan
yang membuat penulis tertarik untuk mempelajari beberapa posisi dasar
dalam pembedahan. Sehingga bisa berguna bagi tenaga kesehatan yang
lain dan sebagai referensi penulisan selanjutnya.

B. TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa saja posisi bedah
2. Untuk mengetahui tujuan dan kriteria hasil posisi bedah
3. Untuk mengetahui cara pencegahan cedera
4. Untuk mengetahui macam-macam pemberian posisi bedah

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI POSISI BEDAH


Pemberian posisi bedah (administration of surgical positions)
termasuk bagian yang terintegrasi dalam keperawatan perioperatif. selain
asepsis, pemberian posisi pasien berada pada tingkat yang tinggi dalam
daftar prioritas asuhan keperawatan pasien. AORN Standards an
Recommended Practices menetapkan pemberian posisi bedah pasien
sebagai aktivitas keperawatan intraoperatif dalam praktik keperawatan
perioperatif. Menurut Association of Operating Room Nurse (AORN),
pengaturan posisi bedah sehingga pasien bebas dari cedera adalah
bagian dari hasil akhir pembedahan yang diharapkan. Perawat
perioperatif harus memandang pemberian posisi bedah sebagai suatu
pengetahuan khusus yang dapat memberikan hasil akhir yang berbeda
jika diterapkan dengan benar. Pemberian posisi bedah adalah praktik yang
rasional dan logis (Gruenemann, 2006).
Pemberian posisi bedah merupakan suatu kebutuhan yang dapat
mendukung keamanan pesien selama pembedahan. Perawat perioperatif
perlu mengkaji dan memikirkan kembali sebagai prinsip, prosdur, dan
dampak dari pemberian posisi bedah pada pasien dan menggunakan proses
keperawatan dalam perencanaan asuhan keperawatan bagi pasien.
Perawat perioperatif dapat mempelajari prinsip pemberian posisi
bedah dengan merasakan dan mengetahui efek dari suatu posisi terhadap
berbagai bagan tubuh, otot, sendi, dan tonjolan tulang.
Perawat perioperatif adalah manajer utama dalam pemberian posisi
bedah pasien. Untuk melakukannya diperlukan keterampilan pengamatan
yang cerdas, ditambah dengan keberanian dan motivasi diri untuk

2
menyampaikan serta mengerjakan tinjakan jika diperlukan. Diperlukan
waktu dan pemikiran yang baik sebelum melakukan pemberian posisi
bedah. Perawat harus mengetahui kemungkinan adanya masalah sekalipun
pada posisi yang sederhana. Managemen pemberian posisi seoptimal
mungkin dilakukan dengan gerakan halus yang lambat, sesuai kondisi
fisiologis, dan terkoordinasi dengan bagian-bagian tubuh pasien. Untuk
mendapatkan posisi yang ideal, dibutuhan kerjasama tim, kehati-
hatian, dan perencanaan yang matang. Semua hal tersebut ditujukan untuk
mencegah resiko cedera sehingga perlindungan pasien selama tindakan
pembedahan dapat selalu
terjamin.
Selama anastesi umum, tenaga keperawatan dan dokter bedah
sering kali tidak mengatur posisi pasien sampai pasien mencapai tahap
relaksasi yang lengkap. Posisi yang dipilih biasaya ditentukan oleh
teknik bedah yang akan digunakan. Idealnya, posisi pasien diatur
sedemikian rupa agar dokter bedah mudah mencapai tempat
pembedahan, dan fungsi sirkualasi serta pernafasan pasien adekuat.
posisi pasien tidak boleh mengganggu struktur neuromaskular.
Kenyamanan dan keselamatan pasien juga harus diperhatikan.
Perawat perioperatif harus mencatat usia, berat badan, tinggi badan, status
nutrisi, keterbatasan fisik, dan kondisi yang ada sebelum pembedahan
serta mendokumentasikannya untuk mengingatkan petugas yang akan
merawat pasien setelah operasi.

B. TUJUAN DAN KRITERIA HASIL POSISI BEDAH


Manajemen pemberian posisi bedah bertujuan untuk
menghasilkan area pembedahan yang optimal, meningkatkan keamanan,
menurunkan resiko cedera, serta memudahkan akses dalam pemberian
cairan intravena, obat, dan bahan anastesi. Hasil yang diharapkan dari
manjemen pemberian posisi bedah adalah tercapainya kondisi fisiologis
dan terhindar dari cedera, dengan kriteria:

3
a) Kepatenan jalan nafas terjaga dengan gerakan pernafasan dan
pertukaran udara yang optimal.
b) Status sirkulasi dan akses vaskular yang adekuat.
c) Tidak ada penekanan berlebihan pada area superfisial dan tonjolan
tulang.
d) Kepala mendapat sokongan yang adekuat, dan kondisi mata
terlindung dari abrasi, tekanan, dan cairan iritatif.
e) Ekstermitas terlindung, mendapat sokongan, dan terhindar dari
keadaan fleksi, ekstensi, atau rotasi bagian tubuh yang berlebihan.

C. PENCEGAHAN CEDERA
Pasien yan dilakukan pembedahan beresiko mengalam cedera fisik
yang disebabkan oleh beberapa faktor yang meliputi faktor
pembedahan dan faktor pasien. Pencegahan resiko cedera pada pasien
merupakan prioritas utama perawat perioperatif dalam melakukan
pemberian posisi. Selain bertujuan untuk menghasilkakan akses optimal
pada area pembedahan serta memudahkan akses dalam pemberian cairan
intravena, obat dan bahan anastesi, perawat perioperatif juga melakukan
managemen posisi bedah secara aman mengantisipasi resiko cedera tekan
yang di sesuaikan dengan jenis pembedahan.
Berikut hal-hal yang harus di perhatikan perawat perioperatif sebelum
melakukan pemberian posisi bedah.
a. Faktor pembedahan
merupakan kondisi yang harus di terima dan di rencanakan untuk
menurunkan dampaknya.
b. Pasien yang tidak sadar/ teranastesi
Kondisi ini membuat pasien tidak mempunyai kemampuan untuk
menyampaikan penolakan terhadap rasa nyeri atau rasa tidak
nyaman.
c. Pengaturan posisi bedah

4
1) Pemberian posisi bedah dilakukan dengan imobilitas
paksa selama tindakan pembedahan, sehingga apabila
pengaturan posisi tidak fisiologis dan waktu pembedahan
yang lama akan memberikan responpenekanan setempat
dari tonjolan tulang dan kompresi saraf sperfisial.
2) Tekanan yang berlebihan dan berkepanjangan di daerah
tubuh tertentu karena proses pembedahan itu sendiri,
misalnya retraksi dan geseran akan meningkatkan respons
trauma tekan ( Gruendemanm, 2007 )
3) Kondisi kelembapan dari keringat, inkontinensia,
cairan untuk persiapan operasi, cairan irigasi pda area
tertentu akan memperarah kondisi trauma. Oleh karena itu,
perawat perioperatif perlu melakukan tindakan untuk
menurunkan respons cedera.

D. PEMBERIAN POSISI BEDAH


Berikut ini adalah pemberian posisi bedah pasien yang umum
digunakan termasuk deskripsi tentang bagaimana posisi tersebut dilakukan
dan alasannya:
a. Posisi Supine atau Dorsal Recumbent
Posisi supine (telentang), atau dorsal recumbent (punggung
telentang), adalah tempat pasien berbaring telentang dengan kepala
dan bahu sedikit terangkat menggunakan bantal kecuali
dikontraindikasikan (mis., Anestesi spinal, operasi tulang
belakang).

5
1) Variasi dalam posisi. Dalam posisi telentang, kaki dapat diluruskan
atau sedikit ditekuk dengan lengan ke atas atau ke bawah. Ini
memberikan kenyamanan secara umum bagi pasien dalam
pemulihan setelah beberapa jenis operasi.
2) Posisi yang paling umum digunakan. Posisi telentang digunakan
untuk pemeriksaan umum atau penilaian fisik.
3) Hati-hati terhadap kerusakan kulit. Posisi telentang dapat
menempatkan pasien pada risiko luka tekan dan kerusakan saraf.
Nilai kerusakan kulit dan tonjolan tulang pad.
4) Dukungan untuk posisi terlentang. Bantal kecil dapat diletakkan di
bawah kepala dan kurvatur lumbar. Tumit harus dilindungi dari
tekanan dengan menggunakan bantal pada pergelangan kaki.
Cegah fleksi plantar yang berkepanjangan dan regangkan cedera
kaki dengan menempatkan alas kaki yang empuk.
5) Posisi telentang dalam operasi. Terlentang sering digunakan pada
prosedur yang melibatkan permukaan anterior tubuh (mis., Area
perut, jantung, area dada). Bantal kecil atau bantal donat harus
digunakan untuk menstabilkan kepala, karena rotasi ekstrem kepala
selama operasi dapat menyebabkan penyumbatan arteri vertebralis.

6
b. Posisi Fowler
Posisi Fowler, juga dikenal sebagai posisi semi-duduk, adalah
posisi tempat tidur di mana kepala tempat tidur dinaikkan 45 hingga 60
derajat. Variasi posisi Fowler meliputi: Fowler rendah (15 hingga 30
derajat), semi-Fowler (30 hingga 45 derajat), dan Fowler tinggi (hampir
vertikal).

1) Meningkatkan ekspansi paru-paru. Posisi Fowler digunakan untuk


pasien yang mengalami kesulitan bernapas karena dalam posisi ini,
gravitasi menarik diafragma ke bawah sehingga memungkinkan
ekspansi dada dan paru-paru yang lebih besar.
2) Berguna untuk pemasangan NGT. Posisi Fowler berguna untuk
pasien yang memiliki masalah jantung, pernapasan, atau neurologis
dan sering optimal untuk pasien yang memiliki tabung nasogastrik.
3) Persiapan dan latihan sebelum berjalan. Fowler juga digunakan
untuk mempersiapkan pasien sebelum dapat berjalan setelah
dilakukan tindakan operasi atau perawatan. Perawat harus
diwaspadai pusing atau pingsan selama pergantian posisi.
4) Waspadai kontraksi fleksi leher. Menempatkan bantal yang terlalu
besar di belakang kepala pasien dapat mendorong terjadinya
kontraksi fleksi pada leher leher. Dorong pasien untuk beristirahat
tanpa bantal selama beberapa jam setiap hari untuk relaksasi leher.

7
5) Digunakan di beberapa operasi. Posisi Fowler biasanya digunakan
dalam operasi yang melibatkan bedah saraf atau bahu.
6) Gunakan alas kaki. Menggunakan alas kaki disarankan untuk
menjaga kaki pasien tetap lurus dan membantu mencegah
terjatuhnya kaki.
7) Etimologi. Posisi Fowler dinamai sesuai nama George Ryerson
Fowler yang melihatnya sebagai cara untuk mengurangi kematian
peritonitis.

c. Posisi Orthopneic atau Tripod


Posisi ortopneik atau tripod menempatkan pasien dalam posisi
duduk atau di sisi tempat tidur dengan meja di atas untuk bersandar dan
beberapa bantal di atas meja untuk beristirahat.

1) Memaksimalkan ekspansi paru. Pasien yang mengalami kesulitan


bernafas sering ditempatkan dalam posisi ini karena
memungkinkan ekspansi maksimal dada.
2) Membantu pengeluaran napas adekuat. Posisi ortopneik sangat
bermanfaat bagi pasien yang memiliki masalah menghembuskan

8
napas karena mereka dapat menekan bagian bawah dada ke tepi
meja overbed.

d. Posisi Prone atau Tengkurap


Dalam posisi prone atau tengkurap, pasien berbaring di perut
dengan kepala menghadap ke satu sisi dan pinggul tidak tertekuk.

1) Ekstensi penuh sendi pinggul dan lutut. Posisi tengkurap adalah


satu-satunya posisi tidur yang memungkinkan ekstensi penuh sendi
pinggul dan lutut. Ini juga membantu mencegah kontraktur fleksi
pinggul dan lutut.
2) Kontraindikasi untuk masalah tulang belakang. Tarikan gravitasi
pada batang tubuh ketika pasien tengkurap menghasilkan tanda
lordosis atau kelengkungan tulang belakang ke depan sehingga
dikontraindikasikan untuk pasien dengan masalah tulang belakang.
Posisi tengkurap hanya boleh digunakan ketika punggung pasien
dapat diluruskan dengan benar.
3) Drainase sekresi. Posisi tengkurap juga mempromosikan drainase
dari mulut dan berguna untuk klien yang tidak sadar atau mereka
yang dalam masa pemulihan pasca operasi mulut atau tenggorokan.
4) Tempatkan topangan adekuat. Untuk menopang pasien yang
tengkurap, letakkan bantal di bawah kepala dan bantal kecil atau
handuk guling di bawah perut.

9
5) Dalam operasi. Posisi tengkurap sering digunakan untuk bedah
saraf, di sebagian besar operasi leher dan tulang belakang.

e. Posisi Lateral
Dalam posisi lateral atau berbaring miring, pasien berbaring di satu
sisi tubuh dengan tungkai atas di depan tungkai bawah dan pinggul serta
lutut tertekuk. Melenturkan pinggul dan lutut bagian atas serta
menempatkan kaki ini di depan tubuh menciptakan basis dukungan yang
lebih luas dan segitiga serta mencapai stabilitas yang lebih besar.
Peningkatan fleksi pinggul dan lutut atas memberikan stabilitas dan
keseimbangan yang lebih besar. Fleksi ini mengurangi lordosis dan
meningkatkan keselarasan punggung yang baik.

1) Meredakan tekanan pada sakrum dan tumit. Posisi lateral


membantu meringankan tekanan pada sakrum dan tumit terutama
bagi orang-orang yang duduk atau terbatas pada istirahat di posisi
terlentang atau Fowler.
2) Distribusi berat badan. Dalam posisi ini, sebagian besar berat
badan didistribusikan ke aspek lateral skapula bawah, aspek lateral
ilium, dan trokanter femur yang lebih besar.
3) Bantal pendukung dibutuhkan. Untuk memposisikan pasien dalam
posisi lateral dengan benar, diperlukan bantal penopang. Lihat
gambar.

10
f. Posisi Sims
Posisi Sims atau posisi semiprone adalah ketika pasien mengambil
posisi setengah jalan antara posisi lateral dan posisi tengkurap. Lengan
bawah diposisikan di belakang klien, dan lengan atas dilenturkan di bahu
dan siku. Kaki bagian atas lebih fleksibel di kedua pinggul dan lutut,
daripada yang lebih rendah.

1) Posisi Sims atau posisi semiprone adalah ketika pasien mengambil


posisi setengah jalan antara posisi lateral dan posisi tengkurap.
Lengan bawah diposisikan di belakang klien, dan lengan atas
dilenturkan di bahu dan siku. Kaki bagian atas lebih fleksibel di
kedua pinggul dan lutut, daripada yang lebih rendah. Mencegah
aspirasi cairan. Sims dapat digunakan untuk pasien yang tidak
sadar karena memfasilitasi drainase dari mulut dan mencegah
aspirasi cairan.
2) Mengurangi tekanan tubuh yang lebih rendah. Ini juga digunakan
untuk pasien lumpuh karena mengurangi tekanan pada sakrum dan
trochanter pinggul yang lebih besar.
3) Perawatan dan Visualisasi area perineum. Ini sering digunakan
untuk pasien yang menerima enema dan kadang-kadang untuk
pasien yang menjalani pemeriksaan atau perawatan daerah
perineum.

11
4) Wanita hamil merasa nyaman. Wanita hamil akan sangat nyaman
dengan posisi sims untuk tidur.
5) Tingkatkan keselarasan tubuh dengan bantal. Letakkan bantal di
bawah kepala pasien dan di bawah lengan atas untuk mencegah
rotasi internal. Tempatkan bantal lain di antara kaki.

g. Posisi Lithotomy
Lithotomy adalah posisi pasien di mana pasien berada di punggung
mereka dengan pinggul dan lutut tertekuk dan paha terpisah.

1) Posisi litotomi umumnya digunakan untuk pemeriksaan vagina dan


persalinan.
2) Modifikasi posisi lithotomy diantaranya lithotomy rendah, standar,
tinggi, hemi, dan over, berdasarkan seberapa tinggi tubuh bagian
bawah diangkat sampaitingkat elevasi tertentu untuk menunjang
prosedur.

h. Posisi Trendelenburg
Posisi Trendelenburg dilakukan dengan menurunkan kepala tempat
tidur dan mengangkat kaki tempat tidur pasien. Lengan pasien diposisikan
lurus di samping tubuh.

12
1) Aliran balik vena – venous return – adekuat. Pasien dengan
hipotensi seringkali ditempatkan dalam posisi ini karena aliran
balik vena adekuat dapat meningkatkan tekanan darah.
2) Postural drainase. Posisi Trendelenburg digunakan untuk
memberikan postural drainase dari lobus paru basal. Berhati-hatilah
terhadap dispnea, beberapa pasien mungkin hanya memerlukan
kemiringan sedang atau waktu yang lebih singkat dalam posisi ini
selama drainase postural. Sesuaikan sesuai toleransi pasien.

i. Posisi Reverse Trendelenburg


Reverse Trendelenburg adalah posisi pasien di mana kepala tempat
tidur ditinggikan dengan kaki tempat tidur menghadap ke bawah. Ini
adalah kebalikan dari posisi Trendelenburg.

13
1) Masalah gastrointestinal. Reverse trendelenburg sering digunakan
untuk pasien dengan masalah pencernaan karena membantu
meminimalkan refluks esofagus.
2) Cegah perubahan posisi dengan cepat. Pasien dengan penurunan
curah jantung mungkin tidak mentolerir gerakan cepat atau
perubahan dari posisi terlentang ke posisi yang lebih tegak.
Waspadai hipotensi. Ini dapat diminimalkan dengan secara
bertahap mengubah posisi pasien.
3) Cegah refluks esofagus. Dorong pasien untuk mengosongkan
lambung untuk mencegah refluks pada pasien dengan hernia hiatal.

j. Posisi Knee-Chest (Lutut-Dada)


Posisi lutut-dada, bisa dilakukan dalam posisi lateral atau prone.
Dalam posisi lutut-dada lateral, pasien berbaring miring, badan diletakkan
diagonal di atas meja, pinggul dan lutut dilipat. Dalam posisi lutut-dada
pronasi, pasien berlutut di atas meja dan menurunkan bahu ke atas meja
sehingga dada dan wajah terletak di atas meja.

1) Dua arah. Posisi lutut-dada bisa lateral atau pronasi.


2) Sigmoidoskopi. Posisi biasa diadopsi untuk sigmoidoskopi tanpa
anestesi.
3) Martabat pasien. Posisi lutut-dada dengan pronasi dapat
memalukan bagi beberapa pasien.

14
4) Pemeriksaan ginekologis dan dubur. Posisi lutut-dada diasumsikan
untuk pemeriksaan ginekologis atau dubur.

k. Posisi Jackknife
Posisi Jackknife, juga dikenal sebagai Kraske, adalah tempat perut
pasien terbaring rata di tempat tidur. Tempat tidur dipotong sehingga
pinggul terangkat dan kaki dan kepala rendah.

1) Dalam operasi. Posisi Jackknife sering digunakan untuk operasi


yang melibatkan anus, rektum, tulang ekor, operasi punggung
tertentu, dan operasi adrenal.
2) Membutuhkan upaya tim. Setidaknya empat orang diminta untuk
melakukan transfer dan memposisikan pasien di meja operasi.
3) Efek kardiovaskular. Dalam posisi pisau lipat, kompresi vena cava
inferior dari kompresi perut juga terjadi, yang menurunkan aliran
balik vena ke jantung. Ini dapat meningkatkan risiko trombosis
vena dalam – deep vein trombosis.
4) Bantalan ekstra. Banyak bantal diperlukan di meja operasi untuk
menopang tubuh dan mengurangi tekanan pada panggul,
punggung, dan perut. Posisi Jackknife juga memberi tekanan
berlebih pada lutut. Saat memposisikan, staf bedah harus
menempatkan bantalan ekstra untuk area lutut.

15
l. Posisi Kidney
Dalam posisi kidney, pasien mengasumsikan posisi lateral yang
dimodifikasi di mana perut diletakkan di atas lift di meja operasi yang
menekuk tubuh. Pasien diposisikan di sisi kontralateral dengan punggung
diletakkan di tepi meja. Ginjal kontralateral diletakkan di atas meja atau di
atas kidney body elevator (aksesoris tambahan meja operasi). Lengan
paling atas ditempatkan menekuk fleksi tidak lebih dari 90º.

1) Akses ke daerah retroperitoneal. Posisi kidney memungkinkan


akses dan visualisasi daerah retroperitoneal adekuat.
2) Risiko jatuh. Pasien dapat jatuh dari meja kapan saja sampai posisi
diamankan menggunakan pengaman atau tali strain.
3) Dukungan bantalan dan stabilisasi. Lengan kontralateral di bawah
tubuh dilindungi dengan bantalan. Lutut kontralateral tertekuk dan
kaki paling atas dibiarkan lurus untuk meningkatkan stabilitas.
Bantal lembut besar ditempatkan di antara kedua kaki. Tali strain
dan strap diletakkan di atas pinggul untuk menstabilkan pasien.

16
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pemberian posisi bedah (administration of surgical positions)
termasuk bagian yang terintegrasi dalam keperawatan perioperatif. selain
asepsis, pemberian posisi pasien berada pada tingkat yang tinggi dalam
daftar prioritas asuhan keperawatan pasien, tujuannya untuk
menghasilkan area pembedahan yang optimal, meningkatkan keamanan,
menurunkan resiko cedera, serta memudahkan akses dalam pemberian
cairan intravena, obat, dan bahan anastesi, dengan kriteria:
Kepatenan jalan nafas,status sirkulasi dan akses vaskular yang
adekuat,tidak ada penekanan berlebihan,kepala mendapat sokongan yang
adekuat,ekstermitas terlindung. Pencegahan resiko cedera pada pasien
merupakan prioritas utama perawat perioperatif dalam melakukan
pemberian posisi.Ada 12 posisi umum bedah yaitu :fowler, jackknife,
kidney, knee-ches, lateral, litotomi, orthopnei, prone, trendelenburg,
reverse, sims, supine.

B. SARAN
Untuk bidan diharapkan mampu untuk mempraktekan materi-
materi tersebut dilapangan agar apa yang kita dapatkan dari makalah ini
dapat berguna/bermanfaat untuk diri kita maupun orang sekitar.

17
DAFTAR PUSTAKA

Barbara C Long, Perawatan Medikal Bedah (Terjemahan), Yayasan IAPK


Padjajaran Bandung, September 1996, Hal. 443 – 450 Schwartz. 2000.
Prinsip-prinnsif ilmu bedah..Jakarta: EGC Doenges Marilynn E, Rencana
Asuhan Keperawatan (Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien), Edisi 3, Penerbit Buku Kedikteran
EGC, Tahun 2002, Hal ; 52 – 64 & 240 – 249.

Tamsuri A.(2007). Konsep Dan penatalaksanaan Nyeri . Jakarta : EGC


Brunner and Suddarth. (2010). Text Book Of Medical Surgical Nursing
12th Edition. China : LWW.

18

Anda mungkin juga menyukai