SDH Kronis
semakin memberat diseluruh kepala. Muntah (+), mual (-), penurunan kesadaran (-).
Anamnesis
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
● Riwayat operasi sebelumnya (1xSC 2009) ● Riwayat DM disangkal.
● Riwayat hipertensi disangkal ● Riwayat hipertensi disangka;
● Riwayat asma disangkal ● Riwayat stroke disangkal.
● Riwayat trauma disangkal
● Riwayat DM disangkal
● Riwayat alergi disangkal
● Riwayat batuk lama disangkal
● Riwayat penyakit lain disangkal
● Riwayat stroke disangkal
PEMERIKSAAN FISIK UMUM
Keadaan umum : Tampak sakit sedang Kulit
Sawo matang, pigmentasi (-), ruam (-)
Kesadaran : cm
GCS : E4V5M6 = 15
Vital Sign Kepala
TD : 132/83 mmHg Normocephali
Nadi : 89x/menit
RR : 22x/menit Mulut
Suhu : 36,5 ºC Bibir kering (-), atrofi papil(-), gusi
BB : 75kg berdarah(-), mallampati I, Gigi
palsu(-) Gigi tonggos (-),
TB : 160 cm
Trismus(-), Rahang bawah maju(-)
IMT : 29,3
Mata
Conjungtiva anemis (-), Sklera ikterik
(-), pupil isokor, isokor
Paru-paru
Inspeksi :Pergerakan dinding dada simetris,skar(-)
Palpasi : Nyeri tekan (-), krepitasi (-)
Hidung Perkusi: sonor
Deviasi septum (-), Auskultasi: vesikuler (+/+) Rhonki (-/-) Wh (-/-)
epistaksis (-)
Jantung
I: Iktus kordis tak terlihat
Pembesaran KGB(-),
P :Iktus kordis teraba di ICS V linea
pembesaran tiroid(-),otot
midclavicula sinistra
bantu nafas(-), leher mobile
A : BJ I/II reguler, murmur(-), gallop(-)
Abdomen
Inspeksi : Distensi abdomen (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Palpasi : Nyeri tekan epigastrium (-)
Perkusi : timpani (+) Ekstremitas superior dan
inferior
Akral hangat, CRT < 2 detik.
Laboratorium (30/10/2021)
Jenis Hasil Nilai Rujukan Satuan Jenis Hasil Nilai Rujukan Satuan
Neutrofil 17.9 x103/uL
Hemoglobin 9,27 13.4-15.5 g/dl
Limfosit 1.35 x103/uL
(L)
Monosit 1.23 x103/uL
Hematokrit 29,4 L 34.5-54 %
Eosinofil .029 x103/uL
Eritrosit 4.94 4.0-5.0 x106/uL
Basofil .101 x103/uL
MCV 68,6 L 80-96 fL
Neutrofil% 86.8 (H) 50-70 %
MCH 21,6 L 27-31 Pg
Lymfosit% 6.55 (L) 18-42 %
MCHC 31,5 L 32-36 g/dl
Monosit% 5.99 2-11 %
RDW 12.9 %
Eosinofil% .140 (L) 1-3 %
Trombosit 207. 150-450 x103/uL
Basofil% .491 0-2 %
PCT .158 0.150-0.400 %
MPV 7.63 7.2-11.1 fL
PDW 19.1 (H) 9-13 fL
Leukosit 9,25 4.0-10.0 x103/uL
Laboratorium (30/10/2021)
Pemeriksaan Hasil Nilai Satuan
Rujukan
Faal Hati
Elektrolit (30/10/2021)
Sinus Rhytm
Kunjungan Pra Anestesi
a. Penentuan Status Fisik ASA :/ 1/ 2/ 3 / 4 /5/ E
b. Malampati : Malampati 1
c. Persiapan Pra Anestesi :
a) Informed consent keluarga
b) Persiapan operasi:
- Surat persetujuan tindakan anestesi
- Surat persetujuan tindakan operasi
- Siapkan PRC 2 x 250 cc
- Puasa 6 jam sebelum operasi
TINDAKAN ANESTESI
f. INFUS
1. RL 500cc
a. Diagnosa pra bedah: SDH Kronis
2. RL 500 cc
b. Tindakan bedah : Kraniotomi
3. RL 500cc
c. Jenis anestesi : Umum
4. RL 500 cc
d. Pramedikasi (19.25 WIB)
● Ondansetron 8mg (IV) 5. RL 500 cc
● Ketorolac 30mg (IV)
● Tramadol 100mg (IV)
e. Medikasi g. Persiapan alat STATICS
● Fentanyl : 120 mcg Scope (Stetoskop dan laringoskop), Tube
● Propofol : 160 mg (ETT no. 7,5), Airway (Oropharyngeal
● Atracurium : 40 mg Airway), Tape (Plaster Panjang 2 buah dan
pendek 2 buah), Introducer (Mandrain),
Connector dan Suction.
Tindakan Anestesi
a. LetakPenderita:Supinasi
b. Intubasi : ETT no 7,5
c. Penyulit Intubasi : -
d. Lama Anestesi : ± 2 jam
e. Jumlah Cairan Input :
○ RL 2500 cc
f. Output
○ Urine : ± 400 cc
○ Perdarahan : ± 100 cc
Keadaan Selama Operasi
19.00 135/84 22 92 99% Pasien masuk ke kamar operasi, dan dipindahkan ke meja
operasi
Pemasangan alat monitoring, tekanandarah, saturasi, nadi
Diberikan cairan RL dan obat premedikasi (Ondansetron 8mg,
Ketorolac 30mg, dan Tramadol 100mg)
19.20 132/81 17 72 99% Pasien dipersiapkan untuk induksi
Dilakukan preoksigenisasi menggunakan sungkup 3-5 menit
Pasien diberikan analgesik fentanyl 125 mcg, induksi dengan
propofol 160 mg, cek refleks bulu mata. Kemudian pasien
dipasangkan sungkup dan mulai di bagging, lalu diberikan
relaksan yaitu Atracurium 40 mg.
Maintenance Sevoflurane 1% dan N2O:O2 40:60
19.25 110/68 16 69 99% Setelah di bagging selama 5 menit, pasien di intubasi dengan
ETT no. 7,5
Dilakukan auskultasi di kedua lapang paru untuk memastikan
ETT terpasang dengan benar
ETT dihubungkan dengan ventilator
ETT difiksasi dengan plester
Diberikan RL kolf ketiga
Dipasang kateter no 16
19.30 101/64 16 68 99% ETT dihubungkan dengan
ventilator (TV 500ml, I:E ratio
1:2, RR 16x/mnt, PEEP 3)
ETT difiksasi dengan
plester/tape
Dipasang kateter no 16
Operasi di mulai
19.35 94/62 16 71 100% Pemberian RL kolf keempat
19.45 93/65 16 73 100%
● ETT dipertahankan, volume control TV 500 ml, f16, PEEP 3, Fio2 50%
● IVFD = RL+Keterolac 30 tpm
● Analgesik Morfin : midazolam 1:1 besok stop
● Monitoring tanda vital
● Tirah baring 24 jam menggunakan bantal
● Puasa sesuai dr. Rhonaz Putra Agung, Sp.BS
03
Tinjauan
Pustaka
GENERAL ANESTESI
General anestesi adalah tindakan meniadakan nyeri secara sentral disertai hilangnya
kesadaran dan bersifat pulih kembali (reversible). Komponen anestesi yang ideal terdiri dari:
(1) hipnotik, (2) analgesia, dan (3) relaksasi otot.
Metode anestesi general:
1. Parenteral ( Barbiturate, Propofol, Ketamin, Opioid, Benzodiazepin)
2. Perektal
3. Per inhalasi (N2O, halotan, enfluran, isofluran, desfluran, sevofluran. )
Klasifikasi ASA
01 ASA I
03 ASA III
02 ASA II
04 V
Premedikasi
Komplika
Indikasi Kesulitan si
Menjaga jalan nafas Leher pendek berotot Trauma gigi
Mempermudah ventilasi Mandibula menonjol Laserasi bibir, gusi dan
Uvula tidak terlihat laring
dan oksigenasi Gerakan sendi temporo Aspirasi
Mencegah aspirasi dan mandibula terbatas Spasme bronkus
Gerakan vertebrae servikal
regurgitasi terbatas
Ektubasi
1 2 3 4
Komplikasi Jalan Komplikasi Komplikasi Komplikasi sistem
Nafas Kardiovakular Neurologik organ
PERDARAHAN SUBDURAL
(SDH) -
Subdural hematoma (SDH) adalah akumulasi darah yang terjadi antara bagian dalam duramater
dengan arachnoid. Prevalensi terjadinya subdural hematoma pada cedera kepala berat bergeser
30%. Jumlah ini jauh lebih besar dibandingkan dengan perdarahan epidural. Perdarahan ini
sering terjadi akibat robekan pembuluh darah atau vena-vena kecil di permukaan korteks serebri.
Subdural hematoma akut telah dilaporkan terjadi pada 5-25% pasien dengan cedera kepala
berat.
EPIDEMIOLOGI ICH
Setiap tindakan medis pasti akan mempunyai resiko. Cedera parenkim otak dapat berhubungan dengan
subdural hematoma akut dan dapat meningkatkan tekanan intrakranial. Pasca operasi dapat terjadi
rekurensi hematoma yang mungkin memperlukan tindakan pembedahan. Sebanyak sepertiga pasien
mengalami kejang pasca trauma setelah cedera kepala berat. Infeksi luka dan kebocoran CSF bisa terjadi
setelah kraniotomi. Meningitis atau abses serebri dapat terjadi setelah dilakukan tindakan intrakranial.
PROGNOSIS
Seorang pasien, Ny. Y usia 40 tahun dengan diagnosa SDH Kraniotomi pembedahan dengan membuka tulang tengkorak
Kronis Pasien direncanakan untuk menjalani operasi (tumor otak, perdarahan otak, infeksi otak seperti, serta
Craniotomy. trauma otak.)
Sebelum dilakukan tindakan pembedahan pasien di KPA dilakukan sebelum operasi, untuk memberi penjelasan
konsulkan ke bidang anestesi untuk melakukan Kunjungan Pra mengenai masalah pembedahan dan anestesi yang
Anestesi (KPA). dilakukan.
ANALISA KASUS
Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang Pasien dimasukkan ke dalam kategori ASA II
disimpulkan bahwa pasien masuk dalam ASA II E. karena adanya penyakit bedah dan penyakit sistemik ringan
Sebelum jadwal operasi dilaksanakan, pasien Puasa dimaksudkan untuk mencegah aspirasi atau
dipuasakan 6 jam dan mempersiapkan SIO. regurgitasi
ANALISA KASUS
Premedikasi:
a) Ondansetron 8mg (IV)
• Anti emetic
b) Ketorolac 30mg (IV)
• Anti nyeri NSAID dan OPIOID
c) Tramadol 100mg (IV)
● Laporan kasus pada pasien atas nama Ny. Y 40 tahun didapatkan bahwa pasien dengan penilaian klinis ASA II E yaitu pasien dengan penyakit bedah disertai
dengan penyakit sistemik ringan yang disebabkan oleh berbagai penyebab tetapi tidak mengancam jiwanya.
● Pada pasien ini dilakukan teknik anestesi dengan menggunakan anestesi umum dengan pemasangan ETT (Endotracheal Tube) no. 7,5 pada tindakan
craniotomy.
● Dalam kasus ini selama operasi berlangsung, tidak ada hambatan yang berarti baik dari segi anestesi maupun dari tindakan operasinya. Secara umum
pelaksanaan operasi dan penanganan anestesi berlangsung dengan baik meskipun ada hal-hal yang perlu mendapat perhatian.
TERIMAKASIH