Anda di halaman 1dari 20

REFERAT

PERAWATAN TALI PUSAT

Oleh:

Putri Umniyah S.Ked.

712021084

Pembimbing:
IPTU dr. Irma Yenni, Sp.A.

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK


RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH PALEMBANG
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2023
HALAMAN PENGESAHAN

Referat berjudul
Perawatan Tali Pusat

Dipersiapkan dan disusun oleh


Putri Umniyah, S.Ked.
712021084

Telah diterima dan disahkan sebagai salah satu syarat dalam mengikuti
kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Palembang di Departemen Ilmu Kesehatan Anak
Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang.

Palembang, Maret 2023


Dosen Pembimbing

IPTU dr. Irma Yenni, Sp.A.

ii
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah swt, Yang Maha Esa dengan segala keindahan-
Nya, zat Yang Maha Pengasih dengan segala kasih sayang-Nya, yang terlepas dari
segala sifat lemah semua makhluk.
Alhamdulillah berkat kekuatan dan pertolongan-Nya penulis dapat
menyelesaikan referat yang berjudul “Perawatan Tali Pusat” sebagai salah satu
syarat dalam mengikuti kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Palembang di Departemen Ilmu Kesehatan Anak
Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang.
Dalam penyelesaian referat ini, penulis mendapat bantuan, bimbingan dan
arahan maka dari itu kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada
IPTU dr. Irma Yenni Sp.A selaku dosen pembimbing.
Semoga Allah swt membalas semua kebaikan yang telah diberikan. Penulis
menyadari bahwa referat ini masih jauh dari sempurna, karena kesempurnaan itu
hanya milik Allah. Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan di masa mendatang.

Palembang, Maret 2023

Penulis

iii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................... iii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................... 1
1.2 Maksud dan Tujuan ............................................................ 2
1.3 Manfaat ............................................................................... 3
1.3.1 Manfaat Teoritis ...................................................... 3
1.3.2 Manfaat Praktis ....................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tali Pusat ............................................................................ 4
2.1.1 Tali Pusat ................................................................ 4
2.1.2 Anatomi Tali Pusat ................................................. 4
2.1.3 Fungsi Tali Pusat .................................................... 6
2.1.4 Pemotongan Tali Pusat ........................................... 6
2.1.5 Fisiologi Lepasnya Tali Pusat ................................. 7
2.1.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pelepasan Tali
Pusat ........................................................................ 8
2.1.7 Tanda Gejala Infeksi Pada Tali Pusat ..................... 9
2.2 Perawatan Tali Pusat ........................................................... 10
2.2.1 Definisi Perawatan Tali Pusat ................................. 10
2.2.2 Tujuan Perawatan Tali Pusat .................................. 10
2.2.3 Perawatan Tali Pusat Kering .................................. 11
2.2.4 Akibat Perawatan Tali Pusat Tidak Steril ............... 13
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan ......................................................................... 15
3.2 Saran ................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perawatan tali pusat adalah tindakan perawatan yang bertujuan merawat tali
pusat pada bayi baru lahir agar tetap kering dan mencegah terjadinya infeksi.
Perawatan tali pusat yang tidak benar pada bayi akan mengalami penyakit infeksi
yang akan mengakibatkan kematian. Penyakit ini disebabkan karena masuknya
spora kuman tetanus ke dalam tubuh melalui tali pusat, baik dari alat yang tidak
steril, pemakaian obat-obatan, bubuk atau daun-daunan yang ditaburkan ke tali
pusat sehingga dapat mengakibatkan infeksi.1
Angka kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu indikator penting
derajat Kesehatan dan keberhasilan pelayanan Kesehatan suatu negara. Menurut
kemenkes RI tahun 2019, AKB disebabkan oleh beberapa diantaranya kondisi berat
badan lahir rendah (35,3%), kelainan kongenital (21,4%), asfiksia (27%), sepsis
(12,5%), tetanus (3,5%) dan sisanya sekitar 0,36% dengan penyebab lain.2
Salah satu jenis infeksi yang sering terjadi pada neonatus dan menyebabkan
mortalitas yang tinggi adalah Tetanus Neonatorum (TN). Jumlah kasus TN
meningkat pada tahun 2021, yaitu sebesar 11 kasus, dimana sebelumnya terdapat 4
kasus pada tahun 2020. Case Fatality Rate (CFR) meningkat menjadi 82% pada
tahun 2021 dimana sebelumnya tahun 2020 CFR sebesar 50%. Sebaran kasus TN
tahun 2021 terdapat di 7 provinsi yaitu Jambi, Sumatera Selatan, Jawa Timur,
Sulawesi Selatan, Kalimantan Utara, Kalimantan Barat, dan Sulawesi Barat. Dari 7
provinsi, 5 provinsi terdapat kasus TN meninggal yaitu Sumatera Selatan, Sulawesi
Selatan, Jawa Timur, Kalimantan Barat dan Sulawesi Barat. Jumlah kasus TN pada
tahun 2021 terbanyak terjadi di Provinsi Sumatera Selatan yaitu sebanyak 3 kasus,
dengan CFR sebesar 100%. Berdasarkan faktor risiko terjadinya kasus TN, dari 11
kasus tahun 2021, sebanyak 9 kasus (82%) tidak diimunisasi. Berdasarkan
penolong persalinan pada kasus TN, 8 kasus (73%) ditolong dukun/penolong
tradisional, 1 kasus (9%) ditolong dokter, 1 kasus (9%) ditolong bidan/perawat dan
1 kasus (9%) tidak diketahui riwayat penolong persalinannya. Berdasarkan faktor
risiko perawatan tali pusat diketahui sebanyak 55% (6 kasus) menggunakan cara

1
tradisional dan 8% (2) kasus menggunakan alkohol. Sedangkan berdasarkan
pemotongan tali pusat, sebanyak 5 kasus (46%) menggunakan gunting, 1 kasus
(9%) dengan bambu, 3 kasus (27%) alat pemotong lainnya, dan 2 kasus (18%) tidak
diketahui.3
Perawatan tali pusat adalah tindakan perawatan yang bertujuan untuk
merawat tali pusat pada bayi baru lahir agar tetap kering dan mencegah terjadinya
infeksi. Perawatan tali pusat sangat penting diketahui oleh ibu terutama oleh ibu
melahirkan (post partum) agar ibu dapat memberikan perawatan yang maksimal
pada bayi sehingga bayi dapat tumbuh dengan baik dan sehat, tidak terinfeksi
melalui tali pusatnya.4
Teknik perawatan pada saat pemotongan dan mengikat tali pusat, serta
perawatan tali pusat selanjutnya merupakan prinsip utama yang sangat penting
untuk mencegah terjadinya sepsis karena infeksi tali pusat. Perawatan tali pusat
yang tidak baik mengakibatkan tali pusat menjadi lama lepas. Resiko bila tali pusat
lama lepas adalah terjadinya infeksi tali pusat dan penyakit tetanus neonatorum.
Sehingga perawatan tali pusat perlu diperhatikan. Perawatan tali pusat secara umum
bertujuan untuk mencegah terjadinya infeksi dan mempercepat putusnya tali pusat.
Bila tali pusat basah, berbau dan menunjukkan tanda-tanda infeksi, harus waspada
terhadap infeksi tali pusat. Perawatan tali pusat yang benar adalah berdasarkan
prinsip-prinsip aseptik dan kering serta tidak lagi dianjurkan untuk menggunakan
alkohol ataupun ramuan-ramuan lainnya. Tali pusat juga tidak boleh ditutup rapat
dengan apapun, karena akan membuatnya menjadi lembab. Selain memperlambat
lepasnya tali pusat, juga menimbulkan risiko infeksi. Meskipun bisa ditutup, boleh
menggunakan kain kassa steril dan tidak diikat terlalu kuat.
Berdasarkan masalah tersebut sehingga perlu dilakukan pembahasan untuk
mengetahui Bagaimana Teknik Perawatan pada tali pusat.

1.2 Maksud dan Tujuan


Adapun maksud dan tujuan referat ini adalah sebagai berikut.
1. Diharapkan dokter muda dapat memahami perawatan tali pusat, secara
menyeluruh.
2. Diharapkan adanya pola berpikir kritis setelah dilakukan diskusi mengenai
materi perawatan tali pusat.

2
3. Diharapkan dokter muda dapat mengaplikasikan pemahaman yang didapat
mengenai perawatana tali pusat selama menjalani kepaniteraan klinik dan
seterusnya.

1.3 Manfaat
1.3.1 Manfaat Teoritis
1) Bagi Institusi
Diharapkan referat ini dapat menjadi sumber ilmu pengetahuan dan
sebagai tambahan referensi dalam bidang ilmu kesehatan anak terutama
mengenai perawatan tali pusat.
2) Bagi Akademik
Diharapkan referat ini dapat dijadikan landasan untuk penulisan karya
ilmiah selanjutnya.

1.3.2 Manfaat Praktis


Diharapkan agar dokter muda dapat mengaplikasikan ilmu yang
diperoleh dari referat ini dalam kegiatan kepaniteraan klinik senior
(KKS) dan diterapkan di kemudian hari dalam praktik klinik.

BAB II

3
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tali Pusat


2.1.1 Tali Pusat
Tali pusat atau dalam istilah medis dikenal dengan funiculus umbilicalis
merupakan sebuah saluran kehidupan bagi janin selama dalam kandungan. Tali
pusat memiliki peran penting dalam pertumbuhan dan perkembangan janin.
Melalui tali pusat inilah, makanan, oksigen, serta nutrisi lain yang dibutuhkan
oleh bayi disalurkan dari peredaran darah sang ibu. Tali pusat hanya berperan
selama proses kehamilan. Ketika bayi sudah dilahirkan maka tali pusat sudah
tidak dibutuhkan lagi. Itu sebabnya, tindakan yang paling sering dilakukan
adalah memotong dan mengikat tali pusat hingga akhirnya beberapa hari setelah
itu tali pusat akan mengering dan lepas dengan sendirinya.5

2.1.2 Anatomi Tali Pusat


Anatomi tali pusat merupakan bagian-bagian yang terdapat pada tali
pusat. Tali pusat bentuknya seperti tali. Biasanya melingkar-lingkar dan
mempunyai sekitar 40 puntiran spiral. Tali pusat terlihat mengilap dan bewarna
kebiru-biruan, yang menunjukkan bahwa terdapat pembuluh darah di dalamnya.
Tali pusat merentang dari umbilicus (pusar) janin ke permukaan plasenta dan
mempunyai panjang normal kurang lebih 50-55 cm, dengan ketebalan sekitar
1-2 cm. Tali pusat dianggap berukuran pendek, jika panjangnya kurang dari 40
cm. Tali pusat yang terlalu panjang ataupun terlalu pendek mempunyai dampak
yang kurang baik bagi bayi. Jika tali pusat terlalu panjang, akan beresiko
terjadinya lilitan disekitar leher ataupun bagian tubuh janin lainnya. Hal ini
tentunya akan berbahaya bagi kesehatan janin. Sebaliknya, tali pusat yang
terlalu pendek akan menyulitkan ketika proses persalinan berlangsung,
misalnya persalinan yang tidak maju, terlepasnya plasenta dari tempatnya
(solusio placenta), dan efek samping pada bayi yang umumnya menyebabkan
hernia umbilicalis/ keluarnya organ dari tempat biasanya atau yang dikenl
dengan burut.5
Menurut Riksani (2012: 4-7) struktur tali pusat yaitu sebagai berikut:

4
a. Cairan Ketuban
Cairan ketuban atau dikenal dengan sebutan amnion menutupi tali pusat.
Di bawah balutan cairan amnion ini terlihat pembuluh-pembuluh darah
yang terdapat dalam tali pusat
b. Pembuluh darah
Pembuluh darah adalah bagian dari sistem sirkulasi yang mengangkut
darah ke seluruh tubuh. Tali pusat mengandung beberapa pembuluh
darah yang berperan menghubungkan antara janin dengan plasenta.
Pembuluh darah tersebut yaitu 2 pembuluh darah arteri dan 1 pembuluh
darah vena. Ketiga pembuluh darah ini membentuk pilinan di dalam tali
pusat. Kecepatan peredaran darah dalam tali pusat sekitar 400 ml per
menit. Artinya, dalam satu menit terdapat 400 ml darah yang mengalir
dalam tali pusat. Kecepatan peredaran darah inilah yang membuat tali
pusat dalam posisi yang relatif lurus dan mencegah terjadinya lilitan tali
pusat ketika janin bergerak dalam rahim. Pembuluh darah biasanya
berukuran lebih panjang dibandingkan tali pusat. Hal inilah yang
menyebabkan pembuluh darah terlihat berkelok-kelok dan juga
menimbulkan tonjolan-tonjolan di atas permukaan tali pusat yang
disebut dengan simpul palsu atau false knot. Tetapi bisa juga terjadi
simpul
c. Jeli Wharton
Jeli wharton merupakan zat yang terasa lengket dan terbuat dari
substansi gelatinosa. Jeli wharton ini mengelilingi pembuluih darah,
sekaligus melindungi pembuluh darah tersebut dari tekanan. Sehingga,
keberlangsungan pemberian makanan dari ibu ke janin dapat terjamin
dan membantu mencegah terjadinya penekukan tali pusat. Saat jeli
wharton terkena udara, ia akan mengembang. Tebal atau tipisnya tali
pusat, bergantung pada jumlah jeli wharton yang melapisinya.

2.1.3 Fungsi Tali Pusat


Fungsi tali pusat menurut Riksani (2012:7), peredaran darah janin dalam
rahim tentu berbeda dengan peredaran darah pada bayi, anak, apalagi dewasa.

5
Selama dalam rahim, paru-paru janin belum berfungsi dengan optimal.
Sehingga fungsi pernapasan, yaitu pertukaran gas, sepenuhnya dilakukan oleh
plasenta. Darah mengalir dariplasentake janin melalui tali pusat sekitar 400 ml
per menit.
Tali pusat merupakan jembatan penghubung antara plasenta dan janin.
Oleh karena itu, ia tidak hanya mencakup fungsi pernapasan saja, tapi seluruh
aktivitas yang ada di plasenta yang dibutuhkan oleh janin, baik untuk
pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, disalurkan melalui tali pusat ke
janin.
Selain menyalurkan zat-zat yang bermanfaat bagi tubuh, tali pusat pun
berperan sebagai saluran untuk mengeluarkan bahan-bahan sisa yang tidak
dibutuhkan oleh janin seperti urea dan gas karbondioksida. Lalu, akan
dikembalikan ke peredaran darah ibu yang kemudian diekskresikan/dikeluarkan
dari tubuh.

2.1.4 Pemotongan Tali Pusat


Pemotongan tali pusat merupakan hal yang harus diperhatikan. Sesaat
setelah bayi lahir dan menangis, tali pusat tidak dengan serta merta dipotong.
Tali pusat masih terhubung dengan plasenta dan terus berdenyut sampai
beberapa menit untuk mensuplai oksigen sampai ia bisa bernafas dengan
normal. Saat tali pusat berhenti berdenyut maka akan segera dijepit dan
dipotong. Tali pusat bayi baru lahir umumnya bewarna kebiruan dan
panjangnya 2,5 atau 5 cm sesudah dipotong. Klem plastik akan dipasang pada
potongan tali pusat untuk menghentikan perdarahan.6
Tali pusat terdiri dari dua pembuluh darah arteri dan satu vena. Ketika
tali pusat dijepit, maka pembuluh darah ini akan menyempit secara fisiologis.
Lama kelamaan pembuluh darah tersebut menutup dan berdegenerasi menjadi
jaringan ikat, yang akhirnya akan terlepas (puput) dengan sendirinya. Tali pusat
juga tidak mengandung saraf nyeri, oleh karena itu ketika tali pusat dipotong,
dijepit ataupun saat puput tidak akan terasa sakit, sehingga bayi tidak akan
rewel.6
Penanganan tali pusat di kamar bersalin harus dilakukan secara asepsis
untuk mencegah infeksi tali pusat dan tetanus neonatrum. Cuci tangan dengan

6
sabun dan air bersih sebelum mengikat dan memotong tali pusat. Tali pusat
diikat pada jarak 2-3 cm dari kulit bayi, dengan menggunakan klem yang terbuat
dari plastik, atau membuat ikatan yang cukup kuat (± 15cm). Kemudian tali
pusat di potong pada ± 1cm di distal tempat tali pusat diikat, menggunakan
instrumen yang steril dan tajam. Peggunaan instrumen yang tumpul dapat
meningkatkan risiko terjadinya infeksi karena terjadi trauma yang lebih banyak
pada jaringan (Sarwono, 2016).
Adapun cara pemotongan tali pusat menurut Dewi (2011:3) yaitu
sebagai berikut:
a. Menjepit tali dengan klem dengan jarak 3 cm dari pusat, lalu mengurut
tali pusat ke arah ibu dan memasang klem ke-2 dengan jarak 2 cm dari
klem
b. Memegang tali pusat di antara 2 klem dengan menggunakan tangan kiri
(jari tengah melindungi tubuh bayi) lalu memotong tali pusat diantara 2
klem.
c. Mengikat tali pusat dengan jarak ± 1 cm dari umbilikus dengan simpul
mati lalu mengikat balik tali pusat dengan simpul mati. Untuk kedua
kalinya bungkus dengan kasa steril, lepaskan klem pada tali pusat, lalu
memasukkannya dalam wadah yang berisi larutan klorin 0,5%.
d. Membungkus bayi dengan kain bersih dan memberikannya kepada ibu.

2.1.5 Fisiologi Lepasnya Tali Pusat


Selama hamil, plasenta menyediakan semua nutrisi untuk pertumbuhan
dan menghilangkan produk sisa secara terus menerus melalui tali pusat. Setelah
lahir, tali pusat mengering dengan cepat, mengeras, dan berubah warnanya
menjadi hitam (suatu proses yang disebut gangren kering). Proses pelepasan tali
pusat tersebut dibantu oleh paparan udara. Pembuluh umbilikus tetap berfungsi
selama beberapa hari, sehingga resiko infeksi masih tetap tinggi sampai tali
pusat terpisah. Kolonisasi area pada tali pusat tersebut dimulai dalam beberapa
jam setelah lahir akibat dari organisme non patogenik yang berasal dari ibu dan
masuk ke bayi melalui kontak dari kulit ke kulit. Bakteri yang berbahaya dapat
disebarkan melalui higiene yang buruk, teknik cuci tangan yang tidak baik dan
khususnya infeksi silang dari pekerja kesehatan.8

7
Pemisahan tali pusat berlanjut dipertemuan tali pusat dengan kulit
abdomen, dengan infiltrasi leukosit dan kemudian digesti tali pusat. Selama
proses normal ini, sejumlah kecil material mukosa keruh terkumpul ditempat
pertemuan antara tali pusat dan kulit abdomen tersebut. Hal ini tanpa disadari
diinterpretasikan sebagai nanah. Tali pusat menjadi basah atau lengket, tetapi
hal ini juga merupakan proses fisiologi yang normal. Pemisahan harusnya
selesai dalam 5-15 hari, meskipun bisa berlangsung lebih lama. Alasan utama
terjadi pelepasn tali pusat yang lebih lama adalah penggunaan antiseptik dan
infeksi.8

2.1.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pelepasan Tali Pusat


Adapun menurut Yola (2011), faktor yang mempengaruhi proses
pelepasan tali pusat adalah persalinan dengan secio caesarea, penggunaan
antibiotik, penggunaan antissptik pada tali pusat, gangguan morbilitas neutrofil
dan bayi baru lahir yang mengalami infeksi.
Proses pelepasan tali pusat dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-
faktor pelepasan tali pusat dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya adalah :
1. Timbulnya infeksi pada tali pusat disebabkan karena tindakan atau
perawatan yang tidak memenuhi syarat kebersihan, misalnya
pemotongan tali pusat dengan bambu/gunting yang tidak steril, atau
setelah dipotong tali pusat dibubuhi abu, tanah, minyak daun-daunan,
kopi dan sebagainya.
2. Cara perawatan tali pusat
Penelitian menunjukkan bahwa tali pusat yang dibersihkan dengan air,
sabun atau dengan memandikan bayi menggunakan washlap dan di
tutup dengan kassa steril cenderung lebih cepat puput (lepas) dari pada
tali pusat yang dibersihkan dengan alkohol.

3. Kelembaban tali pusat


Tali pusat juga tidak boleh ditutup rapat dengan apapun, karena akan
membuatnya menjadi lembab. Selain memperlambat puputnya tali
pusat, juga menimbulkan resiko infeksi.
4. Kondisi sanitasi lingkungan

8
Spora Clostridium Tetani yang masuk melalui luka tali pusat, karena
tindakan atau perawatan yang tidak memenuhi syarat kebersihan.
5. Status Nutrisi
Bayi dengan BBLR dalam perawatan masa neonatal sering mengalami
penyulit dan memberikan risiko kematian tinggi dikarenakan daya tahan
tubuh yang rendah mengakibatkan tali pusat lepas lebih lama, sehingga
risiko dapat menimbulkan koloni bakteri (Sodikin, 2018).

2.1.7 Tanda Gejala Infeksi Pada Tali Pusat


Tali pusat yang sudah dipotong, haruslah mendapatkan perawatan yang
baik agar terjaga kebersihannya dan terhindar dari kemungkinan terjadinya
infeksi. Upaya untuk mencegah infeksi tali pusat sesungguhnya merupakan
tindakan sederhana, yang terpenting adalah tali pusat selalu dalam keadaan
bersih dan kering, serta selalu mencuci tangan dengan menggunakan sabun
sebelum merawat tali pusat. Apabila hal ini tidak diperhatikan dapat
menimbulkan kemungkinan terjadinya infeksi pada tali pusat tersebut. Berikut
merupakan tanda dan gejala terjadinya infeksi pada tali pusat menurut Riksani
(2012):
1. Bayi terlihat gelisah dan rewel. Hal ini sesudah anda dipastikan bahwa
kegelisahan bayi tidak disebabkan oleh hal lain misalnya karena pipis,
pup, lapar, kepanasan, atau penyebab lainnya.
2. Terlihat adanya tanda kemerahan di sekitar pangkal tali pusat dan perut
bayi.
3. Daerah sekitar tali pusat tercium aroma bau dan mengeluarkan nanah
(nanah merupakan salah satu indikasi terjadinya infeksi).
4. Suhu tubuh bayi meningkat, tubuh terasa hangat atau panas. Untuk lebih
akurat, bisa menggunakan termometer untuk mengukur suhu tubuh bayi.
Jika suhu tubuh melebihi 38 ̊ C maka bayi sudah terkena demam.

2.2 Perawatan Tali Pusat


2.2.1 Definisi Perawatan Tali Pusat
Perawatan tali pusat adalah tindakan perawatan yang bertujuan merawat
tali pusat pada bayi baru lahir agar tetap kering dan mencegah terjadinya infeksi.

9
Perawatan tali pusat yang tidak benar pada bayi akan mengalami penyakit
infeksi yang akan mengakibatkan kematian. Penyakit ini disebabkan karena
masuknya spora kuman tetanus ke dalam tubuh melalui tali pusat, baik dari alat
yang tidak steril, pemakaian obat-obatan, bubuk atau daun-daunan yang
ditaburkan ke tali pusat sehingga dapat mengakibatkan infeksi.1
Perawatan tali pusat adalah tali pusat yang dirawat dalam keadaan yang
steril bersih dan terhindar dari infeksi tali pusat. Perawatan tali pusat yang baik
dan benar akan menimbulkan dampak positif yaitu tali pusat akan putus pada
hari ke 5 dan hari 7 tanpa ada komplkasi, sedangkan dampak negative dari
perawatan tali pusat yang tidak benar adalah bayi akan mengalami penyakit
Tetanus Neonatorum dan dapat mengakibatkan kematian.10
Merawat tali pusat berarti menjaga agar luka tersebut tetap bersih, tidak
terkena kencing dan kotoran. Tidak boleh membubuhkan atau mengoleskan
ramuan, abu dapur, dan sebagainya pada luka tali pusat sebab dapat
menyebabkan infeksi dan tetanus yang dapat berakhir dengan kematian pada
neonatal. Infeksi tali pusat merupakan faktor risiko untuk terjadinya tetatus
neonatrum.

2.2.2 Tujuan Perawatan Tali Pusat


Tujuan perawatan tali pusat adalah untuk mencegah terjadinya penyakit
Tetanus Neonatorum pada bayi baru lahir penyakit ini disebabkan karena
masuknya spora kuman tetanus kedalam tubuh melalu tali pusat, baik dari alat
steril, pemakaian obat-obatan, bubuk atau daun- daunan yang ditaburkan ke tali
pusat sehingga dapat mengakibatkan infeksi.9
Perawatan tali pusat yang benar dan lepasnya tali pusat dalam minggu
pertama secara bermakna mengurangi insiden infeksi pada neonatus. Yang
terpenting dalam perawatan tali pusat ialah menjaga agar tali pusat tetap kering
dan bersih. Lakukan cuci tangan dengan sabun dan air bersih sebelum merawat
tali pusat. Bersihkan secara lembut kulit di sekitar tali pusat dengan kasa,
kemudian bungkus dengan longgar/tidak

2.2.3 Perawatan Tali Pusat Kering

10
Perawatan tali pusat kering adalah merawat tali pusat dengan
dibersihkan dan dirawat serta dibalut dengan kassa steril , tali pusat dijaga agar
bersih dan kering agar tidak terjadi infeksi sampai tali pusat kering dan lepas.
Apabila tali pusat berbau bisa dibersihkan dengan gentian violet. Berikut cara
melakukan perawatan tali pusat :
a) Siapkan alat-alat
b) Cuci tangan sebelum dan sesudah merawat tali pusat
c) Tali pusat dibersihkan dengan kain kasa.
d) Setelah bersih, tali pusat dibungkus dengan kain kasa steril kering.
e) Setelah tali pusat terlepas / puput, tali pusat tetap diberi kasa steril.
Perawatan tali pusat yang benar dan lepasnya tali pusat dalam minggu
pertama secara bermakna mengurangi insiden infeksi pada neonatus. Yang
terpenting dalam perawatan tali pusat ialah menjaga agar tali pusat tetap kering
dan bersih. Lakukan cuci tangan dengan sabun dan air bersih sebelum merawat
tali pusat. Bersihkan secara lembut kulit di sekitar tali pusat dengan kasa,
kemudian bungkus dengan longgar/tidak terlalu rapat dengan kasa bersih/steril.
Popok atau celana bayi diikat di bawah tali pusat, tidak menutupi tali pusat
untuk menghindari kontak feses dan urin. Hindari penggunaan kancing, koin
atau uang logam untuk membalut tekan tali pusat.11
Berikut beberapa langkah perawatan tali pusat menurut Riksani (2012):
1. Cuci tangan terlebih dahulu sebelum menyentuh tali pusat
2. Saat memandikan bayi, usahakan agar anda tidak menarik tali pusat.
3. Bungkus longgar tali pusat menggunakan kasa steril atau tali pusat
dapat dibiarkan terbuka (tanpa dibungkus kassa) dan tanpa dibubuhi
apa pun (obat antiseptic atau alcohol), apalagi jika orangtua atau
kerabat menyarankan untuk menambahkan bahan-bahan lain di atas tali
pusat
4. Tali pusat sebaiknya tidak tertutup dengan rapat karena akan membuat
menjadi lembap yang bisa meningkatkan resiko tumbuhnya bakteri.
Mungkin sebagian orangtua baru merasa takut melihat tali pusat yang
belum terlepas. Tali pusat boleh ditutup atau diikat dengan longgar pada
bagian atas tali pusat dengan menggunakan kassa steril. Pastikan tali

11
pusat tidak tertekan oleh pakaian ataupun tali kain popok. Bila bayi
menggunakan popok sekali pakai, pilihah popok khusus bayi baru lahir
(terdapat lekukan dibagian depan). Hindari pemakaian celana sebelum
tali pusat terlepas. Sebaiknya, kenakan popok pada pakaian atasan. Bila
bayi menggunakan popok terbuat dari kain, jangan masukkan baju
atasannya ke dalam popok. Ini semua dimasukkan untuk membiarkan
tali pusat terkena udara agar lebih cepat kering dan lepas.
5. Tali pusat akan terlepas dengan sendirinya, sehingga sangat tidak
dianjurkan untuk memegang atau menarik-narik tali pusat, meskipun
anda gemas melihat bagian tali pusat yang terlihat menggantung diatas
perut sang buah hati.
Selain cara diatas adapun cara perawatan tali pusat menurut Ronald
(2011:43) yaitu sebagai berikut:
1. Merawat tali pusat dengan teratur.
2. Cuci tangan sebelum dan sesudah merawat buah hati.
3. Bila tali pusat kotor, cuci tali pusat dengan air bersih mengalir, jangan
direndam.
4. Biarkan tali pusat menegring, lalu tutup longgar dengan kasa bersih dan
kering.
5. Lipatkan popok dibawah tali pusat.
Dalam hal perawatan tali pusat, terdapat beberapa penelitian yang
membahas tentang perawatan tali pusat yang baik bagi bayi, salah satunya
penelitian yang dilakukan Dore membuktikan adanya perbedaan perawatan
antara perawatan tali pusat yang menggunakan alcohol pembersih dan dibalut
kain steril. Ia menyimpulkan bahwa tali pusat yang dirawat dengan cara alami
lebih cepat dalam waktu pengeringan dibandingkan dengan perawatan tali pusat
menggunakan alcohol. Penelitian lainnya yang dilakukan Kurniawati
menyimpulkan bahwa perawatan tali pusat dengan menggunakan prinsip udara
terbuka (tidak menutup tali pusat menggunakan kassa/pembalut), waktu yang
dibutuhkan untuk mengering lebih cepat dibandingkan perawatan tali pusat
dengan menggunakan Air Susu Ibu (ASI). Dore dan WHO tidak
merekomendasikan pembersihan tali pusat menggunakan alcohol karena bisa

12
memperlambat proses penyembuhan dan pengeringan luka. WHO lebih lanjut
menjelaskan bahwa aplikasi antimicrobial topical/salep pada tali pusat masih
menjadi hal yang diperdebatkan dan hasil dari beberapa penelitian masih belum
disimpulkan, apakah pemberian aplikasi salep tersebut baik dalam menjaga tali
pusat tetap kering.5

2.2.4 Akibat Perawatan Tali Pusat Tidak Steril


Menurut Riksani (2012), perawatan tali pusat tidak steril dapat
mengakibatkan berbagai gangguan kesehatan pada bayi, diantaranya tetanus
noenatorum dan omafalitis. Berikut penjelasan selengkapnya:
1. Tetanus neonatorum
Tetanus neonatorum adalah suatu penyakit pada bayi baru lahir yang
disebabkan oleh spora yang disebut Clostridium tetani yang masuk
melalui tali pusat. Hal ini disebabkan akibat perawatan atau tindakan
yang tidak memenuhi syarat kebersihan. Misalnya, pemotongan tali
pusat dengan menggunakan bambu atau digunting secara tidak steril
atau setelah tali pusat diguntin, dibubuhi dengan berbagai benda yang
tidak seharusnya/tidak steril.). Jumlah kasus TN meningkat pada tahun
2021, yaitu sebesar 11 kasus, dimana sebelumnya terdapat 4 kasus pada
tahun 2020. Case Fatality Rate (CFR) meningkat menjadi 82% pada
tahun 2021 dimana sebelumnya tahun 2020 CFR sebesar 50%. Sebaran
kasus TN tahun 2021 terdapat di 7 provinsi yaitu Jambi, Sumatera
Selatan, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Kalimantan Utara, Kalimantan
Barat, dan Sulawesi Barat. Dari 7 provinsi, 5 provinsi terdapat kasus TN
meninggal yaitu Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan, Jawa Timur,
Kalimantan Barat dan Sulawesi Barat. Jumlah kasus TN pada tahun
2021 terbanyak terjadi di Provinsi Sumatera Selatan yaitu sebanyak 3
kasus, dengan CFR sebesar 100%. Berdasarkan faktor risiko terjadinya
kasus TN, dari 11 kasus tahun 2021, sebanyak 9 kasus (82%) tidak
diimunisasi. Berdasarkan penolong persalinan pada kasus TN, 8 kasus
(73%) ditolong dukun/penolong tradisional, 1 kasus (9%) ditolong
dokter, 1 kasus (9%) ditolong bidan/perawat dan 1 kasus (9%) tidak
diketahui riwayat penolong persalinannya. Berdasarkan faktor risiko

13
perawatan tali pusat diketahui sebanyak 55% (6 kasus) menggunakan
cara tradisional dan 8% (2) kasus menggunakan alkohol. Sedangkan
berdasarkan pemotongan tali pusat, sebanyak 5 kasus (46%)
menggunakan gunting, 1 kasus (9%) dengan bambu, 3 kasus (27%) alat
pemotong lainnya, dan 2 kasus (18%) tidak diketahui.3
2. Omfalitis a
Omfalitis dalah adanya infeksi yang terjadi pada tali pusat. Tanda dan
gejala adanya infeksi tersebut adalah tali pusat basah atau lengket yang
disertai bau tidak sedap. Penyebab infeksi ini adalah bakteri seperti
stapilokokus, steptokokus, atau bakteri lainnya. Bila infeksi ini
ditemukan, segera diobati ketika tanda-tanda infeksi ini ditemukan,
akan terjadi penyebaran ke daerah sekitar tali pusat sehingga
menyababkan kemerahan dan bengkak pada daerah tali vena pusat. Pada
keadaan lebih lanjut, infeksi dapat menyebar ke bagian dalam tubuh di
sepanjang umbilikus dan akan menyebabkan thrombosis vena atau
penyumbatan vena. Bila bayi mengalami sakit yang berat, bayi akan
tampak kelabu dan menderita demam yang tinggi. Pengobatan pada
stadium ini biasanya dimulai dengan pemberian serbuk antibiotik. Tiap
secret atau cairan yang dikeluarkan oleh tali pusat dikultur dan
selanjutnya diberikan antibiotik lanjutan.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Perawatan tali pusat adalah tindakan perawatan yang bertujuan merawat tali
pusat pada bayi baru lahir agar tetap kering dan mencegah terjadinya
infeksi.
2. Tujuan perawatan tali pusat adalah untuk mencegah terjadinya penyakit
Tetanus Neonatorum pada bayi baru lahir penyakit ini disebabkan karena
masuknya spora kuman tetanus kedalam tubuh melalu tali pusat, baik dari

14
alat steril, pemakaian obat-obatan, bubuk atau daun- daunan yang
ditaburkan ke tali pusat sehingga dapat mengakibatkan infeksi.9
3. Perawatan tali pusat sangat penting diketahui oleh ibu terutama oleh ibu
melahirkan (post partum) agar ibu dapat memberikan perawatan yang
maksimal pada bayi sehingga bayi dapat tumbuh dengan baik dan sehat,
tidak terinfeksi melalui tali pusatnya.4

3.2 Saran
Berdasarkan uraian tersebut, adapun saran yang bisa diberikan yaitu bagi
tenaga kesehatan, hendaknya meningkatkan promosi kesehatan mengenai
perawatan tali pusat untuk meningkatkan pengetahuan yang benar dan
komprehensif mengenai pencegahan penularan, pengobatan, pola hidup bersih dan
sehat (PHBS) pada masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

1. Ronald. (2012). Pedoman perawatan balita. Bandung : Nuansa Aulia.

2. Kementrian Kesehatan Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia Tahun

2019.Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.

3. Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian

Kesehatan RI (Ditjen P2P Kemenkes RI), 2022. Distribusi Kasus Tetanus

Neonatorum Per Provinsi Tahun 2020 dan 2021

15
4. Yuspita (2017). Sepsis pada neonatus (sepsis neonatal). Sari Pediatri, V ol. 2,

No. 2 : 96-102.

5. Riksani, Ria. 2012, Keajaiban Tali Pusat dan Plasenta Bayi, Jakarta: Dunia

Sehat

6. Abata, Qorry ‘Aina. 2015. Merawat Bayi Baru Lahir. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

7. Dewi. M., Wawan. A. (2010). Teori dan Pengukuran Pengetahuan Sikap dan

keluarga berencana. EGC. Jakarta

8. Lumsden, H., dan Debbie Holmes. (2012). Asuhan Kebidanan pada Bayi yang

Baru Lahir . Yogyakarta: Pustaka Pelajar

9. Sodikin. Buku Saku Perawatan Tali Pusat. Ester M, Editor. Jakarta: EGC; 2018.

10. Marmi, S. S., & Kukuh Rahardjo. (2015). Asuhan Neonatus Pada Bayi, Balita,

dan Anak Prasekolah. Pustaka Pelajar.

11. Prawirohardjo, S. 2016. Ilmu Kebidanan. Pt. Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo.

16

Anda mungkin juga menyukai