Anda di halaman 1dari 58

Laporan Kasus

MULTIGRAVIDA DENGAN PARTUS PREMATURUS


IMMINENS DAN PRESENTASI BOKONG YANG DIAKHIRI
DENGAN PARTUS SPONTAN

Disusun Oleh :
Camelia Panache, S.Ked
NIM : 712021064

Pembimbing Klinik:
Dr. dr. Hj. Aryani Aziz, Sp.OG (K), MARS.

DEPARTEMEN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH PALEMBANG
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2023

i
HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN KASUS
MULTIGRAVIDA DENGAN PARTUS PREMATURUS IMMINENS DAN
PRESENTASI BOKONG YANG DIAKHIRI DENGAN PARTUS
SPONTAN

Oleh :
Camelia Panache, S.Ked
NIM : 712021064

Telah dilaksanakan pada bulan Februari 2023 sebagai salah satu syarat
dalam mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior di SMF/Departemen Obstetri dan
Ginekologi Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Palembang.

Palembang, 27 Februari 2023


Dokter Pendidik Klinik

Dr.dr. Hj. Aryani Aziz, Sp.OG(K), MARS

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt. atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul
“MULTIGRAVIDA DENGAN PARTUS PREMATURUS IMMINENS DAN
PRESENTASI BOKONG YANG DIAKHIRI DENGAN PARTUS
SPONTAN” sebagai syarat mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) di
Departemen Obstetri dan Ginekologi Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang.
Shalawat beriring salam selalu tercurah kepada junjungan kita, nabi besar
Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat, dan pengikut-pengikutnya
sampai akhir zaman.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima
kasih kepada:
1. Dr. dr. Hj. Aryani Aziz, Sp.OG (K)., MARS., selaku pembimbing
Kepaniteraan Klinik Senior di SMF/ Departemen Obstetri dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang yang telah
memberikan masukan, arahan, serta bimbingan dalam penyelesaian laporan
kasus ini
2. Rekan-rekan co-assistant atas bantuan dan kerjasamanya.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan laporan kasus ini
masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, segala saran dan kritik
yang bersifat membangun sangat penulis harapkan.

Palembang, 27 Februari 2023

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................................ iii
DAFTAR ISI ............................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2. Maksud dan Tujuan ................................................................................. 2
1.3. Manfaat .................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Persalinan ................................................................................................. 3
2.1.1. Definisi Persalinan ....................................................................... 3
2.1.2. Klasifikasi Persalinan ................................................................... 3
2.1.3. Diagnosis Persalinan .................................................................... 3
2.1.4. Faktor yang Mempengaruhi Proses Persalinan ............................ 4
2.1.5. Mekanisme Persalinan ................................................................. 5
2.2. Partus Prematurus Imminens ................................................................ 10
2.2.1. Definisi ....................................................................................... 10
2.2.2. Epidemiologi .............................................................................. 11
2.2.3. Etiologi dan Fakto Predisposisi.................................................. 11
2.2.4. Patofisiologi ............................................................................... 13
2.2.5. Diagnosis .................................................................................... 14
2.2.6. Tatalaksana................................................................................. 15
2.2.7. Komplikasi ................................................................................. 19
2.3. Presentasi Bokong.................................................................................. 19
2.3.1. Definisi ....................................................................................... 19
2.3.2. Epidemiologi .............................................................................. 20
2.3.3. Etiologi ....................................................................................... 20
2.3.4. Klasifikasi .................................................................................. 21
2.3.5. Diagnosis .................................................................................... 22
2.3.6. Tatalaksana................................................................................. 23

iv
BAB III LAPORAN KASUS
3.1. Identitas Pasien ...................................................................................... 35
3.2. Anamnesis .............................................................................................. 35
3.3. Pemeriksaan Fisik .................................................................................. 37
3.4. Pemeriksaan Penunjang ......................................................................... 40
3.5. Diagnosis Kerja...................................................................................... 41
3.6. Penatalaksanaan ..................................................................................... 41
3.7. Laporan Persalinan ................................................................................ 42
3.8. Follow Up Post Partum ......................................................................... 44
BAB IV PEMBAHASAN
4.1. Apakah Penegakkan Diagnosis pada Pasien ini Sudah Benar? ............. 45
4.2. Apakah Penatalaksanaan pada pasien ini sudah adekuat ? .................... 47
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan ................................................................................................ 49
5.2. Saran ...................................................................................................... 49
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 50

v
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Partus Prematurus Imminens (PPI) atau ancaman kelahiran prematur
yaitu adanya kontraksi uterus disertai dengan perubahan serviks berupa
dilatasi dan effacement sebelum 37 minggu usia kehamilan serta dapat
menyebabkan kelahiran prematur.1
Menurut WHO (2019) Angka Kematian Ibu (AKI) di dunia yaitu
sebanyak 303.000 jiwa. Angka Kematian Ibu (AKI) di ASEAN yaitu sebesar
235 per 100.000 kelahiran hidup. Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia
meningkat dari 228 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2002-2007
menjadi 359 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007- 2012. Persalinan
preterm menyebabkan 70% kematian prenatal atau neonatal, serta
menyebabkan morbiditas jangka panjang.2
Kelahiran prematur merupakan masalah dengan prevalensi yang tinggi
di dunia dan merupakan tantangan bagi dokter khususnya dokter kandungan
untuk mengetahui penyebab dan pencegahan kelahiran prematur. Masalah
utama kelahiran prematur adalah kurangnya keberhasilan dalam
manajemennya. Banyak factor yang berperan dalam terjadinya persalinan
premature baik itu factor dari ibu ataupun factor dari janinnya sendiri.2
Kematian perinatal pada letak bokong rata-rata lebih tinggi dibanding
dengan letak kepala. Letak bokong terjadi dalam 3-4% dari seluruh
persalinan. Presentasi bokong merupakan malpresentasi yang paling sering
dijumpai. Penyebab terjadinya presentasi bokong tidak diketahui, salah satu
faktor risikonya adalah prematuritas. Telah terjadi perubahan dalam
menajemen presentasi bokong yang mengarah kepada semakin dipilihnya
cara persalinan bedah sesar dibandingkan pervaginam.3
Apabila terlambat dalam penanganan kasus peartus prematurus
imminens dengan presentasi bokong akan meningkatkan mortilitas neonatus.
Identifikasi dan penanganan lebih awal pada ibu dapat membantu
meningkatkan prognosis baik bagi ibu maupun janin

1
1.2. Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dan tujuan dari laporan kasus ini adalah sebagai
berikut:
1. Diharapkan bagi semua dokter muda agar dapat memahami kasus
multigravida dengan partus prematurus imminens dan presentasi
bokong yang diakhiri dengan partus spontan.
2. Diharapkan munculnya pola berfikir yang kritis bagi semua dokter
muda setelah dilakukannya diskusi dengan dosen pembimbing klinik
tentang multigravida dengan partus prematurus imminens dan
presentasi bokong yang diakhiri dengan partus spontan.

1.3. Manfaat
1.3.1. Manfaat Teoritis
Bagi institusi, diharapkan laporan kasus ini dapat menambah bahan
referensi dan studi kepustakaan dalam bidang ilmu obstetrik dan
ginekologi terutama tentang kasus multigravida dengan partus
prematurus imminens dan presentasi bokong yang diakhiri dengan
partus spontan.
1.3.2. Manfaat Praktisi
Bagi peserta didik, diharapkan laporan kasus ini dapat membantu
dokter muda dalam memahami kasus multigravida dengan partus
prematurus imminens dan presentasi bokong yang diakhiri dengan
partus spontan.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Persalinan
2.1.1. Definisi Persalinan
Persalinan atau yang disebut juga partus merupakan proses
pengeluaran produk konsepsi yang viabel melalui jalan lahir dari
4
dalam uterus melalui vagina ke dunia luar. Persalinan ialah
serangkaian proses yang berakhir dengan pengeluaran bayi yang
cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran
plasenta dan selaput dari tubuh ibu.5

2.1.2. Klasifikasi Persalinan


Berdasarkan cara persalinan, persalinan dapat diklasifikasikan
menjadi dua, meliputi :6
1. Persalinan Normal
Partus spontan atau partus normal merupakan proses kelahiran
janin pada kehamilan cukup bulan (aterm, 37-42 minggu), pada
janin letak memanjang, presentasi belakang kepala yang
disusul dengan pengeluaran plasenta dan seluruh proses
kelahiran itu berakhir dalam waktu kurang dari 24 jam tanpa
tindakan atau pertolongan buatan dan tanpa komplikasi.
2. Persalinan Bantuan
Proses persalinan yang berlangsung dengan bantuan atau
pertolongan dari luar, seperti: ekstraksi forceps (vakum) atau
dilakukan operasi section caesaerea (SC).

2.1.3. Diagnosis Persalinan


Persalinan dapat diidentifikasi dari adanya tanda-tanda inpartu.
Inpartu adalah suatu keadaan ibu mau melahirkan ditandai dengan :
1. Perut mules yang menjalar ke pinggang semakin lama semakin
sering dan kuat

3
2. Adanya keluar lendir bercampur darah “bloody show” dan cairan
ketuban
3. His minimal 1x dalam 10 menit minimal 20 detik untuk
primigravida dan his minimal 2x dalam 10 menit lamanya
minimal 20 detik untuk multigravida disertai pendataran dan
pembukaan serviks.5
4. Beberapa minggu menjelang persalinan, intensitas kontraksi
Braxton Hicks semakin meningkat. Pada masa itu terjadi
pembentukan segmen bawah uterus untuk mengakomodasi
bagian terendah janin.6

2.1.4. Faktor yang Mempengaruhi Proses Persalinan


Ada beberapa factor yang mempengaruhi terjadinya persalinan
yaitu, Power, Passage, dan Passenger:7
Power, yang mendorong anak keluar, yaitu :
1. His
His persalinan merupakan kontraksi fisiologis otot-otot
rahim. Bertentangan dengan sifat kontraksi fisiologis lain, his
persalinan bersifat nyeri. Nyeri ini mungkin disebabkan oleh
anoksia dari sel-sel otot sewaktu kontraksi, tekanan oleh serabut
otot rahim yang berkontraksi pada ganglion saraf di dalam
serviks dan segmen bawah rahim, regangan serviks, atau
regangan dan tarikan pada peritoneum sewaktu kontraksi. His
yang sempurna bila terdapat:
a) kontraksi yang simetris,
b) kontraksi paling kuat atau adanya dominasi di fundus uteri,
c) sesudah itu terjadi relaksasi.
2. Tenaga mengejan atau meneran
Setelah pembukaan lengkap dan ketuban pecah, tenaga
yang mendorong anak keluar terutama adalah kontraksi otot-
otot dinding perut yang mengakibatkan peninggian tekanan
intraabdominal. Tenaga mengejan hanya dapat berhasil jika

4
pembukaan sudah lengkap, dan paling efektif sewaktu kontraksi
rahim.
Passage, adalah keadaan jalan lahir. Jalan lahir mempunyai
kedudukan penting dalam proses persalinan untuk mencapai
kelahiran bayi. Dengan demikian evaluasi jalan lahir merupakan
salah satu faktor yang menentukan apakah persalinan dapat
berlangsung pervaginam atau sectio secaria.
Passenger, adalah janinnya sendiri. Sikap, letak, presentasi dan
posisi janin di dalam rahim memain peran penting dalam proses
persalinan.
2.1.5. Mekanisme Persalinan
Mekanisme persalinan terdiri dari 4 kala, yaitu8:
a) Kala I (Kala Pembukaan)
Kala 1 merupakan waktu untuk pembukaan serviks sampai
menjadi pembukaan lengkap 10 cm. Proses membukanya serviks
sebagai akibat his dibagi dalam 2 fase.
a) Fase Laten, berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi
sangat lambat sampai mencapai ukuran diameter 3 cm.
b) Fase Aktif, dibagi dalam 3 fase lagi yakni :
1) Fase akselerasi : dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm
menjadi 4 cm
2) Fase dilatasi maksimal : dalam waktu 2 jam pembukaan
berlangsung sangat cepat, dari 4 cm, menjadi 9 cm
3) Fase deselerasi : pembukaan menjadi lambat kembali.
Dalam waktu 2 jam pembukaan dari 9 cm menjadi
lengkap.
4) Fase-fase tersebut dijumpai pada primigravida. Pada
multigravida pun terjadi demikian, akan tetapi fase laten,
fase aktif, dan fase deselerasi terjadi lebih pendek.
Pendataran serviks adalah pemendekan kanalis servikalis uteri
yang semula berupa sebuah saluran dengan panjang 1-2 cm, menjadi
7
satu lubang saja dengan pinggir yang tipis.
Pembukaan serviks adalah pembesaran ostium externum yang

5
tadinya berupa suatu lubang dengan diameter beberapa millimeter,
menjadi lubang yang dapat dilalui anak dengan diameter sekitar 10
cm. Pada pembukaan lengkap, tidak teraba lagi bibir portio, segmen
bawah rahim, serviks dan vagina telah merupakan suatu saluran.7,8

Gambar 2.2 Fase Persalinan Normal


b) Kala II (Kala Pengeluaran Janin)
Pada kala II his menjadi lebih kuat dan lebih cepat, kurang
lebih selama 3 menit dalam sekali his. Karena biasanya kepala
janin sudah masuk di ruang panggul, maka pada his dirasakan
tekanan pada otot-otot dasar panggul, yaitu secara reflektoris
menimbulkan rasa mengedan. Pada fase ini, ibu juga akan
merasa8:
1. Tekanan pada rektum
2. Hendak buang air besar
3. Perineum mulai menonjol dan melebar
4. Anus membuka
5. Labia mulai membuka dan tidak lama kemudian kepala janin
tampak dalam vulva pada waktu his.
Dengan his dan kekuatan mengedan maksimal, kepala janin
dilahirkan dengan suboksiput di bawah simfisis dan dahi, muka,
dan dagu melewati perineum. Setelah istirahat sebentar, his
mulai lagi untuk mengeluarkan badan dan anggota bayi. Pada

6
primigravida kala II berlangsung rata-rata 1,5 jam dan pada
multipara rata-rata 0,5 jam.8
Proses penurunan kepala janin:
1. Engagement
Mekanisme yang digunakan oleh diameter biparietal-
diameter transversal kepala janin pada presentasi oksiput
untuk melewati pintu atas panggul disebut sebagai
engagement.
2. Descens (penurunan kepala)
Penurunan kepala bayi merupakan syarat kelahiran bayi.
Pada wanita nulipara, engagement dapat terjadi sebelum
awitan persalinan dan desensus lebih lanjut mungkin belum
terjadi sampai dimulainya persalinan kala dua. Pada wanita
multipara, desensus biasanya mulai bersamaan dengan
engagement. Descens terjadi akibat satu atau lebih dari
8
empat gaya :
a. Tekanan cairan amnion
b. Tekanan langsung fundus pada bokong saat kontraksi
c. Usaha mengejan yang menggunakan otot-otot abdomen
d. Ekstensi dan pelurusan badan janin
3. Fleksi
Ketika desens mengalami tahanan, baik dari serviks,
dinding panggul, atau dasar panggul, biasanya terjadi fleksi
kepala. Pada gerakan ini, dagu mendekat ke dada janin dan
diameter suboksipitobregmatika yang lebih pendek
menggantikan diameter oksipitofrontal yang lebih panjang.
4. Rotasi Interna (Putaran Paksi Dalam)
Putaran paksi dalam ialah pemutaran bagian depan
sedemikian rupa sehingga bagian terendah dari bagian
depan memutar ke depan, ke bawah simfisis. Pada
presentasi belakang kepala, bagian yang terendah adalah
daerah ubun-ubun kecil dan bagian inilah yang akan
memutar ke depan, ke bawah simfisis. Putaran paksi dalam

7
tidak terjadi tersendiri, tetapi selalu bersamaan dengan
majunya kepala dan tidak terjadi sebelum kepala sampai ke
Hodge III kadang-kadang baru terjadi setelah kepala sampai
di dasar panggul.7
5. Ekstensi
Setelah putaran paksi dalam selesai dan kepala sampai di
dasar panggul terjadilah ekstensi atau defleksi kepala. Hal
ini disebabkan karena sumbu jalan lahir pada pintu bawah
panggul mengarah ke depan dan ke atas sehingga kepala
harus mengadakan ekstensi untuk melaluinya.
6. Rotasi Eksterna (putaran paksi luar) 8
Setelah lahirnya kepala, belakang kepala anak memutar
kembali kearah punggung anak untuk menghilangkan torsi
pada leher yang terjadi karena putaran paksi dalam. Gerakan
ini disebut putaran restitusi (putaran balasan : putaran paksi
luar). Selanjutnya putaran dilanjutkan hingga belakang
kepala berhadapan dengan tuber ischiadicum sesisi. Gerakan
yang terakhir ini adalah putaran paksi luar yang sebenarnya
dan disebabkan karena ukuran bahu menempatkan diri
dalam diameter antero-posterior pintu bawah panggul.
7. Ekspulsi8
Setelah putaran paksi luar, bahu depan sampai di bawah
simfisis dan menjadi hipomoklion untuk kelahiran bahu
belakang. Kemudian bahu depan menyusul dan selanjutnya
seluruh badan anak lahir searah dengan paksi jalan lahir.

8
Gambar 2.5 Gerakan-gerakan utama kepala pada persalinan
c) Kala III (Kala Pengeluaran uri)
Kala III terdiri dari 2 fase yaitu, (1) fase pelepasan plasenta,
(2) fase pengeluaran plasenta. Setelah anak lahir, his berhenti
sebentar, tetapi timbul lagi setelah beberapa menit. His ini
dinamakan his pelepasan plasenta yang berfungsi melepaskan
plasenta, sehingga terletak pada segmen bawah rahim atau
bagian atas vagina. Pada masa ini, uterus akan teraba sebagai
tumor yang keras, segmen atas melebar karena mengandung
plasenta, dan fundus uteri teraba sedikit di bawah pusat.6
Jika telah lepas, bentuk plasenta menjadi bundar, dan tetap
bundar sehingga perubahan bentuk ini dapat dijadikan tanda
pelepasan plasenta. Jika keadaan ini dibiarkan, setelah plasenta
lepas, fundus uteri naik, sedikit hingga setinggi pusat atau lebih,
bagian tali pusat diluar vulva menjadi lebih panjang.6
Naiknya fundus uteri disebabkan karena plasenta jatuh dalam
segmen bawah rahim bagian atas vagina sehingga mengangkat
uterus yang berkontraksi. Seiring lepasnya plasenta, dengan

9
sendirinya bagian tali pusat yang lahir menjadi lebih panjang.
Lamanya kala plasenta kurang lebih 8,5 menit, dan pelepasan
plasenta hanya memakan waktu 2-3 menit.
Tanda-tanda pelepasan plasenta mencakup beberapa atau
semua hal-hal di bawah ini :
a. Perubahan bentuk dan tinggi fundus.
b. Tali pusat memanjang. Tali pusat terlihat menjulur keluar
melalui vulva
c. Semburan darah mendadak dan singkat.
d) Kala IV (Kala Pengawasan)8
Merupakan kala pengawasan selama 1 jam setelah bayi dan
plasenta lahir untuk mengamati keadaan ibu terutama terhadap
bahaya perdarahan postpartum. Tujuh pokok penting yang harus
diperhatikan pada kala 4 :
1) Kontraksi uterus harus baik
2) Tidak ada perdarahan pervaginam atau dari alat genital lain
3) Plasenta dan selaput ketuban harus sudah lahir lengkap
4) Kandung kencing harus kosong
5) Luka-luka di perineum harus dirawat dan tidak ada
hematoma
6) Resume keadaan umum bayi
7) Resume keadaan umum ibu

2.2. Partus Prematurus Imminens


2.2.1. Definisi
Partus Prematurus Imminens (PPI) atau ancaman kelahiran
prematur merupakan adanya kontraksi uterus disertai dengan
perubahan serviks berupa dilatasi dan effacement sebelum 37
minggu usia kehamilan serta dapat menyebabkan kelahiran
prematur.9
Persalinan preterm adalah persalinan yang berlangsung pada
umur kehamilan 20-37 minggu dihitung dari hari pertama haid

10
terakhir. WHO menyatakan bahwa bayi premature adalah bayi yang
lahir pada usia kehamilan 37 minggu atau kurang.10
2.2.2. Epidemiologi
Menurut laporan badan kesehatan dunia, setiap tahun
diperkirakan tiga belas juta bayi lahir secara prematur di seluruh
dunia dan satu juta bayi prematur meninggal. Prevalensi persalinan
prematur di Amerika Serikat menunjukkan peningkatan dari tahun
2012 sebesar 11,55%, meningkat pada tahun 2014 menjadi 12,32%
dan pada tahun 2015 menjadi 12,37%. Prevalensi persalinan
prematur di Inggris juga mengalami peningkatan, dari tahun 2010
yaitu 7,0% meningkat pada tahun 2011 menjadi 7,1% dan pada
tahun 2014 meningkat menjadi 7,5%. Dan prevalensi persalinan
prematur di Eropa berkisar antara 5- 11%.11
Angka kejadian persalinan prematur di Indonesia termasuk
kedalam peringkat 10 besar dari 184 negara dengan angka kejadian
yaitu 15,5 kelahiran prematur per 1000 kelahiran hidup. Indonesia
merupakan negara kelima dengan jumlah bayi prematur sebesar
675.000 bayi. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi
Sumatera Selatan, angka kematian pada bayi prematur pada tahun
2011 didapatkan 79 bayi (0,5%) dari jumlah kelahiran bayi 156.348.
Pada tahun 2012 meningkat menjadi 91 bayi (0,8%) dari jumlah
kelahiran bayi 102.205.11,12
2.2.3. Etiologi dan Faktor Predisposisi
Persalinan premature merupakan kelainan proses yang
multifactorial. Kombinasi keadaan obstetric, sosiodemografi, dan
factor medic mempunyai pengaruh terhadap kejadiannya persalinan
premature. Kadang hanya risiko tunggal dijumpai seperti distensi
berlebih uterus, ketuban pecah dini, atau trauma. Banyak kasus
persalinan premature sebagai akibat proses patogenik yang
merupakan mediator biokimia yang mempunyai dampak terjadinya
kontraksi Rahim dan perubahan serviks, yaitu:10
1. Aktivasi aksis kelenjar hipotalamus-hipofisis-adrenal baik pada

11
ibu maupun janin, akibat stress pada ibu atau janin.
2. Inflamasi desidua-korioamnion atau sistemik akibat infeksi
asenden dari traktus genitourinaria atau infeksi sistemik.
3. Perdarahan desidua
4. Peregangan uterus patologik
5. Kelaianan pada uterus atau serviks
Dengan demikian, untuk memprediksi kemungkinan terjadinya
persalinan premature harus dicermati beberapa kondisi yang
dapat menimbulkan kontraksi, menyebabkan persalinan
premature atau seorang dokter terpaksa mengakhiri kehamilan
pada saat kehamilan belum cukup bulan.
Kondisi selama kehamilan yang berisiko terjadinya persalinan
preterm, adalah:10
a. Janin dan plasenta
1. Perdarahan trimestes awal
2. Perdarahan antepartum (plasenta previa, solusio
plasenta, vasa previa)
3. Ketuban pecah dini (KPD)
4. Pertumbuhan janin terhambat
5. Cacat bawaan janin
6. Kehamilan ganda/ gemeli
7. Polihidramnion
b. Ibu
1. Penyakit berat pada ibu
2. Diabetes mellitus
3. Preeclampsia/hipertensi
4. Infeksi saluran kemih/genital/intrauterine
5. Penyakit infeksi dengan demam
6. Stress psikologik
7. Kelainan bentuk uterus/serviks
8. Riwaayat persalinan preterm/ abortus berulang
9. Inkompetensi serviks (panjang serviks kurang dari 1 cm)

12
10. Pemakaian obat narkotik
11. Trauma
12. Perokok berat
13. Kelaianan imunologi/ kelainan resus
2.2.4. Patofisiologi
Drife dan Magowan menyatakan bahwa 35% persalinan
preterm terjadi tanpa diketahui penyebab yang jelas, 30% akibat
persalinan elektif, 10% pada kehamilan ganda, dan sebagian lain
sebagai akibat kondisi ibu atau janinnya. Infeksi korioamnion di
yakini merupakan salah satu sebab terjadinya ketuban pecah dini dan
persalinan preterm. Pathogenesis infeksi ini yang menyebabkaan
persalinann belum jelas benar. Kemungkinan diawali dengan
aktivasi fosfolipase A2 yang melepaskan bahan asam arakidonat dari
selaput amnion janin, sehingga asam arakidonat bebas mengikat
untuk sintesis prostaglandin. Endotoksin dalam air ketuban akan
merangsang sel desidua untuk menghasilkan sitokin dan
prostaglandin yang dapat menginisiasi proses persalinan. Proses
persalinan preterm yang dikaitkan dengan infeksi diperkirakan
diawali dengan pengeluarkan produk sebagai hasil dari aktivasi
monosit. Berbagai sitokin, termasuk interleukin-1, TNF, dan
interleukin-6 adalah produk sekretorik yang dikaitkan dengan
oersalinan preterm. Sementara itu, Platele Activating Factor (PAF)
yang ditemukan dalam air ketuban terlibat secara sinergik pada
aktivasi jalinan sitokin tadi. PAF diduga dihasilkan dari paru dan
ginjal janin. Dengan demikian, janin memainkan peran yang sinergik
dalam mengawali proses persalinan preterm yang disebabkan oleh
infeksi. Bateri sendiri mungkin menyebabkan kerusakan membrane
lewat pengaruh langsung dari protease.10
Vaginosis bakterialis adalah sebuah kondisi ketika flora
normal vagina predominan laktobasilus yang menghasilkan hidrogen
peroksida digantikan oleh bakteri anaerob, Gardenella vaginalis,
spesies mobilunkus atau mikoplasma hominis. Keadaan ini telah

13
lama dikaitkan dengan ketuban pecah dini, persalinan preterm, dan
infeksi amnion, terutama pada pemeriksaan pH vagina lebih darai
5,0.10
Pada hipertensi atau preeclampsia, penolong persalinan
cenderung untuk mengakhiri kehamilan. Hal ini menimbulkan
prevalensi preterm meningkat. Kondisi medic lain yang sering
menimbulkan persalinan preterm adala inkompetensi serviks.
Penderita dengan inkomptensi serviks berisiko persalinan preterm.10
2.2.5. Diagnosis
Anamnesis:
1. Usia kehamilan antara 20-37 minggu.
2. Adanya kontraksi yang regular yaitu kontraksi yang berulang
sedikitnya setiap 7-8 menit sekali atau 2-3 kali dalam waktu 10
menit.
3. Keluar lendir pervagina yang bercampur darah.
4. Merasakan gejala sepertirasa kaku di perut menyerupai kaku
menstruasi, rasa tertekan intrapelvic dan nyeri pada punggung
bawah.
Pemeriksaan Fisik:
Pada pemeriksaan dalam didapati telah terjadi pembukaan
serviks sedikitnya 2 cm dan pendataran serviks 50-80 %
Pemeriksaan Penunjang:
1. USG Transvaginal
Penilaian USG transvaginal dilakukan pada ibu usia
kehamilan ≥30 minggu dengan kecurigaan kemungkinan terjadi
kelahiran prematur. Penilaian bertujuan untuk mengukur panjang
serviks sebagai tes diagnostis untuk memperkirakan kejadian
persalinan dalam 48 jam ke depan. American College of
Obstetrician and Gynecologists (ACOG) panjang serviks yang
berhubungan dengan kelahiran prematur adalah kurang dari 25
mm. Menurut rekomendasi NICE, saat tepat untuk skrining

14
pemeriksaan panjang serviks pada perempuan dengan kehamilan
tunggal adalah pada usia kehamilan 18–24 minggu.25
Indikasi pemeriksaan ultrasonografi transvaginal adalah
adanya gejala kontraksi uterus, hasil pemeriksaan USG
transabdominal curiga panjang serviks pendek, dan terdapat
beberapa faktor risiko untuk terjadi kelahiran kurang bulan. Jika
panjang serviks ≤ 25 mm pertimbangkan pemasangan sirklase
serviks, namun jika panjang serviks >25 mm, tidak perlu tindakan
sirklase serviks.24
2. Pemeriksaan Fibronektin Janin
Pemeriksaan fibronektin janin digunakan untuk
memperkirakan kemungkinan persalinan dalam 48 jam pada
wanita dengan usia kehamilan lebih dari 30 minggu.. Normalnya,
kadar fibronektin janin terdeteksi pada sekresi servikovaginal
hingga usia kehamilan 22 minggu dan menurun setelahnya (< 50
ng/ml). Pemeriksaan fibronektin janin lebih baik akurasinyaa jika
dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan lain seperti
pemeriksaan panjang serviks dengan transvaginal ultrasonografi.
a. Jika tes fibronektin negatif (konsentrasi ng/ml atau kurang),
wanita tersebut hamper tidak dalam proses persalinan
preterm.
b. Jika fibronektin lebih dari 50 ng/ml, pertimbangkan diagnosis
persalinan preterm dan lakukan terapi sesuai usia kehamilan
2.2.6. Tatalaksana
Manajemen persalinan preterm bergantung pada beberapa faktor:10
1. Keadaan selaput ketuban. Pada umumnya persalinan tidak
dihambat bilamana selaput ketuban sudah pecah.
2. Pembukaan serviks. Persalinan akan sulit dicegah bila
pembukaan mencapai 4 cm
3. Umur kehamilan. Makin muda usia kehamilan, upaya mencegah
persalinan makin perlu dilakukan. Persalinan dapat

15
dipertimbangkan berlangsung bila TBJ > 2.000 atau kehamilan
> 34 minggu
4. Penyebab/ komplikasi persalinan pretrm
5. Kemampuan neonatal intensive care facilitie.
Beberapa langkah yang dapat dilakukan pada persalinan
preterm, terutama mencegah morbiditas dan mortalitas neonates
pretrm adalah:10
a. Menghambat proses persalinan pretrm dengan pemberian
tokolisis
b. Pematangan surfaktan paru janin dengan kortikosteroid
c. Bila perlu dilakukan pencegahan terhadap infeksi.
Penatalaksanaan partus prematurus imminens pada beberapa
faktor dimana persalinan tidak dapat dihambat bila kondisi selaput
ketuban pecah, pembukaan servik yang lebih dari 4 cm, usia
kehamilan dengan tafsiran berat janin > 2.000 gr atau kehamilan >
34 minggu, terjadi penyulit / komplikasi persalinan prematur,
terutama kurangnya fasilitas neonatal intensive care. Oleh karena itu
perlu dilakukan mencegahan persalinan prematur dengan pemberian
tokolitik, pematangan surfaktan pada paru janin yaitu kortikosteroid
serta mencegah terjadinya infeksi.14
1. Pemberian tokolitik15,16
Adapun tokolitik yang digunakan pada kasus dengan
persalinan prematur adalah:
a. Nifedipine
Nifedipine adalah antagonis kanal kalsium, diberikan
per oral. Dalam literatur disebutkan bahwa penggunaan
nifedipin diawali dengan dosis inisial 20 mg kemudian
dilanjutkan dengan dosis 10-20 mg, 3-4x sehari, hal ini
dikarenakan waktu paruh yang pendek dari nifedipin
berkisar 4 jam. Dosis maksimal 120 mg/hari.17

16
b. COX (cyclo-oxygenase)-2-inhibitors
Indomethacine. Loading dose 50 hingga 100 mg
secara oral atau rektal, kemudian 25 sampai 50 mg per oral
setiap 4 sampai 6 jam, terapi tidak direkomendasikan untuk
lebih dari 48 jam karena potensi perubahan kadar cairan
ketuban dan mempercepat penutupan duktus arteriosus
janin.18
c. Magnesium sulfat
MgSO4 sebagai terapi tokolitik dimulai dengan
dosis awal 4-6 gr secara intravana yang diberikan selama
15-30 menit dan diikuti dengan dosis 2-4 gr/jam selama 24
jam.
d. Beta2-sympathomimetics
Terbutaline diberikan dengan dosis 0,25 mg secara
subkutan setiap 20 hingga 30 menit hingga empat dosis atau
sampai tokolisis tercapai, kemudian 0,25 mg setiap 3 sampai
4 jam sampai tidak ada kontraksi selama 24 jam. Dosis
alternatif: 2,5 hingga 5 mcg per menit melalui infus
intravena, ditingkatkan 2,5 sampai 5 mcg per menit setiap
20 hingga 30 menit hingga dosis maksimum 25 mcg per
menit atau sampai kontraksi berkurang, kemudian dikurangi
dengan pengurangan 2,5 hingga 5 mcg per menit hingga
yang terendah dosis yang mempertahankan ketenangan
Rahim. Terapi tidak boleh dilanjutkan lebih dari 48 hingga
72 jam karena efek samping yang serius18

17
Keberhasilan terapi tokolitik dapat diketahui dengan
menggunakan skor Baumgarten.
0 1 2 3 4
Kontraksi Tidak ada Irregular Regular - -
Ketuban Tidak ada - Tinggi/ - Rendah/
pecah tidak jelas pecah
Pendarahan Tiadak ada Spotting Pendarahan - -
Pembukaan Tidak ada 1 cm 2 cm 3 4 cm
cm
Tabel 2.1 Skor Baumgarten
Keterangan:
≥7 : prognosis buruk
2. Pemberian kortikosteroid
Pemberian terapi kortikosteroid dimaksudkan untuk
pematangan surfaktan paru janin, menurunkan insiden RDS,
mencegah perdarahan intra ventricular yang akhirnya
menurunkan kematian neonatus. Kortikosteroid perlu diberikan
bilamana usia kehamilan kurang dari 35 minggu. Obat yang
diberikan adalah dexametason atau betametason. Pemberian
steroid ini tidak diulang karena risiko terjadi pertumbuhan janin
terhambat. Pemberian siklus tunggal kortikosteroid adalah
betametason 2 x12 mg/IV dengan jarak pemberian 24 jam.
Sedangkan dexametason 4x6 mg/IV dengan jarak pemberian 12
jam.10
3. Pemberian antibiotik
Antibiotik hanya diberikan bilamana kehamilan
mengandung risiko terjadinya infeksi. Obat yang diberikan
eritromisin 3 x 500 mg selama 3 hari. Obat pilihan lain adalah
ampisilin 3 x 500 mg selama 3 hari, atau dapat menggunakan
antibiotika lain seperti klindamisin maupun ceftriaxone sebagai
antibiotik golongan sefalosporin generasi III yang merupakan
spektrum luas.10

18
2.2.7. Komplikasi
Banyak konplikasi yang dapat terjadi akibat persalinan premature
yaitu:
1. Komplikasi Ibu
Persalinan prematur telah dikaitkan dengan terjadinya
peningkatan risiko kematian dan morbiditas kardiovaskular,
biasanya terjadi bertahun-tahun setelah melahirkan karena
alasan yang tidak jelas.14
2. Komplikasi janin
Persalinan prematur dapat mempengaruhi perkembangan saraf
yang meliputi gangguan kemampuan kognitif, defisit motorik,
cerebral palsy, dan kehilangan penglihatan dan pendengaran.
Risiko ini meningkat dengan menurunnya usia kehamilan.
Masalah perilaku seperti kecemasan, depresi, gangguan
spektrum autisme, dan ADHD juga terkait dengan persalinan
prematur.14
3. Komplikasi Neonatus
Persalinan premature juga menyebabkan komplikasi pada
neonatus, seperti necrotizing enterocolitis, perdarahan
intraventrikular, displasia bronkopulmoner, retinopati imaturitas,
pertumbuhan lemah, dan adanya anomali kongenital.14
2.3. Presentasi Bokong
2.3.1. Definisi
Presentasi bokong adalah janin letak memanjang dengan bagian
terendahnya bokong, kaki, atau kombinasi keduanya. Presentasi
bokong mengacu pada janin memanjang dengan bokong atau
ekstremitas bawah memasuki panggul terlebih dahulu. Persalinan
bokong merupakan salah satu penyulit persalinan yang dapat menyebabkan
kematian janin. Hal ini disebabkan karena malpresentasi janin dapat
menyebabkan partus lama bahkan partus macet.19

19
2.3.2. Epidemiologi
Insidensi presentasi bokong 3-4% dari seluruh kehamilan
tunggal pada umur kehamilan cukup bulan (≥ 37 minggu), presentasi
bokong merupakan malpresentasi yang paling sering dijumpai.
Sebelum usia kehamilan 28 minggu, kejadian presentasi bokong
berkisar antara 25-30%, dan sebagian besar akan berubah menjadi
presentasi kepala setelah usia kehamilan 34 minggu.19
Persalinan dengan letak sungsang pada kehamilan pertama,
dapat meningkatkan kejadian persalinan letak sungsang pada
kehamilan kedua sebanyak 10% dan untuk kehamilan ketiga
berikutnya 27%.19
2.3.3. Etiologi
Kondisi klinis yang berhubungan dengan presentasi bokong
yaitu, termasuk keadaan yang dapat meningkatkan atau menurunkan
motilitas janin, atau mempengaruhi polaritas vertikal rongga rahim.
Prematuritas, kehamilan multipel, aneuploidi, anomali kongenital,
anomali Mullerian, leiomioma uterus, dan polaritas plasenta seperti
pada plasenta previa paling sering dikaitkan dengan presentasi
bokong. Adanya riwayat presentasi bokong sebelumnya pada
kehamilan aterm meningkatkan risiko berulangnya presentasi
bokong pada kehamilan berikutnya.14
Kondisi yang mengubah polaritas vertikal atau rongga rahim,
atau mempengaruhi kemudahan atau kemampuan janin untuk
berubah menjadi presentasi verteks pada trimester ketiga meliputi:14
1. Prematuritas, sebelum umur kehamilan 28 minggu, kejadian
presentasi bokong berkisar antara 25-30%, dan sebagian besar
akan berubah menjadi presentasi kepala setelah umur kehamilan
34 minggu
2. Uterus bersepta atau uterus bikornuata
3. Plasenta previa karena plasenta menempati bagian inferior
rongga rahim. Oleh karena itu, bagian presentasi vertex yang
terfiksir kurang

20
4. Leiomioma uteri: Terutama mioma yang lebih besar yang
terletak di segmen bawah rahim, seringkali intramural atau
submukosa, yang mencegah terfiksirnya bagian presentasi
5. Gangguan neuromuskular dan aneuploidi janin umumnya
menyebabkan hipotonia janin, ketidakmampuan untuk bergerak
secara efektif
6. Teratoma sacrococcygeal janin, gondok tiroid janin
7. Polihidramnion dimana membuat janin anin sering dalam posisi
tidak stabil, tidak dapat terfiksir
8. Oligohidramnion dimana membuat janin tidak dapat berputar ke
verteks karena kekurangan cairan
9. Kelemahan dinding perut ibu
10. Rahim jatuh ke depan, janin tidak dapat masuk ke panggul
2.3.4. Klasifikasi
Terdapat tiga jenis letak sungang antara lain presentasi
bokong (frank breech), presentasi bokong kaki sempurna (complete
breech), dan presentasi bokong kaki tidak sempurna/ presentasi
kaki(incomplete breech/ footling).19
1. Dalam keadaan Frank breech, janin mengalami fleksi kedua
pinggul dan ekstensi kedua sendi lutut, sehingga tungkai lurus
dengan kaki terangkat ke atas di dekat wajah janin. Dengan
demikian pada pemeriksaan hanya dapat diraba bokong
2. Pada Complete breech, bagian bokong dan lutut dalam keadaan
flexi total (kedua kaki dalam posisi melipat) sehingga bagian
kaki yang menempati pelvis. Pada pemeriksaan dalam diraba
kedua kaki yang terdapat disamping bokong
3. Incomplete breech, hanya terdapat satu kaki disamping bokong,
sedangkan kaki yang lain terangkat keatas. Footlingbreech
merupakan satu atau kedua kaki menjadi bagian presentasi
(terendah).

21
Gambar 2.2 Klasifikasi Presentasi Bokong

Gambar 2.3 Penunjuk pada Presentasi Bokong


2.3.5. Diagnosis
Diagnosis presentasi bkong dapat ditegakkan dengan pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang.
A. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik dapat dilakukan palpasi pada
abdomen. Menggunakan manuver Leopold, palpasi struktur
yang keras, bulat, bergerak di fundus dan ketidakmampuan
untuk meraba bagian presentasi di perut bagian bawah di atas
tulang kemaluan atau sungsang yang terlibat di area yang sama,
harus menaikkan kecurigaan presentasi bokong. Pada auskultasi
menunjukkan bahwa denyut jantung janin lokasinya lebih tinggi
daripada yang diharapkan dengan presentasi verteks.
Pemeriksaan serviks, temuan mungkin termasuk tidak adanya
bagian presentasi yang teraba, terdapat palpasi ekstremitas
bawah, biasanya kaki, atau tipe sungsang yang lain, bisa juga
didapatkan palpasi jaringan lunak bokong janin.19
B. Pemeriksaan penunjang

22
Pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan adalah
pemeriksaan USG. Pada USG, letak janin dan bagian presentasi
harus divisualisasikan dan didokumentasikan. Jika didiagnosis
presentasi bokong, informasi spesifik termasuk jenis presentassi
bokong, tingkat fleksi kepala janin, perkiraan berat janin,
volume cairan ketuban dan lokasi plasenta.19
2.3.6. Tatalaksana
Keahlian dalam melahirkan bayi sungsang pervaginam
menjadi kurang umum karena lebih sedikit persalinan sungsang
pervaginam yang ditawarkan di seluruh Amerika Serikat dan di
sebagian besar negara industri. The Term Breech Trial (TBT), yang
dirancang dengan baik, multicenter, internasional, uji coba terkontrol
secara acak yang diterbitkan pada tahun 2000 membandingkan
persalinan pervaginam yang direncanakan dengan pelahiran sesar
yang direncanakan untuk bayi sungsang cukup bulan. Para peneliti
melaporkan bahwa persalinan dengan operasi sesar yang
direncanakan menghasilkan kematian perinatal yang lebih rendah
secara signifikan, kematian neonatal, dan morbiditas neonatal yang
serius. Juga, tidak ada perbedaan yang signifikan dalam morbiditas
atau mortalitas ibu antara kedua kelompok. Sejak saat itu, angka
kelahiran sungsang dengan operasi caesar terencana telah meningkat
secara dramatis. Tindak lanjut studi untuk TBT telah diterbitkan
melihat morbiditas ibu dan hasil dari anak-anak pada dua tahun.
Meskipun laporan ini tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan
dalam risiko kematian dan perkembangan saraf, penelitian ini dirasa
kurang bertenaga.19
Sejak TBT, banyak penulis sejak itu berpendapat bahwa masih
ada beberapa situasi khusus bahwa persalinan sungsang pervaginam
merupakan alternatif yang potensial dan aman untuk operasi sesar
yang direncanakan. Banyak penelitian retrospektif yang lebih kecil
telah melaporkan tidak ada perbedaan dalam morbiditas atau
mortalitas neonatus menggunakan kriteria khusus ini.19

23
Kriteria awal yang digunakan dalam laporan ini bila usia
kehamilan lebih dari 37 minggu, presentasi sungsang yang jelas atau
lengkap, tidak ada anomali janin pada pemeriksaan USG, panggul
ibu yang memadai, dan perkiraan berat janin antara 2500 g dan 4000
g. Induksi atau augmentasi oksitosin tidak disarankan. CT pelvimetri
memang menentukan panggul ibu yang memadai.19
Meskipun ada perdebatan di kedua belah pihak, rekomendasi
saat ini untuk presentasi sungsang pada aterm termasuk menawarkan
external cephalic version (ECV) kepada pasien yang memenuhi
kriteria.19
Mengenai sungsang prematur, usia kehamilan akan
menentukan cara persalinan. Sebelum 26 minggu, ada kekurangan
bukti klinis yang berkualitas untuk memandu cara persalinan. Satu
studi kohort retrospektif besar baru-baru ini menyimpulkan bahwa
dari 28 hingga 31 6/7 minggu, ada penurunan yang signifikan dalam
morbiditas dan mortalitas perinatal pada persalinan sesar yang
direncanakan dibandingkan dengan persalinan pervaginam.19
A. Prinsip Dasar Persalinan Bokong
Pengelolaan pasien dengan letak sungsang dibagi menjadi 2 yaitu:
a. Sebelum inpartu
b. Setelah inpartu
1. Sebelum Inpartu
Sebelum inpartu, presentasi bokong dapat dilakukan versi
luar. Bila syarat-syarat memenuhi dan tidak ada kontra indikasi
maka pada pasien dengan letak sungsang dilakukan tindakan
Versi luar/ECV untuk merubah posisi presentasi bokong
menjadi presentasi kepala, sehingga prognosis persalinan
menjadi lebih baik.20
Versi luar adalah tindakan untuk merubah letak anak yang
dikerjakan dengan dua tangan dari luar, dan dipergunakan untuk
mengubah presentasi bokong menjadi presentasi kepala, atau
mengubah letak lintang menjadi presentasi bokong atau

24
presentasi kepala. Bila berhasil melakukan Versi luar maka
insidens dilakukan seksio sesarea menjadi berkurang.
Indikasi:
b. Presentasi bokong pada primigravida dimulai usia
kehamilan 36 minggu, sedangkan pada multigravida
dimulai pada kehamilan 37 minggu
c. Letak lintang pada kehamilan 34 minggu atau lebih.20
Syarat:
a. Pembukaan 4 cm atau kurang
b. Bagian-bagian janin mudah diraba
c. Kulit ketuban masih utuh
d. Bagian terendah janin belum masuk pintu atas panggul
e. Bayi dapat lahir pervaginam.20,21
Kontraindikasi:
a. Hipertensi, karena dapat terjadi solusio plasenta
b. Adanya jaringan parut dalam rahim (misalnya pada bekas
SC atau enukleasi/miomektomi dari mioma uteri)
c. Kehamilan ganda
d. Hidramnion, karena sukar dilakukan dan posisi janin mudah
kembali ke posisi semula.
e. Hidrosefalus
f. Perdarahan antepartum
g. Preeklampsia atau Eklampsia
Persiapan dilakukan versi luar:
a. Pastikan bahwa pasien sudah dilakukan konseling tentang
tindakan yang akan dilakukan tentang risiko, manfaat dan
hasil yang diperoleh dari tindakan tersebut. Formulir
persetujuan harus ditandatangani oleh pasien sebelum
dilakukan prosedur Versi luar.
b. Periksa kembali tidak ada kontra indikasi melakukan Versi
luar.

25
c. Diperiksa kembali menggunakan USG untuk konfirmasi
dan penilaian presentasi janin, lokasi plasenta, volume
cairan ketuban, ada tidaknya anomali janin.
d. Bila memungkinkan perlu pemeriksaan kardiotokografi
(CTG).
e. Periksa tanda-tanda vital ibu.
f. Diberikan tokolitik
g. Kandung kencing harus kosong
h. Ibu tidur terlentang
i. Tungkai dibengkokkan pada lutut dan pangkal paha supaya
dinding perut kendor.21,22
Cara mengubah presentasi bokong menjadi presentasi kepala:
a. Mobilisasi (penolong berdiri di samping kanan ibu dengan
menghadap kekaki ibu. Tangan kiri dan kanan memegang
bokong, kemudian dikeluarkan dari rongga pelvis).
b. Eksenterasi (setelah bokong bebas, bokong dikesampingkan
(ke fossa iliaka).
c. Rotasi (penolong menghadap ke muka ibu. Janin diputar
hingga kepala terdapat di bawah. Arah pemutaran ke arah
yang mudah, yang sedikit tahanannya ke arah perut janin
supaya tidak terjadi defleksi atau tali pusat menunggang).
d. Fiksasi (setelah kepala berada di bawah,kepala difiksir).20,21
Komplikasi:
a. Kulit ketuban pecah pada waktu melakukan versi
b. Terjadi tali pusat menumbung
c. Solusio plasenta
d. Lilitan tali pusat
e. Ruptura uteri imminens
f. Gawat janin
g. Terjadi defleksi kepala.20,21
Keberhasilan versi luar

26
Tingkat keberhasilannya 50-70% (semakin meningkat
pada multiparitas, presentasi selain bokong murni, volume air
ketuban normal, letak lintang, atau oblik). Dari jumlah yang
berhasil dilakukan versi luar, 40% nya akan berhasil melahirkan
pervaginam. Jika dibandingkan dengan kelompok yang tidak
dilakukan versi luar, terjadi pengurangan 62% persalinan bukan
presentasi kepala dan penurunan 45% bedah sesar pada
kelompok yang dilakukan versi luar. Oleh karena keamanan dan
efektivitasnya, dianjurkan agar semua perempuan dengan
presentasi selain kepala yang memenuhi persyaratan pada umur
kehamilan yang mendekati atau sangat cukup bulan deberikan
tawaran untuk melakukan versi luar.19
2. Setelah inpartu
a. Persalinan spontan atau Bracht
Janin dilahirkan dengan kekuatan dan tenaga ibu sendiri.
b. Manual aid atau partial breech extraction
Janin dilahirkan sebagian dengan tenaga dan kekuatan ibu
dan sebagian lagi dengan tenaga penolong.
c. Ekstraksi sungsang atau total breech extraction
Janin dilahirkan seluruhnya dengan memakai tenaga
penolong.
B. Persalinan pada Presentasi Bokong
Banyak asosiasi internasional telah menerbitkan pedoman
untuk pasien dengan janin presentasi bokong dilahirkan secara
pervaginam.19
Pedoman ini mencakup banyak rekomendasi umum untuk
persalinan presentasi bokong secara pervaginam. Pemeriksaan USG
sebelum persalinan memberikan manfaat untuk menilai berat janin,
jenis presentasi bokong, posisi leher janin, presentasi tali pusat, dan
faktor risiko kebidanan lainnya. Panggul ibu yang memadai
diperlukan untuk menjaga kelancaran turunnya janin serta
kelancaran persalinan kepala janin. Janin harus dalam posisi frank

27
atau complete breech dan janin tidak boleh terlalu besar untuk
meminimalkan risiko distosia dan kepala terjepit.19
Janin dengan hambatan pertumbuhan tidak dianjurkan untuk
persalinan pervaginam, karena hambatan pertumbuhan dikaitkan
dengan insufisiensi plasenta, yang merupakan faktor risiko asfiksia.
Kemungkinan operasi caesar segera dan ketersediaan staf yang
terampil dan berpengalaman sangat penting untuk percobaan
persalinan presentasi bokong yang aman.19
Adapun rekomendasi persalinan pada presentasi bokong
menurut The Society of Obstetricians and Gynaecologist of Canada
adalah:19
1. Untuk wanita dengan presentasi bokong yang mendekati aterm,
USG sebelum atau awal persalinan harus dilakukan untuk
menilai jenis presentasi bokong, fleksi kepala janin, dan
pertumbuhan janin. Jika seorang wanita datang dalam persalinan
dan USG tidak tersedia dan belum dilakukan USG sebelumnya,
operasi caesar direkomendasikan.
2. Kontraindikasi persalinan pervaginam pada presentasi bokong
meliputi:
a. Presentasi tali pusat
b. Pertumbuhan janin terhambat
c. Makrosomia janin (perkiraan berat janin > 4000 g)
d. Footling breech presentation
e. Pelvis ibu yang tidak memadai secara klinis
f. Anomali janin cenderung mengganggu persalinan
pervaginam
g. Kepala janin hiperekstensi.
3. Untuk kelahiran sungsang pervaginam yang direncanakan pada
aterm, perawatan harus dilakukan untuk menghindari terjadinya
pertumbuhan janin terhambat. Perkiraan berat janin harus antara
2800 dan 4000 g.

28
4. Pelvis ibu harus dinilai secara klinis. Pelvimetri radiologis tidak
diperlukan untuk kelahiran bokong vagina yang direncanakan.
Asalkan pertumbuhan janin normal, kemajuan yang baik dalam
persalinan merupakan indikator adekuatnya proporsi panggul-
janin.
Skor Zatuchni Andros
Merupakan suatu indeks prognosis untuk menilai lebih
tepat apakah persalinan presentasi bokong dapat dilahirkan
pervaginam atau perabdominan23
Keterangan 0 1 2
Paritas Primi Multi -
Masa Gestasi >39 minggu 38 minggu <37 minggu
TBJ >3630 3629-3176 <3176
Riwayat presbo - 1x >2x
(2500 gr)
Station <-3 cm -2 cm -1/ lebih
rendah
Pembukaan <2 cm 3 cm >4 cm
Keterangan:
<3: section caesaria
4: Evaluasi kembali secara cermat, khususnya berat badan janin,
bila nilai tetap, dapat dilahirkan secara pervaginam.
>5: Pervaginam
Melahirkan bayi presentasi bokong
Pada persalinan kala I perlu digunakan partograf untuk
mendeteksi secara dini adanya kelambatan kemajuan persalinan.
Terdapat beberapa teknik untuk membantu kelahiran presentasi
bokong. Prinsip untuk melahirkan bayi presentasi bokong secara
vaginam adalah dengan tidak tergesa-gesa, tidak melakukan
tarikan, dan selalu menjaga agar punggung janin selalu dalam
posisi anterior.19

29
a. Prosedur melahirkan bokong dan kaki19
1. Biarkan persalinan berlangsung dengan sendirinya (tanpa
intervensi apapun) hingga bokong tampak di vulva.
2. Pastikan bahwa pembukaana sudah benar-benar lengkap
sebelum memperkenankan ibu mengejan.
3. Perhatikan hingga bokong membuka vulva.
4. Lakukan episiotomi bila perlu (pada perineum yang
cukup elastis dengan introitus yang sudah lebar,
episiotomi mungkin tidak diperlukan). Gunakan anestesi
local sebelumnya.
5. Biarkan bokong lahir, bila tali pusat sudah tampak
kendorkan. Perhatikan hingga tampak tulang belikat
(skapula) janin mulai tampak di vulva. Awas: Jangan
melakukan tarikan atau tindakan apa pun pada tahap ini.
6. Dengan lembut peganglah bokong dengan cara kedua ibu
jari penolong sejajar sumbu panggul, sedang jari-jari
yang lain memegang belakang pinggul janin.
7. Tanpa melakukan tarikan, angkatlah kaki, bokong, dan
badan janin dengan kedua tangan penolong disesuaikan
dengan sumbu panggul ibu (melengkung ventrokranial
ke arah perut ibu) sehingga berturut-turut lahir perut,
dada, bahu dan lengan, dagu, mulut, dan seluruh kepala.
8. Bila pada langkah no. 7 tidak ada kemajuan dan/atau
tungkai tidak lahir secara spontan, maka lahirkan kaki
satu per satu dengan cara berikut: dengan jari telunjuk
dan jari tengah di belakang paha sebagai bidai lakukan
eksorotasi paha sampai tungkai lahir.
9. Tentukan posisi lengan janin dengan cara merabanya di
depan dada, di atas kepala, atau di belakang leher.
10. Selanjutnya lakukan langkah melahirkan lengan dan
kepala spontan.

30
Gambar 2.4 Melahirkan Bokong dan Kaki
b. Prosedur melahirkan lengan di depan dada19
1. Biarkan bahu dan lengan anterior lahir sendirinya
dengan cara bokong ditarik ke arah berlawanan
(posterior). Bila tidak bisa lahir spontan, keluarkan
lengan dengan cara mengusap lengan atas janin
menggunakan 2 jari penolong berfungsi sebagai bidai.
Awas: perhatikan cara melakukan yang benar untuk
menghindari fraktur lengan atas.
2. Angkatlah bokong janin ke arah perut ibu untuk
melahirkan bahu dan lengan posterior. Teknik yang
serupa dengan melahirkan bahu dan lengan anterior
dapat dipakai bila bahu dan lengan posterior tidak dapat
lahir secara spontan. Apabila kesulitan dalam
melahirkan bahu dan lengan anterior, maka dilahirkan
dahulu bahu dan lengan posteriornya.
c. Prosedur melahirkan lengan di atas kepala atau di
belakang leher (Manuver Lovset)19
1. Pegang janin pada pinggulnya (perhatikan cara pegang
yang benar).
2. Putarlah badan bayi setengah lingkaran dengan arah
putaran mengupayakan punggung yang berada di atas
(anterior).

31
3. Sambil melakukan gerakan memutar, lakukan traksi ke
bawah sehingga lengan posterior berubah menjadi
anterior, dan melahirkannya dengan menggunakan dua
jari penolong di lengan atas bayi.
4. Putar kembali badan janin ke arah berlawanan
(punggung tetap berada di atas) sambil melakukan
traksi ke arah bawah. Dengan demikian, lengan yang
awalnya adalah anterior kembali lagi ke posisi anterior
untuk dilahirkan dengan cara yang sama.

Gambar 2.5 Manuver Lovset


d. Prosedur melahirkan kepala (Manuver Mauriceau-
Smellie-Veit)19
Pastikan tidak ada lilitan tali pusat di leher janin. Kalau ada,
tali pusat dipotong dulu di
dekat pusar janin.
1. Janin dalam posisi telungkup menghadap ke bawah,
letakkan tubuhnya di tangan dan lengan penolong
sehingga kaki janin berada di kiri kanan tangan tersebut
(atau bila janin belum dalam posisi telungkup, gunakan
tangan yang menghadap wajah janin).
2. Tempatkan jari telunjuk dan jari manis di tulang pipi
janin.
3. Gunakan tangan yang lain untuk memegang bahu dari
arah punggung dan dipergunakan untuk melakukan
traksi.
4. Buatlah kepala janin fleksi dengan cara menekan tulang
pipi janin ke arah dadanya.

32
5. Bila belum terjadi putar paksi dalam, penolong
melakukan gerakan putar paksi dengan tetap menjaga
kepala tetap fleksi dan traksi pada bahu mengikuti arah
sumbu panggul.
6. Bila sudah terjadi putar paksi dalam, lakukan traksi ke
bawah dengan memper- tahankan fleksi kepala janin,
dan mintalah asisten untuk menekan daerah
suprasimfisis.
7. Setelah suboksiput lahir di bawah simfisis, badan janin
sedikit demi sedikit dielevasi ke atas (ke arah perut ibu)
dengan suboksiput sebagai hipomoklion. Berturut-turut
akan lahir dagu, mulut, dan seluruh kepala.

Gambar 2.6 Manuver Mauriceau-Smellie-Veit


e. Prosedur setelah bayi lahir19
1. Manajemen aktif kala III untuk melahirkan plasenta
(oksitosin 10 unit I.M., traksi terkendali tali pusat, dan
masase uterus setelah plasenta lahir)
2. Periksa robekan pada jalan lahir dan penjahitan luka
episiotomy
3. Sebelum melepas sarung tangan, buang semua sampah
terkontaminasi di tempat khusus tidak bocor yang
4. Cuci tangan
5. Buat laporan tindakan di catatan medik pasien
6. Lakukan pengamatan pascapersalinan.

33
Penolong harus proaktif untuk tindakan resusitasi bayi
yang mungkin mengalami asfiksia dan trauma.

34
BAB III
LAPORAN KASUS

3.1. Identitas Pasien


Pasien
Nama : Ny. V
TTL : 12 Mei 1990
Umur : 33 tahun
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Pendidikan : SD
Agama : Islam
Alamat : Kertapati
No.RM : 58-27-42
MRS : 19 Februari 2022 (23.30 WIB)

Suami Pasien
Nama : Tn. C
Umur : 36 tahun
Pekerjaan : Buruh
Pendidikan : SMP
Agama : Islam
Alamat : Kertapati

3.2. Anamnesis
Autoanamnesis
Keluhan Utama
Hamil kurang bulan dengan mules mau melahirkan

A. Riwayat Perjalanan Penyakit


Pasien datang dengan keluhan mules mau melahirkan yang
menjalar ke pinggang sejak ±3 jam yang lalu dan keluhan mules
dirasakan semakin sering dan kuat sejak ±1 jam yang lalu. Pasien

35
mengaku 2 jam yang lalu, merasakan keluar darah lendir. Keluar air-air
disangkal. Riwayat koitus dalam waktu dekat (+). Riwayat keputihan,
riwayat demam selama hamil, dan trauma disangkal. Pasien mengaku
hamil kurang bulan, hamil anak ke empat dengan gerakan janin masih
dirasakan.

B. Riwayat Penyakit Dahulu


Asma (-) alergi obat (-) alergi makanan (-), kejang-kejang saat
hamil (-), penyakit hipertensi kehamilan (-), penyakit hipertensi saat
tidak hamil (-), penyakit diabetes melitus (-), penyakit jantung (-),
penyakit ginjal (-), penyakit TB (-), penyakit hepar (-).

C. Riwayat Penyakit Keluarga


Asma (-), alergi obat dan makanan (-), kejang-kejang saat hamil (-),
penyakit hipertensi (-), penyakit diabetes melitus (-), penyakit jantung
(-), penyakit ginjal (-), penyakit TB (-), penyakit hepar (-).

D. Riwayat Menstruasi
Usia Menarche : 13 tahun
Siklus Haid : Teratur
Lama Haid : 5 hari, ganti pembalut 3x sehari
Keluhan Saat Haid : Dismenorrhea (-)
HPHT : 25 Juni 2022
TP : 1 April 2023

E. Riwayat Perkawinan
Status Pernikahan : 1x
Lama Menikah : 15 Tahun
Usia saat Menikah : 18 Tahun

36
F. Riwayat Kontrasepsi
KB suntik 3 bulan.

G. Riwayat ANC
Periksa setiap bulan ke Puskesmas

H. Riwayat Kehamilan dan Persalinan


1. 2009/Laki-laki/3000/Spontan/Bidan/Sehat
2. 2009/Laki-laki/pasien lupa/Spontan/Bidan/Meninggal
3. 2013/Laki-Laki/3000/Spontan/Bidan/Sehat
4. Hamil saat ini

3.3. Pemeriksaan Fisik


A. Status Generalis
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Tinggi Badan : 155 cm
Berat Badan : 55 kg
Tekanan Darah : 130/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Pernapasan : 20 x/menit
Suhu : 36,6°C

B. Keadaan Spesifik
Kepala : Normocephali
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), edema
periorbital (-/-), mata cekung (-/-), pupil isokor (-/-),
reflex cahaya (+/+)
Telinga : Nyeri tekan (-/-), Massa (-/-), Serumen (-/-)
Hidung : Deviasi septum (-), lidah kotor (-)
Mulut : Bibir pucat (-). Lidah kotor (-)
Leher : Pembesaran KGB (-), Pembesaran kelenjar thyroid

37
(-)
Thorax : Inspeksi : Simetris, Retraksi Sela Iga (-)
Palpasi : Stem fremitus (+/+) normal kanan dan
kiri
Perkusi : Sonor (+/+) di kedua lapang paru
Auskultasi : Vesikuler (+/+) ronkhi (-/-) wheezing (-
/-)
Cor : Inspeksi : Ictus kordis tidak tampak
Palpasi : Ictus kordis tidak teraba
Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : Bunyi jantung I/II (+/+) normal,
regular, HR : 90x/menit, murmur (-)
gallop (-)
Abdomen : Inspeksi : Perut membesar karena kehamilan,
Skar operasi (-), linea nigra (+), striae gravidarum
(+)
Palpasi : Hepar dan lien tidak teraba pembesaran
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Genitalia : Darah lender (+) air-air (-)
Ekstremitas : Akral hangat, CRT < 2 detik, edema (-/-)

C. Status Obstetri
Pemeriksaan Luar
 Leopold I : Teraba bagian janin bulat, keras, dan melenting
(kesan kepala), TFU 3 jari di bawah processus xhypoideus, 28 cm
dari symphisis pubis.
 Leopold II : Teraba bagian keras, memanjang dan datar seperti
papan di kiri perut ibu (punggung janin) dan teraba
bagian lunak yang kecil-kecil di kanan perut ibu
(ekstremitas).
 Leopold III : Teraba bagian janin lunak, tidak mudah digerakkan

38
dan tidak melenting (kesan bokong).
 Leopold IV : Divergen (Sudah masuk PAP)
 TBJ : (TFU-13) x 155 = 2.325 gram
 DJJ : 138 x/menit
 His : 2x/10’/30”
Pemeriksaan Dalam
Vaginal Toucher:
 Konsistensi portio : Lunak
 Posisi portio : Medial
 Pembukaan : 2 cm
 Pendataran : 25%
 Selaput ketuban : Ada
 Presentasi : Bokong
 Penunjuk : Sacrum
 Penurunan : Sudah masuk PAP (Hodge 1)
 Molase :0

39
3.4. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
1. Pemeriksaan Hematologi
Pemeriksaan Nilai Rujuan Hasil
Hemoglobin 12.0 – 16.0 g/dL 11.4 g/dL
Hematokrit 39,8 – 47,0 % 32,5 %
Trombosit 150 – 440/ul 278.000/ul
Leukosit 4,2 – 11,0/ul 10,6/ul
Hitung Jenis
Eosinofil 1–3 2,6 %
Basofil 0–1 0,3 %
Neutrofil 40 – 60 % 70,8 %
Limfosit 20 – 50 % 18,1 %
Monosit 2–8% 8,2 %
Ratio N/L < 3,13 3,9
Laju Endap Darah
LED 1 jam < 20 mm/jam 19 mm/jam
Golongan Darah+Rhesus
Golongan Darah O
Rhesus Positif
Masa Pembekuan / CT < 15 menit 8 menit
Masa Pendarahan / BT < 6 menit 2 menit
Kimia Klinik
Glukosa Darah Sewaktu 70 – 140 mg/dL 78 mg/dL
Imunologi
Antigen SARS-COV-2 Negatif Negatif
Imunoserologi
HBsAg Negatif Negatif

40
2. Pemeriksaan Urin
Pemeriksaan Nilai Rujuan Hasil
Makroskopis
Warna Kuning Kuning Muda
Kejernihan Jernih Jernih
Berat Jenis 1.005 – 1.030 1.010
pH 4,5 – 7,5 7,0
Protein Urin Negatif Negatif
Glukosa Urin Negatif Negatif
Nitrit Negatif Negatif
Keton Negatif Negatif
Bilirubin Negatif Negatif
Urobilirubin Negatif Negatif
Sedimen
Epitel 1 – 15 /lpk 7 /lpk
Leukosit < 5 /lpb 3-5 /lpb
Eritrosit < 3 /lpb 10-12 /lpb
Silinder Negatif Negatif
Kristal Negatif Negatif
Bakteri Negatif Negatif
Lain-lain Negatif Negatif

3.5. Diagnosis Kerja


G4P3A0 hamil 34-35 minggu dengan Partus Prematurus Imminens Janin
Tunggal Hidup Presentasi Bokong

3.6. Penatalaksanaan
P/
1. Observasi KU, TVI, HIS
2. IVFD D5 500 cc drip MgSO4 40% gtt 15/menit selama 24 jam
3. Cek laboratorium, darah rutin, urin rutin, SWAB antigen SARS CoV-2
4. Diet NBTKTP
Th/
1. Histolan 2x1 tab/oral

41
2. Paracetamol 3x500 mg/ oral
3. Amoxicillin 3x500 mg/oral
4. Inj. Dexametason 2x2 amp
3.7. Laporan Persalinan
Diagnosis Pra-Persalinan : G4P3A0 hamil 34-35 minggu dengan Partus
Prematurus Imminens Janin Tunggal Hidup
Presentasi Bokong
Diagnosis Pasca Persalinan : P4A0 Post Partum Spontan
Waktu Persalinan : 20 Oktober 2022 (05.50 WIB)
Nama Tindakan : Persalinan pervaginam
Catatan persalinan :
Pada tanggal 20 Oktober 2022 pukul 05.50 WIB, bayi lahir dengan jenis
kelamin perempuan, BB 2.600 gram, PB 47 cm dan APGAR score 7/8.
Plasenta lahir spontan. Perineum dilakukan episiotomi.

42
3.8. Follow Up Post Partum
Tanggal/Waktu Follow Up Keterangan
20 Februari 2023 S/ Tidak ada keluhan
Pukul 08.00
O/
KU : Baik
Kesadaran : Komposmentis
Tekanan Darah : 120/ 80 mmHg
RR : 20 x/menit
Nadi : 85 x/menit
Suhu : 36,7oC
SpO2 : 99%
TFU : 2 Jari di bawah pusat
Kontraksi Uterus : (+) Baik

A/
P4A0 Post Partum Spontan
P/
1. Observasi KU, TVI, Perdarahan
2. IVFD RL + Oxytocin 2 amp gtt
XX/menit selama 6 jam
3. Aff Infus setelah infus habis
4. Diet TKTP (Tinggi Kalori Tinggi
Protein)
5. Mobilisasi bertahap
6. Latihan Berkemih
7. Asi On Demand
8. Rencana pulang besok
Th/
1. Cefadroxil 2 x 500 mg /oral
2. Asam Mefenamat 3 x 500 mg/oral
3. Inbion 1 x 1 /oral

43
Tanggal/Waktu Follow Up Keterangan
30 Oktober 2022 S/ Tidak ada keluhan
Pukul 07.00
O/
KU : Baik
Kesadaran : Komposmentis
Tekanan Darah : 110/ 70 mmHg
RR : 21 x/menit
Nadi : 87 x/menit
Suhu : 36,5oC
SpO2 : 99%
TFU : 2 Jari di bawah
pusat
Kontraksi Uterus : (+) Baik

A/
P4A0 Post Partum Spontan

P/
1. Diet TKTP
2. Mobilisasi dini
3. Asi On Demand
4. Rencana pulang hari ini
Th/
1. Cefadroxil 2 x 500 mg /oral
2. Asam Mefenamat 3 x 500
mg/oral
3. Inbion 1 x 1 /oral

44
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1. Apakah Penegakkan Diagnosis pada Pasien ini Sudah Benar?


Pada kasus ini dilaporkan seorang pasien berinisial Ny. V usia 33 tahun
datang ke IGD RSMP pada tanggal 19 Oktober 2022 pukul 23.30 WIB.
Berdasarkan anamnesis yang dilakukan, pasien datang dengan keluhan mules
mau melahirkan yang menjalar ke pinggang sejak ±3 jam yang lalu dan
keluhan mules dirasakan semakin sering dan kuat sejak ±1 jam yang lalu.
Pasien mengaku 2 jam yang lalu, merasakan keluar darah lendir. Keluar air-
air disangkal. Riwayat koitus dalam waktu dekat (+). Riwayat keputihan,
riwayat demam selama hamil, dan trauma disangkal. Pasien mengaku hamil
kurang bulan, hamil anak ke empat dengan gerakan janin masih dirasakan.
Keluhan mules mau melahirkan yang menjalar ke pinggang sejak ±3
jam yang lalu dan keluhan mules dirasakan semakin sering dan kuat sejak ±1
jam yang lalu. Pasien mengaku 2 jam yang lalu, merasakan keluar darah
lendir, hal ini sesuai dengan teori dalam fisiologi obstetri mengenai tanda-
tanda inpartu yang ada pada pasien meliputi adanya perut mules yang
menjalar ke pinggang semakin lama semakin sering dan kuat, adanya keluar
lendir bercampur darah “bloody show” dan his minimal 2x dalam 10 menit
lamanya minimal 20 detik untuk multigravida disertai pendataran dan
pembukaan serviks yakni 2 cm pada pasien.
Hal ini juga merupakan tanda terjadinya partus prematurus imminens.
Menurut teori, perut terasa kencang dan mules merupakan tanda
kemungkinan terjadinya kontraksi pada ibu hamil. Partus Prematurus Iminens
(PPI) adalah adanya suatu ancaman pada kehamilan dimana timbulnya tanda-
tanda persalinan pada usia kehamilan yang belum aterm dan berat badan lahir
bayi kurang dari 2500 gram. Pada pemeriksaan dalam didapatkan pembukaan
serviks 2 cm yang terjadi pada usia kehamilan 22-37 minggu.
Pada anamnesis juga didapatkan riwayat koitus dalam waktu dekat. Hal
ini menunjukkan bahwa coitus pada trimester ketiga kehamilan berkaitan
dengan kondisi orgasme yang memicu kontraksi rahim oleh karena adanya

45
paparan terhadap hormon prostaglandin didalam semen atau cairan sperma.
Prostagladin yang terlibat dalam mekanisme orgasme serta ada dalam cairan
seminal dapat merangsang pematangan serviks dan kontraksi miometrium
sehingga menyebabkan persalinan kurang bulan. Hormon prostaglandin
adalah hormon pencetus kontraksi atau meningkatkan intensitas kontraksi dan
bertugas untuk merangsang persalinan. Wanita memproduksi hormon ini
ketika janin siap untuk melahirkan.
Pada pemeriksaan obstetrik didapatkan tinggi fundus uteri 28 cm,
dengan taksiran berat janin 2.3253 gram. Pada saat dilakukan palpasi
pemeriksaan Leopold I didapatkan bagian teratas janin adalah kepala dengan
TFU 3 jari dibawah processus xyphoideus, Leopold II Teraba bagian keras,
memanjang dan datar seperti papan di kiri perut ibu (punggung janin) dan
teraba bagian lunak yang kecil-kecil di kanan perut ibu (ekstremitas).,
Leopold III didapatkan presentasi bokong, dan Leopold IV didapatkan janin
sudah masuk pintu atas panggul. Pada auskultasi dengan pemeriksaan
Doppler, didapatkan denyut jantung janin 138 x/menit. His didapatkan 2x
dalam 10 menit selama 30 detik.
Dari hasil pemeriksaan leopold didapatkan bahwa leopold III
didapatkan presentasi bokong. Presentasi bokong adalah janin letak
memanjang dengan bagian terendahnya bokong, kaki, atau kombinasi
keduanya. Presentasi bokong mengacu pada janin memanjang dengan bokong
atau ekstremitas bawah memasuki panggul terlebih dahulu. Hal ini sesuai
dengan teori yang menyatakan bahwa untuk menegakkan presentasi bokong
dapat dilakukan dengan menggunakan manuver Leopold, dimana akan
didapatkan pada leopold I teraba struktur yang keras, bulat, bergerak di
fundus. Pada leopold II menunjukkan punggung terletak pada salah satu sisi
abdomen dan bagian kecil pada sisi yang lain. Pada auskultasi menunjukkan
bahwa denyut jantung janin lokasinya lebih tinggi daripada yang diharapkan
dengan presentasi verteks.
Usia kehamilan pada pasien 34-35 minggu berdasarkan HPHT dan
taksiran persalinan 1 April 2023. Hal ini sesuai dengan hasil pengukuran
tinggi fundus uteri yaitu 29 cm, dengan menggunakan Mc Donald yaitu 35

46
minggu. Serta sesuai dengan pengakuan pasien, dimana pasien mengaku
hamil kurang bulan, hamil anak ke empat dengan gerakan janin masih
dirasakan.
Sehingga, dari anamnesis, peemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang yang sudah dilakukan pada kasus diagnosisnya sudah tepat.
G4P3A0 hamil 34-35 minggu dengan Partus Prematurus Imminens Janin
Tunggal Hidup Presentasi Bokong. Jika ditinjau dari segi penulisan diagnosis
obstetri pada pasien ini sudah tepat, dimana diawali dengan diagnosis ibu dan
komplikasi, diagnosis kehamilan, diagnosis persalinan, dan terakhir diikuti
diagnosis janin dan komplikasinya.
4.2. Apakah Penatalaksanaan pada pasien ini sudah adekuat ?
Pada kasus terapi yang diberikan adalah terapi konservatif. Pada
kasus ini tatalaksana awal yang diberikan adalah tokolitik yaitu berupa
IVFD D5 500 cc drip MgSO4 40% gtt 15/menit selama 24 jam dan juga
histolan 2x1 tab/oral. Hal ini bertujuan untuk mempertahankan kehamilan.
Dimana prinsip tatalaksana yang di berikan pada kehamilan preterm adalah
mempertahankan kehamilan. Sehingga dapat diberikan kortikosteroid yang
bertujuan untuk pematangan paru janin. Pemberian kortikosteroid selama 2
kali 24 jam. Dalam hal ini pasien diberikan dexametason yang bertujuan
untuk pematangan paru. Pemberian terapi kortikosteroid dimaksudkan untuk
pematangan surfaktan paru janin, menurunkan insiden RDS, mencegah
perdarahan intra ventricular yang akhirnya menurunkan kematian neonatus.
Pada kasus juga diberikan antibiotic yaitu amoxicillin. Antibiotik hanya
diberikan bilamana kehamilan mengandung risiko terjadinya infeksi. Pada
pasien juga diberikan Paracetamol. Parasetamol memiliki efek analgesik
yang bersifat sentral dan aktivitas penghambatan produksi prostaglandin
melalui penghambatan aktivitas COX-2 yang setara dengan NSAID.
Paracetamol disini diberikan untuk mengatasi nyeri pada saat persalinan.
Pada kasus terapi tokolitik yang diberikan tidak berhasil untuk
mempertahankan kehamilan. Kegagalan terapi konservatif pada persalinan
preterm kemungkinan dipengaruhi oleh tingkat kontraksi uterus, kondisi
selaput ketuban, adanya lendir darah dan dilatasi serviks. Empat faktor

47
klinis tersebut merupakan komponen dari skor tokolitik Baumgarten yang
dapat memperkirakan kemungkinan keberhasilan pemberian tokolitik dalam
menunda kelahiran. Semakin tinggi poin yang diperoleh dari penjumlahan
satiap poin dari faktor klinis tersebut, maka kehamilan semakin beresiko dan
keberhasilan penggunaan tokolitik semakin rendah. Pada kasus skor
Baumgarten didapatkan totalnya 4, dengan kontraksi uterus ireguler (1),
selaput ketuban utuh (0), perdarahan spotting (1), dilatasi serviks 2 cm (2).
Kegagalan pemberian terapi konservatif, sehingga pada kasus
dilakukan persalinan pervaginam. Berdasarkan penilaian Skor Zatuchni
Andros pada kasus didapatkan totalnya 5, multiparitas (1), usia kehamilan
34-35 minggu (2), TBJ : 2325 gram (2), riwayat presbo tidak ada (0), station
: -3 cm (0) dan pembukaan 2 cm (0). Berdasarkan hal tersebut maka pada
kasus ini dapat dilahirkan secara pervaginam. Skor Zatuchni Andros
merupakan suatu indeks prognosis untuk menilai lebih tepat apakah
persalinan presentasi bokong dapat dilahirkan pervaginam atau
perabdominan. Kemudian dilakukan pemantauan kemajuan persalinan
dengan menggunakan partograf WHO.

48
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang dan
terapi yang diberikan dapat disimpulkan bahwa:
1. Diagnosis pada kasus ini sudah tepat.
2. Penatalaksanaan kasus ini sudah adekuat.

5.2. Saran

Berdasarkan uraian tersebut, adapun saran yang bisa diberikan yaitu :


1. Sebagai upaya pencegahan terjadinya keluhan pada kehamilan,
sebaiknya pada masa kehamilan dianjurkan untuk ANC rutin pada saat
hamil untuk mencegah terjadinya komplikasi.
2. Sebagai dokter muda, disarankan proses anamnesis hendaknya dapat
lebih dipertajam.

49
DAFTAR PUSTAKA

1. Widiana, Kadek Oka, dkk. 2019. Karakteristik Pasien Partus Prematurus


Imminens di RSUP Sanglah Denpasar Periode 1 April 2016-30 September
2017. E-Jurnal Medika 8(9).
2. World Health Organization (WHO). 2019. Maternal Mortality in 2015.
Geneva : Departement of Reproductive Health and Research WHO.
3. Silinaung MDG, Kaeng JJ dan Suparman E. 2016. Karakteristik Persalinan
Letak Sungsang Di RSUP PROF. DR. R. D. Kandou Manado Periode 1
Januari 2014 – 31 Desember 2014. ECliniC. 2016; 4(1).p. 363-368.
4. Sarwono Prawirohardjo. 2016. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
5. Fakultas Kedokteran UNPAD. 2004. Obstetri Fisiologi. Ilmu Kesehatan
Produksi. Edisi 2. Jakarta : EGC.
6. Nurhayati, E. 2019. Patologi dan Fisiologi Persalinan Distosia dan
Konsep Dasar Persalinan. PT. Pustaka Baru
7. Sofian, Amru. 2011. Rustam Mochtar Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC.
11. Henderson C. 2016. Buku Ajar Konsep Kebidanan. Jakarta: EGC.
8. Prelabor Rupture of Membranes : ACOG Practice Bulletin Summary,
Number 217. Obstet Gynecol. 2020 Mar;135(3):739-743. doi:
10.1097/AOG.0000000000003701. PMID: 32080044.
9. McNamara HM. Problems and challenges in the management of preterm
labour. Int J Obstet Gynecol. 2003; 110(20):79-85.
10. Mochtar, Anantyo Binarso. 2017. Persalinan Preterm dalam buku Ajar
Kebidanan
11. Kementrian Kesehatan RI. 2020. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2019.
Jakarta: Kemenkes RI.
12. Prawirohardjo S. Ilmu Kandungan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. 2016.
13. Cunningham, Leveno. Obstetri Williams. 23rd ed. Pendit B, Dimanti A,
14. Gray, Caron J dan Meaghan M Shanahan. 2022. Breech Presentation. Stat
Pearls (Internet) EBook. Diakses tanggal 25 Februari 2023

50
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK448063/#:~:text=Breech%20pre
sentation%20refers%20to%20the,complete%20breech%2C%20and%20in
complete%20breech.

15. Prematur di Indonesia. E-Journal Kesehatan dan Lingkungan. 1(2) : 109-


115.
16. UCSF. 2014. Preterm Birth is Now Leading Cause of Death in Young
Children Globally. University of California, San Fransisco
17. Guideline CP, Treatment T, Pregnancy in. Clinical practice guideline
tocolytic treatment in pregnancy Institute of Obstetricians and
Gynaecologists , Royal College of Physicians of Ireland And Directorate
of Strategy and Clinical Care Health Service Executive Guideline No . 22
Date of publicatio. 2015;(22):1-21.
http://www.hse.ie/eng/about/Who/clinical/
natclinprog/obsandgynaeprogramme/Tocol ytic.pdf.
18. Rundell, Kristen dan Bethany Panchal. 2017. Preterm Labor: Prrevention
and Management. American Family Physician 95(6): 366-372
19. Prawirohardjo S. 2016. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Jakarta:
PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. (utk presbo)
20. Wiknyosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T. 2016. Ilmu Kebidanan.
Edisi Ketiga. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.
21. NSW Guideline. 2017. Maternity - External Cephalic Version. Public
Hospital., Specialty Network Governed Statutory Health Corporations.
22. Pramana C. 2018. Ilmu Phantom Obstetri Dalam Praktik Klinik.. Jakarta:
Sagung Seto
23. Putra N dan Utami N. 2017. Rencana Partus Pervaginam pada Kehamilan
Aterm dengan Presentasi Bokong dan Ketuban Pecah Dini. J Medula
Unila. 2017;7(2).
24. Surya dan Pudyastuti. Persalinan Preterm. Jurnal Kedokteran Vol. 46.
Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. 2019.
25. Herman dan Joewono. Buku Acuan Persalinan Kurang Bulan (Preterm).
Sulawesi Tenggara: Yayasan Avicenna Kendari. 2020.

51
52
53

Anda mungkin juga menyukai