Pembimbing:
dr. Abdullah Sahab, Sp.KJ.,MARS
Latar belakang
Setiap orang pada umumnya pasti memiliki permasalahan dalam hidupnya.
Pada saat individu dihadapkan dengan permasalahan biasanya akan menimbulkan respon emosi pada dirinya
. Respon emosi individu dalam menghadapi masalah dapat berbentuk positif maupun negatif.
perilaku self-harm
Tujuan
• Pada umumnya, perilaku self harm lebih sering terjadi pada usia remaja.
• WHO melaporkan bahwa perilaku melukai diri sendiri yang kemudian menjurus ke
bunuh diri menyebabkan paling tidak 814.000 kematian di tahun 2000
• Pada tahun 2010, 20% dari populasi di Australia berusia 18-24 tahun mengaku pernah
melukai dirinya sendiri paling tidak sekali dalam kehidupan mereka
Jenis-jenis
Self harm terbagi menjadi beberapa jenis, antara lain sebagai berikut
1. Major self-mutilation
Melakukan kerusakan permanen pada organ utama, seperti memotong kaki atau mencukil mata.
Contoh perilaku superficial self-mutilation adalah menarik rambut sendiri dengan sangat kuat, menyayat kulit dengan
benda tajam, membakar bagian tubuh membanting tubuhnya sendiri, dan membenturkan kepala.
Bentuk-bentuk
Menurut Eliana para pelaku self harm memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Kesulitan mengendalikan impuls di berbagai area, yang terlihat dalam masalah gangguan makan
atau adiksi terhadap zat adiktif.
2. Para pelaku self harm cenderung memiliki self esteem yang rendah dan kebutuhan atau dorongan
yang kuat untuk mendapatkan cinta dan penerimaan orang lain.
3. Pola pemikiran yang kaku, cara berpikir yang harus mencapai suatu tujuan atau tidak sama
sekali.
Karakteristik
1. Masa kecil penuh trauma atau kurangnya sosok salah satu atau kedua orangtua, menimbulkan
kesulitan-kesulitan menginternalisasikan perhatian positif.
2. Ketidakmampuan atau ketidakmauan untuk mengurus diri sendiri dengan baik.
Karakteristik
c. Berdasarkan lingkungan sosial pelaku:
3. Untuk berkomunikasi dengan orang lain dan menunjukkan bahwa mereka menderita;
4. Membuat orang lain berhenti mengganggu mereka.
Latar Belakang Keluarga Pelaku Self Harm
a. Adanya kehilangan yang mengakibatkan traumatis, sakit keras, ketidakstabilan dalam hidup
berkeluarga (keluarga Nomaden, orang tua Divorce).
b. Adanya pengabaian dan penganiayaan, baik secar fisik, seksual maupun emosional.
c. Kehidupan keluarga dipenuhi keyakinan agama yang kaku nilai-nilai yang dogmatis , yang diterapkan
dengan cara yang munafik dan tidak konsisten.
d. Peran yang terbalik dalam keluarga: misalnya si anak mengambil alih tanggung jawab orang dewasa di
usia dini
Self Harm dalam DSM-V
DSM-V akhirnya self harm diakui sebagai gangguan yang terpisah dari gangguan mental lainnya.
Hal ini disebut non-suicidal self injury (NSSI). Kriteria utama dari self harm antara lain adalah :
1. Seseorang telah terlibat self harm, selama dua belas bulan terakhir, setidaknya dilakukan pada
lima hari yang berbeda.
2. Self injury bukan merupakan hal yang sepele (misalnya menggigit kuku), dan tidak merupakan
bagian dari sebuah praktek yang diterima secara sosial (misalnya menusuk atau tato).
Tatalaksana Self Harm
Dalam Multicentre Treatment of Adolescent Depression Study, terapi perilaku kognitif, baik
sendiri atau dikombinasikan dengan fluoxetine, dikaitkan dengan pengurangan yang lebih besar
dalam ide bunuh diri atau tindakan (gabungan) dari pada fluoxetine saja. Dalam dua percobaan
lain, Namun, tidak ada Perbedaan terlihat antara terapi perilaku kognitif dan pengobatan
antidepresan SSRI pada hasil ini