Pembimbing :
Disusun oleh:
Laras Oktaviani
1102015118
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Segala puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang
Maha Esa, karena atas rahmat dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan laporan
kasus dengan judul “Pengelolaan Wanita Hamil 28 – 29 Minggu Dengan
Impending Eklampsia” sebagai salah satu tugas Kepaniteraan Ilmu Obstetri dan
Ginekologi RSUD Kabupaten Bekasi. Tidak lupa shalawat serta salam saya
sampaikan kepada Nabi Besar Muhammad SAW.
Pada kesempatan ini, saya selaku penulis mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu kami untuk menyelesaikan makalah referat,
terima- kasih kepada dr. Nandi Nurhandi, Sp.OG selaku pembimbing dan klinisi
kepaniteraan Ilmu Obstetri dan Ginekologi yang telah meluangkan waktu dalam
membimbing dan memberi masukan-masukan kepada penulis, dan juga kepada
seluruh dokter, staf bagian kebidanan dan kandungan, orang tua saya yang telah
mendukung secara moril maupun materil demi terwujudnya, dan teman-teman
sejawat lainnya yang turut membantu penyusun selama kepanitraan di bagian
Ilmu Obstetri dan Ginekologi. Semoga Allah SWT memberikan balasan yang
sebesar- besarnya atas bantuan yang diberikan selama ini.
Saya menyadari bahwa dalam penulisan laporan kasus ini masih banyak
terdapat kekurangan. Oleh sebab itu, saya mengharapkan saran serta kritik yang
dapat membangun dalam laporan presentasi kasus ini untuk perbaikan di
kemudian hari. Semoga presentasi kasus ini dapat berguna dan bermanfaat bagi
kita semua. Amin.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
COVER………………………………………………………………………………………………………….0
KATA PENGANTAR..........................................................................................................................................2
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………………….3
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................................................5
BAB II……………………………………………………………………………………………………………6
TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................................................................6
1.1.PRE-EKLAMSIA BERAT......................................................................................................6
1.1.1 DEFINISI.......................................................................................................................6
2.1.1. EPIDEMIOLOGI..........................................................................................................7
2.1.3 ETIOLOGI7....................................................................................................................4
2.1.4 FAKTOR RISIKO.........................................................................................................9
2.1.5. KLASIFIKASI.............................................................................................................11
2.1.6. PATOFISIOLOGI......................................................................................................12
2.1.7. DIAGNOSIS1...............................................................................................................14
2.1.8. PENATALAKSANAAN.............................................................................................18
2.1.9 KOMPLIKASI11...........................................................................................................28
2.1.10 PROGNOSIS11............................................................................................................30
2.1.11 PENCEGAHAN.........................................................................................................30
2.2 ANTENATAL CARE / ANC..................................................................................................31
2.2.1 DEFINISI......................................................................................................................31
2.2.2 KUNJUNGAN JADWAL ASUHAN ANTENATAL................................................33
2.2.3 FAKTOR RESIKO DAN PENGELOLAAN.............................................................41
BAB III ……………………………………………………………………………………………………47
LAPORAN KASUS............................................................................................................................................47
3.1 DENTITAS PASIEN...............................................................................................................47
3.2.ANAMNESIS...........................................................................................................................47
3.3. PEMERIKSAAN FISIK........................................................................................................50
3.4. EMERIKSAAN PENUNJANG.............................................................................................51
3.5. DIAGNOSIS KERJA.............................................................................................................53
3.6. RENCANA PENATALAKSANAAN...................................................................................53
3.7.FOLLOW UP PASIEN...........................................................................................................54
3.8.PROGNOSIS ..........................................................................................................................60
BAB IV ANALISA KASUS...............................................................................................................................61
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................................................65
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
2.1.3 ETIOLOGI7
Setiap teori mengenai asal-usul preeklamsia harus memperhitungkan
pengamatan bahwa gangguan hipertensi gestasional lebih mungkin berkembang
pada wanita dengan karakteristik sebagai berikut:
a. Terekspos vili korionik untuk pertama kalinya
b. Terekspos vili korionik yang melimpah, seperti pada
kembar atau mola hidatidosa
c. Memiliki kondisi yang berkaitan dengan aktivasi atau
peradangan sel endotel, seperti diabetes, obesitas, penyakit
kardiovaskular atau ginjal, gangguan imunologi, atau
pengaruh herediter
d. Secara genetik cenderung mengalami hipertensi selama kehamilan
4
bagaimanapun, invasi trofoblas mungkin tidak
lengkap. Dengan ini, pembuluh darah desidua,
tetapi bukan pembuluh darah miometrium, akan
dilapisi dengan trofoblas endovaskular. Dengan
demikian, arteriol miometrium yang lebih dalam
tidak kehilangan lapisan endotel dan jaringan
muskuloelastik, dan diameter luarnya rata-rata
hanya setengah dari pembuluh darah yang ada di
plasenta normal. Secara umum, besarnya invasi
trofoblas yang kurang sempurna berkorelasi
dengan tingkat keparahan gangguan hipertensi.
Dan yang terpenting, ini lebih sering terjadi pada
wanita dengan preeklamsia onset dini. Mahon dkk
(2014) menemukan bahwa tingkatan faktor
pertumbuhan antiangiogenik larut yang lebih
rendah mungkin terlibat dalam remodelling
endovaskular yang salah ini.
5
mengganggu aliran darah plasenta. Perfusi
berkurang dan lingkungan sekitar yang hipoksia
akhirnya menyebabkan pelepasan debris plasenta
atau mikropartikel.Pada titik ini, perubahan ini
memicu respons inflamasi sistemik, yang
merupakan tahap 2 dari sindrom preeklamsia.
Plasenta yang kurang baik diduga dapat
menyebabkan wanita yang rentan akan mengalami
hipertensi gestasional, sindrom preeklamsia,
persalinan prematur, janin dengan hambatan
pertumbuhan, dan/atau solusio plasenta di
kemudian hari.
6
2. Faktor Imunologi
7
mengalami preeklamsia.
Redman, dkk (2015) meninjau
kemungkinan peran maladaptasi imun dalam
patofisiologi preeklamsia. Pada wanita yang
ditakdirkan mengalami preeklamsia, trofoblas
ekstravili di awal kehamilan mengekspresikan
penurunan jumlah HLA G. Wanita kulit hitam
lebih umum memiliki alel gen 1597^C yang
merupakan predisposisi preeklamsia. Perubahan
ini dapat berkontribusi pada kerusakan
vaskularisasi plasenta pada sindrom preeklamsia
stadium 1. Limfosit T- helper (Th) selama
kehamilan normal diproduksi sehingga aktivitas
tipe 2 meningkat sehubungan dengan tipe 1, yang
disebut type 2 bias. Sel Th2 meningkatkan
kekebalan humoral, sedangkan sel Th1
merangsang sekresi sitokin inflamatoris. Dimulai
pada awal trimester kedua pada wanita yang
mengalami preeklamsia, Th 1 meningkat
8
dalam sirkulasi maternal. Secara singkat, sitokin
seperti tumor necrosis factor-a (TNF-a) dan
interleukin dapat berkontribusi pada stres
oksidatif sistemik yang berhubungan dengan
preeklamsia. Ini ditandai dengan spesies oksigen
reaktif dan radikal bebas yang menyebabkan
pembentukan peroksida lipid yang menyebar
dengan sendirinya. Peroksida ini pada gilirannya
akan menghasilkan radikal toksik yang melukai
sel endothelial vaskular sistemik, memodifikasi
produksi oksida nitrat oleh sel ini, dan
mengganggu keseimbangan prostaglandin.
Konsekuensi lain dari stres oksidatif termasuk
produksi lipid-laden macrophage foam cells yang
terlihat pada aterosis plasenta, aktivasi koagulasi
mikrovaskular sistemik yang dimanifestasikan
oleh trombositopenia, dan permeabilitas kapiler
sistemik yang lebih besar yang disebabkan oleh
edema dan proteinuria.
4. Faktor Genetik
Preeklamsia tampaknya merupakan kelainan
poligenik multifaktorial. Dalam satu penelitian
terhadap hampir 1, 2 juta kelahiran Swedia,
hubungan genetik untuk hipertensi gestasional dan
preeklamsia ditemukan. Ward dan Taylor (2015)
mengutip incident risk untuk preeklamsia sebesar
20–40% untuk anak perempuan dari ibu
preeklamsia, 11–37% untuk saudara perempuan
dari wanita preeklamsia, dan 22–47% untuk anak
kembar. Faktor etnorasial sangatlah penting,
terbukti dengan tingginya kejadian preeklamsia
pada wanita Afrika- Amerika. Mungkin saja
9
wanita Latin memiliki insiden yang lebih rendah
karena interaksi Gen ras Indian dan kulit putih
Amerika.
10
Gambar2. Gen yang berkaitan dengan preeklampsia
11
13) Obesitas sebelum hamil
f. Pemeriksaan Fisik
1) Indeks masa tubuh >35
2) Tekanan darah diastolik >80 mmHg
3) Proteinuria (dipstick >+1 pada 2 kali
pemeriksaan berjarak 6 jam atau
secara kuantitatif 300 mg/24 jam)
Faktor risiko yang dapat dinilai secara
dini sebagai predictor terjadinya preeklampsia
superimposed pada wanita hamil dengan
hipertensi kronik, yaitu :
a. Riwayat preeklampsia sebelumnya
b. Penyakit ginjal kronis
c. Merokok
d. Obesitas
e. Diastolik >80 mmHg
f. Sistolik 130 mmHg
12
3) Hipertensi kronis
4) Diabetes Mellitus tipe 1 atau 2
5) Penyakit ginjal
6) Penyakit autoimun (contoh:
systemic lupus
erythematous,
antiphospholipid syndrome)
b. Risiko Sedang
1) Nulipara
2) Obesitas (Indeks massa tubuh >30 kg/m2)
3) Riwayat preeklampsia pada ibu atau saudara
perempuan
4) Usia ≥ 35 tahun
5) Riwayat khusus pasien (interval kehamilan >10 tahun)
2.1.5. KLASIFIKASI
Preeklamsia adalah bagian dari spektrum
hipertensi dalam kehamilan. Sebagaimana
ditentukan oleh NHBPEP (National High
Blood Pressure Education Program),
klasifikasinya adalah sebagai berikut:8
13
setelah usia gestasi 20 minggu dan
menetap setelah 12 minggu pascapartum
3) Preeklampsia ditandai dengan tekanan
darah 140/90 mmHg atau lebih setelah
kehamilan 20 minggu pada wanita dengan
tekanan darah normal sebelumnya dan
yang memiliki proteinuria (≥0,3 g protein
dalam spesimen urin 24 jam).
4) Superimposed Preeklamsia (pada
hipertensi kronis) ditandai dengan (1)
proteinuria onset baru (≥300 mg / 24 jam)
pada wanita dengan hipertensi tetapi tidak
ada proteinuria sebelum usia gestasi 20
minggu dan (2) peningkatan tiba-tiba
proteinuria atau tekanan darah, atau jumlah
trombosit kurang dari 100.000 / mm3, pada
wanita dengan hipertensi dan proteinuria
sebelum usia gestasi 20 minggu.
Sindrom HELLP (hemolisis, peningkatan
enzim hati, trombosit rendah) mungkin
merupakan hasil dari preeklamsia berat,
meskipun beberapa penulis percaya bahwa
hal itu memiliki etiologi yang tidak
berhubungan. Sindrom ini telah dikaitkan
dengan morbiditas dan mortalitas ibu dan
perinatal yang sangat tinggi dan dapat
muncul tanpa hipertensi atau, dalam
beberapa kasus, tanpa proteinuria.
2.1.6. PATOFISIOLOGI
Patogenesis preeklamsia tidak sepenuhnya
dijelaskan tetapi banyak kemajuan telah dibuat dalam
beberapa dekade terakhir. Plasenta selalu menjadi
14
tokoh sentral dalam etiologi preeklamsia karena
pengangkatan plasenta diperlukan agar gejala
berkurang. Pemeriksaan patologis plasenta dari
kehamilan dengan preeklamsia lanjut sering
mengungkapkan banyak infark plasenta dan
penyempitan arteriol sklerotik. Hipotesis bahwa
invasi trofoblas yang rusak dengan hipoperfusi
uteroplasenta terkait dapat menyebabkan preeklamsia
didukung oleh penelitian pada hewan dan manusia.
Dengan demikian, model dua tahap dikembangkan:
renovasi arteri spiralis yang tidak lengkap di rahim
yang berkontribusi terhadap iskemia plasenta (tahap
1) dan pelepasan faktor antiangiogenik dari plasenta
iskemik ke dalam sirkulasi ibu yang berkontribusi
pada kerusakan endotel (tahap 2) 9
17
atau tensimeter otomatis yang sudah divalidasi.
Laporan terbaru menunjukkan pengukuran tekanan
darah menggunakan alat otomatis sering memberikan
hasil yang lebih rendah.
Berdasarkan American Society of
Hypertension ibu diberi kesempatan duduk tenang
dalam 15 menit sebelum dilakukan pengukuran
tekanan darah pemeriksaan. Pengukuran dilakukan
pada posisi duduk posisi manset setingkat dengan
jantung, dan tekanan diastolik diukur dengan
mendengar bunyi korotkoff V (hilangnya bunyi).
Ukuran manset yang sesuai dan kalibrasi alat juga
senantiasa diperlukan agar tercapai pengukuran
tekanan darah yang tepat. Pemeriksaan tekanan darah
pada wanita dengan hipertensi kronik harus
dilakukan pada kedua tangan, dengan menggunakan
hasil pemeriksaan yang tertinggi.
18
B. Penegakkan Diganosis Proteinuria
2.1.8. PENATALAKSANAAN
Indikasi untuk dilakukan pengelolaan aktif adalah salah satu sebagai berikut :
a) Kehamilan > 34 minggu
b) Adanya gejala impending eklamsia
c) Gagal perawatan konservatif
d) Diduga solusio plasenta
e) Adanya fetal distress/ gawat janin
f) IUGR (Intra Uterine Growth Restriction)
g) Terjadi Oligohidramion
h) Tanda tanda HELLP Syndrome khususnya penurunan trombosit
yang cepat.
selama 5 – 10 menit.
2) Maintenance Dose:
Diberikan infus 6 gram dalam larutan Ringer Laktat/6 jam atau 1 –
2 gram/jam; atau diberikan 4 atau 5 gram i.m. Selanjutnya
maintenance dose diberikan 4 gram i.m. tiap 4 – 6 jam. Dosis
pemeliharaan dilanjutkan selama 24 jam post partum atau setelah
kejang terakhir, kecuali terdapat alasan tertentu untuk melanjutkan
pemberian magnesium sulfat.
b) Methyldopa
c. NSAID
NSAID dapat diberikan sebagai analgetic yang baik daripada
golongan opioid. NSAID juga dapat diberikan pada wanita dengan
postpartum untuk membantu menurunkan tekanan darah.1
Beberapa rekomendasi dalam menangani preeklampsia
ataupun hipertensi dalam kehamilan:1
1. Pemantauan ketat pada pasien hipertensi gestasional atau
preeklampsia tanpa perburukan, dengan penilaian serial
gejala ibu dan gerakan janin (setiap hari oleh pasien),
pengukuran serial tekanan darah (dua kali seminggu), serta
penilaian jumlah trombosit dan enzim hati (mingguan)
2. Untuk pasien hipertensi gestasional, pemantauan tekanan
darah setidaknya sekali seminggu dengan penilaian
proteinuria
3. Untuk pasien hipertensi gestasional ringan atau preeklampsia
dengan tekanan darah terus-menerus kurang dari 160 mmHg
sistolik atau 110 mmHg diastolik, obat antihipertensi tidak
disarankan.
4. Pasien hipertensi gestasional atau preeklamsia tanpa tanda
perburukan tidak perlu tirah baring.
5. Untuk pasien preeklampsia tanpa tanda perburukan, USG
disarankan untuk menilai pertumbuhan janin dan uji
antenatal untuk menilai status janin.
6. Jika terdapat tanda bukti pertumbuhan janin terhambat,
dianjurkan penilaian fetoplasenta yang mencakup
velocimetry arteri Doppler sebagai uji antenatal tambahan.
7. Untuk pasien preeklampsia dengan tekanan darah sistolik
kurang dari 160 mmHg dan diastolik kurang dari 110 mmHg
dan tanpa gejala, magnesium sulfat untuk pencegahan
eklampsia tidak disarankan.
8. Untuk pasien preeklampsia berat pada atau di luar 34 minggu
lengkap kehamilan, dan pada kondisi ibu atau janin tidak
stabil terlepas dari usia kehamilan, dianjurkan persalinan
setelah stabilisasi ibu.
2.1.9 KOMPLIKASI11
Pada kasus preeklampsia yang segera ditangani
• Ibu
i) Selama kehamilan: (a) Eklampsia (2%) - lebih banyak pada
kasus akut dibandingkan pada kasus subakut, (b) Perdarahan
tidak disengaja, (c) Oliguria dan anuria, (d) Penglihatan kabur
dan bahkan kebutaan, (e) Persalinan prematur, (f) sindrom
HELLP, (g) Perdarahan otak, (h) Sindrom gangguan pernapasan
akut (ARDS)
Jika preeklamsia terdeteksi dini, dengan pengobatan yang tepat dan efektif,
fitur preeklamsia mereda sepenuhnya dan prognosisnya tidak buruk, prognosis
baik untuk ibu maupun bayinya. Namun, jika kasus dibiarkan tanpa perawatan
atau dengan kasus onset akut, kemungkinan besar akan terjadi komplikasi serius.
Dalam kondisi seperti itu, ibu dan bayinya berada dalam bahaya.
dan wanita dengan faktor risiko sedang serperti kehamilan pertama, hamil >
35 tahun, BMI >30 dan lain – lain dapat diberikan aspirin low dose
81mg/hari sebagai profilaksis dari preeklamsia diantara kehamilan 12 – 28
minggu dan hasil optimal di kehamilan 16 minggu. Pemberian MgSO4
untuk pencegahan kejang.
berikut. 17
2) 1 kali pada trimester kedua, yaitu selama umur kehamilan 14–28 minggu
3) 2 kali pada trimester ketiga, yaitu selama kehamilan 28–36 minggu dan
Pelayanan antenatal bisa lebih dari 4 kali bergantung pada kondisi ibu dan janin yang
dikandungnya.
Ibu hamil akan mendapatkan serangkaian pelayanan yang terkait dengan upaya
memastikan ada tidaknya kehamilan dan penelusuran berbagai kemungkinan adanya
penyulit atau gangguan kesehatan selama kehamilan yang mungkin dapat mengganggu
kualitas kehamilan. Identifikasi kehamilan kehamilan melalui pengenalan perubahan
anatomik dan fisiologik kehamilan. Bila diperlukan, dapat melakukan uji kehamilan
dengan menggunakan berbagai metode yang tersedia.
• Keluhan Saat
- Jenis dan sifat gangguan yang dirasakan ibu
- Lamanya mengalami gangguan tersebut
• Riwayat Haid
- Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT)
- Usia Kehamilan dan Taksiran Persalinan (Rumus Naegele: tanggal HPHT
ditambah 7 dan bulan dikurangi 3)
Riwayat Kehamilan dan Persalinan
- Asuhan antenatal, persalinan, dan nifas sebelumnya kehamilan
- Cara persalinan
- Jumlah dan jenis kelamin anak hidup
- Berat badan lahir
- Cara pemberian asupan bagi bayi yang dilahirkan
- Informasi dan saat persalinan atau keguguran terakhir
Riwayat Kehamilan Saat Ini
- Identifikasi kehamilan
- Identifikasi penyulit (preeklampsia atau hipertensi dalam kehamilan)
- Penyakit lain yang diderita
- Gerakan bayi dalm kandungan
Riwayat Penyakit dalam Keluarga
- Diabetes Mellitus, Hipertensi atau Hamil Kembar
- Kelainan Bawaan
Riwayat Penyakit Ibu
- Penyakit yang pernah diderita
- DM, HDK, Infeksi Saluran Kemih
- Penyakit Jantung
- Infeksi Virus Berbahaya
- Alergi obat atau makanan tertentu
- Pernah mendapat transfusi darah dan indikasi tindakan tersebut
- Inkompatibilitas Rhesus
- Paparan sinar-X/Röntgen
Riwayat Penyakit yang Memerlukan Tindakan Pembedahan
- Dilatasi dan Kuretase
- Reparasi vagina
- Sesarea sesarea
- Serviks Inkompeten
- Operasi non-ginekologi
Riwayat Mengikuti Program Keluarga Berencana
Riwayat Imunisasi
Riwayat Menyusul
2. Pemeriksaan
Keadaan Umum
- Tanda vital
- Pemeriksaan jantung dan paru
- Pemeriksaan payudara
- Kelainan otot dan rangka serta neurologik .
Pemeriksaan Abdomen
- Inspeksi
- Bentuk dan ukuran abdomen .
- Parut bekas operasi .
- Tanda-tanda kehamilan
- Gerakan janin
- Varises atau pelebaran vena .
- Hernia Edema
Palpasi
- Tinggi fundus .
- Punggung bayi .
- Presentasi .
- Sejauh mana bagian terbawah bayi masuk pintu atas panggul
Auskultasi .
- 10 minggu dengan Doppler .
- 20 minggu dengan fetoskop Pinard
Inspekulo vagina untuk identifikasi vaginitis pada Trimester I/II
3. Laboratorium
Pemeriksaan
Untuk menilai kesejahteraan janin pada kehamilan risiko tinggi dapat dilakukan
berbagai jenis pemeriksaan atau pengumpulan informasi, baik yang diperoleh
dari ibu hamil maupun pemeriksaan oleh petugas kesehatan.
• Pengukuran tinggi fundus uteri terutama > 20 minggu yang akan disesuaikan
dengan usia kehamilan saat pemeriksaan dilakukan. Tinggi fundus yang
normal sama dengan usia kehamilan
• Gerakan menendang atau tendangan janin (10 gerakan/12 jam) .
• Gerakan janin
• Gerakan janin yang menghilang dalam waktu 48 jam dikaitkan dengan
hipoksia berat atau janin meninggal
• Denyut jantung janin
• Ultrasonografi
Bila usia kehamilan memasuki 34 minggu, selain pemeriksaan di atas, juga
dilakukan pula pemeriksaan tentang:
• Penilaian besar janin, letak dan presentasi
LEOPOLD I :
- Kedua telapak tangan pemeriksa bergeser turun ke bawah sampai di samping kiri
dan kanan umbilikus.
- Tentukan bagian punggung janin untuk menentukan lokasi auskultasi denyut
jantung janin nantinya.
- Tentukan bagian-bagian kecil janin.
LEOPOLD III
LEOPOLD IV
• Protein
Jumlah protein yang diperlukan oleh ibu hamil adalah 85 gram per hari. Sumber
protein tersebut dapat diperoleh dari tumbuh-tumbuhan (kacang-kacangan) atau
hewani (ikan, ayam, keju, susu, telur). Defisiensi protein dapat menyebabkan
kelahiran prematur, anemia, dan edema.
• Kalsium
Kebutuhan kalsium ibu hamil adalah 1,5 gram per hari. Kalsium dibutuhkan untuk
pertumbuhan janin, terutama bagi pengembangan otot dan rangka. Sumber kalsium
yang mudah diperoleh adalah susu, keju, yogurt, dan kalsium karbonat. Defisiensi
kalsium dapat menyebabkan riketsia pada bayi atau osteomalasia pada ibu.
• Zat besi
Metabolisme yang tinggi pada ibu hamil memerlukan kecukupan oksigenasi jaringan
yang diperoleh dari pengikatan dan pengantaran oksigen melalui hemoglobin di dalam
sel-sel darah merah. Untuk menjaga konsentrasi hemoglobin yang normal, diperlukan
seperti zat besi bagi ibu hamil dengan jumlah 30 mg/hari terutama setelah trimester
kedua, Bila tidak ditemukan anemia pemberian besi per minggu cukup adekuat. Zat
besi yang diberikan dapat berupa ferrous gluconate, ferrous fumarate, atau ferrous
sulphate. Kekurangan zat besi pada ibu hamil dapat menyebabkan anemia defisiensi
zat besi.
• Asam folat
Selain zat besi, sel-sel darah merah juga memerlukan asam folat bagi pematangan sel.
Jumlah asam folat yang dibutuhkan oleh ibu hamil adalah 400 mikrogram per hari.
Kekurangan asam folat dapat menyebabkan anemia megaloblastik pada ibu hamil.
Perdarahan
Preeklampsia
Pada umumnya ibu hamil dengan usia kehamilan di atas 20 minggu disertai dengan
peningkatan tekanan darah di atas normal sering diasosiasikan dengan preeklampsia.
informasi awal terkait dengan tekanan darah sebelum hamil akan sangat membantu
petugas kesehatan untuk membedakan hipertensi kronis (yang sudah ada belumnya) dengan
preeklampsia.
Nyeri Hebat di Daerah Abdominopelvikum
- Trauma abdomen
- Preeclampsia
- Tinggi fundus uteri lebih besar dari usia kehamilan
- Bagian-bagian janin sulit diraba
- Uterus tegang dan nyeri
- Janin mati dalam Rahim
2.2.3 FAKTOR RESIKO DAN PENGELOLAAN
Kelompok faktor resiko merupakan suatu keadaan atau ciri tertentu pada
seseorang atau suatu kelompok ibu hamil yang dapat menyebabkan risiko/bahaya
kemungkinan terjadinya komplikasi persalinan. Pembagian kelompok faktor
resiko ini dapat merupakan suatu mata rantai dalam proses yang merugikan,
mengakibatkan kematian/kesakitan/ketidaknyamanan/ketidakpuasan pada ibu
ataupun janin.18,19,20.
Diabetes mellitus gestational pada ibu usia tua, karena kerusakan endotel
3 Pernah:
- Riwayat Obstetrik Buruk
1) Persalinan dengan Tindakan
a. Induksi Persalinan
b. Seksio sesarea
c. Ekstraksi forcep dan vakum
2) Abortus
Abortus merupakan berakhirnya kehamilan sebelum usia 20 minggu
atau janin tidak dapat hidup di luar kandungan. Komplikasi abortus
3) Uri manual
Uri manual yaitu tindakan pengeluaran plasenta dari rongga rahim
dengan menggunakan tangan. Tindakan ini dilakukan bila plasenta
tidak dapat lahir sendiri setelah ditunggu setengah jam atau setelah
bayi lahir plasenta belum lahir dan telah terjadi perdarahan >500 cc.
- Tindakan Pervaginam
- Bekas Operasi Sesar
Wanita yang memiliki riwayat operasi ssesar pasti memiliki jaringan
parut. Jaringan parut merupakan kontraindikasi untuk melahirkan karena
akan terjadi rupture uteri. Wanita yang memiliki riwayat operasi sesar
sebelumnya meningkatkan risiko terjadinya rupture uteri, plasenta previa,
pleeklamsia dan persalinan preterm. Sehingga cenderung akan mengalami
persalinan dengan operasi sesar ulang pada persalinan selanjutnya.
Ibu Resiko Tinggi dengan kelompok Faktor Resiko I ini selama hamil sehat,
membutuhkan KIE pada tiap kontak berulang kali mengenai kemungkinan
terjadinya komplikasi persalinan.
Batasan Pengisian Skrining Antenatal Deteksi dini Ibu Hamil Risiko Tinggi
Dengan Menggunakan Kartu Skor Poedji Rochjati
Skrining antenatal / deteksi dini faktor risiko pada ibu hamil Risiko Tinggi
Pemantauan dan pengendalian ibu hamil selama kehamilan
Pencatatan kondisi ibu selama kehamilan, persalinan, nifas mengenai ibu / bayi
Pedoman untuk memberikan penyuluhan
Validasi data kehamilan, persalinan, nifuc8as dan perencanaan KB.
Sistem SKOR
Untuk umur dan paritas pada semua ibu hamil sebagai skor awal
Untuk bekas operasi sesar, letak sungsang, letak lintang, perdarahan antepartum dan
LAPORAN KASUS
Istri Suami
Nama : Ny. S Nama : Tn. S
Umur : 36 tahun Umur : 39 tahun
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Buruh
Agama : Islam Agama : Islam
Suku : Sunda Suku : Sunda
3.2. ANAMNESIS
Dilakukan autoanamnesis pada 7 Febuari 2021 pada pukul 17:00 WIB
A. Keluhan Utama
Nyeri Kepala sejak 2 hari SMRS
B. Keluhan Tambahan
Nyeri ulu hati , pandangan kabur
C. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien G4P3A0 datang ke IGD Kebidanan RSUD Kabupaten Bekasi dengan keluhan Nyeri
kepala sejak 2 hari SMRS. Pasien juga mengeluhkan terkadang nyeri pada ulu hati disertai
dengan pandangan kabur dan merasa perutnya tidak sebesar perut ibu lain yang usia
kehamilannya sama. Pasien mengaku belum merasakan mules-mules seperti mau melahirkan
dan tidak keluar lendir darah ataupun air-air dari jalan lahir.Saat BAK frekuensi nya jadi lebih
jarang dan lebih sedikit dari biasanya, tidak terdapat keluhan nyeri maupun darah saat BAK.
Keluhan lain seperti lemahnya sebagian tubuh, nyeri pinggang, sesak napas dan demam
disangkal oleh pasien. BAB pasien dalam batas normal.
52
1 minggu yang lalu, pasien pernah dirawat selama 2 hari di RS cikarang medika dengan
tekanan darah tinggi dan proteinuria +3, kemudian diberikan obat darah tinggi yang
diletakkan di bawah lidah, obat darah tinggi lain dan obat anti nyeri untuk nyeri kepalanya.
Namun pasien pulang atas permintaan sendiri. Pasien tidak melanjutkan konsumsi obat darah
tinggi tersebut kemudian keluhan nyeri kepala muncul kembali. Pasien akhirnya pasien
kontrol 1 hari sebelumnya ke bidan terdekat dan didapatkan, tekanan darah 165/100 mmHg
bidan menyarankan pasien langsung ke RSUD Kabupaten Bekasi untuk penanganan lebih
lanjut.
Pasien telah mengetahui dirinya memiliki tekanan darah tinggi sejak 1 bulan yang lalu saat
memeriksakan dirinya ke bidan. Pasien mengaku tidak pernah memiliki riwayat darah tinggi
sebelum kehamilan yang sekarang. Riwayat trauma, demam tinggi, alergi, minum alkohol,
merokok, makan makanan setengah matang, keputihan serta minum obat-obatan lama atau
jamu selama kehamilan disangkal oleh pasien.
D. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengatakan belum pernah mengalami keluhan yang sama pada kehamilan sebelumnya
Riwayat hipertensi di luar kehamilan disangkal
Riwayat diabetes mellitus disangkal
Riwayat asma disangkal
Riwayat alergi disangkal
E. Riwayat Penyakit Keluarga
Terdapat riwayat hipertensi pada keluarganya, yaitu ibu pasien
Riwayat diabetes mellitus dalam keluarga disangkal
Riwayat asma dalam keluarga disangkal
Riwayat alergi dalam keluarga disangkal
F. Riwayat Kebiasaan
Pasien mengeluhkan lemas, mual dan muntah sejak awal kehamilan sehingga nafsu makan
pasien berkurang. Pasien mengaku makan buah tiap hari dan sering memakan makanan asin.
Kebiasaan merokok dan meminum minuman beralkohol disangkal oleh pasien.
G. Riwayat Menstruasi
Menarche : 14 tahun
Siklus Haid : 28 hari, teratur
Lama Haid : 7 hari
Volume rata-rata: Ganti pembalut 3 kali dalam sehari
Keluhan : Terasa kram perut dan mual saat sedang mensturasi
53
Tahun Tempat Usia Jenis Anak Keadaan
No Penolong Penyulit Nifas
Partus Partus Kehamilan Persalinan JK BB PB Anak
Tidak
Rumah 9 bulan
1. 2004 Normal Bidan - Pr 3200gr 48cm Ada Sehat
Bidan
Kelainan
Tidak
Rumah 9 bulan
2. 2008 Normal Bidan - Pr 2900gr 48cm Ada Sehat
Bidan
Kelainan
Tidak
3. 2013 Rumah 8 Bulan SC Dokter Ketuan Pr 3000gr 45cm Sehat
ada
Sakit pecah
kelainan
H. Riwayat Pernikahan
Pasien menikah pertama kali pada tahun 2000 saat berusia 17 tahun, pernikahan yang pertama
dan sudah 21 tahun.
I. Riwayat KB
Jenis KB : IUD/AKDR
Lama Pemakaian : 8 tahun
Keluhan : Haid jadi lebih lama
J. Riwayat Obstetri
Paritas : G4P3A0
Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT) : 22 Juli 2020
Hari Perkiraan Lahir (HPL) : 29 April 2021
Usia Kehamilan : 28 - 29 Minggu
54
K. Antenatal Care
B. Status Generalis
Kepala : Normocephal
Mata : Pupil bulat isokor, refleks cahaya langsung (+/+),
konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-),
edema palpebral (-/-)
Leher : Deviasi trakea (-), pembesaran KGB (-), nyeri tekan (-)
Thoraks : Mammae tampak simetris, membesar dan aerola
hiperpigmentasi
Paru : Suara nafas vesikuler di seluruh lapang paru,
suara tambahan (-), Rhonki -/-, Wheezing -/-
Jantung : BJ I/BJ II reguler murni, suara BJ tambahan (-), gallop (-),
murmur (-)
55
Abdomen : Pembesaran perut (+) simetris, bising usus (+), striae
gravidarum (+), nyeri tekan epigastrium (+), nyeri tekan
regio kanan atas (-), nyeri ketok CVA (-)
Ekstremitas : Akral hangat, CRT <2s, edema (-/-), refleks patella (+)
C. Status Obstetri
a) Pemeriksaan Luar
TFU : 16 cm
TBJ klinis : (16 – 12) x 155 = 620 gram
Leopold I : Teraba bagian lunak, tidak melenting, asimetris,
kesan bokong
Leopold II : Teraba bagian keras memanjang di sebelah kiri,
kesan punggung di kiri
Leopold III :Teraba bagian keras, bulat, simetris, melenting,
kesan kepala
Leopold IV :Bagian terbawah janin belum memasuki PAP
His : Tidak ada
DJJ : 135x/menit
b) Pemeriksaan Dalam
V/V : Tidak ada kelainan
Portio : Teraba tebal lunak
∅ : Tidak ada pembukaan
Ketuban :+
56
Trombosit 255.000/mm3 312.000/mm3
Leukosit 13.700/mm3 17.900/m
(H) m3
(H)
MCV 84 fL 85 fL
MCH 29pg/mL 30pg/mL
MCHC 35g/dL 35g/dL
Hitung Jenis
Basofil 0% 0%
Eosinofil 1% 0% (L)
Neutrofil 73% (H) 87%(H)
Limfosit 20% 10%(L)
NLR 3,65 8,70 (H)
Monosit 6% 3%
LED 20 (H) 50 (H)
KIMIA KLINIK
SGOT (AST) 30 U/L 25 U/L
SGPT (ALT) 13 U/L 12 U/L
Gula darah 145 mg/dL
sewaktu
Ureum Kreatinin
Ureum 24 mg/dL 34 mg/dL
Kreatinin 0,7 mg/dL 0,7 mg/dL
eGFR 112.6 112.6
URINALISIS
Protein Urin Positif 2 Positif 3 Positif 3
SEROLOGI
HIV Reagen 1 Non reaktif
HBsAg Non reaktif
HEMOSTASIS
57
Waktu Pembekuan 4.00 menit
PT(Pasien) 8.9 detik (L)
PT (Kontrol) 10.9
APPT (Pasien) 27.2 detik
APPT (Kontrol) 24.8 detik
58
3.7. FOLLOW UP PASIEN
Tanggal,
Temuan Klinis dan Penatalaksanaan
Jam Pemeriksaan
Status Obstetri
TFU : 16 cm
His : Tidak ada
DJJ : 135x/menit
Pemeriksaan Dalam :
V/V : Tidak ada kelainan
59
Portio : Teraba tebal lunak
∅ : Tidak ada pembukaan
Ketuban: (+)
A : G4P3A0 Gravida 28-29 Minggu dengan impanding eklamsia
riwayat SC
60
S : Pasien juga mengeluhkan lemas dan sakit kepala berkurang
namun terasa pusing berputar saat berdiri. Nyeri ulu hati (+) ,
pandangan kabur (+) , Demam (-), Mual dan Muntah (-), Sesak
Napas (-),BAK (+), BAB (+), Flatus (+).
O : KU baik, kesadaran
composmentis TD : 149/89
mmHg
N : 89x/menit
08-02-2021
RR : 20x/menit, teratur
08.30 WIB
S : 36,5⁰C
di Ruang Rawat
Status Generalis : dalam batas normal
Inap (Camelia)
Status Obstetri
Status Obstetri
TFU : 16 cm
His : Tidak ada
DJJ : 145x/menit
61
A : G4P3A0 Gravida 28-29 Minggu dengan impanding eklamsia riwayat
SC
P: - IVFD RL + MgSO4 40% 8 gr
- Nifedipine 3 x 10 mg (PO)
- Metildopa 3 x 250 mg (PO)
- Dexamethason 2amp/6Jam
O : KU baik, kesadaran
S : 36,5⁰C
Status Obstetri
TFU : 16 cm
His : Tidak ada
DJJ : 152x/menit
62
Hasil Lab 09-02-2021 jam 08.47
Leukosit : 17.900/mm3(H)
LED : 50 (H)
Protein Urin. : Positif 3
SC
P : - Nifedipine 3 x 10 mg (PO)
- Dopamet 3 x 250 mg (PO)
- Dexamethason 2amp/6Jam
63
Hasil Lab 10-02-2021 jam 08.12
Protein Urin. : Positif 2
riwayat SC
P : - Ceftriaxone 1gr drip
-
Dilakukan sectio caesarea pada pukul 10.00
- Bayi lahir pada 10 Febuari 2021 Pukul 10.35 WIB
- BBL : 660gr
- PB : 30 cm
- LK : 25cm
- LD : 18 cm
- LP : 16 cm
- Lila :5 cm
- Liki : 5 cm
64
3.8.Prognosis
h. Quo ad Vitam : Dubia ad Bonam
65
BAB IV
ANALISA KASUS
66
kuat, frekuensi pernafasan >16 kali/menit (tidak ada tanda-tanda distres
napas) dan produksi urin >30 cc dalam 1 jam sebelumnya
(0.5cc/kgBB/jam).13 Setelah semua syarat terpenuhi kemudian diberikan
loading dose 4 gr MgSO4 20% 20 cc i.v. selama 5 – 10 menit dan
dilanjutkan dengan drip 6 gr MgSO4 40% dalam RL500cc 28 tpm sesuai
dengan teori pemberian MgSO4. Apabila drip MgSO4 telah selesai maka
kita observasi kembali. Dilakukan pemasangan kateter urin untuk
memantau urin output pasien.
Pada kasus ini pasien dilakukan terminasi kehamilan secara section caesarea
atas indikasi adanya gejala impending eklamsia sesuai teori.
68
D. Apakah kejadian Impanding eklampsia pada pasien ini dapat dihindari
Kejadian Impanding eklampsia pada pasien ini seharusnya dapat
dihindari dimulai dengan memberikan edukasi kepada pasien mengenai
perilaku pencarian pengobatan, seperti ANC rutin dan datang ke dokter
ataupun bidan terdekat sesegera mungkin saat memiliki suatu keluhan.
69
DAFTAR PUSTAKA
1. POGI. 2016 Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran: Diagnosis dan Tata Laksana Pre-
eklampsia. Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia Himpunan Kedokteran
Fetomaternal. Diakses pada tgl 15 Januari 2021 https://pogi.or.id/publish/download/pnpk-dan-
ppk/
2. Syafrullah SC., Zulkarnaen., Lisiswanti R., Trestyawaty. 2016. Preeklampsia Berat dengan
parsial HELLP sindrom. J Medula Unila Vol 6 No 1 Des 2016 160-164
3. Sumampouw CM., Tendean HMM., Wagey FW. 2019. Gambaran Preeklampsia Berat dan
Eklampsia ditinjau dari Faktor Risiko di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. J Medik dan
Rehabilitasi (JMR), Vol. 1, No. 3 Jan 2019.
4. Putra YAPS., Abimanyu B., Andayani P. 2019. Preeklampsia Berat, Sindrom HELLP, dan
Eklampsia Terhadap Luaran Janin (Fetal Outcome) di RSUD Ulin Banjarmasin. Obgynia, Vol
2 No 2 September 2019
5. Wibowo, N. et al. 2016. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran
Diagnosis Dan Tatalaksana Pre-Eklamsia. Jakarta: Perhimpunan Obstetri
dan Ginekologi Indonesia Himpunan Kedokteran Feto Maternal
70
12. Phipps E, Prasanna D, Brima W. 2016. Preeclampsia: Updates In Pathogenesis, Definitions,
and Guidelines. Clin J Am Soc Nephrol 2016 Jun 6; 11 (6): 1102 - 1113 Diakses pada tgl 22
Febuari 2021 https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4891761/
13. Prawirohardjo S. 2020. Ilmu Kebidanan Sarwono Edisi Keempat. Jakarta: PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo
14. Fatmawati lilis dkk,2017. PENGARUH STATUS KESEHATAN IBU TERHADAP
DERAJAT PREEKLAMPSIA/EKLAMPSIA DI KABUPATEN GRESIK. Program Magister
Ilmu Kesehatam Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga Surabaya.
15. Wagiyo&Putrono.(2016).Asuhan Antenatal ,Intranatal dan bayi baru lahir fisiologis &
patologis. Yogyakarta. C.V ANDI OFFSET
16. Saifuddin AB, Adriaansz G, Wiknjosastro GH, Waspodo D. 2014. Ilmu Kebidanan. Edisi
Keempat. Jakarta :Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
17. Kemenkes.2015.Buku ajar Kesehatan Ibu dan Anak.Jakarta. Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Tenaga Kesehatan
18. Rochati, Poedji. 2020. Pelayanan Kebidanan di Indonesia. Ilmu Kebidanan Sarwono Edisi
Keempat. Jakarta
19. Rochjati, P., 2018. Buku Rujukan Terencana dalam Sistem Rujukan Paripurna. Surabaya.
Airlangga University Press
20. Pribadi, A., Mose, J.C., Anwar, A.D. 2015. Kehamilan Risiko Tinggi. Jakarta: CV Sagung
Seto
21. Kemenkes.2020. Pedoman Pelayanan Antenatal, Persalinan, Nifas, Dan Bayi Baru
Lahir.Germas.
71