Oleh :
Muhammad Qowi Fikrihadil
G1A220038
Puji syukur atas rahmat yang diberikan Allah SWT, dan atas segala
kemudahan yang diberikannya sehingga laporan refrat ini dapat diselesaikan tepat
pada waktunya. Tidak lupa shalawat dan salam kepada junjungan dan teladan kita
nabi Muhammad SAW.
Refrat dengan judul “Surgical Positioning: Physiology and Perioperative
Implications” dibuat sebagai salah satu syarat pada kepaniteraan klinik senior di
Bagian Anestesi RSUD Raden Mattaher Jambi. Ucapan terima kasih yang tulus
dan penghargaan yang setingi-tingginya saya berikan kepada dr. Dedy Fachrian,
Sp.An selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan kepada penulis saat
mengikuti kepaniteraan klinik senior di Bagian Anestesi RSUD Raden Mattaher
Jambi.
Penulis menyadari bahwa refrat ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih
terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
dapat diharapakan untuk kesempurnaan di masa yang akan datang. Saya berharap
semoga refrat ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................2
KATA PENGANTAR............................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................6
2.1 Posisi Bedah..................................................................................................6
2.1.1 Definisi....................................................................................................6
2.1.2 Tujuan3...................................................................................................6
2.1.3 Persyaratan dalam pemosisian pasien................................................6
2.1.4 Peralatan Pemosisian............................................................................7
2.1.5 Cidera yang terkait dengan posisi pasien...........................................9
2.1.6 Posisi Pembedahan Pasien............................................................15
BAB III KESIMPULAN .....................................................................................37
Daftar Pustaka......................................................................................................38
BAB I
PENDAHULUAN
Posisi bedah yang optimal akan membantu akses bedah dan anestesi ke
pasien dan mengurangi risiko cedera. Penentuan posisi yang aman merupakan
tantangan yang cukup besar. Untuk mengatasi hal ini, sangat penting bahwa ahli
anestesi, ahli bedah, dan personel teater bekerja sama sebagai tim yang
terkoordinasi dengan baik. Pengetahuan tentang peralatan dan langkah-langkah
yang diperlukan untuk memposisikan pasien dengan benar juga merupakan kunci
untuk mencapai posisi yang diperlukan dengan aman. Penempatan pasien di
bawah anestesi merupakan subjek penting untuk dipertimbangkan oleh ahli
anestesi, karena posisi pasien memiliki implikasi pada respon fisiologis pasien
serta berpotensi menyebabkan cedera pada pasien.1,2
Topik ini sering di kunjungi dalam literatur anestesi karena merupakan
fitur inti dari perawatan pasien. Faktor pasien dan procedural terus menghasilkan
pola cedera yang diketahui relevan selama anestesia umum dan regional.
Beberapa posisi spesifik terkait dengan mekanisme cedera tertentu oleh karena itu
wajib diketahui dan di pahami dengan baik. Pertimbagan pemosisian mungkin
masih relevan di area pemulihan dan sebelum pasien bergerak atau merawat diri
sendiri. Dalam pemosisian mungkin ada kebutuhan yang bertentangan antara
akses bvedah yang idea dan pemosisian yang aman. Adapun konflik yang harus di
tangani oleh ahli anestesi yaitu mempertahankan dan memantau fisiologi pasien
dan memberikan anestesi. Saat penentuan posisi berlangsung. Ahli anestesi harus
memperhatikan tanda-tanda vital, memantau kedalaman anestesi, blockade neuro
muscular, pemberian cairan dan kehilangan panas.1
BAB II
PEMMBAHASAN
2.1.1 Definisi
Postur bedah atau posisi dalam konteks perioperatif mengacu pada cara
menempatkan tubuh pasien untuk prosedur pembedahan.2
2.1.2 Tujuan3
C. Komplikasi
Selain neuropati perifer, komplikasi utama posisi terlentang adalah sakit
punggung dan cedera tekanan iskemik. Cedera titik tekanan dan alopecia
terjadi akibat iskemia pada jaringan di atas tonjolan tulang dan folikel rambut.
Komplikasi ini dapat diminimalkan dengan mempertahankan tekanan perfusi
jaringan dan titik-titik tekanan padding yang memadai di bagian tubuh yang
bergantung. Sakit punggung akibat posisi terlentang yang berkepanjangan
disebabkan oleh hilangnya kelengkungan lordotik normal dari tulang belakang
lumbar karena berkurangnya tonus otot dan ligamen paraspinal. Masalah ini
dapat diperburuk pada orang tua dan pada pasien dengan nyeri punggung
bawah yang sudah ada sebelumnya atau stenosis tulang belakang lumbar.
Menggunakan posisi kursi taman atau menempatkan bantal di bawah lutut
dalam posisi terlentang standar dapat mengurangi timbulnya sakit punggung
3. Posisi Lithotomi
Posisi litotomi paling sering digunakan untuk prosedur genitourinari,
ginekologi, dan kolorektal. Posisi litotomi standar dicapai ketika kaki pasien
diabduksi dari garis tengah dan pinggul dan lutut ditekuk sehingga kaki
bagian bawah sejajar dengan lantai. Kedua ekstremitas bawah diangkat dan
diturunkan secara bersamaan saat menggunakan posisi ini untuk
menghindari tekanan rotasi pada tulang belakang lumbar. Untuk
meminimalkan risiko cedera pada pasien, penting untuk memahami
kelebihan dan keterbatasan berbagai perangkat pendukung (candy cane,
knee crutch, penyangga betis, bantalan punggung boot, lutut yang dapat
disesuaikan, dan penyangga kaki) untuk ekstremitas bawah. Penggunaan
yang tidak tepat dari perangkat ini dapat menyebabkan neuropati pasca
operasi, ketegangan muskuloskeletal pada tulang belakang bagian bawah,
dan cedera iskemik pada kulit dan otot. Karena banyak variasi posisi litotomi
saat ini digunakan, Martin telah mengusulkan klasifikasi standar (rendah,
standar, tinggi, hemi, berlebihan, dan miring) untuk mencegah
miskomunikasi antara anggota tim operasi (Gambar 23-2 hingga 23-4) .7
setiap saat.
Gambar 23-7 Posisi Tengkurap A. Lengan abduksi < 90o dari bahu dan ditekuk < 90
o
di siku dan B. Lengan ditekuk di samping
KESIMPULAN