PENDEKATAN KEDOKTERAN
KELUARGA PADA PASIEN “ASMA BRONKIAL”
DI WILAYAH SEKITAR KLINIK DOKTER KELUARGA FK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
Disusun Oleh:
Okta Isviyanti, S.Ked
NIM : 71 2018 074
Penguji:
DEPARTEMEN ILMU
KEDOKTERAN KELUARGA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2021
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Kasus
PENDEKATAN KEDOKTERAN KELUARGA
PADA PASIEN ASMA BRONKIAL
DI WILAYAH SEKITAR KLINIK DOKTER KELUARGA
FK UMP
Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam mengikuti ujian
Kepaniteraan Klinik Senior Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Palembang
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul
“Pendekatan Kedokteran Keluarga pada Pasien Asma Bronkial di Wilayah Sekitar
Klinik Dokter Keluarga FK UMP”, sebagai salah satu syarat untuk mengikuti
ujian Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu Kedokteran Keluarga Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang/ Puskesmas Boom Baru Kota
Palembang. Shalawat dan salam selalu tercurah kepada Rasulullah Muhammad
SAW beserta para keluarga, sahabat, dan pengikutnya sampai akhir zaman.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima
kasih kepada:
Penulis
iii
DAFTAR ISI
JUDUL..................................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................ii
KATA PENGANTAR...........................................................................................iii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................1
1.2 Tujuan Penulisan.............................................................................................3
1.3 Manfaat Penulisan...........................................................................................3
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
4
5
Menurut Murti (2013), berikut ini prosedur kerja home visit, yaitu:3,4,14
A. Hari 1:
1. Mempelajari data-data pasien rawat jalan di puskesmas
setempat untuk memilih sasaran keluarga yang akan dikunjungi
sesuai jumlah kelompok kecil
2. Melakukan survey pasien yang akan dikunjungi pada hari
kedua dan membuat janji jadwal kkunjungan yang akan
dilakukan kemudian dikonsultasikan kepada instruktur
lapangan
3. Mengindentifikasi dan membuat prioritas masalah yang ada di
dalam kelluarga yang akan dikunjungi untuk persiapan
pemberian nasehat/penyuluhan pada saat pelaksanaan kegiatan
kunjungan pasien di rumah
4. Mengisi form pelaporan kegiatan kunjungan rumah yang ada di
klinik dokter keluarga
5. Mempersiapkan alat yang akan dipakai dalam kunjungan
pasien di rumah (tensimeter, stetoskop, termometer, senter,
media penyuluhan).
B. Hari II:
1. Melaksanakan kunjungan rumah sesuai dengan tata cara yang
telah dipelajari sebelumnya
2. Mengisi form-form data kunjungan rumah yang telah ditentukan
3. Melaporkan secara lisa kegiatan yang telah dilaksanakan kepada
instruktur atau pihak puskesmas
4. Membuat analisa atas data-data yang telah dikumpulkan
5. Menyusun laporan akhir kegiatan
C. Hari III:
1. Mengumpulkan laporan akhir dan presentasi hasil kunjungan
rumah.
Menurut Murti (2013), tata cara kunjungan pasien di rumah
mencakup bidang yang amat luas. Jika ditinjau dari tenaga
pelaksana, dapat dibedakan atas dua macam. Pertama, dilakukan
sendiri oleh dokter yang menyelenggarakan pelayanan dokter
keluarga. Kedua, dilakukan oleh petugas kesehatan khusus,
lazimnya tenaga paramedis, yang telah mendapatkan pelatihan.
Sedangkan, jika ditinjau dari pihak yang mengambil inisiatif,
juga dapat dibedakan atas dua macam. Pertama, atas inisiatif
dokter keluarga yang melaksanakan pelayanan dokter keluarga.
Kedua, atas inisiatif pasien yang memerlukan pertolongan
kedokteran dari dokter keluarga. Tata cara yang dimaksud
secara umum dapat dibedakan atas tiga macam hal, yaitu:
a. Untuk Mengumpulkan Data tentang Pasien
Jika tujuan kunjungan rumah adalah untuk mengumpulkan
data tentang pasien, tata cara yang ditempuh adalah sebagai
berikut:
1) Mempersiapkan daftar nama keluarga yang akan dikunjungi,
Apabila memang ada kemampuan, seyogyanya dokter
keluarga dapat melakukan kunjungan rumah kepada semua
keluarga yang menjadi tanggung jawabnya, terutama apabila
keluarga tersebut merupakan pasien baru. Tetapi apabila
kemampuan tersebut tidak dimiliki, kunjungan rumah untuk
pengumpulan data cukup dilakukan terhadap keluarga yang
sangat membutuhkan saja, yakni keluarga yang termasuk
dalam kelompok berisiko tinggi (high risk family), seperti
misalnya menderita penyakit menular, isteri sedang hamil,
atau keluarga dengan anak balita. Siapkanlah daftar nama
keluarga yang akan dikunjungi tersebut.
2) Mengatur jadwal kunjungan
Tidak ada gunanya melakukan kunjungan rumah apabila
kepala keluarga yang dapat menjelaskan tentang kehidupan
keluarga yang ingin diketahui dan atau anggota keluarga
yang ingin dikunjungi, sedang tidak berada di tempat. Untuk
menghindari kunjungan rumah yang sia - sia ini, perlulah
dilakukan pengaturan jadwal kunjungan rumah yang sebaik -
baiknya.
3) Mempersiapkan macam data yang akan dikumpulkan
Macam data yang akan dikumpulkan banyak macamnya,
yang kesemuanya sangat tergantung dari masalah kesehatan
yang ada pada keluarga. Macam data minimal yang patut
dikumpulkan adalah tentang identitas keluarga, keadaan
rumah dan lingkungan pemukiman pasien, struktur keluarga
(genogram), fungsi keluarga serta interaksi anggota keluarga
dalam menjalankan fungsi keluarga. Data minimal ini sering
disebut sebagai data dasar (database) keluarga dan atau
disebut pula sebagai profil keluarga.
4) Melakukan pengumpulan data
Apabila ketiga persiapan di atas selesai dilakukan, kegiatan
dilanjutkan dengan melakukan kunjungan rumah serta
mengumpulkan data sesuai dengan yang telah direncanakan.
5) Melakukan pencatatan data
Kegiatan berikutnya yang dilakukan adalah mencatat semua
data yang berhasil dikumpulkan. Catatan data dasar pasien
ini biasanya dilakukan pada rekam medis khusus yang
disebut dengan nama rekam medis keluarga.
6) Menyampaikan nasehat dan atau penyuluhan kesehatan
Sekalipun tujuan utama kunjungan rumah adalah untuk
mengumpulkan data pasien, namun sangat dianjurkan pada
waktu kunjungan rumah tersebut dapat sekaligus
disampaikan nasehat dan ataupun dilakukan penyuluhan
kesehatan, sesuai dengan hasil temuan. Misalnya,
menyampaikan nasehat tentang kebersihan perseorangan,
kebersihan lingkungan pemukiman, dan lain sebagainya.
b. Untuk Memberikan Pertolongan Kedokteran Atas Inisiatif
Dokter Keluarga
Jika tujuan kunjungan rumah tersebut adalah untuk
memberikan pertolongan kedokteran atas inisiatif dokter
keluarga, misalnya untuk keperluan pelayanan tindak lanjut
yang telah terjadwal dan disepakati bersama, maka tata cara
yang dilakukan mencakup enam kegiatan pokok sebagai
berikut:
1) Mempersiapkan jadwal kunjungan
Kegiatan pertama yang harus dilakukan adalah
mempersiapkan jadwal kunjungan yang berisikan daftar
nama pasien yang akan dikunjungi sesuai dengan tanggal
dan jam kunjungan yang telah ditetapkan dan disepakati
oleh pasien.
2) Menyampaikan jadwal kunjungan yang telah disusun
kepada pasien
Jika keadaan memungkinkan ada baiknya jadwal
kunjungan tersebut disampaikan kepada pasien yang
akan dikunjungi. Misalnya melalui surat dan ataupun
telepon, yang sebaiknya disampaikan minimal tiga hari
sebelum tanggal kunjungan.
3) Mempersiapkan keperluan kunjungan
Sebelum berkunjung ke tempat pasien, dokter harus
mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan, sesuai
dengan pertolongan kedokteran yang akan dilakukan.
4) Melakukan kunjungan dan pertolongan kedokteran
Sesuai dengan tanggal dan jam yang telah ditetapkan
dalam jadwal kunjungan, dokter keluarga berkunjung ke
tempat pasien serta melakukan pertolongan kedokteran
sesuai dengan keperluan pasien. Patut diingat dalam
pertolongan kedokteran ini termasuk pula pemberian
nasehat atau penyuluhan kesehatan yang ada
hubungannya dengan kesehatan pasien.
5) Mengisi rekam medis keluarga
Kegiatan kelima yang dilakukan adalah mencatat semua
hasil temuan serta tindakan kedokteran yang dilakukan
pada rekam medis keluarga.
6) Menyusun rencana tidak lanjut
Kegiatan terakhir yang dilakukan adalah bersama pasien
menyusun rencana pelayanan tindak lanjut yang perlu
dilakukan. Jika memang perlu pelayanan rawat inap di
rumah sakit, bicarakanlah dengan sebaik – baiknya.
c. Untuk Memberikan Pertolongan Kedokteran Atas Inisiatif
Pasien Atau Pihak Keluarga
Jika pihak yang mengambil inisiatif adalah pasien atau
keluarganya, yang biasanya terjadi apabila menderita penyakit
yang bersifat mendadak (acute), tata cara yang ditempuh adalah
sebagai berikut:
1) Menanyakan selengkapnya tentang keadaan pasien
Kegiatan pertama yang dilakukan ialah menanyakan
selengkapnya tentang keadaan pasien yang memerlukan
kunjungan dan atau perawatan di rumah yang bersifat
mendadak tersebut. Jika panggilan melalui anggota keluarga,
pertanyaan dapat langsung ditanyakan kepada anggota
keluarga.
2) Mempersiapkan keperluan kunjungan
Bawalah semua alat dan ataupun obat yang diperlukan.
Jangan lupa pula membawa rekam medis keluarga untuk
pasien yang akan memperoleh pertolongan kedokteran
tersebut.
3) Melakukan kunjungan serta pertolongan kedokteran
Kegiatan ketiga yang dilakukan adalah mengunjungi rumah
pasien serta melakukan pertolongan kedokteran sesuai
dengan keperluan pasien.
4) Mengisi rekam medis keluarga
Kegiatan keempat yang dilakukan adalah mencatat semua
hasil temuan serta tindakan kedokteran yang dilakukan
pada rekam medis keluarga. Isilah rekam medis keluarga
tersebut dengan lengkap.
5) Menyusun rencana tindak lanjut
Kegiatan kelima yang dilakukan adalah bersama pasien
menyusun rencana pelayanan tindak lanjut yang perlu
dilakukan. Jika memang diperlukan pelayanan rawat inap
di rumah sakit, bicarakanlah dengan sebaik-baiknya.
2.1.6 Fungsi Keluarga
1. Family Genogram
Family genogram merupakan grafik yang menggambarkan
anatomi/struktur keluarga, termasuk: pohon keluarga, grafik
fungsional, riwayat sakit pada keluarga
2. Family life cycle
Siklus hidup keluarga merupakan cara dokter memahami
perkembangan keluarga agar dapat membentuk hipotesis yang
baik tentang permassalahan yang sedang dialami pasien, dan
dapat membantu anggota keluarga menyiapkan diri dari masalah
dan membantu memecahkannya. Siklus hidup keluara
konsepnya dibuat menjadi tahapan-tahapan
3. Family Life Line
Jalur hidup keluarga merupakan gambaran kronologis kehidupan
atau kejadian klinis dan pemecahannya
4. Family APGAR (Adaptasi, Partnership, Growth, Affection, &
Resolve)
Family APGAR merupakan alat screening untuk disfungsi
keluarga, kepuasan individu mengenai hubungan kekeluargaan
5. Family SCREEM (Social, Cultural, Religious, Economic,
Educational, Medical)
Family SCREEM merupakan gambaran ketersediaan sumber,
penilaian kapasitas keluarga dalam berpartisipasi pada ketentuan
pelayanan kesehatan yang mengatasi krisis.
a.Lokasi (Location)
Organ atau sistem mana yang mengalami keluhan. Apabila keluhan
berupa batuk atau mencret, maka lokasi keluhan otomatis kita
ketahui lokasinya pada saluran pernafasan atau saluran cerna.
Apabila keluhan berupa nyeri perut, perlu dijelasan nyeri perut
daerah mana (mis: perut kanan bawah, perut daerah ulu hati).
Karena dengan mengetahui lokasi yang jelas, dokter akan dapat
memperkirakan organ perut mana yang kira-kira sakit.
b. Onset (Onset)
Sejak kapan keluhan mulai dirasakan? Apakah keluhan terjadi
secara mendadak atau perlahan-lahan? Apakah keluhan didahului
kejadian atau keadaan tertentu. Misalnya nyeri dada timbul secara
mendadak setelah olah raga berat.
c.Kualitas
Misalnya nyeri pada dada, apakah seperti tertusuk-tusuk atau
mungkin seperti tertimpa beban berat. Gambaran yang diceritakan
dalam surat konsultasi hendaknya bisa menjawab pertanyaan
“Seperti apakah rasa nyeri itu?”
d. Kuantitas
Apakah beratnya keluhan sampai mengganggu aktivitas sehari-hari
atau mengganggu tidur? Misalnya sesak sampai tidak bisa aktivitas
ringan (mis: tidak bisa mandi, berjalan ke kamar mandi), atau tidur
terlentang saja sudah sesak, ini mencerminkan beratnya sesak.
e.Kronologis
Hal yang musti dijabarkan pasien hendaknya dapat menjelaskan
kronologis keluhan tersebut sejak pertama kali dirasakan sampai
saat ini dan bagaimana perkembangannya.
f. Faktor Modifikasi (Modifying factors)
Adalah keadaan yang dapat memperingan atau memperberat
keluhan. Jawaban pertanyaan ini dapat menjelaskan jenis
penyebabnya. Misalnya sesak saat aktivitas berat dan berkurang
apabila istirahat, mencerminkan penyebabnya berhubungan dengan
jantung.
g. Keluhan Penyerta (Assocciated Symptoms)
Sering sekali setiap penyakit mempunyai banyak gejala. Yang
dirasakan paling keras merupakan keluhan utama, sedangkan
keluhan lainnya merupakan keluhan penyerta.
2.3.2. Epidemiologi
World Health Organization (WHO) memperkirakan 100-150
juta penduduk dunia menderita asma. Bahkan jumlah ini
diperkirakan akan terus bertambah hingga mencapai 180.000 orang
setiap tahun. Sumber lain menyebutkan bahwa pasien asma sudah
mencapai 300 juta orang di seluruh dunia dan terus meningkat
selama 20 tahun belakangan ini. Apabila tidak dicegah dan ditangani
dengan baik, maka diperkirakan akan terjadi peningkatan prevalensi
yang lebih tinggi lagi pada masa akan datang.10
2.3.3. Etiologi
2.3.4. Patofisiologi
Gejala asma yaitu batuk dan sesak dengan mengi merupakan
akibat dari obstruksi bronkus yang didasari oleh inflamasi kronis dan
hiperaktivitas bronkus.12,13
Hiperaktivitas bronkus merupakan ciri khas asma, besarnya
hipereaktivitas bronkus ini dapat diukur secara tidak langsung.
Pengukuran ini merupakan parameter objektif untuk menentukan
beratnya hiperaktivitas bronkus yang ada pada seseorang pasien.
Berbagai cara digunakan untuk mengukur hipereaktivitas bronkus
ini, antara lain dengan uji provokasi beban kerja, inhalasi udara
dingin, inhalasi antigen maupun inhalasi zat nonspesifik.
2. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik dapat bervariasi dari normal sampai
didapatkannya kelainan. Perlu diperhatikan tanda-tanda asma
dan penyakit alergi lainnya. Tanda asma yang paling sering
ditemukan adalah mengi, namun pada sebagian pasien asma
tidak didapatkan mengi diluar serangan. Begitu juga pada asma
yang sangat berat, berat mengi dapat tidak terdengar (silent
chest), biasanya pasien dalam keadaan sianosis dan kesadaran
menurun. Secara umum pasien yang sedang mengalami
serangan asma dapat ditemukan hal-hal sebagai berikut, sesuai
derajat serangan:
Inspeksi:
Pasien terlihat gelisah,
Sesak (napas cuping hidung, napas cepat, retraksi sela
iga, retraksi epigastrium, retraksi suprasternal)
Sianosis
Palpasi:
Biasanya tidak ditemukan kelainan
Pada serangan berat dapat terjadi pulsus paradoksus
Perkusi:
Biasanya tidak ditemukan kelainan
Auskultasi:
Ekspirasi memanjang
Mengi
Suara lendir
3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan untuk diagnosis asma:
Pemeriksaan fungsi/faal paru dengan alat spirometer
Pemeriksaan arus puncak ekspirasi dengan alat peak
flow rate meter
Uji reversibilitas (dengan bronkodilator)
Uji provokasi bronkus, untuk menilai ada/tidaknya
hipereaktivitas bronkus
Uji alergi (tes tusuk kulit/skin prick test) untuk menilai
ada tidaknya alergi
Foto thorax, pemeriksaan ini dilakukan untuk
menyingkirkan penyakit selain asma.5,13
Dewasa5
Obat asma terdiri dari obat pelega dan pengontrol. Obat pelega
diberikan pada saat serangan asma, sedangkan obat pengontrol
ditujukkan untuk pencegahan serangan asma dan diberikan dalam
jangka panjang dan terus-menerus. Untuk mengontrol asma
digunakan anti inflamasi (kortikosteroid inhalasi). Pada anak,
kontrol lingkungan mutlak dilakukan sebelum diberikan
kortikosteroid dan dosis diturunkan apabila dua sampai tiga
bulan kondisi telah terkontrol.
a. Inhalasi kortikosteroid
b. β2 agonis kerja panjang
c. antileukotrei
d. teofilin lepas lambat
Tabel 2.2 Jenis obat asma
3.1. Identitas
Nama : Ny. Rizky
Umur : 27 tahun
Tempat, Tanggal Lahir : Belitang, 06 Februari
1993 Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Swasta
Status : Menikah
Alamat : Jl. KH. Balqi, Lrg. Banten 2, Palembang
Agama : Islam
Tanggal kunjungan rumah I : 06 Februari 2021
Tanggal kunjungan rumah II : 07 Februari 2021
Tanggal kunjungan rumah III : 08 Februari 2021
3.2. Subjektif
Anamnesis dilakukan pada pasien dan keluarga pasien pada tanggal
06 Februari 2021 pukul 14:00 WIB
1. Keluhan Utama
Sesak Nafas
2. Keluhan Tambahan
Tidak ada
3. Riwayat Perjalanan Penyakit
Sejak kurang lebih 1 bulan yang lalu pasien pernah mengeluh sesak
nafas. Pasien mengeluh sesak disertai dengan bunyi „‟ngik‟‟. Sesak
tersebut hilang timbul, pasien mengeluhkan sesak biasanya timbul
sebulan muncul satu kali. Sesak timbul setelah pasien melakukan
aktivitas yang berat. Pasien juga mengeluhkan batuk berdahak, dahak
campur buih, berwarna putih, darah tidak ada, pasien mengatakan lebih
nyaman dengan posisi duduk.
Pasien mengaku mempunyai riwayat asma sejak kecil namun
pasien rutin berobat dan mengkonsumsi obat secara rutin, pasien terakhir
kali kambuh 1 bulan yang lalu.
Untuk keluhan saat ini seperti sesak nafas yang disertai dengan
mengik tidak ada, BAK normal. Riwayat keluarga menderita asma
dijumpai ayah dan tiga saudaranya. Riwayat penyakit jantung tidak ada.
6. Riwayat Pengobatan
Pasien teratur mengkonsumsi obat sejak 20 tahun yang lalu dan berobat
rutin.
7. Riwayat Kebiasaan
Kebiasaan merokok dan minum minuman beralkohol disangkal. Riwayat
memelihara atau kontak dengan hewan peliharaan disangkal.
8. Riwayat Pekerjaan
Pasien bekerja sebagai guru di sekolah dasar.
9. Riwayat Higiene
Pasien mandi dua kali sehari dengan air PDAM dan menggunakan
sabun dan shampoo.
Pasien mengganti pakaian setiap hari.
Pasien menggunakan handuk dan pakaian sendiri, tidak bercampur
dengan anggota keluarga yang lain.
Kesan:
Sosial : Baik
Ekonomi : Cukup
Lingkungan : Baik
12. Riwayat Keluarga
GENOGRAM
Keterangan :
: Laki-laki hidup
: Perempuan hidup
: Laki-laki
: Perempuan meninggal
: Pasien
3.3. Objektif
Status Generalis
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan darah : 100/70 mmHg
Nadi : 81 x/menit
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 36,7C
Berat badan : 60 kg
Tinggi badan : 155 cm
IMT : 24,9 (Berat badan ideal)
Keadaan Spesifik
Kepala : normocephali, rambut hitam tidak mudah dicabut.
- Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
- Hidung : sekret (-/-), nafas cuping hidung (-/-)
- Telinga : nyeri tekan (-/-), sekret (-/-)
- Mulut : mukosa bibir kering (-), stomatitis (-), tonsil T1-T1
- Leher : pembesaran KGB (-) JVP tidak meningkat.
Thoraks
- Paru
- Inspeksi : simetris, retraksi (-/-)
- Palpasi : stem fremitus kanan dan kiri sama
- Perkusi : sonor
- Auskultasi : vesikuler (+/+) normal, wheezing (-/-),
rhonki (-/-)
- Jantung
- Inspeksi : iktus cordis tidak terlihat
- Palpasi : iktus cordis tidak teraba, thrill (-)
- Perkusi :
- Batas atas: ICS 2 linea parasternalis dextra et sinistra
- Batas bawah : ICS 6 linea axilaris anterior sinistra
Auskultasi : BJ I dan II (+) normal, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
- Inspeksi : datar
- Palpasi : lemas, hepar tidak teraba, lien tidak teraba, nyeri tekan (-)
- Perkusi : timpani, nyeri ketok CVA (-)
- Auskultasi : bising usus (+) normal
Genitalis : tidak dilakukan pemeriksaan
Ekstremitas : akral hangat, edema tungkai (-/-), CRT < 2”.
3.4. Pemeriksaan Penunjang (2015)
3.5. Follow up
Tabel 3.1. follow up pasien
TB : 155cm
BB : 60Kg
TD: 110/70mmHg
N: 82x/menit
RR : 22x/m
T : 36,7 C
2. 07/02/2021 S/ sesak tidak ada Asma Salbutamol tab 3x1
Bronkial
O/
TB : 155cm
BB : 60Kg
TD: 110/80mmHg
N: 84x/menit
RR : 21x/m
T : 36,8 C
O/
TB : 155cm
BB : 60Kg
TD: 110/80mmHg
N: 89x/menit
RR : 23x/m
T : 36,8 C
- Preventif
Memberikan informasi mengenai upaya pencegahan yang dapat
dilakukan sehingga tidak mencetuskan dan tidak memperparah
kondisinya
1. Mengidentifikasi faktor-faktor risiko timbulnya asma
2. Menganjurkan membatasi konsumsi maknaan yang dapat
menimbulkan reaksi alergi, dan udara yang dingin
3. Mengkonsumsi air putih yang banyak, diet rendah garam, diet
rendah purin, rendah lemak dan kolesterol
4. Memanfaatkan waktu luang untuk istirahat cukup.
- Kuratif
- Farmakologis
Salbutamol tab 3 x 1
- Non Farmakologis
Menghindari pajanan alergi
Melakukan aktivitas yang tidak terlalu berat.
Hindari udara dingin
Kontrol secara rutin
Mengkonsumsi air putih yang cukup.
- Rehabilitatif
Istirahat yang cukup dan anjuran untuk kontrol rutin sebagai
monitoring untuk mencegah keadaan yang lebih buruk.
3.9. Prognosis
Quo ad vitam : bonam
Quo ad fungtionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
Kepala
1. Irfan L 30 thn S1 Swasta
keluarga
Sumber Patologis
Tn. Irfan Ny. Rizky dan Rico sehari hari
Social sering bertegur sapa dengan tetangga sekitar -
rumah.
Kepuasan atau kebanggaan terhadap budaya
cukup baik, hal ini dapat dilihat dari pergaulan
sehari-hari dalam keluarga maupun di
Culture -
lingkungan. Ny Rizky sering mengikuti
kegiatan di masyarakat seperti kondangan
dan
pengajian.
Dalam keluarga ini pemahaman agama baik.
Tn. Irfan Ny. Rizky dan Rico sering sholat
Religious berjamaah dan mengaji di masjid. Untuk Tn. -
Irfan dan Ny. Rizky lebih sering sholat di
rumah.
Status ekonomi keluarga ini tergolong
1m
4m
2m
3m
2m
Kamar 2
3,5m
1. Masalah Organobiologik
Ditemukan masalah organobiologik pada penderita.
2. Masalah Psikologik
Tidak ditemukan masalah psikologik pada penderita.
3. Masalah Dalam Keluarga
Tidak ditemukan masalah keluarga pada penderita
D. Pembinaan Keluarga
a. Edukasi Terhadap Pasien
1. Memberikan psikoterapi edukatif, yaitu memberikan informasi
dan edukasi tentang penyakit yang diderita, faktor risiko, gejala,
dampak, faktor penyebab, cara pengobatan, prognosis dan risiko
yang memperberat agar os tetap taat meminum obat dan rutin
kontrol ke dokter.
2. Memberikan psikoterapi suportif dengan memotivasi os untuk
terus minum obat secara teratur dan rutin kontrol ke dokter serta
memiliki semangat untuk sembuh, sehingga kualitas hidup pasien
dapat meningkat.
3. Memberikan psikoterapi suportif dengan memotivasi penderita
untuk pola makan yang sehat, serta berkeinginan untuk sembuh.
F. Diagnosis Holistik
Dalam menetapkan masalah serta faktor yang mempengaruhi,
digunakan konsep Mandala of Health. Diagnosis holistic yang ditegakan
pada pasien adalah sebagai berikut
GAYA HIDUP
Pasien rajin
berolahraga
FAMILY
PERILAKU LINKUNGAN
KESEHATAN PSIKO-SOSIAL-EKONOMI
Pasien teratur Pendapatan cukup,
Kehidupan sosial baik
mengkonsumsi obat
PELAYANAN KESEHATAN
Jarak rumah- kdk cukup Pasien LINGKUNGAN KERJA
dekat, pihak kdk dapat
perempuan, Pasien terkadang
melakukan kunjungan
27 tahun kelelahan bekerja
rumah terhadap pasien
diagnosis
Asma Bronkial
LINGKUNGAN FISIK
Rumah baik, tinggal
bersama suami dan
anak-anak. Ventilasi
FAKTOR BIOLOGI rumah baik, pencahayaan
Terdapat herediter cukup, dan kerapian serta
kebersihan rumah cukup.
asma
Komunitas :
Perumahan dengan
kepadatan baik.
Pada aspek I, os sering mengalami sesak nafas yang muncul apabila
melakukan aktivitas yang berat. Os takut sesak menggangu aktivitas
sehari-hari sehingga pasien ke KDK FK UMP untuk diperiksa.
Pada aspek II, diagnosis kerja yang ditegakkan adalah Asma Bronkial.
Pada aspek III, os diketahui berusia 27 tahun. Ayah dan tiga saudara dari
pasien menderita penyakit Asma seperti pasien.
Pada aspek IV, fungsi keluarga diketahui baik, lingkungan psikososial-
ekonomi pasien baik, kebersihan dan kerapian lingkungan rumah juga
baik. Diketahui pasien sering kelelahan dalam bekerja, yang dimana
menimbulkan stres sehingga memicu kekambuhan asma.
Pada aspek V, ditetapkan skala fungsional pasien derajat 2 yaitu mampu
melakukan pekerjaan ringan sehari-hari di dalam/luar rumah dengan
sedikit kesulitan, masih mandiri dalam perawatan diri, bekerja di dalam
dan luar rumah.
BAB IV
ANALISA KASUS
57
58
5. Fungsi Ekonomi
Ny. Rizky bekerja. Pemenuhan kebutuhan sehari hari berasal dari
suami. Kelas sosial ekonomi pasien adalah kelas menengah keatas.
6. Fungsi Religius
Semua anggota keluarga menjalankan ibadahnya dengan baik.
7. Fungsi Pendidikan
Pasien dan suaminya merupakan lulusan S1 sehingga dapat dinilai
fungsi pendidikannya baik.
5.1. Simpulan
Diagnosis pada pasien ini adalah Asma Bronkial. Faktor risiko
terjadinya adalah genetik dan aktivitas yang berat. Fungsi Keluarga pada
pasien ini tergolong baik dan semua anggota keluarga saling mendukung.
Pada pasien ini tidak terdapat fungsi patologis sehingga dapat disimpulkan
keluarga pasien ini tergolong sehat.
Untuk penanganan kasus ini bukan hanya dari terapi farmakologis
saja tetapi juga diperlukan edukasi pada pasien dengan menggunakan
metode pendekatan dokter keluarga. Salah satunya dengan menggunakan
prinsip pelayanan yang holistik dan komprehensif, kontinu,
mengutamakan pencegahan, koordinatif dan kolaboratif, penanganan
personal bagi setiap pasien sebagai bagian integral keluarga,
mempertimbangkan keluarga, lingkungan kerja, dan lingkungan tempat
tinggal, menjunjung tinggi etika dan hukum, dapat diaudit dan
dipertanggungjawabkan, serta sadar biaya dan sadar mutu.
5.2. Saran
1) Mahasiswa
Diharapkan mahasiswa dapat lebih memahami dan aktif dalam
menganalisa permasalahan kesehatan baik pada keluarga maupun
lingkungannya, serta lebih sering berhubungan dengan masyarakat
khususnya dalam keluarga untuk menindak lanjuti suatu penyakit yang
dialami oleh keluarga tersebut dengan pendekatan metode dokter
keluarga.
2) Pasien
Diharapkan untuk rutin mengunjungi KDK FK UMP agar mendapat
pengobatan dan penyuluhan mengenai penyakit Asma Bronkial.
3) Klinik Dokter Keluarga
Diharapkan dapat lebih sering melakukan pendekatan kepada masyarakat
melalui edukasi dalam upaya promotif dan preventif kesehatan
masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
4. Murti, B., dkk. Modul Field Lab Home Visit. Surakarta: FK UNS. 2013. Hal.
12-16
I. KONDISI PASIEN
4. Riwayat pekerjaan
1. Keluhan medis pertama kunjungan klinik Sebutkan (jenis pekerjaan, tempat kerja,
ada, bila ada : lama kerja)
berkurang -
tetap III. KEADAAN RUMAH
bertambah.
tidak. 1. Letak rumah :
Perumahan biasa
2. Keluhan medis lainnya perumahan kumuh
ada, bila ada sebutkan : perumahan real estate.
tidak
2. Bentuk bangunan rumah :
3. Anamnesa penyakit yang berhubungan bertingkat
dengan pekerjaan tidak bertingkat
ada, bila ada sebutkan :
Aktivitas berat seperti berolahraga Kepemilikan rumah :
tidak ada kontrak
sendiri
4. Hasil pemeriksaan fisik sendiri
perburukan lainnya
perbaikan
3. Luas rumah : 6m x 7m
Jumlah orang dalam satu rumah : 3 orang
II. PEKERJAAN
Rekreasi:
Ya, sebutkan :
.
tidak
Melakukan hobi:
ya, sebutkan
tidak
tidak
- Pendidikan tambahan:
ya, sebutkan :
tidak