04. 05.
Analisis Kasus Kesimpulan
Pendahuluan
● Anestesiologi merupakan cabang ilmu kedokteran yang mendasari berbahi
Tindakan meliputi pemberian anestesi, penjagaan keselamatan penderita yang
mengalami pembedahan, bantuan hidup dasar, pengobatan intensif pasien
gawat
Riwayat Kebiasaan
Pasien Telah berhenti merokok kurang
lebih 2 bulan lalu
Rieayat minum alcohol (-)
Pemeriksaan Fisik
Vital Sign :
Kesadaran : Somnolen
GCS : E2V2M4 = 8
Tekanan darah : 170/90 mmHg
Nadi : 80 x/menit
RR : 34 x/menit
Suhu : 36,8 ºC
PEMERIKSAAN FISIK Kulit
Sawo matang, sianosis (-)
Mata
CA (-/-), SI (+/+), pupil isokor,
RC (+/+) Kepala
Normocephal
Hidung
Deviasi septum (-), Telinga
epistaksis (-) Serumen minimal
Mulut
Leher Gigi palsu(-), Gigi tonggos (-) ,
Simetris, pembesaran KGB (-) Trismus(-) , Rahang bawah
Mallampati: Grade 1 maju (-)
Jantung
Paru Inspeksi : Iktus kordis tak terlihat
Inspeksi: Simetris kiri dan kanan, r Palpasi : Iktus kordis teraba di ICS V linea Axilla
Palpasi: Nyeri tekan (-), Fremitus Anterior Sinistra
taktil kanan = kiri , Krepitasi (-) Perkusi :
Perkusi: Sonor seluruh lapangan Batas Atas : ICS II Linea parasternal sin
paru Batas Kiri : ICS V linea axilaris anterior sin
Auskultasi : Ronkhi Basah Halus di Batas Kanan : ICS IV Linea parasternal dextra
seluruh lapangan paru Auskultasi: BJ I/II reguler, Murmur (-), Gallop (-)
Abdomen
Ekstremitas sup
Inspeksi : Datar, simetris
Akral dingin, edema (-/-) CRT
Auskultasi : Bising Usus (+), Normal
<2 dtk,
Palpasi : Supel, Murphy Sign (-) Nyeri
Tekan Epigastrium (-)
Perkusi : Timpani (+)
Ekstremitas inf
Akral hangat, edema (-/-)
CRT <2 dtk,
Rontgen Thorax
Kesan :
CT Scan Kepala Paru : Susp. Bronkopneumonia
Jantung : Susp LVH
DIAGNOSA
Dilakukan suction
Pasien tidak sadar, mencegah ansietas pasien selama Sangat mempengaruhi fisiologi. Hampir semua
prosedur medis regulasi tubuh menjadi tumpul dibawah anestesia
umum
Efek amnesia meniadakan memori buruk yang di Memerlukan pemantauan yang lebih holistik dan
dapat selama kejadian intraoperatif rumit.
Memfasilitasi kontrol saluran napas, pernapasan, dan Risiko komplikasi pasca bedah lebih besar
sirkulasi
Memungkinkan relaksasi otot yang tepat dan jangka Tidak dapat mendeteksi gangguan susunan saraf
waktu lama pusat
Memungkinkan untuk di lakukannya prosedur lama Memerlukan persiapan pasien yang lebih lama
Penilaian dan Persiapan Pra Anestesi
f. Jantung
g. Paru paru : untuk melihat adanya dispneu
h. Abdomen : untuk melihat pakah asites , distensi
i. Ekstremitas : menilai perfusi distal, jari tabuh
3. Pemeriksaan Laboratorium
Bedah minor : pemeriksaan darah kecil (Hb, Leukosit, masa perdarahan , masa pembekuan darah)
urinalisa
pemeriksaan EKG
Foto Thorax
Opioid
Untuk induksi menggunakan diberikan dosis tinggi
• Dosis: 20-50 mg/kg dilanjutkan rumatan 0.3-1
mg/kg/menit
• Efek minimal pada kardivaskular
Benzodiazepin
Diazepam
Midazolam • Berkhasiat untuk sedatif
• obat induksi jangka pendek yang bekerja • Efek anestesi masa kerja lambat dan pemulihan
cepat (short acting). lama
• Bekerja menimbulkan sedasi dan mengantuk • Doisis : premedikasi ; 10-20 mg/kgbb IM
• Dosis: premedikasi : 0,03-0,04 mg/Kgbb IV • Dosis Dewasa : 0,3-0,6 mg/Kgbb IV
• sedasi : 0,5-5 mg/kgbb IV • Dosis Anak : 0,1-0,2 mg/kgbb IV
• induksi : 0,1-0,4 mg/Kgbb IV
MEDIKASI
Sevoflurane
Isoflurane
• Karakteristik : merupakan halogenisasi eter, cair, tidak
• Karakteristik : merupakan halogenisasi eter, cair, tidak
berwarna, tidak eksplosif, tidak berbau, tidak iritatif
berwarna, tidak eksplosif, lebih iritatif, sehingga pada saat
sehingga baik untuk induksi inhalasi. Proses induksinya
induksi menyebabkan batuk dan menahan nafas
paling cepat dibandingkan obat obat lain
• Penggunanan : digunakan sebagai komponen hipnotik
• Penggunanan : digunakan sebagai komponen hipnotik
dalam pemeliharaan anestesi umum. selain itu juga
dalam pemeliharaan anestesi umum. selain itu juga
mempunyai efek analgetic ringan dan relaksasi otot ringan.
mempunyai efek analgetic ringan dan relaksasi otot ringan.
• Merupakan anestetik pilihan terhadap bedah saraf
Dapat digunakan pada bayi yang tidak kooperatif
Muscle Relaxant
Relaksan otot adalah obat yang mengurangi ketegangan otot dengan bekerja pada saraf yang menuju otot
a. Depolarisasi bekerja seperti asetilkolin, tetapi di celah sinaps tidak dirusak dengan asetilkolinesterase sehingga
bertahan cukup lama menyebabkan terjadinya depolarisasi yang ditandai dengan fasikulasi yang diikuti relaksasi
otot lurik.
obat yang biasa digunakan suksinilkolin dengan dosis untuk intubasi :1-1,5 mg/Kgbb diberikan secara intravena
b. Non Depolarisasi Bekerja berikatan dengan reseptor kolinergik nikotinik tanpa menyebabkan depolarisasi,
hanya menghalangi asetilkolin menempatinya, sehingga asetilkolin tidak dapat bekerja.
Medikasi : Atracurium Besylate
Pancuronium Bromide
Vecuronium Bromide
Rocuronium Bromide
Pancuronium Bromide
• Karakteristik : Memiliki masa kerja berkisar 30-60 menit ,
Atracurium Bromide di metabolism di hepar dan di eksresikan Sebagian besar
• Karakteristik : Pelemas otot dengan lama kerja di ginjal
menengah (durasi kerja 20-45 menit). Atracurium • Pemeberian berulang harus di kurangi dan waktu antar
mengalami metabolism non enzimatik sehingga dapat pemberian harus di perpanjang karena mempunyai efek
digunakan pada pasien dengan gangguan hati atau kumulasi
ginjal • Tidak merangasang pelepasan histamin namun
• Kontraindikasi : mempunyai efek inotropic dan koronotropik positif yang
Pada pasien asma dapat menyebabkan bronkospasme berat menyebabkan takikardia dan hipertensi
karena pelepasan histamin • Sediaan : Ampul 2mg/ml
Sediaan : 10mg/ml : notrixum
Rocuronium Bromide
Vecuronium Bromide • Karakteristik : pelemas otot kompeititif yang memiliki
• Karakteristik Lama kerja menengah durasi kerja (25-45 mula kerja tercepat dengan lama kerja menengah . Efek
menit) Obat ini tidak menyebabkan pelepasan histamin dan kardiovaskular minimal, Dieliminasi di hati dan Sebagian
tidak berefek ke kardiovaskular . Di metabolism di hepar
kecil di ginjal
dan di eksresikan di saluran empedu dan renal • Sediaan : Vial 50 mg/5ml Noveron : Ampul 50 mg/5ml
• Sediaan : Ampul 4mg/ml; vial 10 mg ; ecron
ROculax
Cairan
Pra operasi :Dapat terjadi defisit cairan karena kurang makan, puasa, muntah, penghisapan isi lambung
Kebutuhan cairan untuk dewasa dalam 24 jam adalah 2 ml / kg BB / jam. Setiap kenaikan suhu 10 Celcius
kebutuhan cairan bertambah 10-15 %
Selama operasi
:Dapat terjadi kehilangan cairan karena proses operasi. Kebutuhan cairan pada dewasa untuk operasi :
⁻ Ringan = 4 ml/kgBB/jam.
⁻ Sedang = 6 ml/kgBB/jam
⁻ Berat = 8 ml/kgBB/jam.
Setelah operasi
Pemberian cairan pasca operasi ditentukan berdasarkan defisit cairan selama operasi ditambah kebutuhan
sehari-hari pasien
Aldrete Score (Dewasa)
Pergerakan
Gerak bertujuan 2
Gerak tidak bertujuan 1
Tidak bergerak 0
Pernapasan Jika jumlahnya > 5, penderita
Batuk, menangis 2 dapat dipindahkan ke ruangan
Pertahankan jalan napas 1
Perlu bantuan 0
Kesadaran
Menangis 2
Bereaksi terhadap 1
rangsangan
Tidak ada reaksi 0
Intra-Cerebral Hemorrhage
Definisi
Perdarahan yang terjadi di otak yang disebabkan oleh
pecahnya (rupture) pada pembuluh darah otak.
Perdarahan dapat terjadi di bagian manapun dari otak.
Darah dapat terkumpul di jaringan otak, ruang antara otak
dan selaput yang melindungi otak
Etiologi
1. Hipertensi
2. Cerebral amyloid Angiopathy
3. Atriovenous Malformation
4. Neoplasma intrakranial
Epidemiologi
Di seluruh dunia insiden perdarahan intraserebral berkisar 10
sampai 20 kasus per 100.000 penduduk dan meningkat seiring
dengan usia. Perdarahan intraserebral lebih sering terjadi pada
pria daripada wanita, terutama yang lebih tua dari 55 tahun,
dan dalam populasi tertentu, termasuk orang kulit hitam dan
Jepang. Selama periode 20 tahun studi The National Health
and Nutrition Examination Survey Epidemiologic
menunjukkan insiden perdarahan intraserebral antara orang
kulit hitam adalah 50 per 100.000, dua kali insiden orang kulit
putih
Patofisiologi
1. Seorang pasien, Ny. M usia 76 tahun dengan diagnosa Penurunan Kesadaran e.c Intracerebral
Hemorrhage. Diagnosis pada pasien ini di tegakan berdasarkan anamsesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang. Pasien direncanakan untuk menjalani operasi craniotomy. Pasien
mengeluhkan sakit kepala bagian belakang, pusing, kaku pada bagian leher, pandangan kabur, mual
dan muntah kurang lebih 3 kali dengan konsistensi muntah apa yang di makan, kelemahan anggota
gerak sebelah kiri dan pasien mengalami riwayar darah tinggi dan sudah pernah berobat
2. pasien ini didapatkan riwayat hipertensi (+), DM (-), Sakit jantung (-), asma (-), Riwayat operasi
sebelumnya (-). Pemeriksaan fisik dari tanda vital didapatkan tekanan darah 170/90 mmHg, nadi 80
x/menit; respirasi 34 x/menit; suhu; 36,8 ºC. Dari pemeriksaan laboratorium hematologi hasil Hb :
11,1; leukosit 12.200 ; BT/CT: 2/3; Hematokrit : 23,1; GDS :142; UR/CR : 27/0,75;As.urat :1,6 . .
Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik dan penunjang disimpulkan bahwa pasien masuk dalam
Analisa Kasus
Dosis
1. Propofol merupakan obat induksi anestesi cepat, yang didistribusikan
luka.
Analisa Kasus