Anda di halaman 1dari 15

Referat

MANAJEMEN TRANSPOR PASIEN KRITIS

Oleh :
Putri Umniyah, S. Ked
712021084

Dosen Pembimbing :

dr. Susi Handayani, Sp. An, M. Sc, Mars 

DEPARTEMEN ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF


RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH PALEMBANG
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2022
HALAMAN PENGESAHAN

Telah dipresentasikan Referat dengan judul

MANAJEMEN TRANSPORTASI PASIEN KLINIS

Oleh:

Putri umniyah, S.Ked

712021084

Telah diterima dan disahkan sebagai salah satu syarat dalam mengikuti
kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Palembang di Departemen Anestesiologi Dan Terapi Intensif
Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang.

Palembang, Mei 2022

Pembimbing

dr. Susi Handayani, Sp. An, M. Sc, Mars 

ii
KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya, saya bisa menyelesaikan referat ini. Penulisan referat ini
dilakukan dalam rangka memenuhi syarat dalam mengikuti kegiatan Kepaniteraan
Klinik di SMF Anestesiologi dan Terapi intensif Rumah Sakit Muhammadiyah
Palembang Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang. Saya
menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa
kepaniteraan klinik sampai pada penyusunan referat ini, sangatlah sulit bagi saya
untuk menyelesaikan referat ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima
kasihkepada:
1) dr. Susi Handayani, Sp. An, M. Sc, Mars  selaku pembimbing yang
telah mengarahkan saya dalam penyusunan laporan kasus ini;
2) Orang tua dan keluarga saya yang telah memberikan bantuan dukungan
material dan moral;dan
3) Rekan sejawat serta semua pihak yang telah banyak membantu saya
dalam menyelesaikan laporan kasus ini.

Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga referat ini membawa
manfaat bagi pengembangan ilmu.

Palembang, Mei 2022

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ii
KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMA KASIH..........................iii
DAFTAR ISI...................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................5
1.1.Latar Belakang.....................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................7
2.1 Traspor Pasien.....................................................................................7
2.2.1 Pengertian Transpor pasien.........................................................7
2.2.2 Tujuan Transfer Pasien ..............................................................7
2.2.3 Stabilisasi dan Persiapan Pra-Transfer.......................................7
2.2.4 Cara Trasnpor.............................................................................8
2.2.5 Pendamping Pasien Selama Transfer.........................................10
BAB III KESIMPULAN................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................12

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam proses transfer pasien sangat penting bahwa pendekatan sistematis


diambil dimulai dengan keputusan transfer, melalui stabilisasi pra-transfer, dan
kemudian manajemen transfer itu sendiri terlatih, peralatan khusus dan
kendaraan, dan dapat mengakibatkan biaya tambahan dan kekhawatiran bagi
kerabat. Dokumentasi dari keputusan harus mencantumkan nama dokter yang
membuat keputusan dengan kelas dan rincian kontak, dan tanggal dan waktu di
mana keputusan itu dibuat. Alasan keputusan harus diberikan termasuk apakah
itu untuk alasan klinis atau non-klinis. Prinsip dalam melakukan transfer pasien
adalah memastikan keselamatan dan keamanan pasien saat menjalani transfer.
Pelaksanaan transfer pasien dapat dilakukan intra rumah sakit atau antar
rumah sakit.

Transfer pasien dimulai dengan melakukan koordinasi dan komunikasi pra


transportasi pasien, menentukan SDM (Sumber Daya Manusia) yang akan
mendampingi pasien, menyiapkan peralatan-peralatan yang disertakan pada
saat transfer dan monitoring pasien selama proses transfer. Transfer pasien
hanya boleh dilakukan oleh staf medis dan staf keperawatan yang
berkompetensi serta petugas professional lainnya yang telah terlatih.3

Prinsip dalam melakukan transfer pasien adalah memastikan keselamatan


dan keamanan pasien saat menjalani transfer. Pelaksanaan transfer pasien dapat
dilakukan intra rumah sakit atau antar rumah sakit. Transfer pasien dimulai
dengan melakukan koordinasi dan komunikasi pra transportasi pasien,
menentukan SDM yang akan mendampingi pasien, menyiapkan peralatan yang
disertakan saat transfer dan monitoring pasien selama transfer.

5
1.2 Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dan tujuan dari referat ini adalah sebagai berikut:
1. Diharapkan bagi semua dokter muda agar dapat memahami manajemen
transfor pasien kritis

2. Diharapkan munculnya pola berpikir kritis bagi semua dokter muda setelah
dilakukan diskusi dengan dosen pembimbing klinik tentang manajemen
transfor pasien kritis
3. Diharapkan bagi semua dokter muda agar dapat mengaplikasikan
pemahaman yang didapatkan dalam kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior
(KKS) managemen transfor pasien kritis

1.3 Manfaat
1.3.1 Manfaat Teoritis
a. Bagi institusi, diharapkan laporan kasus ini dapat menambah bahan
referensi dan studi kepustakaan dalam bidang ilmu anestesi terutama
tentang managemen transfor pasien.
b. Bagi penulis selanjutnya, diharapkan referat ini dapat dijadikan
landasan untuk penulisan referat selanjutnya.
1.3.2 Manfaat Praktis
a. Bagi dokter muda, diharapkan referat ini dapat membantu dalam
mengaplikasikan managemen transfor pasien. pada kegiatan
kepaniteraan klinik senior (KKS).
b. Bagi tenaga kesehatan lainnya, diharapkan referat ini dapat menjadi
bahan masukan untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan terutama
dalam memberikan informasi atau edukasi kesehatan berupa upaya
pencegahan kepada pasien dan keluarga.
c. Bagi pasien dan keluarga pasien, diharapkan referat ini dapat
memberikan pemahaman mengenai pentingnya upaya pencegahan
primer sebelum terjadi dan upaya pencegahan sekunder untuk
menghindari komplikasi yang lebih berat apabila sudah terjadi.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Transpor Pasien


2.1.1 Pengertian TranspEr Pasien
Transfer pasien adalah memindahkan pasien dari satu ruangan keruang
perawatan/ruang tindakan lain di dalam rumah sakit (intra rumah sakit) atau
memindahkan pasien dari satu rumah sakit ke rumah sakit lain (antar rumah
sakit). Transfer pasien dapat dilakukan apabila kondisi pasien layak untuk di
transfer. Prinsip dalam melakukan transfer pasien adalah memastikan
keselamatan dan keamanan pasien saat menjalani transfer. Pelaksanaan
transfer pasien dapat dilakukan intra rumah sakit atau antar rumah sakit.
Transfer pasien dimulai dengan melakukan koordinasi dan komunikasi pra
transportasi pasien, menentukan SDM yang akan mendampingi pasien,
menyiapkan peralatan yang disertakan saat transfer dan monitoring pasien
selama transfer. Transfer pasien hanya boleh dilakukan oleh staf medis dan
staf keperawatan yang kompeten serta petugas professional lainnya yang
sudah terlatih.12

2.1.2 Tujuan Transfer Pasien


Tujuan dari manajemen transfer pasien adalah:12
1. Agar pelayanan transfer pasien dilaksanakan secara profesional dan
berdedikasi tinggi.
2. Agar proses transfer / pemindahan pasien berlangsung dengan aman dan
lancar serta pelaksanaannya sangat memperhatikan keselamatan pasien serta
sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.

Manajemen tatalaksana transfer pasien merupakan bentuk layanan


keperawatan yang menjadi perhatian umum dan erat kaitannya dengan
keselamatan pasien. Transfer pasien juga termasuk dalam Standar Nasional
Akreditasi Rumah Sakit (SNARS) tahun 2019 sebagai salah satu standar
penilaian sebagai jaminan mutu pelayanan kesehatan khususnya pelayanan
keperawatan dalam meningkatkan keamanan dan kepuasan pasien.2
7
Pelaksanaan transfer pasien lebih banyak terjadi pada intra rumah sakit.
Pelaksanaan transfer terbagi dari tahap proses persiapan (proses awal),
pelaksanaan pengiriman (proses sedang) dan penerimaan pasien atau proses
akhir (Permenkes RI No.11, 2017). Transfer intra rumah sakit adalah transfer
pasien di dalam rumah sakit untuk tujuan diagnostik, terapeutik dan transfer
mereka ke berbagai ruangan atau unit khusus yang ada di dalam rumah sakit.
Transfer pasien bertujuan untuk memindahkan atau perubahan perawatan
yang dilakukan sesuai dengan prosedur sehingga menjamin keselamatan
pasien selama dalam proses transfer terutama untuk pasien dalam keadaan
kritis, karena dapat menjadi penyebab komplikasi serius dan membahayakan
kesehatan pasien.3
Dampak dari tatalaksana transfer pasien yang tidak sesuai prosedur akan
mengakibatkan peningkatan kejadian komplikasi yang mengancam jiwa dan
mortilitas.3Bentuk transfer pasien yang tidak sesuai prosedur yang dapat
mengancam nyawa pasien adalah seperti kurangnya persiapan alat dan
kebutuhan sebelum melakukan transfer, terburu-buru dalam mendorong dan
overan.4 Insiden yang terjadi ketika transfer pasien dapat berupa insiden
terjatuh yang terjadi saat transfer pasien ke tempat tidur (Kurniawan,
Rahman, & Nataligunawati, 2017).
Selanjutnya Menurut Despoina & Brokalaki (2014), faktor lain yang
berhubungan dengan manajemen tatalaksana transfer pasien adalah kebijakan
transfer pasien dan fungsi manajemen keperawatan. Kebijakan rumah sakit
sangat penting bagi keberhasilan transfer pasien, maka pihak rumah sakit
harus menyediakan hal yang dapat menunjang terlaksananya transfer pasien
dengan baik dari adanya aturan tentang kelengkapan peralatan transfer pasien
hingga adanya aturan tentang petugas yang berhak untuk melakukan transfer
pasien.

2.1.3 Stabilisasi dan Persiapan Pra-Transfer

Persiapan dan stabilisasi pasien yang tepat dan teliti harus


dilakukan sebelum pemindahan untuk mencegah terjadinya efek
samping atau penurunan kondisi klinis pasien. Pasien harus diresusitasi
dan distabilkan semaksimal mungkin tanpa membuang waktu yang tidak

8
semestinya. Selama persiapan, pasien dilakukan A, B, C dan D, yaitu
jalan nafas, pernapasan, sirkulasi dan kecacatan, harus diperiksa, dan
masalah terkait yang dapat dicegah harus diperbaiki.12

1) Saluran Udara

Pasien dengan kemungkinan gangguan jalan napas selama


pemindahan harus diintubasi secara elektif dengan tabung endotrakeal
(ETT) dengan manset yang harus diamankan dengan benar setelah
memastikan posisinya yang benar. Selang nasogastrik yang dipasang
dengan benar diperlukan pada beberapa pasien untuk mencegah aspirasi
isi lambung selama pemindahan. Stabilisasi tulang belakang leher
mungkin diperlukan pada beberapa pasien trauma.

2) Pernafasan

Ventilasi harus dikontrol secara memadai dengan optimalisasi nilai


gas darah arteri. Pada pneumotoraks yang dicurigai, drainase dada harus
dimasukkan sebelum transfer, terutama sebelum transportasi udara.

3) Sirkulasi

Pasien harus memiliki setidaknya dua kanula kerja intravena lubang


lebar di tempat sebelum pemindahan. Perdarahan luar, jika ada, harus
dikontrol secara adekuat, dan setiap syok harus diobati dengan cairan
intravena dan / atau vasopresor. Ketersediaan darah dengan pencocokan
silang mungkin diperlukan selama pengangkutan.

4) Cacat atau Status Neurologis

Pasien dengan cedera kepala harus memiliki Glasgow coma scale


(GCS) yang dipantau dan didokumentasikan secara memadai sebelum
dan selama transfer dan sebelum pemberian obat penenang atau agen
paralitik.

2.1.4 Cara Transpor

Dua moda pemindahan pasien yang paling umum digunakan adalah


transportasi darat, dengan memasukkan ambulans dan Mobile Intensive Care
Unit (MICUs), dan transportasi udara yang mencakup ambulans helikopter atau
9
pesawat.12
1) Transportasi Darat
Ini dilakukan dengan menggunakan berbagai jenis ambulans:
a) Ambulans pendukung kehidupan dasar: Ambulans ini dilengkapi dengan
staf yang sesuai dan perangkat pemantauan untuk mengangkut pasien
dengan kondisi yang tidak mengancam jiwa karena ambulans ini hanya
dapat memberikan layanan pendukung kehidupan dasar
b) Ambulans penunjang kehidupan tingkat lanjut: Ambulans ini dapat
memberikan layanan penunjang kehidupan tingkat lanjut seperti intubasi
endotrakeal, pemantauan jantung, defibrilasi, pemberian cairan
intravena atau vasopresor. Ini adalah staf yang memadai dan
diperlengkapi untuk mengangkut pasien dengan kondisi yang
mengancam jiwa
c) MICU: Ini adalah kendaraan khusus dengan semua peralatan dan staf
untuk memindahkan pasien yang sakit kritis dan biasanya digunakan
bersama dengan tim pengambilan spesialis di beberapa negara
maju. Literatur juga mendukung penggunaan MICU dengan penurunan
insiden efek samping utama selama transfer dan meningkatkan tingkat
kelangsungan hidup dengan penurunan mortalitas.

2) Transportasi Udara
Penggunaan transportasi udara telah meningkat di negara-negara maju
karena keunggulan transportasi cepat dengan dimasukkannya perawatan
medis khusus. Ada peningkatan prognosis pasien dengan trauma mayor,
infark miokard akut dan stroke akut karena penyediaan perawatan medis
yang tepat secara cepat dengan menggunakan transportasi udara.
Transportasi udara terdiri dari dua jenis:
a) Ambulans udara jenis sayap tetap atau pesawat terbang: Biasanya
digunakan untuk pemindahan pasien antar-rumah sakit jarak jauh
untuk kira-kira lebih dari 240 km. Ini adalah moda transportasi yang
lebih cepat dengan penyediaan kabin bertekanan dan lebih sedikit
kebisingan dan getaran. Ini digunakan untuk perjalanan lintas negara

10
atau benua. Kerugian utama adalah kebutuhan transportasi darat
tambahan antara rumah sakit dan fasilitas udara
b) Sayap rotor atau ambulans helikopter: Dapat digunakan untuk jarak tempuh
yang lebih pendek sekitar 80 km. Dapat digunakan untuk memindahkan
pasien langsung ke rumah sakit penerima dengan fasilitas helipad. Tidak
ada persyaratan transportasi darat tambahan. Namun, ruang lebih padat
dengan gangguan kebisingan dan getaran selama pemindahan pasien.
Menurut pedoman Pengiriman Medis Udara oleh American College of
Emergency Physician, transportasi udara diindikasikan jika transportasi darat
tidak memungkinkan karena faktor-faktor seperti waktu transfer, jarak yang
akan ditempuh dan tingkat perawatan yang diperlukan selama pemindahan.
Para pasien yang lebih mungkin mendapat manfaat dari transportasi udara
adalah :12
- Pasien trauma berat dengan cedera dada tembus, cedera multisistem, cedera
himpitan, usia kurang dari 12 tahun atau lebih dari 55 tahun atau pasien
dengan tanda vital tidak stabil.
- Pasien dengan sindrom koroner akut yang membutuhkan prosedur
revaskularisasi, tamponade jantung dengan gangguan hemodinamik, syok
kardiogenik yang membutuhkan pompa balon intra-aorta atau alat bantu
lainnya.
- Pasien karena menerima transplantasi organ.
- Pasien medis atau bedah berisiko tinggi yang sakit kritis, misalnya, pasien
dengan vasopresor tinggi, mode ventilasi khusus, memerlukan terapi
oksigen hiperbarik atau dengan keadaan darurat bedah seperti diseksi aorta
dengan gangguan hemodinamik.

2.1.5 Pendampingan Pasien Selama Transfer

Biasanya disarankan untuk memiliki setidaknya dua personel yang kompeten


untuk mendampingi pasien untuk dipindahkan. Perawatan yang dibutuhkan oleh
setiap pasien selama pemindahan tergantung pada tingkat ketergantungan
perawatan kritis pasien dan karenanya dibagi menjadi:12

11
- Level 0 : Ini mencakup pasien yang dapat dikelola di tingkat bangsal di rumah
sakit dan biasanya tidak diharuskan untuk didampingi oleh personel spesialis
mana pun
- Level 1 : Ini mencakup pasien yang berisiko memburuk kondisinya selama
pemindahan tetapi dapat dikelola dalam pengaturan bangsal akut dengan
dukungan dari tim perawatan kritis. Ini biasanya harus didampingi oleh
paramedis atau perawat terlatih
- Level 2 : Meliputi pasien yang memerlukan observasi atau intervensi atas
kegagalan sistem organ tunggal dan harus didampingi oleh personel yang
terlatih dan kompeten
- Level 3 : Ini mencakup pasien dengan kebutuhan perawatan pernapasan
lanjutan selama pengangkutan dengan dukungan setidaknya dua sistem organ
yang gagal. Pasien-pasien ini harus didampingi oleh dokter yang berkompeten
bersama dengan perawat dan paramedis.12

12
BAB III
KESIMPULAN

1. Transfer pasien adalah memindahkan pasien dari satu ruangan keruang perawatan/ruang
tindakan lain di dalam rumah sakit (intra rumah sakit) atau memindahkan pasien dari satu
rumah sakit ke rumah sakit lain (antar rumah sakit)

2. Tujuan dari manajemen transfer pasien adalah Agar pelayanan transfer pasien
dilaksanakan secara profesional dan berdedikasi tinggi dan proses transfer / pemindahan
pasien berlangsung dengan aman dan lancar serta pelaksanaannya sangat memperhatikan
keselamatan pasien serta sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.

3. pemindahan pasien yang paling umum digunakan adalah transportasi darat, dengan
memasukkan ambulans dan Mobile Intensive Care Unit (MICUs), dan transportasi udara
yang mencakup ambulans helikopter atau pesawat.12

13
DAFTAR PUSTAKA

1. Association of Anaesthetists of Great Britain and Ireland. 2009 AAGBI safety


guideline: interhospital transfer.
2. Conca, A., Bossart, R., Regez, K., Schild, U., Wallimann, G., Schweingruber,
R., Huber, A. (2015). Nursing & care optimized patient transfer through
innovative multidisciplinary assessment : project description of phase i
[ translated from the original article in german published in pflegewissenschaft
2012 ; 5 : 291-8 ]. Journal Nurse Care, 5(1), 1–7. https://doi.org/10.4172/2167-
1168.100031
3. Despoina, G. A., Fotos, N. V., & Brokalaki, H. (2016). Interruption of therapy
during intrahospital transport of non-icu patients. Health Science Journal, 7(2),
177– 187.
4. Ebrahimian, A., Seyedin, H., Jamshidi-Orak, R., & Masoumi, G. (2014).
Exploring factors affecting emergency medical services staffs’ decision about
transporting medical patients to medical facilities. Emergency Medicine
International. 8(2), 1–8. https://doi.org/10.1155/2014/215329
5. Griffiths (2018). Nurse staffing, nursing assistants and hospital mortality:
retrospective longitudinal cohort study. British Medical Journal. 5(3), 567-578
6. Kamil, H. (2015). Patient safety. Idea Nursing Journal. 1(1), 1-8. gttps://doi:
10.35680/2372-0247.1064
7. Kementerian Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 11 Tahun 2017 Tentang Keselamatan Pasien. Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI; 2017.
8. Kulshrestha, A., & Singh, J. 2016. Transfer pasien antar-rumah sakit dan intra-
rumah sakit: Konsep terbaru. Jurnal anestesi India , 60 (7), 451–
457. https://doi.org/10.4103/0019-5049.186012
9. Kurniawan, R., Rahman, I. A., & Nataligunawati, R. L. (2017). Penatalaksanaan
transportasi pasien di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit. Gaster, XV(1), 44-
52. https://doi.org/10.30787/gaster.v15i1.137
10. Lodwick, D. L., Cooper, J. N., Minneci, P. C., Deans, K. J., & Mcleod, D.
(2016). Factors affaecting pediatric patient transfer in testicular torsion. Journal
of Surgical Research. 3(2), 354-365. https://doi.org/10.1016/j.jss.2016.03.016

14
11.

15

Anda mungkin juga menyukai