Anda di halaman 1dari 4

KEHAMILAN REMAJA

Kehamilan remaja adalah kehamilan yang terjadi pada usia remaja (kurang dari
20 tahun) (Depkes RI, 2007). Wanita yang hamil pada usia 15-19 tahun mempunyai
risiko yang lebih besar untuk mengalami komplikasi kehamilan dan persalinan (UNICEF,
2001). Wanita kurang dari 20 tahun organ-organ reproduksinya belum berfungsi dengan
sempurna sehingga bila terjadi kehamilan dan persalinan akan lebih mudah mengalami
komplikasi (Faser dalam Kusumawati, 2006). Menurut Sarwono (2011) usia 10-20 tahun
adalah usia remaja yang mempunyai risiko lebih tinggi (kesulitan melahirkan, sakit/
cacat/kematian bayi/ibu daripada kehamilan dalam usia-usia diatasnya. Angka kematian
gadis-gadis di bawah usia 15-19 tahun yang mengandung atau melahirkandi seluruh
dunia, menurut lembaga PBB UNICEF, mencapai 70.000 pertahun. Bahkan lembaga
PBB lainnya World Population Fund,menyimpulkan yang langsung disumbangkan
remaja merupakan yang tertinggi dibandingkan kelompok umur lainnya yaitu Infant
Mortality Rate sebesar 39/1.000 KH dan kematian perinatal sebesar 50/1.000 KH terjadi
pada ibu yang melahirkan di bawah umur 20 tahun. Menurut Dr. Boy Abidin dalam Rida
dkk. (2011), data kehamilan remaja di Indonesia tahun 2007 yaitu hamil di luar nikah
karena diperkosa sebanyak 3,2%, karena sama-sama mau sebanyak 12,9%, dan tidak
terduga sebanyak 45%.
Seks bebas sendiri mencapai 22,6% yang terjadi karena minimnya pengetahuan
remaja mengenai kesehatan reproduksi. Salah satu penyebab terjadinya berbagai
permasalahan diatas adalah akibat pengetahuan remaja mengenai kesehatan reproduksi
remaja masih kurang. Oleh karena itu, diperlukan adanya pendidikan kesehatan sebagai
salah satu upaya untuk meningkatkan pemahaman, pengetahuan, sikap, dan perilaku
positif anak usia sekolah dan remaja tentang kesehatan reproduksi remaja. Dengan
mengetahui informasi yang benar dan risikorisikonya, diharapkan remaja dapat lebih
bertanggung jawab terhadap diri sendiri dan lingkungan sekitarnya. Kementerian
Kesehatan sebagai leading sector dalam pelayanan kesehatan remaja telah berupaya
memberikan perhatian terhadap masalah remaja seperti remaja berbasis sekolah dengan
mendapat pelayanan kesehatan melalui UKS. Upaya lain adalah dengan pengembangan
puskesmas sehingga menjadi peduli akan kebutuhan remaja melalui Pelayanan Kesehatan
Peduli Remaja (PKPR). Puskesmas dengan PKPR, memberikan layanan kesehatan bagi
remaja berbasis sekolah dan berbasis masyarakat.
Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan perkembangan yang
pesat baik secara fisik, psikologis maupun intelektual. Usia remaja biasanya memiliki
rasa penasaran yang tinggi dan cenderung berani mengambil risiko atas apa yang
dilakukannya tanpa mempertimbangkan terlebih dahulu.
Apabila keputusan yang diambil dalam menghadapi konflik tidak tepat, mereka
akan jatuh ke dalam perilaku berisiko dan mungkin harus menanggung akibat jangka
pendek dan jangka panjang dalam berbagai masalah kesehatan fisik dan psikososial.
Kesehatan reproduksi adalah keadaan sehat secara fisik, mental, dan sosial secara
utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit yang berkaitan dengan sistem, fungsi, dan
proses reproduksi.
Kehamilan remaja berdampak negatif pada kesehatan remaja dan bayinya, juga
dapat berdampak sosial dan ekonomi. Kehamilan pada usia muda atau remaja antara lain
berisiko kelahiran prematur, berat badan bayi lahir rendah (BBLR), perdarahan
persalinan, yang dapat meningkatkan kematian ibu dan bayi. Kehamilan pada remaja juga
terkait dengan kehamilan tidak dikehendaki dan aborsi tidak aman.
Persalinan pada ibu di bawah usia 20 tahun memiliki kontribusi dalam tingginya
angka kematian neonatal, bayi, dan balita. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
(SDKI) 2012 menunjukan bahwa angka kematian neonatal, postneonatal, bayi dan balita
pada ibu yang berusia kurang dari 20 tahun lebih tinggi dibandingkan pada ibu usia 20-39
tahun.
Pernikahan usia muda berisiko karena belum cukupnya kesiapan dari aspek
kesehatan, mental emosional, pendidikan, sosial ekonomi, dan reproduksi. Pendewasaan
usia juga berkaitan dengan pengendalian kelahiran karena lamanya masa subur
perempuan terkait dengan banyaknya anak yang akan dilahirkan.
Hal ini diakibatkan oleh pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi belum
memadai. Hasil SDKI 2012 menunjukan bahwa pengetahuan remaja tentang kesehatan
reproduksi belum memadai yang dapat dilihat dengan hanya 35,3% remaja perempuan
dan 31,2% remaja laki-laki usia 15-19 tahun mengetahui bahwa perempuan dapat hamil
dengan satu kali berhubungan seksual.
Begitu pula gejala PMS kurang diketahui oleh remaja. Informasi tentang HIV
relatif lebih banyak diterima oleh remaja, meskipun hanya 9,9% remaja perempuan dan
10,6% laki-laki memiliki pengetahuan komprehensif mengenai HIV-AIDS.

A. JUMLAH KEMATIAN IBU KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI SULAWESI


TENGAH TAHUN 2018 – 2019

18

16

14

12

10

8 2018
2019
6

0
i ali i ol i t ut
ke
p ga so ala i-tol bu
o na Sig lu or Pa
lu
n g n g ow Po ng
g l arim Tou Ba
Ba Ba or do
to P M
M

Jumlah kematian ibu di Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Tengah tahun


2019 adalah 97 kematian, Jumlah tertinggi di Kabupaten Donggala (17 kasus)
dan terendah adalah Kabupaten Poso (2 kasus). Faktor penyebab adalah belum
optimalnya pelaksanaan Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan
Komplikasi (P4K), Kemitraan Bidan dan Dukun, Rumah Tunggu Kelahiran
(RTK), masih adanya pengaruh sosial budaya di masyarakat serta masih
kurangnya dukungan dan komitmen dari lintas sektor, masih adanya persalinan
di non Faskes, berhubung masih kurangnya sarana dan prasarana di beberapa
Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP). Upaya yang dilakukan adalah
Meningkatkan koordinasi lintas program dan lintas sektor, Penguatan Mutu data
Sistem Manajemen Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Peningkatan
Kapasitas tenaga kesehatan di Fasilitas Kesehatan Tingkat Dasar (FKTP) dan
Sistem Proses Rujukan.

Anda mungkin juga menyukai