Anda di halaman 1dari 57

Case Report Session (CRS)

General Anestesi Pada Tindakan Craniotomy


dengan diagnosis ICH
Muhammad Qowi Fikrihadil
G1A220038

Pembimbing : dr.Panal Hendrik Dolok Saribu,Sp.An


.

01. 02. 03.


Pendahuluan Laporan Kasus Tinjauan Pustaka

04. 05.
Analisis Kasus Kesimpulan
Pendahuluan
● Anestesiologi merupakan cabang ilmu kedokteran yang mendasari berbahi
Tindakan meliputi pemberian anestesi, penjagaan keselamatan penderita yang
mengalami pembedahan, bantuan hidup dasar, pengobatan intensif pasien
gawat

● Pasien yang akan menjalani anestesi dan pembedahan haris dipersiapkan


dengan baik oleh karena itu anestesi pada suatu operasi terdapat beberapa
tahap yang harus di lakukan yaitu praanestesi , premedikasi , masa anestesi ,
pemeliharaan, pemulihan , perawatan pasca anestesi

● Intraserebral hemorrhage adalah keadaan dimana terakumulasinya darah di


otak. ICH disebabkan oleh hipersensitif kronik yang menyebabkan
vaskulopati kronik sehingga mengakibatkan pecahnya pembuluh darah otak

● Sedangkan perdarahan sekunder bukan akibat hipertensif, melainkan akibat


anomali vascular konginetal, koagulopati, tumor otak, vaskulopati non
hipertensif (amiloid serebral), post stroke iskemik, obat anti koagulan
(fibrinolitik atau simpatomimetik). Pecahnya pembuluh darah disebabkan oleh
kerusakan dinding arteri (arteioskeloris), atau karena kelainan konginetal
seperti malformasi arteri-vena, infeksi, dan adanya trauma.
Laporan
Kasus
Identitas Pasien
Nama : Ny. M
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 74 tahun
No RM : 502596
BB/TB : 48 kg/160 cm
Alamat : Muaro Jambi
Ruangan : ICU
Diagnosis : Penurunan Kesadaran e.c ICH
Tindakan : Craniotomy
Masuk RS : 19 Agustus 2021
IDENTIFYING THE
INFORMATION
Keluhan Utama:
Penurunan Kesadaran Sejak  4 Jam SMRS  
Riwayat Penyakit Sekarang:

Pasien diantar oleh keluarganya ke IGD RSUD Raden Mattaher Jambi


dengan keluhan Penurunan Kesadaran  4 Jam SMRS. Keluarga pasien
mengatakan bahwa pasien tiba tiba mengalami penurunan kesadaran dan
tidak dapat di ajak berkomunikasi setelah penurunan kesdaran.  1
minggu SMRS pasien mengeluhkan sakit kepala bagian belakang, pusing
, kaku pada bagian leher, pandangan kabur , mual dan muntah kurang
lebih 3 kali dengan konsistensi muntah apa yang di makan , Kelemahan
anggota gerak sebelah kiri, Pasien memiliki Riwayat darah tinggi (160/80
mmhg) dan sebelumnya sudah pernah berobat ke puskesmas
Riwayat penyakit dahulu
Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat Hipertensi : (+)
Tidak ada anggota keluarga yang
Riwayat Gastritis : (-) mengalami keluhan seperti pasien
Riwayat Asma : (-) sebelumnya
Riwayat Operasi : (-)
Riwayat DM : (-) Riwayat Riwayat social , ekonomi , pribadi
Alergi : (-) Riwayat
Peny. lain: (-) Pasien merupakan IRT

Riwayat Kebiasaan
Pasien Telah berhenti merokok kurang
lebih 2 bulan lalu
Rieayat minum alcohol (-)
Pemeriksaan Fisik
Vital Sign :
Kesadaran : Somnolen
GCS : E2V2M4 = 8
Tekanan darah : 170/90 mmHg
Nadi : 80 x/menit
RR : 34 x/menit
Suhu : 36,8 ºC
PEMERIKSAAN FISIK Kulit
Sawo matang, sianosis (-)
Mata
CA (-/-), SI (+/+), pupil isokor,
RC (+/+) Kepala
Normocephal

Hidung
Deviasi septum (-), Telinga
epistaksis (-) Serumen minimal

Mulut
Leher Gigi palsu(-), Gigi tonggos (-) ,
Simetris, pembesaran KGB (-) Trismus(-) , Rahang bawah
Mallampati: Grade 1 maju (-)
Jantung
Paru Inspeksi : Iktus kordis tak terlihat
Inspeksi: Simetris kiri dan kanan, r Palpasi : Iktus kordis teraba di ICS V linea Axilla
Palpasi: Nyeri tekan (-), Fremitus Anterior Sinistra
taktil kanan = kiri , Krepitasi (-) Perkusi :
Perkusi: Sonor seluruh lapangan Batas Atas : ICS II Linea parasternal sin
paru Batas Kiri : ICS V linea axilaris anterior sin
Auskultasi : Ronkhi Basah Halus di Batas Kanan : ICS IV Linea parasternal dextra
seluruh lapangan paru Auskultasi: BJ I/II reguler, Murmur (-), Gallop (-)
Abdomen
Ekstremitas sup
Inspeksi : Datar, simetris
Akral dingin, edema (-/-) CRT
Auskultasi : Bising Usus (+), Normal
<2 dtk,
Palpasi : Supel, Murphy Sign (-) Nyeri
Tekan Epigastrium (-)
Perkusi : Timpani (+)

Ekstremitas inf
Akral hangat, edema (-/-)
CRT <2 dtk,

Identifikasi Anamnesis Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan Laboratorium
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
Hematologi
Hemoglobin 11,2 13,4-15,5 g/dl
Hematokrit 33,4 34.5-54 10^9/L
Eritrosit 3,63 4,0-5,0 10^9/L
MCV 91,9 80-96 fL
MCH 30,8 27-31 pg
MCHC 33,6 32-36 g/dL
Trombosit 165 150 - 450 X 103
Leukosit 9.50 4.0-10.0 X 103
BT/CT 2/3    
Elektrolit
Natrium 141.2 135-147 Mmol/L

Kalium 4.04 3.5-5.0 Mmol/L

Chlorida 104.4 95-105 Mmol/L


Calcium ion ++ 1.06 1.00-1.15 Mmol/L
Gula darah sewaktu      
Findings.

Rontgen Thorax
Kesan :
CT Scan Kepala Paru : Susp. Bronkopneumonia
Jantung : Susp LVH
DIAGNOSA

1. Preoperatif : Intracerebral Haemorrhage e.c Stroke Haemorrhagic

2. Postoperatif : Intracerebral hemorrhage e.c Stroke Haemorrhagic


PRA ANESTESI
Penentuan Status Fisik ASA: 1 / 2 / 3 / 4 / 5 / E
Mallampati: Grade 2

Persiapan Pra Anestesi:

• Siapkan PRC 2x250 cc


• Siapkan Informed Consent dan SIO
• Puasa 6 jam sebelum operasi
Laporan Anestesi Pasien
a) Diagnosis pra-bedah : ICH e.c Stroke Haemorraghic
b) Jenis pembedahan : Craniotomy
c) Jenis tindakan anestesi : Anestesi Umum
d) Premedikasi anestesi :
• Lidocaine 8%
• Dexamethason 10 mg
• Asam Tanexamid 10 mg
f) Medikasi : Analgetik: Fentanyl 50 mcg, Tramadol 100 mg, ketorolac 30mg
Induksi : Profofol 100 mg
Relaksan : Rocuronium (Roculax) 30 mg
Tambahan : Ceftriaxone 1 gram
g) Infus : Ringer Lactat
Nacl 0,9%
Gelofusal
STATICS
Persiapan Alat

Scope : Stetoskop dan Laringoskop


Tube : ETT no 7,5
Airway : Goodle
Tape : Plaster Panjang dan pendek 2 buah
Intorducer: Mandrain
Connector : Penyambung Pipa
Suction : Suction
posisi anestesi : Supine
induksi mulai : 09.30 wib
induksi selesai : 09.45
operasi selesai : 11.45 wib
Durasi operasi : 2 jam
pasien puasa : 6 jam
Kebutuhan Cairan
Terapi cairan perioperatif EBV : 65cc x 48 kg = 3120 cc
Maintenance (M) ABL : 20% x EBV
2ml x KgBB/Jam = 2ml x 48 kg = 96 ABL : 20% x 3120 cc = 624 cc
cc/jam  
  Kebutuhan cairan selama operasi (2
Pengganti Puasa (PP) jam) :
Puasa x maintenance = = 6 jam x 96 Jam I : ½ PP + O + M = cc
cc/jam = 576 cc ½ 576 cc + 384 cc+ 96 cc = 768 cc
Jam II : ¼ PP + O + M
Stres operasi (O) ¼ 576 cc + 384 cc + 96 cc = 624 cc
= 8 cc/KgBB/jam (operasi berat)
= 8 cc x 48 kg/jam Total : 768cc + 624cc = 1.392 cc
= 384 cc/jam
 
EBV : 65 cc x 48 kg
Monitoring
Jam TD Nadi RR SpO2 Keterangan
09.15 170/90 80 34 98%  Pasien masukke kamaroperasi, dan
dipindahkan ke meja operasi

 Pemasangan alat monitoring,tekanan darah, saturasi,


nadi
 Diberikan cairan RL dan obat premedikasi
(Lidocaine 8%, Dexamethason 10 mg, dan asam
tranexamat 1gr)

09.30 160/90 82 35 99%  Pasien dipersiapkan untuk induksi


 Dilakukan preoksigenisasi menggunakan sungkup 3-5
menit
 Pasien di berikan analgesik fentanil 100 mcg, induksi
dengan propofol 100 mg, cek refleks bulu mata.
Kemudian pasien dipasangkan sungkup dan mulai di
bagging, lalu diberikan relaksan yaitu
Roculax 30 mg.
Jam TD Nadi RR SpO2 Keterangan
09.45 180/80 83 20 100%  Setelah di bagging selama 5 menit pasien di intubasi
dengan ETT no. 7,5.
 Dilakukan auskultasi di kedua lapang paru untuk
mengetahui ETT terpasang dengan benar
 ETT dihubungkan dengan ventilator
 ETT difiksasi dengan plester
 Di pasang kateter no 16
10.00 130/70 89 22 100%  Operasi dimulai
 Pasien diinjeksikan Ceftriaxon 1 gr
10.15 100/60 82 20 100%  Kondisi terkontrol
10.30 98/60 65 18 100%  Kondisi terkontrol
10.45 96/57 61 15 100%  Kondisi terkontrol
Jam TD Nadi RR SpO2 Keterangan
11.00 90/49 43 13 98%  Diberikan Gelofusal IVFD
 Diberikan transfuse PRC
11.15 110/70 55 17 100%  Kondisi terkontrol
11.30 110/60 62 100%  Dilakukan penjahitan untuk menutup luka insisi
11.45 120/70 65 100% Pasien napas spontan

 Dilakukan suction

 Refleks batuk ada


 Diberikan oksigen kemudian cek saturasi.
 pasien sadar
Keadaan Intra Anestesi
- Letak penderita : Supine
- Airway : ETT ukuran 7,5
- Lama anestesi : ± 2 jam
- Lama operasi : ± 1,5 jam - Komponen darah :-
- Total asupan cairan - Total keluaran cairan
- Kristaloid : 1500 ml - Perdarahan : ± 200 cc
- Koloid : 100 - Diuresis : ± 500 cc
- Darah : 250 - Perubahan teknik anestesi selama operasi : Tidak ada
Ruang pemulihan
Skoring Aldrete : DPO
Masuk Jam : 12. 00 WIB Aktifitas (0-2) : DPO
Keadaan Umum : Tampak Sakit Sedang
Pernafasan (0-2) : DPO
Kesadaran : Somnolen , GCS: 8
Tanda vital: Warna Kulit (0-2) : DPO
TD : 120/80 mmHg
Sirkulasi (0-2) : DPO
Nadi : 59 x/menit
RR : 23 x/menit Kesadaran (0-2) :
SpO2 : 100%
Jumlah : DPO
Pernafasan : Terpasang 02 via NC 1,5 LPM
Jam keluar ruang pemulihan : 12.30
Instruksi Pasca Anestesi
WIB
ETT di Pertahankan
Ventilator Volum Control : TV=14 Peep 5 Fio2 50%
Cek DR, tidur tanpa bantal, puasa sementara
BAB III
Tinjauan Pustaka
Anestesi umum
Definisi
Tindakan meniadakan nyeri secara sentral disertai
hilangnya kesadaran dan menyebabkan amnesia bersifat
reversible.
Anestesi umum memiliki
karakteristik menyebabkan amnesia bagi pasien yang
bersifat anterograde
Trias Anestesi
1. Hipnotik
2. Analgesia
3. Relaksasi Otot
Stadium Anestesi

Stadium 1 / Induksi : sering disebut stadium analgesia  Obat induksi masuk –


hilangnya kesadaran
Stadium 2/ Eksitasi : setelah hilang kesadaran timbul eksitasi atau delirium,
Pernafasan ireguler, Terjadi REM, Muncul Gerakan involunter, Muntah, Aritmia
Jantung , pupil dilatasi , stadium ini berisiko tinggi
Stadium 3/Pembedahan : terbagi menjadi 4 plana
Plana 1 : Mata berputar  terfiksasi
Plana 2 : Refleks kornea dan laring hilang
Plana 3 : dilatasi pupil, refleks cahaya hilang
Plana 4 : kelumpuhan otot intercostal, pernafasan abdominal dan dangkal-> otot
skeletal relaks , pembedahan dapat di mulai
Stadium 4/Overdosis : Terjadi depresi berat pada semua system tubuh
Keuntungan dan kerugian
Anestesi umum
Keuntungan Kerugian

Pasien tidak sadar, mencegah ansietas pasien selama Sangat mempengaruhi fisiologi. Hampir semua
prosedur medis regulasi tubuh menjadi tumpul dibawah anestesia
umum
Efek amnesia meniadakan memori buruk yang di Memerlukan pemantauan yang lebih holistik dan
dapat selama kejadian intraoperatif rumit.

Memfasilitasi kontrol saluran napas, pernapasan, dan Risiko komplikasi pasca bedah lebih besar
sirkulasi

Memungkinkan relaksasi otot yang tepat dan jangka Tidak dapat mendeteksi gangguan susunan saraf
waktu lama pusat
Memungkinkan untuk di lakukannya prosedur lama Memerlukan persiapan pasien yang lebih lama
Penilaian dan Persiapan Pra Anestesi

a. Penilaian pra anestesi


Identitas pasien harus lengkap dan dicocokan dengan gelang identitas
Di tanya Kembali mengenai hari dan bagian tubuh yang akan di operasi
1. Anamnesis
- Penyakit sistemik yang sedang di alami
- Obat obatan yang sedang di konsumsi
- Riwayat Anestesi sebelumnya apakah terdapat alergi
- Riwayat kebiasaan merokok dan minum alcohol
2. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan psikis : gelisah, takut
b. keadaan gizi : malnutrisi atau obesitas
c. Tinggi dan berat badan : untuk memperkirakan dosis obat , cairan, serta jumlah urin
d. Frekuensi nadi , tekanan darah , pola dan frekuensi pernafasan, serta suhu tubuh
e. Jalan nafas : untuk menilai gigi geligi , trismus, Mallampati dan hal hal yang mempersulit
intubasi
KLASIFIKASI MALLAMPATI
Penilaian dan Persiapan Pra Anestesi

f. Jantung
g. Paru paru : untuk melihat adanya dispneu
h. Abdomen : untuk melihat pakah asites , distensi
i. Ekstremitas : menilai perfusi distal, jari tabuh

3. Pemeriksaan Laboratorium
Bedah minor : pemeriksaan darah kecil (Hb, Leukosit, masa perdarahan , masa pembekuan darah)
urinalisa
pemeriksaan EKG
Foto Thorax

4. Pembedahan di tunda sampai pasien dalam keadaan bugar


5. Klasifikasi Status Fisik
Klasifikasi Status Fisik untuk menilai kebugaran fisik Adalah The American Society of Anesthesiologist (ASA)
6. Puasa
Pada orang dewasa : 6-8 jam
Pada anak kecil : 4-6 jam
Pada bayi : 3-4 jam
KLASIFIKASI STATUS FISIK

ASA I Pasien sehat organik, fisiologik, psikiatrik, biokimia


Contoh : pasien sehat , tidak obesitas, pasien tidak merokok
Pasien dengan penyakit sistemik ringan atau sedang
ASA II Contoh : Pasien tanpa keterbatasan fungsional dan penyakit terkontrol
dengan baik ( hipertensi , Diabetes Melitus).
Pasien dengan penyakit sistemik berat, sehingga aktivitas rutin terbatas.
ASA III Contoh : Pasien dengan keterbatasn fungsional ( hipertensi tidak terkontrol , dm tidak
terkontrol)
Pasien dengan penyakit sistemik berat tak dapat melakukan aktivitas rutin dan penyakitnya
ASA IV merupakan ancaman kehidupannya setiap saat.
Contoh : Unstable Angina , PPOK tidak terkontrol, infark miokard
Pasien sekarat yang diperkirakan dengan atau tanpa pembedahan hidupnya tidak akan lebih
ASA V dari 24 jam.
Contoh : aneurisma aorta abdominalis yang pecah, trauma masif
PREMEDIKASI
• Meredakan kecemasan dan ketakutan
• Memperlancar induksi anesthesia
• Mengurangi sekresi kelenjar ludah dan bronkus
• Meminimalkan jumlah obat anestetik
• Mengurangi mual muntah pasca bedah
• Menciptakan amnesia
• Mengurangi isi cairan lambung
• Mengurangi refleks yang membahayakan
Induksi
Persiapan Induksi
Scope = Stetoscop I Introducer :Mandrain
S
laringoscope atau stylet

Tube : Pipa trakea yang di pilih sesuai usia


Usia< 5 uncuffed Connector
T C
Usia >5 cuffed :Penyambung antara
pipa dengan alat
Airway : Oro-Pharingeal airway untuk anestesi
A menahan lidah agar tidak menutupi
Jalan Nafas Suction :Penyedot
S
Lendir
T Tape : Plaster untuk memfikasi
INHALASI INTRAVENA
Induksi intravena paling banyak dikerjakan,
Anestesi inhalasi  anestesi yang menggunakan
inhalan berupa gas.
Obat induksi bolus disuntikkan dalam kecepatan
antara 30-60 detik.
Obat anestesi inhalasi yang sering digunakan saat ini
adalah N2O, halotan, enfluran, isofluran, desfluran,
Selama induksi anestesia, pernapasan pasien, nadi,
sevofluran.
dan tekanan darah harus diawasi dan selalu diberikan
oksigen.
Agen ini dapat diberikan dan diserap secara terkontrol
dan cepat, karena diserap serta dikeluarkan melalui
Induksi cara ini dikerjakan pada pasien yang
paru-paru (alveoli)
kooperatif.
MEDIKASI

Anestesi Intravena Propofol


• Barbiturate
Mekanisme kerja diduga menghasilkan
• Propofol efek sedatif hipnotik melalui interaksi dengan GABA
• Ketamin (gamma-aminobutyric acid), neurotransmitter
• Opioid inhibitori utama pada SSP
• Benzodiazepin Efek : propofol menyebabkan penurunan resistensi
vaskuler sistemik dan juga tekanan darah.
Relaksasi otot polos disebabkan oleh inhibisi
simpatik.
Efek negative inotropik disebabkan inhibisi uptake
kalsium intraseluler.
Dosis induksi: 1-3 mg/kgbb (Dws), 2,5-4 mg/kgbb
(anak-anak)
Anestetik Intravena
Ketamin
Barbiturate • Ketamin merupakanderivat fensiklidin yang
• Contohnya pentothal atau sodium menyebabkan indusks disosiatif
thiopenthon ialah obat anestesi intravena • Dosis 1-2 mg/kgbb induksi intravena
yang bekerja cepat (short acting). • 3-10 mg/kgbb untuk intramuscular
• Bekerja menghilangkan kesadaran dengan • Memiliki efek Nyeri kepala, takikardia, hipertensi,
blockade sistem sirkulasi (perangsangan) di hipersalivasi dan pasca anestesia menyebabkan :
formasio retikularis. Barbiturat menghambat mimpi buruk
pusat pernafasan di medula oblongata. • Sebelumnya baik di berikan diazepam atau
• Dosis: 3-7mg/kgbb midazolam dengan dosis 0,1 mg/kg IV untuk mimpi
buruk sedangkan untuk hiipersalivasi bisa diberikan
sulfas atrofin 0,01mg/kg

Opioid
Untuk induksi menggunakan diberikan dosis tinggi
• Dosis: 20-50 mg/kg dilanjutkan rumatan 0.3-1
mg/kg/menit
• Efek minimal pada kardivaskular
Benzodiazepin
Diazepam
Midazolam • Berkhasiat untuk sedatif
• obat induksi jangka pendek yang bekerja • Efek anestesi masa kerja lambat dan pemulihan
cepat (short acting). lama
• Bekerja menimbulkan sedasi dan mengantuk • Doisis : premedikasi ; 10-20 mg/kgbb IM
• Dosis: premedikasi : 0,03-0,04 mg/Kgbb IV • Dosis Dewasa : 0,3-0,6 mg/Kgbb IV
• sedasi : 0,5-5 mg/kgbb IV • Dosis Anak : 0,1-0,2 mg/kgbb IV
• induksi : 0,1-0,4 mg/Kgbb IV
MEDIKASI

Anestesi inhalasi N20


• N20
Karakteristik :Gas tidak berwarna , berbau manis,
• Halotan tidak iritatif, tidak berasa, tidak mudah terbakar dan
• Enfluran
• Isofluran Efek : sifat anestesi kurang kuat , tetapi dapat melalui
stadium induksi dengan cepat , tidak mempunyai
• Sevofluran sifat merelaksasi otot.
Efek negative depresi nafas pada saat pemulihan.
Dosis induksi: di kombinasikan dengan N2O :O2
adalah 70:30% atau 50:50%
Halotan Enflurane
• • Karakteristik : anestesi inhalasi yang merupakan turunan
Karakteristik : Cairan tidak berwarna, berbau enak, tidak
mudah terbakar dan tidak mudah meledak eter, cair, tidak berwarna, bau agak harum, tidak eksplosif,
• Penggunanan : digunakan sebagai komponen hipnotik tidak iritatif, lebih stabil dibandingkan halotan dan induksi
selain itu halotan juga mempunyai efek analgetic ringan juga lebih cepat
• Penggunanan : Komponen hipnotik dalam pemeliharaan
dan relaksasi otot ringan
• Kontraindikasi : anestesia umum. Enfluran mempunyai efek
• Pasien dengan gangguan hati hipnotik,analgesic ringan dan relaksasi otot ringan
• • Penggunaan bisa berefek terhadap respirasi , sirkulasi dan
Operasi kraniotomi
lebih iritatif di bandingakan halotan

Sevoflurane
Isoflurane
• Karakteristik : merupakan halogenisasi eter, cair, tidak
• Karakteristik : merupakan halogenisasi eter, cair, tidak
berwarna, tidak eksplosif, tidak berbau, tidak iritatif
berwarna, tidak eksplosif, lebih iritatif, sehingga pada saat
sehingga baik untuk induksi inhalasi. Proses induksinya
induksi menyebabkan batuk dan menahan nafas
paling cepat dibandingkan obat obat lain
• Penggunanan : digunakan sebagai komponen hipnotik
• Penggunanan : digunakan sebagai komponen hipnotik
dalam pemeliharaan anestesi umum. selain itu juga
dalam pemeliharaan anestesi umum. selain itu juga
mempunyai efek analgetic ringan dan relaksasi otot ringan.
mempunyai efek analgetic ringan dan relaksasi otot ringan.
• Merupakan anestetik pilihan terhadap bedah saraf
Dapat digunakan pada bayi yang tidak kooperatif
Muscle Relaxant

Relaksan otot adalah obat yang mengurangi ketegangan otot dengan bekerja pada saraf yang menuju otot
a. Depolarisasi  bekerja seperti asetilkolin, tetapi di celah sinaps tidak dirusak dengan asetilkolinesterase sehingga
bertahan cukup lama menyebabkan terjadinya depolarisasi yang ditandai dengan fasikulasi yang diikuti relaksasi
otot lurik.
obat yang biasa digunakan suksinilkolin dengan dosis untuk intubasi :1-1,5 mg/Kgbb diberikan secara intravena
b. Non Depolarisasi  Bekerja berikatan dengan reseptor kolinergik nikotinik tanpa menyebabkan depolarisasi,
hanya menghalangi asetilkolin menempatinya, sehingga asetilkolin tidak dapat bekerja.
Medikasi : Atracurium Besylate
Pancuronium Bromide
Vecuronium Bromide
Rocuronium Bromide
Pancuronium Bromide
• Karakteristik : Memiliki masa kerja berkisar 30-60 menit ,
Atracurium Bromide di metabolism di hepar dan di eksresikan Sebagian besar
• Karakteristik : Pelemas otot dengan lama kerja di ginjal
menengah (durasi kerja 20-45 menit). Atracurium • Pemeberian berulang harus di kurangi dan waktu antar
mengalami metabolism non enzimatik sehingga dapat pemberian harus di perpanjang karena mempunyai efek
digunakan pada pasien dengan gangguan hati atau kumulasi
ginjal • Tidak merangasang pelepasan histamin namun
• Kontraindikasi : mempunyai efek inotropic dan koronotropik positif yang
Pada pasien asma dapat menyebabkan bronkospasme berat menyebabkan takikardia dan hipertensi
karena pelepasan histamin • Sediaan : Ampul 2mg/ml
Sediaan : 10mg/ml : notrixum

Rocuronium Bromide
Vecuronium Bromide • Karakteristik : pelemas otot kompeititif yang memiliki
• Karakteristik Lama kerja menengah durasi kerja (25-45 mula kerja tercepat dengan lama kerja menengah . Efek
menit) Obat ini tidak menyebabkan pelepasan histamin dan kardiovaskular minimal, Dieliminasi di hati dan Sebagian
tidak berefek ke kardiovaskular . Di metabolism di hepar
kecil di ginjal
dan di eksresikan di saluran empedu dan renal • Sediaan : Vial 50 mg/5ml Noveron : Ampul 50 mg/5ml
• Sediaan : Ampul 4mg/ml; vial 10 mg ; ecron
ROculax
Cairan
Pra operasi :Dapat terjadi defisit cairan karena kurang makan, puasa, muntah, penghisapan isi lambung
Kebutuhan cairan untuk dewasa dalam 24 jam adalah 2 ml / kg BB / jam. Setiap kenaikan suhu 10 Celcius
kebutuhan cairan bertambah 10-15 %

Selama operasi
:Dapat terjadi kehilangan cairan karena proses operasi. Kebutuhan cairan pada dewasa untuk operasi :
⁻ Ringan = 4 ml/kgBB/jam.
⁻ Sedang = 6 ml/kgBB/jam
⁻ Berat = 8 ml/kgBB/jam.

Setelah operasi
Pemberian cairan pasca operasi ditentukan berdasarkan defisit cairan selama operasi ditambah kebutuhan
sehari-hari pasien
Aldrete Score (Dewasa)

Nilai Warna Kulit


Merah Muda 2
Pucat 1
Sianosis 0
Pernapasan
Bernapas dalam, batuk 2
Bernapas dangkal, dispneu 1
Apneu / obstruksi 0 Jika jumlahnya > 8, penderita
Sirkulasi
dapat dipindahkan ke ruangan
Perbedaan TD < 20% TD awal 2
Perbedaan TD 20 – 50% dari awal 1
Perbedaan TD > 50% dari TD awal 0
Kesadaran
Sadar penuh 2
Bangun namun cepat kembali tertidur 1
Tidak ada respon 0
Aktivitas
Seluruh ekstrimitas dapat digerakkan 2
2 ekstrimitas dapat digerakkan 1
Tidak dapat digerakkan 0
Steward Score (Anak- Anak)

Pergerakan
Gerak bertujuan 2
Gerak tidak bertujuan 1
Tidak bergerak 0
Pernapasan Jika jumlahnya > 5, penderita
Batuk, menangis 2 dapat dipindahkan ke ruangan
Pertahankan jalan napas 1
Perlu bantuan 0
Kesadaran
Menangis 2
Bereaksi terhadap 1
rangsangan
Tidak ada reaksi 0
Intra-Cerebral Hemorrhage
Definisi
Perdarahan yang terjadi di otak yang disebabkan oleh
pecahnya (rupture) pada pembuluh darah otak.
Perdarahan dapat terjadi di bagian manapun dari otak.
Darah dapat terkumpul di jaringan otak, ruang antara otak
dan selaput yang melindungi otak

Etiologi
1. Hipertensi
2. Cerebral amyloid Angiopathy
3. Atriovenous Malformation
4. Neoplasma intrakranial
Epidemiologi
Di seluruh dunia insiden perdarahan intraserebral berkisar 10
sampai 20 kasus per 100.000 penduduk dan meningkat seiring
dengan usia. Perdarahan intraserebral lebih sering terjadi pada
pria daripada wanita, terutama yang lebih tua dari 55 tahun,
dan dalam populasi tertentu, termasuk orang kulit hitam dan
Jepang. Selama periode 20 tahun studi The National Health
and Nutrition Examination Survey Epidemiologic
menunjukkan insiden perdarahan intraserebral antara orang
kulit hitam adalah 50 per 100.000, dua kali insiden orang kulit
putih
Patofisiologi

Ekstravasasi darah Edema dalam Diskontuinitas Iskemia pada


karena robeknya jaringan otak di jaringan dan jaringan sekitar
pembuluh darah sekitar hematom kompresi pada sehingga timbul
otak pembuluh darah gejala klinis
otak
Gejala Klinis
● Defisit neurologis
● Nyeri kepala
● Nausea
● Vomitting
● Penurunan kesadaran
● Peningkatan tekanan darah
Diagnostik
a. Pemeriksaan fisik b. Pemeriksaan penunjang
● Hipertensi ● CT SCAN
● Gerakan mata ● MRI
pada perdarahan putamen : deviation ● MR Angiografi
conjugatae ke arah lesi ● CT angiografi
Pada perdarahan nucleus kaudatus
Lumpuh gerak horizontal dengan deviation
conjugatae ke arah lesi
Perdarahan thalamus : lumpuh gerak mata
atas
● Pola Pernafasan
Perdarahan di ensefalon : Chyene- Stroke
Mesesenfalon : Hiperventilasi
Lesi bagian tengah : pola pernafasan
apneustik
Terapi
● Konservatif
Memperbaiki faal hemostasis, mencegah dan Terapi pemebedahan :
mengatasi vasopasme otak akibat perdarahan,
neuroprotektan 1.) Open Craniotomy and evacuation of
● Pembedahan hematoma
Indikasi : 2. Endoscopic evacuation of hematoma
1. Volume perdarahan lebih dari 30 cc 3. Computer Tomography- Guided
2. Diamerter perdarahan lebih dari 3 cm di Stereotaxy
fossa posterior
3. Letak ICH pada lobar dan kortikal dan
terdapat tanda peningkatan Tekanan intra
cranial dan ancaman herniasi otak
4. Perdarahan serebellum
5. Hidrosefalus akibat perdarahan
intraventrikuler
6. CGS >7
Analisa Kasus
Analisa Kasus

1. Seorang pasien, Ny. M usia 76 tahun dengan diagnosa Penurunan Kesadaran e.c Intracerebral
Hemorrhage. Diagnosis pada pasien ini di tegakan berdasarkan anamsesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang. Pasien direncanakan untuk menjalani operasi craniotomy. Pasien
mengeluhkan sakit kepala bagian belakang, pusing, kaku pada bagian leher, pandangan kabur, mual
dan muntah kurang lebih 3 kali dengan konsistensi muntah apa yang di makan, kelemahan anggota
gerak sebelah kiri dan pasien mengalami riwayar darah tinggi dan sudah pernah berobat
2. pasien ini didapatkan riwayat hipertensi (+), DM (-), Sakit jantung (-), asma (-), Riwayat operasi
sebelumnya (-). Pemeriksaan fisik dari tanda vital didapatkan tekanan darah 170/90 mmHg, nadi 80
x/menit; respirasi 34 x/menit; suhu; 36,8 ºC. Dari pemeriksaan laboratorium hematologi hasil Hb :
11,1; leukosit 12.200 ; BT/CT: 2/3; Hematokrit : 23,1; GDS :142; UR/CR : 27/0,75;As.urat :1,6 . .
Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik dan penunjang disimpulkan bahwa pasien masuk dalam
Analisa Kasus

Premedikasi, • Ondansteron : mengurangi rasa mual muntah pasca bedah.


• Deksametason : mengurangi histamin release, sehingga
1. Ondansentron 4 mg (IV)
dapat mengurangi alergi pada pasien.
2. Dexamethason 10 mg (IV). • Asam Traneksamat : merupakan antifibrinolitik di berikan
3. Asam Tanexamid 1 gr (IV)
untuk mengurangi atau menghentikan perdarahan.

Dosis
1. Propofol merupakan obat induksi anestesi cepat, yang didistribusikan

Induksi dan dieliminasikan dengan cepat. 2-2,5mg/kg, dosis rumatan untuk


anestesi intravena total 4-12 mg/Kg/jam
1. Propofol 100+ 40 mg IV
2. Berdasarkan teori golongan opioid (morfin, petidin, fentanyl dan
2. Fentanyl 100 mcg IV
sufentanil) untuk induksi diberikan dalam dosis tinggi. dosis induksi 2-20
3. Rocuronium 30 mg IV mcg/kgbb.
3. Merupakan non depolaritation intermediete acting, Dosis relaksasi otot
adalah 0,5-0,6 mg/kgBB (iv)
Analisa Kasus

1. Diberikan juga ketorolac yaitu NSAID sebagai analgetik


1. Ketorolac 30 mg
dan juga antiinflamasi. Diberikan tramadol merupakan
2. Tramadol 100 mg
analgetik golongan opioid.
3. Ceftriaxon 2gr 2. Obat tambahan Ceftriaxon sebagai antibiotik profilaksis
untuk memperlambat dan mengurangi resiko infeksi pada

luka.
Analisa Kasus

kebutuhan cairan telah dihitung dan didapatkan :


Jam I : ½ PP + O + M = cc
½ 576cc + 384 cc + 96 cc = 768 cc
Jam II: ¼ PP + O + M
¼ 576 cc + 384 cc + 96 cc = 624 cc
768 cc + 624 cc = 1.392 cc
Selama operasi jumlah carian yang diberikan adalah
Input : RL 2 Kolf  1500ml
Output : Urin = ± 500 cc
Perdarahan = ± 250 cc
BAB V
Kesimpulan
Kesimpulan
Laporan kasus pada pasien atas nama Ny. M umur 76 tahun didapatkan
bahwa pasien dengan penilaian klinis ASA II yaitu pasien memiliki penyakit
sistemik ringan dengan diagnosa Penurunan Kesadara ec. ICH. Pada pasien
ini dilakukan teknik anastesi dengan menggunakan anestesi umum dengan
pemasangan ETT (Endotracheal Tube) no. 7,5 pada tindakan craniotomi.
Dalam kasus ini selama operasi berlangsung, tidak ada hambatan yang
berarti baik dari segi anestesi maupun dari tindakan operasinya. Selama di
ruang pemulihan juga tidak terjadi hal yang memerlukan penanganan serius.
Secara umum pelaksanaan operasi dan penanganan anestesi berlangsung
dengan baik meskipun ada hal-hal yang perlu mendapat perhatian. 

Anda mungkin juga menyukai