Lap
o
Kas ran
us
IDENTITAS PASIEN
• Nama : Tn. MM
• Jenis kelamin : Laki-laki
• Usia : 59 tahun
• Tanggal Lahir : 11-7-1960
• Alamat : Tanah Hitam
• RM : 460070
• Jaminan: BPJS
• Ruangan : RPDP
• Berat Badan : 89 kg
• Tinggi Badan : 173 cm
• Tanggal masuk RS : 25-08-2019
• Tanggal keluar RS : 30-08-2019
ANAMNESIS
Allo anamnesis
1. Keluhan Utama:
Sesak
2. Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang ke IGD dengan keluhan sesak ± 1 hari sebelum masuk
rumah sakit. Sesak dirasakan jika sedang beraktivitas ringan, sesak juga
dirasakanya jika tidur terlentang, dan untuk mengatasinya tidur dengan
posisi kepala lebih tinggi dengan menggunakan 2-3 bantal, atau duduk di
tempat tidur dengan posisi tegak baru merasa lebih baik. Pasien sempat
dirawat di RS Bhayangkara dengan pembengkakan jantung. Pasien
mengaku sudah minum obat dari RS tersebut, namun sesak dirasakan
kembali. Nyeri dada (+) jika sesaknya kambuh, nyeri ulu hati (-),batuk/pilek
(-/-), mual/muntah (-/-), makan/minum (baik/baik), BAB/BAK (baik/baik).
3. Riwayat Penyakit Dahulu:
Hipertensi : +
Asam Urat : -
Kolesterol : -
Diabetes : -
Riwayat alergi : -
Penyakit Jantung : +
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Dalam keluarga pasien tidak memiliki riwayat sakit jantung
dan riwayat sakit diabetes, hipertensi ataupun alergi.
5. Riwayat Kebiasan
- Rokok (+)
- Minum Alkohol (+)
PEMERIKSAAN FISIK
Kasus
• Status Generalis:
- Keadaan Umum : Tampak sakit berat
- Kesadaran: Compos Mentis
• Tanda-tanda vital
- Tekanan darah: 150/90 mmHg
- Nadi: 117 x/mnt
- Respirasi: 26 x/mnt
- SPO2: 93%
- Suhu badan : 37.00 C
Kepala :
Mata : CA (-/-), SI (-/-)
Telinga/hidung/mulut : dalam batas normal
Leher : JVP : 5+3 cmH2O
Toraks :
Inspeksi: Retraksi (-/-)
Palpasi : Vokal Fremitus D = S menurun pada bagian basal paru
Perkusi : Redup bagian basal paru
Auskultasi : Ves (+/+), Rhonki (+/+) basal, Whe (-/-)
Jantung :
Inspeksi: Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
Perkusi : Batas kanan linea parasternalis dektra, batas
atas ICS III linea sternalis sinistra, dan batas
kiri jantung > ICS VII linea aksilaris anterior sinistra
Auskultasi : BJ I- II ireguler, murmur (-), gallop (+)
Abdomen:
Tampak cembung, supel, BU(+) N, NT (+) daerah epigastrium
Ekstremitas:
Superior : akral hangat +/+, edema -/-, CRT >2”
Inferior : akral hangat +/+, edema +/+, CRT >2 ”
•
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil pemeriksaan laboraturium (25-08-2019)
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai rujukan
Hematologi
Kadar hemoglobin 11.7 g/dl 11.0-14.7
Hitung hematocrit 35.8 % 35.2-46.7
Hitung jumlah leukosit 8.11 103/uL 3.37-8.38
Hitung jumlah 138 10 3/uL 140-400
trombosit
Hitung jumlah eritrosit 4.32 10 6/uL 3.69-5.46
Hitung jenis leukosit
Sel basophil 0.3 % 0.3-1.4
Sel eosinophil 1.8 % 0.6-5.4
Sel neutrophil 71.6 % 39.8-70.5
Sel limfosit 14.9 % 23.1-49.9
Sel monosit 11.4 % 4.3-10.0
Malaria (DDR) Negative
Kimia Darah
Glukosa darah sewaktu 151 Mg/dl <= 140
SGOT 29.6 u/l <= 40
SGPT 39.9 u/l <=40
BUN 28.1 Mg/dl 7-18
Creatinin 1.19 Mg/dl <= 0.95
Elektrolit
Natrium Darah 139.40 MEq/dl 135-148
Kalium Darah 3.42 MEq/dl 3.50-5.30
CL Darah 102.50 MEq/dl 98-106
Calcium Ion 1.03 MEq/dl 1.15-1.35
• Pemeriksaan EKG
Interpretasi:
Irama : Atrial Fibrilasi
Regularitas : Iregular
Laju : 100x/menit
Gel P : tidak bisa dinilai
Interval PR : tidak ada
Kompleks QRS : sempit 1-2 kotak kecil
Segmen ST : tidak spesifik
Gelombang T : tidak ada kelainan
• Pemeriksaan Radiologi
CTR = (A+B)/C
= (1.25 + 3.25)/6.5
= 4.5/6.5
=0.693x100%
= 69.3%
=70%
Kesan = Cardiomegali dengan
CTR= 70 %
Cor =Apex jantung bergeser
ke arah lateral
Pulmo = Didapatkan adanya
peningkatan corakan
bronkovaskular pada
seluruh lapangan paru.
DIAGNOSIS KERJA
• ADHF ( Acute Decompensated Heart Failure)
• AF (Atrial Fibrilasi)
• PJK OMI Anterior (Penyakit Jantung Koroner
Old Myocard Infarction)
• HHD (Hypertensive Heart Disease)
• Hipokalemia
• VES (Ventricular Extrasystoles)
TATALAKSANA AWAL
K/L : CA (-/-), SI (-/-), OC (-) > KGB (-), JVP : 5+3 cmH2O
Tho : Pengembangan dada simetris, ikut gerak napas
SN, vesikuler ( +/+), Rho (+/+), whz (-/-)
Cor : gallop (+), murmur (-), BJ 1-BJ 2 = Ireguler
Abd : supel, cembung, timpani, NT (+) pada daerah epigastrium
Eks : akral hangat , CRT >2”, pitting edema (+) pada ekstremitas bawah
Veg : makan/minum : (+/+)
BAB/BAK (+/+)
Input: minum 700cc dan infus 1000cc total input 1700cc
Output: urin 4300cc dan IWL 1368cc total output 5668cc
Balance: 1700cc-5668cc = -3968cc
A ADHF, AF, PJK OMI Anterior, HHD, Hipokalemia
P RL 1000 cc + KCL 25 mEq/24 jam
Inj. Furosemide 20mg /12 jam
Inj. Ranitidine 2 x 50 mg Simarc 1 x 2 mg
Candesartan 1 x 8 mg CPG 1 x 75 mg
Atorvastatin 1 x 20 mg
Spironolactone 2 x 25 mg
27/8/2019
S Sesak (+) berkurang, pasien tadi malam gelisah
O KU : TSS KES : CM
TD : 140/90 mmHg,SB : 36.7oC, N : 92x/m, RR : 27x/m, SPO2 : 95 %
K/L : CA (-/-), SI (-/-), OC (-) > KGB (-), JVP : 5+3 cmH2O
Tho : Pengembangan dada simetris, ikut gerak napas
SN, vesikuler ( +/+), Rho (+/+), whz (-/-)
Cor : gallop (+), murmur (-), BJ 1-BJ 2 = Ireguler
Abd : supel, cembung, timpani, NT (+) pada daerah epigastrium
Eks : akral hangat , CRT < 2, pitting edema (+) pada ekstremitas bawah
Veg : makan/minum : (+/+)
BAB/BAK (+/+)
Input: minum 1500cc dan infus 1000cc total input 2500cc
Output: urin 2800cc dan IWL 1368cc total output 4268cc
Balance: 2500cc-4268cc = -1768cc
A ADHF, AF, PJK OMI Anterior, HHD, Hipokalemia
Class I
Penderita penyakit jantung tanpa limitasi aktivitas fisik. Aktivitas fisik sehari-hari
tidak menimbulkan sesak napas atau kelelahan.
Class II
Penderita penyakit jantung disertai sedikit limitasi dari aktivitas fisik. Saat
istirahat tidak ada keluhan. Aktivitas sehari-hari menimbulkan sesak napas atau
kelelahan.
Class III
Penderita penyakit jantung disertai limitasi aktivitas fisik yang nyata. Saat istirahat
tidak ada keluhan. Aktivitas fisik yang lebih ringan dari aktivitas sehari-hari sudah
menimbulkan sesak atau kelelahan.
Class IV
Penderita gagal jantung yang tak mampu melakukan setiap aktivitas fisik tanpa
menimbulkan keluhan. Gejala-gejala gagal jantung bahkan mungkin sudah
Nampak saat istirahat. Setiap aktivitas fisik akan menambah beratnya keluhan.
• Merujuk kepada Klasifikasi dari New York Heart
Association 1964, pasien Tn. MM berdasarkan
anamnesa dapat diklasifikasikan ke dalam Class IV.
• Aktivitas sehari-hari terganggu akibat sesak napas.
• Saat istirahat malam, beberapa kali terbangun
sewaktu tidur malam, membuatnya harus duduk
tegak selama beberapa saat, untuk membuat
nyeri dada mereda. Bisa beristirahat dengan posisi
kepala ditinggikan
Gagal Jantung Akut
(Acute Decompensated Heart Failure)
• Gagal jantung akut (GJA) didefinisikan sebagai
serangan cepat/rapid/onset (<24 jam) akibat
kelainan fungsi jantung, gangguan fungsi
sistolik atau diastolik atau irama jantung, atau
kelebihan beban awal (preload), beban akhir
(afterload), atau kontraktilitas dan keadaan ini
dapat mengancam jiwa bila tidak ditangani
dengan tepat
PATOFISIOLOGI
1. Kegagalan pompa
Terjadi akibat kontraksi otot jantung yang lemah atau inadekuat atau karena
relaksasi otot jantung yang tidak cukup untuk terjadinya pengisian ventrikel.
2. Obstruksi aliran
Terdapat lesi yang mencegah terbukanya katup atau menyebabkan peningkatan
tekanan kamar jantung, misalnya stenosis aorta, hipertensi sistemik, atau koarktasio
aorta.
3. Regurgitasi
Regurgitasi dapat meningkatkan aliran balik beban kerja kamar jantung, misalnya
ventrikel kiri pada regurgitasi aorta atau atrium serta pada regurgitasi mitral.
4. Gangguan konduksi yang menyebabkan kontraksi miokardium yang tidak selaras
dan tidak efisien.
5. Diskontinuitas sistem sirkulasi. Mekanisme ini memungkinkan darah lolos, misalnya
luka tembak yang menembus aorta.
MANIFESTASI KLINIS
• Gagal jantung kronik dekompensasi
• Edema paru
• Gagal jantung hipertensif
• Syok kardiogenik
• Gagal jantung kanan terisolasi
• SKA dan gagal jantung
• GJA akibat Curah Jantung Tinggi
DIAGNOSIS
Pemeriksaan Fisik Literatur
NIV= non invasive ventilation, TDS= tekanan darah sistolik, NTG= nitrogliserin, PDEI=phospodiesterase
inhibitor, ACEI=angiotensin converting enzyme inhibitor, ARB= angiotensin receptor blocker
TERAPI
Vasodilator Inotropik
• Nitrat • Dobutamin
• Dopamin
• Nesiritid
• Milrion
• Nitropusid • Epinefrin dan
norepinefrin
• Digoxin
• Pada pasien Tn.MM, salah satu terapi yang diberikan saat di
IGD hingga perawatan di ruangan adalah Digoxin. Dengan
pemberian 1 kali 1 tablet (0,25mg) perhari. Penggunaan
digoxin pada gagal jantung. Dengan merangsang
kontraktilitas miokard secara cukup, digitalis memperbaiki
pengosongan ventrikel, yaitu dengan meningkatkan curah
jantung, memperkuat fraksi ejeksi, membuat diuresis dan
menurunkan volume dan tekanan diastolik yang meningkat
serta menurunkan volume akhir sistolik ventrikel yang gagal
dengan akibat pengurangan gejala karena bendungan
pembuluh darah paru dan peningkatan tekanan vena
sistemik.
Loop Diuretik
• Jika melihat terapi yang diberikan pada kasus Tn.MM, salah satu obat
golongan Loop Diuretic adalah Lasix®, yang merupakan merek dagang
dari Furosemid. Furosemid merupakan salah satu diuretik kuat dalam
pengobatan edema paru akibat gagal jantung ventrikel kiri. Diuretika
kuat kadang-kadang digunakan untuk menurunkan tekanan darah
terutama pada hipertensi yang resisten terhadap terapi tiazid.
Furosemid bekerja dalam waktu satu jam setelah pemberian oral dan
efek diuresisnya berakhir dalam 6 jam.
• Sehingga dapat diberikan 2 kali dalam sehari tanpa mengganggu waktu
tidur. Pasien Tn.MM mendapat Lasix® dengan sediaan ampul 20 mg/2
ml, injeksi intravena dengan dosis 2 kali 1 ampul pada hari pertama,
kemudian dinaikkan 2 kali 2 ampul pada tanggal 28/8/2019, kemudian
obat pulang diberikan 1x40 mg (PO).
Angiotensin Converting Enzime-Inhibitor dan Angiotensin II Receptor
Blocker
• Terapi medikamentosa yang diberikan kepada pasien Tn.MM, yaitu
Candesartan merupakan salah satu golongan ARB (Angiotensin II
Receptor Blocker) yaitu Candesartan dengan dosis 1x8mg tablet.
Indikasi penggunaan Candesartan adalah hipertensi (dapat digunakan
tunggal maupun kombinasi dengan obat antihipertensi lain); yaitu
gagal jantung pada pasien yang tidak dapat mentoleransi obat
penghambat ACE (penghambat enzim pengubah angiotensin). Melihat
dari segi interaksi, penggunaan Candesartan dengan penghambat ACE
dan beta-blocker tidak dianjurkan.
Penghambat Beta
• Penghambat beta merupakan kontraindikasi pada GJA kecuali bila GJA
sudah stabil.
Antikoagulan
• Antikoagulan terbukti dapat digunakan untuk SKA dengan atau tanpa
gagal jantung. Namun, tidak ada bukti manfaat heparin atau LMWH (Low
Molecular Weight Heparin) pada GJA. Pada Tn. MM diberikan terapi
Warfarin yaitu Simarc 1x2 mg. Obat ini menghambat koagulasi dengan
mencegah reduksi Vit K secara enzimatik di dalam hati. Vit K(dalam
bentuk reduksi) adalah kofaktor yang bertanggung jawab dalam
aktivitas pembekuan darah II, VII, dan X, protein C, S dan Z.
Antikoagulan oral mencegah reduksi vit K teroksidasi sehingga aktifitas
dari faktor-faktor pembekuan darah terganggu atau tidak terjadi.
Diuretik Hemat Kalium
• Terapi berikut yaitu salah satu dari Diuretika Hemat Kalium yang
diberikan sebagai terapi pada kasus Tn.MM diberikan Spironolakton
2x25 mg tablet (PO). Spironolakton merupakan golongan Diuretik Hemat
Kalium dengan mekanisme sebagai antagonis kerja aldosteron dan
meningkatkan retensi kalium dan ekskresi natrium di tubulus distal.
Indikasi pemberian terapi pada pasien ini, karena terjadi edema tungkai,
diberikan bersama dengan furosemide untuk mencegah hypokalemia.
Anti Platelet
• Anti Platelet yang diberikan pada Tn.MM yaitu Clopidogel (CPG) 1x75 mg
yang mana bekerja dengan cara mengurangi agregasi platelet, sehingga
dapat menghambat pembentukan thrombus pada sirkulasi arteri.
Obat Hipolipidemik
• Diberikan obat hipolipidemik golongan statin yaitu Atorvastatin
1x20 mg yang berfungsi menurunkan kadar kolesterol LDL,
statin juga mempunyai efek meningkatkan kolesterol HDL dan
menurunkan trigliserida. Selain itu mengurangi insiden kejadian
coroner klinis dan memperlambat progresi aterosklerosis
coroner pada pasien dengan penyakit jantung coroner.
Kalium Klorida
• KCL diberikan selama 3 hari perawatan. Terapi pulang diberikan
KSR 2x1 tab bertujuan mengatasi hipokalemi yang terjadi pada
Tn. MM.
Antagonis reseptor-H2
• Terapi medikamentosa lain yang didapatkan adalah injeksi
Ranitidin 2x1 ampul. Ranitidin adalah suatu Antagonis
reseptor-H2. Indikasi penggunaan pada kasus pasien Tn.MM
adalah nyeri perut di daerah epigastrium.
PROGNOSIS
Jika melihat kasus pasien Tn. MM, setidaknya ada lebih dari 2 faktor
pencetus, seperti hipertensi, merokok dan penggunaan alkohol. Pasien ini
sudah memiliki riwayat Hipertensi. Sudah mendapat terapi obat Hipertensi
oral, namun melihat kepada kepatuhan minum obat dan tindakan
pengontrolan tekanan darah yang secara teratur harus dilaksanakan,
seperti memeriksakan tekanan darah, tentunya dapat mempengaruhi
prognosis ke depannya. Kebiasaan merokok dan meminum alkohol juga
menjadi faktor pencetus yang harus dihindari. Memperbaiki kualitas hidup
pasien Tn.MM adalah tujuan terapi.
Terimakasih