Oleh:
Muhammad Adnan, S. Ked
71 2022 73
Pembimbing:
Dr. dr. Hj. Aryani Aziz, Sp. OG., Subsp. K. Fm., MARS
Laporan Kasus
Judul:
MULTIGRAVIDA HAMIL KURANG BULAN DENGAN KPSW 9 JAM
DAN KALA 1 FASE LATEN MEMANJANG YANG DI AKHIRI DENGAN
SECTIO CAESAREA
Oleh :
Muhammad Adnan, S. Ked
71 2022 073
Telah diterima dan disahkan sebagai salah satu syarat dalam mengikuti kegiatan
Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Palembang di Departemen Obstetri dan Ginekologi Rumah Sakit
Muhammadiyah Palembang Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Palembang.
Dr. dr. Hj. Aryani Aziz, Sp. OG., Subsp. K. Fm., MARS
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul
“Multigravida Hamil Kurang Bulan Dengan KPSW 9 Jam Dan Kala 1 Fase
Laten Memanjang Yang Diakhiri Dengan Sectio Caesarea” sebagai salah satu
syarat untuk mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) di Departemen Obstetri
dan Ginekologi Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang. Shalawat dan salam
selalu tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat,
dan pengikutnya sampai akhir zaman.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih
kepada:
1. Dr. dr. Hj. Aryani Aziz, Sp. OG., Subsp. K. Fm., MARS selaku pembimbing
Kepaniteraan Klinik Senior di SMF/Departemen Obstetri dan Ginekologi
Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Palembang, yang telah memberikan masukan, arahan, serta
bimbingan dalam penyelesaian kasus ini
2. Rekan-rekan co-assistensi atas bantuan dan kerjasamanya.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan laporan kasus ini
masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, segala saran
dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan.
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang telah
diberikan dan semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi semua dan
perkembangan ilmu pengetahuan kedokteran. Semoga selalu dalam lindungan
Allah SWT. Aamiin.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
iv
2.3.5 Tatalaksana ........................................................................................ 20
2.4 Sectio Caearea ............................................................................................ 25
2.4.1 Definisi ............................................................................................. 25
2.4.2 Epidemiologi ..................................................................................... 26
2.4.3 Indikasi dan Kontraindikasi ............................................................... 27
2.4.4 Jenis .................................................................................................. 28
2.4.5 Komplikasi ........................................................................................ 29
2.4.6 Manajemen Luka Bekas Operasi ....................................................... 29
BAB III. LAPORAN KASUS ......................................................................... 30
BAB IV. ANSLISIS KASUS .......................................................................... 40
4.1 Apakah Diagnosis Pasien Ini Sudah Benar? ................................................. 40
4.2 Apakah penatalaksanaaan pasien ini sudah tepat? ........................................ 43
BAB V. PENUTUP........................................................................................... 44
5.1 Simpulan ..................................................................................................... 44
5.2 Saran ........................................................................................................... 44
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 45
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
1.3 Manfaat
1.3.1 Manfaat Teoritis
1. Bagi institusi, diharapkan laporan kasus ini dapat menambah
referensi dan studi kepustakaan dalam bidang obstetri dan ginekologi
terutama tentang kasus kehamilan kurang bulan dengan ketuban
pecah sebelum waktunya, dan partus lama fase laten.
2. Bagi penulis selanjutnya, diharapkan laporan kasus ini dapat menjadi
landasan untuk penulisan laporan kasus selanjutnya.
2.1.2 Epidemiologi
Preterm Premature Rupture Of The Membrane PPROM
mempengaruhi sekitar 3% dari seluruh kehamilan di Amerika Serikat.
Infeksi dan kecelakaan tali pusat berkontribusi terhadap 1-2% risiko
kematian janin antenatal setelah PROM prematur. 7 dari 65 negara dengan
data kelahiran prematur yang dapat diandalkan, 62 negara mengalami
peningkatan antara tahun 2000 dan 2010.8
Prevalensi bayi prematur di Indonesia masih tergolong tinggi yaitu
7 - 14%, bahkan di beberapa kabupaten mencapai 16%. Prevalensi ini
lebih besar dari beberapa negara berkembang yaitu 5 - 9% dan 12 - 13%
di USA. Prevalensi nasional BBLR 11,5%. Sebanyak 16 propinsi
mempunyai prevalensi BBLR di atas prevalensi nasional yaitu Sumatera
Selatan, Bangka Belitung, Jawa Barat, DI Yogyakarta, Banten, Nusa
Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan
Tengah, Kalimantan selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan,
Maluku, Maluku Utara, Papua Barat dan Papua. 6
2.1.3 Etiologi
Infeksi intra-amniotik paling sering dikaitkan dengan PPROM,
terutama pada usia kehamilan dini. Penyebab lain yang berkontribusi
5
6
2.1.4 Tatalaksana
Penatalaksanaan dilaksanakan berdasarkan usia kehamilan saat
ibu datang ke rumah sakit. Pada >34 minggu, jika ibu datang dengan
persalinan prematur, dia diperbolehkan masuk. Setelah observasi selama
4-6 jam, jika ibu tidak mengalami dilatasi dan penipisan serviks yang
progresif, kesejahteraan janin tercatat pada tes non-stres reaktif, dan
komplikasi dalam kehamilan telah disingkirkan, ibu dapat dipulangkan
dengan instruksi untuk diikuti dalam 1-2 minggu dan kembali lagi jika
ada tanda dan gejala tambahan persalinan prematur atau masalah
kehamilan lainnya.7
Pedoman obat tokolitik biasanya antara usia kehamilan 22 dan
34 minggu dan hanya jika tidak ada kontraindikasi. Golongan obat
tersebut antara lain:
Penghambat saluran kalsium – Nifedipine lebih disukai karena
memiliki efek samping yang lebih sedikit dibandingkan obat lain
Beta adrenergik– agonis beta-2 yang paling umum digunakan
adalah terbutalin
Penghambat COX – indometasin paling aman jika diberikan tidak
lebih dari 48 jam yang disarankan karena risiko penutupan PDA
Donor oksida nitrat.
Obat tokolitik yang lebih lemah, diantaranya:
7
Enterokolitis nekrotikans
PDA
2.1.6 Komplikasi
a. Komplikasi Ibu
Persalinan prematur telah dikaitkan dengan peningkatan risiko
mortalitas dan morbiditas kardiovaskular, biasanya bertahun-tahun
setelah melahirkan karena alasan yang tidak jelas. 7
b. Komplikasi Bayi
Persalinan prematur berhubungan dengan gangguan
perkembangan saraf yang meliputi gangguan kemampuan kognitif,
defisit motorik, palsi serebral, serta gangguan penglihatan dan
pendengaran. Risiko ini meningkat seiring dengan menurunnya usia
kehamilan. Masalah perilaku seperti kecemasan, depresi, gangguan
spektrum autisme, dan ADHD juga berhubungan dengan persalinan
prematur.7
9
c. Komplikasi Neonatal
Ini termasuk enterokolitis nekrotikans, perdarahan
intraventrikular, displasia bronkopulmoner, retinopati imaturitas,
pertumbuhan lemah, dan adanya anomali kongenital. 7
2.2.2 Epidemiologi
Menurut WHO, kejadian ketuban pecah sebelum waktunya
berkisar antara 5-10% dari semua kelahiran. KPSW preterm terjadi 1%
dari semua kehamilan dan 70% kasus KPSW terjadi pada kehamilan
aterm. Pada 30% kasus KPSW merupakan penyebab kelahiran prematur.
Insiden ketuban pecah dini berkisar antara 8-10 % pada kehamilan aterm
atau cukup bulan, sedangkan pada kehamilan preterm terjadi pada 1%
kehamilan. Pada kehamilan aterm 90% terjadi kelahiran dalam 24 jam
setelah ketuban pecah. Pada usia kehamilan 28-34 minggu 50% terjadi
10
persalinan dalam 24 jam dan pada usia kehamilan kurang dari 26 minggu
persalinan terjadi dalam 1 minggu.3
Pada kehamilan dengan KPSW Sebagian besar kasus ditemukan
mulut rahim yang belum matang, 30-40% mengalami gagal induksi
sehingga diperlukan tindakan operasi, sedangkan sebagian lain
mengalami hambatan kemajuan persalinan dengan peningkatan risiko
infeksi pada ibu dan janin. Kejadian amnionitis dilaporkan 15-23% pada
penderita hamil dengan KPSW.3
2.2.3 Etiologi
Etiologi Ketuban Pecah Sebelum Waktunya disebabkan oleh
karena berkurangnya kekuatan membran atau meningkatnya tekanan
intrauterin atau oleh kedua faktor tersebut. Berkurangnya kekuatan
membran disebabkan oleh adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina
dan serviks. Selain itu Ketuban Pecah Sebelum Waktunya merupakan
masalah kontroversi obstetri. Penyebab lainnya adalah sebagai
berikut:11,12,13
1. Inkompetensi serviks (leher rahim)
Inkompetensia serviks adalah istilah untuk menyebut kelainan
pada otot-otot leher atau leher rahim (serviks) yang terlalu lunak dan
lemah, sehingga sedikit membuka ditengah-tengah kehamilan karena
tidak mampu menahan desakan janin yang semakin besar. serviks
dengan suatu kelainan anatomi yang nyata, disebabkan laserasi
sebelumnya melalui ostium uteri atau merupakan suatu kelainan
congenital pada serviks yang memungkinkan terjadinya dilatasi
berlebihan tanpa perasaan nyeri dan mules dalam masa kehamilan
trimester kedua atau awal trimester ketiga yang diikuti dengan
penonjolan dan robekan selaput janin serta keluarnya hasil konsepsi.
11
2.2.4 Klasifikasi
a. KPSW Preterm
Ketuban pecah sebelum waktunya preterm adalah pecah
ketuban yang terbukti dengan vaginal pooling, tes nitrazin dan, tes fern
atau IGFBP-1 (+) pada usia <37 minggu sebelum onset persalinan.
KPSW sangat preterm adalah pecah ketuban saat umur kehamilan ibu
antara 24 sampai kurang dari 34 minggu, sedangkan KPSW preterm
saat umur kehamilan ibu antara 34 minggu sampai kurang 37 minggu.
Definisi preterm bervariasi pada berbagai kepustakaan, namun yang
paling diterima dan tersering digunakan adalah persalinan kurang dari
37 minggu.14
b. KPSW Aterm
Ketuban pecah sebelum waktunya/ premature rupture of
membranes (PROM) adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya
yang terbukti dengan vaginal pooling, tes nitrazin dan tes fern (+),
IGFBP-1 (+) pada usia kehamilan ≥ 37 minggu.14
13
2.2.5 Patofisiologi
Infeksi dan inflamasi dapat menyebabkan ketuban pecah dini
dengan menginduksi kontraksi uterus dan atau kelemahan fokal kulit
ketuban. Banyak mikrorganisme servikovaginal menghasilkan fosfolipid
A2 dan fosfolipid C yang dapat meningkatkan konsentrasi secara lokal
asam arakidonat, dan lebih lanjut menyebabkan pelepasan PGE2 dan
PGF2 alfa dan selanjutnya menyebabkan kontraksi miometrium. 3
Pada infeksi juga dihasilkan produk sekresi akibat aktivasi
monosit/makrofag, yaitu sitokin, interleukin-1, faktor nekrosis tumor dan
interleukin-6. Platelet activating factor yang diproduksi oleh paru-paru
janin dan ginjal janin yang ditemukan dalam cairan amnion, secara
sinergis juga mengaktifasi pembentukan sitokin. Endotoksin yang masuk
ke dalam cairan amnion juga akan merangsang sel-sel desidua untuk
memproduksi sitokin dan kemudian prostaglandin yang menyebabkan
dimulainya persalinan.4
Di sisi lain, kelemahan lokal atau perubahan kulit ketuban adalah
mekanisme lain terjadinya ketuban pecah dini akibat infeksi dan
inflamasi. Enzim bakterial dan atau produk penjamu (host) yang
disekresikan sebagai respon untuk infeksi dapat menyebabkan
kelemahan dan ruptur kulit ketuban. Banyak flora servikovaginal
komensal dan patogenik mempunyai kemampuan memproduksi protease
dan kolagenase yang menurunkan kekuatan tegangan kulit ketuban.
Elastase leukosit polimorfonuklear secara spesifik dapat memecah
kolagen tipe III pada manusia, membuktikan bahwa infiltrasi leukosit
pada kulit ketuban yang terjadi karena kolonisasi bakteri atau infeksi
dapat menyebabkan pengurangan kolagen tipe III dan menyebabkan
ketuban pecah dini.4
2.2.6 Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakan dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan laboratorium.
14
1. Anamnesis
Dari anamnesis dapat menegakkan 90% dari diagnosis. Kadang kala
cairan seperti urin dan vaginal discharge bisa dianggap cairan amnion.
Penderita merasa basah dari vaginanya atau mengeluarkan cairan
banyak dari jalan lahir.
2. Inspeksi
Pengamatan biasa akan tampak keluarnya cairan dari vagina, bila
ketuban baru pecah, dan jumlah airnya masih banyak, pemeriksaan ini
akan makin jelas.
3. Pemeriksaan Inspekulo
Merupakan langkah pertama untuk mendiagnosis KPSW karena
pemeriksaan dalam seperti vaginal toucher dapat meningkatkan risiko
infeksi, cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa: warna, bau, dan
PH nya, yang dinilai adalah
- Keadaan umum dari serviks, juga dinilai dilatasi dan perdarahan dari
serviks. Dilihat juga prolapsus tali pusat atau ekstremitas janin. Bau
dari amnion yang khas juga harus diperhatikan.
- Pooling pada cairan amnion dari forniks posterior mendukung
diangnosis KPSW. Melakukan perasat valsava atau menyuruh
pasien untuk batuk untuk memudahkan melihat pooling
- Cairan amnion dikonfirmasikan dengan menggunakan nitrazine test.
Kertas lakmus akan berubah menjadi biru jika PH 6 – 6,5. Sekret
vagina ibu memiliki PH 4 – 5, dengan kerta nitrazin ini tidak terjadi
perubahan warna. Kertas nitrazin ini dapat memberikan positif palsu
jika tersamarkan dengan darah, semen atau vaginisis trichomiasis.
4. Mikroskopis (tes pakis).
Jika terdapat pooling dan tes nitrazin masih samar dapat dilakukan
pemeriksaan mikroskopis dari cairan yang diambil dari forniks
posterior. Cairan diswab dan dikeringkan diatas gelas objek dan dilihat
dengan mikroskop. Gambaran “ferning” menandakan cairan amnion.
15
2.2.7 Tatalaksana
1. Penatalaksanaan KPSW pada kehamilan aterm
Pada hakekatnya kulit ketuban yang pecah akan menginduksi
persalinan dengan sendirinya. Sekitar 70-80 % kehamilan genap bulan
akan melahirkan dalam waktu 24 jam setelah kulit ketuban pecah, bila
dalam jam setelah kulit ketuban pecah belum ada tanda-tanda
persalinan maka dilakukan induksi persalinan, dan bila gagal
dilakukan bedah Caesar.15
Pemberian antibiotik profilaksis dapat menurunkan infeksi
pada ibu. Walaupun antibiotik tidak berfaedah terhadap janin dalam
uterus namun pencegahan terhadap chorioamninitis lebih penting dari
pada pengobatanya sehingga pemberian antibiotik profilaksis perlu
dilakukan.15
16
2.3.2 Etiologi
Sebab-sebab terjadnya partus lama adalah multikompleks dan
tentu saja tergantung paa pengawasan selama hamil, pertolongan
persalinan yang baik dan penatalaksanaannya. 19
Faktor – faktor penyebabnya antara lain:
1) Kelainan letak janin Persalinan dapat mengalami gangguan atau
kemacetan karena kelainan presentase atau dalam bentuk janin.
2) Kelainan kekuatan his dan mengejan His yaitu kontraksi otot rahim
pada persalinan sehingga menyebabkan serviks dapat membuka dan
mendorong janin ke bawah. Bila terjadi inersia uteri dapapt
menyebabkan terjadinya partus lama.
3) Pimpinan persalinan yang salah Pada partus yang lama merupakan
suatu masalah di indonesia karena persalinan masih banyak yang di
tolong oleh dukundan sering di sertai dengan penyulit baik itu dari ibu
maupun janinnya sehingga resiko kematian ibu dan bayi meningkat
19
e. Gawat Janin.
Persalinan kala I dikatakan memanjang apabila telah
berlangsung lebih dari 20 jam pada primi dan 14 jam pada multi.
Sebab kala I memanjang adalah keadaan his, keadaan jalan lahir,
keadaan janin, yang sering di jumpai dalam kala I lama yaitu
kelainan his. His yang tidak efisien atau adekuat akan
mengakibatkan vasokontriksi plasenta, dengan adanya gangguan
fungsi plasenta akan mengakibatkan suplai O 2 ke janin berkurang,
serta perkembangan dan pertumbuhan janin dalam rahim
mengalami kelainan, selanjutnya dapat mengalami distress janin,
maka kesejahteraan janin akan terganggu.
2.3.5 Tatalaksana
Penanganan khusus persalinan lama yaitu:18
1) Belum inpartu (False Labor)
Periksa apakah ada infeksi saluran kemih atau ketuban pecah
bila didapatkan adanya infeksi, obati secara adekuat dan jika tidak ada,
pasien boleh rawat jalan.
2) Fase laten memanjang (Prolanges Laten Phase)
a. Jika tidak ada perubahan pada pendataran atau pembukaan serviks
dan tidak ada gawat janin, mungkin pasien belum inpartu
b. Jika ada kemajuan dalam pendataran dan pembukaan serviks,
lakukan amniotomi dan induksi persalinan dengan oksitosin atau
prostaglandin
c. Lakukan penilaian ulang setiap 4 jam
d. Jika pasien tidak masuk fase laten setelah dilakukan pemberian
oksitosin selama 8 jam, lakukan section caesarea
21
2.4.2 Epidemiologi
WHO merekomendasikan angka Sectio Caesarea di suatu negara
hanya 5-15%. Data dari badan kesehatan dunia (WHO) mengatakan
bahwa persalinan dengan bedah Caesar adalah sekitar 10-16% dari
semua proses persalinan dinegara-negara berkembang, di Amerika
serikat rata-rata Sectio Caesarea meningkat hingga 29.1%, Inggris dan
Wales mencapai 21,4%, Kanada 22,5%, data tersebut menunjukan secara
global, khususnya di negara-negara maju,bahwa angka tindakan
persalinan secara Sectio Caesarea terbilang tinggi. 25
Berdasarkan data dari Word Health Organitation (2018), 10-15%
dari semua persalinan dilakukan dengan sectio caesarea. Angka kejadian
persalinan dengan sectio caesarea tanpa indikasi medis di setiap negara
mencapai 2,10%. Insidensi sectio caesarea dalam masing-masing unit
obstetrik bergantung pada populasi pasien dan sikap dokter. Sekarang ini
angkanya berkisar sekitar 10 sampai 40% dari semua kelahiran, karena
sectio caesarea telah ikut mengurangi angka kematian perinatal. Di
Indonesia angka persalinan Sectio Caesarea meningkat sangat tajam
terutama di kotakota besar Angka nasional dengan tindakan sectio
caesarea di Indonesia menurut data Kemenkes RI menyatakan 927.000
22
5. Preeklampsia berat
6. Gawat janin
Indikasi lain dari pemilihan CS adalah indikasi sosial. Penelitian
yang dilakukan suatu badan di Washington DC, Amerika Serikat
menunjukkan bahwa setengah dari jumlah persalinan sectio sesarea
secara medis tidak diperlukan artinya tidak ada kegawatdaruratan
persalinan untuk menyelamatkan ibu dan janin yang dikandungnya. Hal
ini terjadi karena permintaan pasien sendiri terkait misalnya ingin
melahirkan pada tanggal dan jam tertentu, atau tidak ingin mengalami
rasa sakit saat melahirkan.28
Secara etis, operasi caesar merupakan kontraindikasi jika pasien
hamil menolak untuk dilakukan SC. Tidak ada kontaindikasi medis dan
tegas terhadap SC namun jarang dilakukan dalam kasus janin mati atau
Intra Uterine Fetal Death (IUFD), terlalu premature bertahan hidup, ada
infeksi pada dinding abdomen, anemia berat yang belum teratasi,
kelainan konginetal, kurangnya fasilitas. 27
2.4.4 Jenis
Jenis-jenis SC yang sering dilakukan yaitu teknik
sempurna.
2.4.5 Komplikasi
25
3.1 Identifikasi
A. Identitas Pasien
Nama : Ny. R
Tanggal lahir : 26 Februari 1993
Usia : 30 Tahun
Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT
Alamat : Jln. Abikusno Cs RT. 01 RW. 01 Ogan Baru Kertapati
Palembang, Sumatera Selatan
Agama : Islam
No. RM : 69-42-37
MRS : 06 Desember 2023
B. Identitas Suami
Nama : Tn. S
Usia : 38 Tahun
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jln. Abikusno Cs RT. 01 RW. 01 Ogan Baru Kertapati
Palembang, Sumatera Selatan
Agama : Islam
3.2 Anamnesis
Autoanamnesis dilakukan pada tanggal 6 Desember 2023 (Pukul 06.00 WIB)
A. Keluhan Utama
Hamil kurang bulan dengan keluar air – air.
30
B. Riwayat Perjalanan Penyakit
OS datang dengan keluhan hamil kurang bulan dengan keluar air
sejak 9 jam SMRS. Keluar air sebanyak 2x ganti kain basah, tidak berbau
dan berwarna jernih. Os juga mengeluh keluar darah lendir dari jalan lahir
sejak 9 jam SMRS dan perut mules dirasakan semakin sering
Riwayat keputihan (+). Os sempat datang ke bidan Heni dan di rujuk
ke RS Muhammadiyah Palembang.
Pasien mengatakan hamil 33 minggu dan gerakan janin masih
dirasakan
E. Riwayat Menstruasi
Usia menarche : 12 Tahun
Siklus haid : Teratur, 28 hari
Lama haid : 7 hari
Keluhan saat haid : Tidak ada
HPHT : 15 April 2023
TP : 22 Januari 2024
F. Riwayat Perkawinan
Menikah : 2x, tahun 2011 dan 2017
Lama pernikahan : 5 tahun dan 6 tahun
31
Usia menikah : 19 tahun
G. Riwayat Kontrasepsi
KB Spiral pada tahun 2021
H. Riwayat ANC
Pasien 4x melakukan pemeriksaan di puskesmas
- TM 1 : 2x pada bulan ke Juni 2023 dan Juli 2023
- TM 2 : 1x pada bulan Oktober 2023
- TM 3 : 1x pada bulan November 2023
B. Pemeriksaan Spesifik
Kepala : Normocephali
32
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-) edema
periorbital (-/-), mata cekung (-/-), pupil isokor,
refleks cahaya (+/+)
Telinga : Nyeri tekan (-/-), Massa (-/-), serumen (-)
Hidung : Sekret (-), deviasi septum (-)
Mulut : Mukosa bibir kering (-), bibir pucat (-), tonsil
(T1/T1), nyeri saat menelan (-)
Leher : Pembesaran KGB (-), JVP 5-2 cmH2O.
Thorax : Inspeksi : simetris, retraksi intercostae (-)
Palpasi: stem fremitus (+/+) sama kanan dan kiri
Perkusi: sonor di kedua lapang paru
Auskultasi: vesikuler (+/+) ronki (-/-) wheezing (-/-)
Cor : Inspeksi : ictus kordis tidak tampak
Palpasi: ictus kordis tidak teraba
Perkusi : batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : bunyi jantung I/II (+/+) normal,
regular, HR: 86 x/menit, murmur (-) gallop (-)
Abdomen : Inspeksi: perut membesar karena kehamilan, luka
bekas operasi (-), linea nigra (+), striae gravidarum(+)
Auskultasi: bising usus (+) normal
Perkusi : tidak dilakukan
Palpasi: hepar dan lien sulit dinilai
Genitalia : Bloody show (+), air-air (+), lesi (-), keputihan berbau
(-)
Ekstremitas : Akral hangat, CRT < 2 detik, edema (-/-)
C. Status Obstetrikus
Pemeriksaan Luar :
Leopold I : Teraba bagian lunak, tidak mudah digerakkan dan
tidak melenting (kesan bokong), TFU 3 jari dibawah
processus xhypoideus, 29 cm dari symphysis pubis
33
Leopold II : Teraba bagian keras, memanjang dan seperti papan
(kesan punggung janin) di bagian kiri perut ibu dan
bagian lunak yang kecil-kecil dibagian kanan perut
ibu (kesan ekstremitas)
Leopold III : Teraba bagian janin bulat, keras dan melenting (kesan
kepala)
Leopold IV : Konvergen (belum masuk PAP)
TBJ : (29-13) x 155 = 2.480 gram
DJJ : 156 x/menit
His : 2x/10’/20’
Pemeriksaan Dalam
Vaginal Toucher:
- Konsistensi portio : Lunak
- Posisi portio : Posterior
- Pembukaan :1
- Selaput ketuban : (+)
- Presentasi : Kepala
- Penunjuk : Tidak dapat ditentukan
- Penurunan : belum masuk PAP (Hodge 1)
- Molase :0
34
Hitung Jenis
Basofil 0.1 % 0–1
Eosinofil 0.0 % 1–3
Neutrofil 43.3 % 40.0 – 60.0
Limfosit 30.2 % 20.0 – 50.0
Monosit 3.4 2–8
Ratio N/L 29.2 % < 3.13
Laju Endap Darah
LED 1 jam 6 mm/jam < 20
Golongan darah A
Rhesus Positif
Hemostasis
Masa Pembekuan (CT) 7 Menit < 15
Masa Perdarahan (BT) 2 Menit <6
Kimia Klinik
Glukosa Darah Sewaktu 117 mg/dl 70 – 140
35
Sedimen
Epitel 8 1 – 15
Leukosit 4-6 <5
Eritrosit 10-12 <3
Kristal
Bakteri Negatif Negatif
Lain-lain Negatif
Imuno Serologi
HBsAg Negatif Negatif
3.6 Tatalaksana
Tatalaksana di PONEK (Pukul 00.30 WIB)
- Observasi KU, TTV, DJJ, HIS
- IVFD RL 500 cc gtt 20x/menit
- Cek laboratorium, darah lengkap, urin rutin
- Cefuroxime Acetyl 1x500 mg IV
- Rencana partus pervaginam
- Evaluasi kemajuan persalinan dengan patograf WHO
36
3.7 Follow Up Sebelum Partus
Tanggal Catatan Tindakan
Kamis, 06 S: Mules mau P/
Desember 2023 melahirkan - Observasi KU, tanda vital ibu,
Pukul 06.00 WIB DJJ dan HIS
O: - Oksigen nasal kanul 3l/m
KU: Tampak sakit - IVFD RL 500cc gtt 20x/m
sedang - Rencana SC cito 09.00 WIB
Sens: Compos mentis
TD: 120/80 mmHg
Nadi: 72x/Menit
RR: 22x/Menit
Temp: 36.5ºC
HIS: 4x/10’/40”
DJJ: 170x/m
Leopold I: kepala
Leopold II: kanan:
punggung, kiri:
ekstremitas
Leopold III: Kepala
Leopold IV: konvergen
A: G3P2A0 hamil 33 -
34 minggu dengan
KPSW 9 jam inpartu
kala 1 fase laten
memanjang janin
tunggal hidup presentasi
kepala dengan fetal
distress.
37
3.8 Laporan Operasi
Nama operator : dr. Azhari, Sp.OG
Dokter anestesi : dr. Susi Handayani, Sp. An
Jenis operasi : Besar
Jenis anestesi : Spinal Anestesi
Tangal operasi : 06 Desember 2023
Diagnose pasca persalinan : P3A0 Post SC atas indikasi KPSW dan fetal
distress
Keadaan bayi : Pada tanggal 06 Desember 2023 pukul 09.42 WIB,
lahir bayi neonatus dengan jenis kelamin laki-laki,
berat badan 2300 gram, panjang badan 46 cm dan
APGAR score 8/9.
Waktu
Sign in : 08.58
Time out : 09.42
Sign out : 10.00
Selesai : 10.15
Jumlah perdarahan : ± 500 cc
Jaringan : Ada
Jenis Jaringan : Plasenta
Tahapan tindakan :
- Pasien dalam anestesi spinal, pada posisi terlentang
- Dilakukan tidakan asepsis dan antisepsis pada lapangan operasi
- Dilakukan insisi pfannenstiel pada pelvic line
- Dibuka lapis demi lapis, kulit, lemak dan fascia M. Rectus abdominis
- M. Rectus abdominis dibuka secara tumpul ke lateral hingga tampak
peritoneum
- Peritoneum disayat keatas hingga tampak uterus
- Dilakukan insisi pada segmen bawah uterus sampai subendometrium,
endometrium ditembus secara tumpul dengan jari.
38
- Dengan meluksir kepala dilahirkan janin
- Pada tanggal
- Plasenta dan selaput ketuban dilahirkan secara manual
- Eksplorasi pada kavum uteri dan ostium uteri internum
- Uterus dijahit dengan vicryl 1-0 secara interrupted suture
- Eksplorasi ulang, setelah diyakini tidak ada perdarahan, dinding perut
dijahit lapis demi lapis
39
KPSW dan fetal
distress
40
Sabtu, 09 S: Nyeri luka operasi P/
Desember (berkurang) - Diet tinggi kalori dan tinggi
Oktober 2023 O: protein
Pukul 07.00 WIB KU: Baik - Mobilisasi bertahap
TD: 110/70 mmHg - ASI On Demand
HR: 86 x/menit - Rencana pulang har ini
RR: 19 x/menit - Rencana kontrol pada tanggal
T: 36,2ºC 16 Desember 2023
41
BAB IV
ANALISA KASUS
42
Berdasarkan anamnesis juga diketahui bahwa HPHT pasien adalah 15
April 2023 dengan taksiran persalinannya yaitu 22 Januari 2024. Dari sini dapat
diketahui bahwa usia gestasi pasien adalah 33-34 minggu yang menunjukkan
bahwa pasien hamil preterm atau belum cukup bulan.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran composmentis. Tekanan
darah pasien tinggi yaitu 110/70 mmHg, nadi 80 x/menit, RR 20 x/menit, suhu
36,5oC. Status obstetri didapatkan dari Pemeriksaan luar TFU 3 jari dibawah
processus xhypoideus, HIS ada, DJJ 112x/menit, TBJ: ± 2.480 gram. Dari
Pemeriksaan dalam dengan vaginal toucher: Portio lunak, posisi posterior,
ketuban merembes presentasi kepala, hodge 1, molase 0.
Penulisan diagnosis pada pasien ini sudah tepat yaitu G3P2A0 hamil 33-
34 minggu dengan KPSW 1 jam inpartu kala 1 fase laten memanjang janin
tunggal hidup presentasi kepala dengan fetal distress. Jika ditinjau dari segi
penulisannya diagnosis obstetrik pada pasien ini sudah tepat yaitu diawali
dengan diagnosis ibu dan komplikasi, diagnosis kehamilan, diagnosis
persalinan dan terakhir diikuti dengan diagnosis janin.
43
Setelah tindakan Secto Caesarea pasien dibawa ke ruang bangsal.
Pasien tetap diberikan obat berupa antibiotik (Cinam 2x1 gr dan Metronidazol
2x500 mg), pereda nyeri (Ketorolac Pronalges suppositoria 3x100 mg) dan
obat hemosatik (Clonex yang mengandung asam traneksamat 2x500 mg).
Pasien dilakukan observasi keadaan umum, tanda vital ibu, perdarahan, diet
tktp, imobilisasi bertahap sesuai SOP. Penatalaksanaan pada pasien ini sudah
tepat, karena telah dilakukan tindakan terminasi segera dengan Sectio
Caesarea. Sectio caesarea merupakan tindakan medis yang diperlukan untuk
membantu persalinan yang tidak bisa dilakukan secara normal akibat masalah
kesehatan ibu atau kondisi janin
Setelahnya kondisi pasien stabil, pasien dibolehkan untuk pulang dan
tetap konsul dengan dokter obgyn 1 minggu kemudian.
44
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang dan
terapi yang diberikan dapat disimpulkan bahwa:
1. Diagnosis pada kasus ini sudah tepat.
2. Penatalaksanaan kasus ini belum adekuat.
5.2. Saran
Sebagai upaya pencegahan terjadinya keluhan yang berulang,
sebaiknya pada masa kehamilan dianjurkan untuk kontrol rutin ke spesialis
obgyn untuk mencegah terjadinya komplikasi pada kehamilan selanjutnya.
44
DAFTAR PUSTAKA
45
11. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI). Jakarta: Badan Pusat
statistic; 2017
12. WHO. 2014. Levels and Trend Maternal Mortality Rate. Geneva, 7(13): 125-
126.
13. Gabbe SG, R J, Niebyl, M JLS. Premature Rupture of the Membranes. In:
Obstetrics: Normal and Problem Pregnancies Seventh Edition. 7th ed. 2013.
p. 647–658
14. Ma’roef M, Putri APK. The Relationship Of Leukocyturia On The Incidence
of Prominent Rupture of The Membrane in Preter m Pregnancy at the General
Hospital of The University of Muhammadiyah Malang. Jurnal Saintika
Medika. 2019;15(2):135–45.
15. POGI, H. K. F. M. 2016. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Ketuban
Pecah Dini. Clinical Characteristics and Outcome of Twin Gestation
Complicated by Preterm Premature Rupture of the Membrane
16. Sastrawinata, Dkk. 2004. Obstetri Patologi edisi Kedua. Jakarta : EGC
17. Mochtar, Rustam. 2015. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC.
18. Nurfina. 2017. Hubungan Partus Lama Dengan Kejadian Asfiksia Pada Bayi
Baru Lahir.
19. Mochtar, R, 2012. Sinopsis Obstetrik Fisiologi. Jakarta : EGC
20. Cunningham FC, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap LC, Hauth JC, & Wenstrom
KD. (2018). Williams Obstetrics 25 nd Ed. New York: Mcgraw-Hill.
21. Andriani. 2019. Asuhan Kebidanan Pada Persalinan. Asuhan Kebidanan
Pada Persalinan.
22. Prawirohardjo, S. 2014. Ilmu Kebidanan. Jakarta; Yauasan Bina Pustaka
Sarwono Saifuddin, A. B. 2010. Ilmu Kebidana Sarwono Prawirohardjo.
Jakarta: P.T Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
23. Ayuningtyas D, Oktarina R, Misnaniarti, & Sutrisnawati, NYD. 2018. Etika
Kesehatan Pada Persalinan Melalui Sectio Caesarea Tanpa Indikasi Medis.
Jurnal Mkmi. (2018). 14(1): 9-16
46
24. Tampilang Ts, Rambi Ca, Gansalangi. Penerapan Manajemen Perawatan
Luka Pada Klien Post Sectio Caesarea Di Rsd Liun Kendage Tahuna. Jurnal
Ilmiah Sesebanua (2018). 2(2) P.126-136
25. Andayasari, L., Muljati, S., Sihombing, M., Arlinda, D., Opitasari, C., Mogsa,
D.F., Dan Widianto. Proporsi Seksio Sesarea Dan Faktor Yang Berhubungan
Dengan Seksio Sesarea Di Jakarta. Buletin Penelitian Kesehatan, (2015).
43(2): 105-116
26. Fitri AE. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Terjadinya Persalinan
Sectio Caesarea Di Rsud Rantauprapat Tahun 2017. Skripsi. (2017).
Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan.
27. Suryawinata A. Komplikasi Pada Kehamilan Dengan Riwayat Caesarian
Section. Jurnal Agromedicine 6(2). (2019)
28. Angsar MD. Hipertensi Dalam Kehamilan dalam Ilmu Kebidanan ed. 4.
(2016). Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirorahardjo.
29. Dohou, A.M, Buda, V. O., Yernoa, L. A., Anagonou, S., Van Bambeke, F.,
Van Hees, T., Dossou, F. M., & Dalleur, O. 2022. Antibiotic Usage in Patients
Having Undergone Caesarean Section: A Three-Level Study in Benin,
Antibiotics (Basel, Switzerland), 11 (5), 617.
30. Pakaya Ir, Djunaidi Rr, Hafid R. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Penyembuhan Luka Sectio Caesarea Ibu Post Partum Di Rumah Sakit Di
Kota Gorontalo. Jurnal Sahabat Keperawatan (2021). 03(02).
31. Brahmana S. Evaluasi Pemakaian Antibiotik Profilaksis Ceftriaxone Injeksi
dan Cefadroxil Oral Terhadap Penyembuhan Luka Post Sectio Caesarea.
SMedJour, (2020). 3(2): 90 - 95 doi:10.13057/smj.v3i1.42014
47