PROTEINURIA+LEUKOSITOSIS
Disusun Oleh:
1102014042
Pembimbing:
Internal
PERIODE 30 AGUSTUS – 9 OKTOBER 2021
Internal
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Segala puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang
Maha Esa, karena atas rahmat dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan laporan
Ginekologi RSUD Kabupaten Bekasi. Tidak lupa shalawat serta salam saya
Pada kesempatan ini, saya selaku penulis mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu saya untuk menyelesaikan makalah laporan kasus,
terima kasih kepada dr. Ronny, Sp.OG selaku pembimbing dan klinisi kepaniteraan
Ilmu Obstetri dan Ginekologi yang telah meluangkan waktu dalam membimbing dan
memberi masukan-masukan kepada penulis, dan juga kepada seluruh dokter, staf
bagian kebidanan dan kandungan, orang tua saya yang telah mendukung secara moril
maupun materil demi terwujudnya, dan teman-teman sejawat lainnya yang turut
Semoga Allah SWT memberikan balasan yang sebesar-besarnya atas bantuan yang
Saya menyadari bahwa dalam penulisan laporan kasus ini masih banyak
terdapat kekurangan. Oleh sebab itu, saya mengharapkan saran serta kritik yang dapat
membangun dalam laporan presentasi kasus ini untuk perbaikan di kemudian hari.
Semoga presentasi kasus ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Internal
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Bekasi,
Penulis
Internal
DAFTAR ISI
Contents
KATA PENGANTAR............................................................................................................2
DAFTAR ISI..........................................................................................................................4
BAB I......................................................................................................................................6
BAB II.....................................................................................................................................8
2.1. Pre Eklamsia Berat.....................................................................................................8
2.1.1. DEFINISI..............................................................................................................8
2.1.2. EPIDEMIOLOGI...............................................................................................10
2.1.3. ETIOLOGI7........................................................................................................11
2.1.4. FAKTOR RISIKO.............................................................................................16
2.1.5. KLASIFIKASI....................................................................................................18
2.1.6. PATOFISIOLOGI.............................................................................................19
2.1.7. DIAGNOSIS1......................................................................................................21
2.1.8. PENATALAKSANAAN....................................................................................27
2.1.9. KOMPLIKASI11.................................................................................................40
2.1.10. PROGNOSIS11..................................................................................................41
2.1.11. PENCEGAHAN...............................................................................................42
BAB III.................................................................................................................................44
3.1. IDENTITAS PASIEN...............................................................................................44
3.2. ANAMNESIS.............................................................................................................44
3.3. PEMERIKSAAN FISIK...........................................................................................47
3.4. PEMERIKSAAN PENUNJANG..............................................................................49
3.5. RESUME...................................................................................................................51
3.6. DIAGNOSIS KERJA................................................................................................51
3.7. RENCANA PENATALAKSANAAN.......................................................................51
3.8. PROGNOSIS.............................................................................................................52
3.9. CATATAN PERKEMBANGAN PASIEN TERINTEGRASI...............................53
BAB IV..................................................................................................................................57
Internal
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................62
Internal
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia pada tahun 2013 disebabkan oleh HDK. Proporsi kejadian HDK tahun
2010 sebesar 21,5%, 2011 sebesar 24,7%, 2012 sebesar 26,9% dan kembali
meningkat pada tahun 2013 sebesar 27,1%. Preeklampsia merupakan kondisi spesifik
pada kehamilan yang ditandai dengan adanya disfungsi plasenta dan respon maternal
terhadap adanya inflamasi sistemik dengan aktivasi endotel dan koagulasi. Diagnosis
ditemukan pada usia kehamilan > 20 minggu. Penyakit yang disebut sebagai “disease
disertai gejala berat’ dan preeklamsia ‘dengan gejala berat’(PEB). Pada preeklampsia
berat dibagi menjadi preeklamsia berat tanpa impending eklampsia dan preeklamsia
jika pada kasus preeklampsia berat dijumpai nyeri kepala hebat gangguan visus dan
Internal
Impending eklampsia merupakan masalah yang serius dalam kehamilan
karena komplikasi-komplikasi yang dapat timbul baik pada ibu maupun pada janin.
Komplikasi pada ibu antara lain edema paru, gangguan ginjal, perdarahan, solusio
plasenta bahkan kematian ibu. Sedangkan komplikasi pada janin antara lain
dibutuhkan penanganan secara cepat dan tepat apabila dijumpai kasus kehamilan
Internal
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1. DEFINISI
dengan adanya disfungsi plasenta dan respon maternal terhadap adanya inflamasi
dengan gangguan sistem organ dan proteinuria pada usia kehamilan diatas 20
proteinuri yang baru terjadi pada kehamilan (new onset hypertension with
proteinuria). Meskipun kedua kriteria ini masih menjadi definisi klasik preeklampsia,
lain yang menunjukkan adanya kondisi berat dari preeklampsia meskipun pasien
tidak mengalami proteinuri. Sedangkan untuk edema tidak lagi dipakai sebagai
kriteria diagnostik karena banyak ditemukan pada wanita dengan kehamilan normal.
Dapat timbul kapan saja dan dapat berkembang dari preeklampsia yang ringan sampai
urgensi yaitu dengan tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan darah diastolik
≥ 110 mmHg disertai proteinuri > 5g/24 jam atau tes urin dipstick ≥ positif 2, atau
Internal
Preeklampsia berat selain didapatkan adanya hipertensi harus didapatkan
preeklampsia ditegakkan dengan adanya protein urin, namun jika protein urin tidak
didapatkan, salah satu gejala dan gangguan lain dapat digunakan untuk menegakkan
sama
3. Gangguan ginjal: kreatinin serum >1,1 mg/dL atau didapatkan peningkatan kadar
kreatinin serum pada kondisi dimana tidak ada kelainan ginjal lainnya
5. Edema Paru
10
Internal
2.1.2. EPIDEMIOLOGI
dan lebih dari setengah juta diantaranya meninggal dunia, dimana 99% terjadi di
Negara maju yaitu 1 dari 5000 perempuan, dimana angka ini jauh lebih rendah
dan nifas. AKI di Indonesia masih merupakan salah satu yang tertinggi di negara Asia
preeklampsia tujuh kali lebih tinggi di negara berkembang daripada di negara maju.
Kecenderungan yang ada dalam dua dekade terakhir ini tidak terlihat adanya
penurunan yang nyata terhadap insiden preeklampsia, berbeda dengan insiden infeksi
Gangguan hipertensi kehamilan, istilah umum yang mencakup hipertensi yang sudah
11
Internal
10% kehamilan dan merupakan penyebab signifikan morbiditas dan mortalitas ibu
dan perinatal.6
2.1.3. ETIOLOGI7
2. Terekspos vili korionik yang melimpah, seperti pada kembar atau mola hidatidosa
3. Memiliki kondisi yang berkaitan dengan aktivasi atau peradangan sel endotel,
dengan tingkat keparahan gangguan hipertensi. Dan yang terpenting, ini lebih
12
Internal
sering terjadi pada wanita dengan preeklamsia onset dini. Mahon dkk (2014)
2. Faktor Imunologi
Hilangnya toleransi imun ibu terhadap antigen plasenta dan janin yang
diturunkan dari paternal adalah teori lain yang dapat dikutip untuk preeklamsia.
13
Internal
Tentu saja, perubahan histologis pada bagian plasenta ibu menunjukkan
G. Wanita kulit hitam lebih umum memiliki alel gen 1597^C yang merupakan
sehubungan dengan tipe 1, yang disebut type 2 bias. Sel Th2 meningkatkan
Dimulai pada awal trimester kedua pada wanita yang mengalami preeklamsia, Th
1 meningkat.
metabolik dan mediator leukosit inflamasi lainnya dianggap memicu cedera sel
14
Internal
endotelial sistemik, yang secara sinonim dikaitkan dengan aktivasi atau disfungsi
sel endotelial.
Disfungsi sel endotel dapat terjadi akibat keadaan leukosit yang teraktivasi
secara ekstrim dalam sirkulasi maternal. Secara singkat, sitokin seperti tumor
necrosis factor-a (TNF-a) dan interleukin dapat berkontribusi pada stres oksidatif
lipid yang menyebar dengan sendirinya. Peroksida ini pada gilirannya akan
produksi lipid-laden macrophage foam cells yang terlihat pada aterosis plasenta,
4. Faktor Genetik
untuk hipertensi gestasional dan preeklamsia ditemukan. Ward dan Taylor (2015)
mengutip incident risk untuk preeklamsia sebesar 20–40% untuk anak perempuan
dari ibu preeklamsia, 11–37% untuk saudara perempuan dari wanita preeklamsia,
15
Internal
Predisposisi herediter untuk preeklamsia kemungkinan besar berasal dari
interaksi ratusan gen yang diwariskan baik dari ibu maupun ayah yang
Faktor yang diturunkan dari plasma dapat memicu beberapa gen pada
sindrom preeklamsia akan menempati suatu spektrum. Dalam hal ini, ekspresi
fenotipik akan berbeda di antara genotipe yang serupa tergantung pada interaksi
kompleks, akan sulit untuk menemukan satu gen yang bertanggung jawab.
16
Internal
Gambar2. Gen yang berkaitan dengan preeklampsia
b. Nulipara
g. Kehamilan multiple
i. Hipertensi kronik
j. Penyakit ginjal
2. Pemeriksaan Fisik
17
Internal
c. Proteinuria (dipstick >+1 pada 2 kali pemeriksaan berjarak 6 jam atau secara
Faktor risiko yang dapat dinilai secara dini sebagai predictor terjadinya preeklampsia
3. Merokok
4. Obesitas
penelitian dan panduan Internasional terbaru kami membagi dua bagian besar faktor
risiko yaitu risiko tinggi / mayor dan risiko tambahan / minor, yaitu :
1. Risiko Tinggi
a. Riwayat preeklampsia
b. Kehamilan multiple
c. Hipertensi kronis
e. Penyakit ginjal
syndrome)
18
Internal
2. Risiko Sedang
a. Nulipara
d. Usia ≥ 35 tahun
2.1.5. KLASIFIKASI
1. Hipertensi Gestasional ditandai dengan tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih
untuk pertama kali selama kehamilan, tidak ada proteinuria, tekanan darah
2. Hipertensi kronis ditandai oleh tekanan darah 140/90 mm Hg atau lebih sebelum
oleh penyakit trofoblas gestasional atau hipertensi yang pertama kali didiagnosis
3. Preeklampsia ditandai dengan tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih setelah
kehamilan 20 minggu pada wanita dengan tekanan darah normal sebelumnya dan
proteinuria onset baru (≥300 mg / 24 jam) pada wanita dengan hipertensi tetapi
19
Internal
tidak ada proteinuria sebelum usia gestasi 20 minggu dan (2) peningkatan tiba-
tiba proteinuria atau tekanan darah, atau jumlah trombosit kurang dari 100.000 /
mm3, pada wanita dengan hipertensi dan proteinuria sebelum usia gestasi 20
minggu.
bahwa hal itu memiliki etiologi yang tidak berhubungan. Sindrom ini telah
dikaitkan dengan morbiditas dan mortalitas ibu dan perinatal yang sangat tinggi
dan dapat muncul tanpa hipertensi atau, dalam beberapa kasus, tanpa proteinuria.
2.1.6. PATOFISIOLOGI
telah dibuat dalam beberapa dekade terakhir. Dengan demikian, model dua tahap
dari plasenta iskemik ke dalam sirkulasi ibu yang berkontribusi pada kerusakan
20
Internal
Gambar 2. Patogenesis preeklamsia: model dua tahap. AT1-AA, autoantibodi
menjadi reseptor angiotensin 1; COMT, katekol-O-metiltransferase; HTN,
hipertensi; LFT, tes fungsi hati; PlGF1, faktor pertumbuhan plasenta 1; PRES,
sindrom ensefalopati posterior reversibel; sEng, endoglin larut; sFlt-1, tirosin kinase
1 seperti fms terlarut; sVEGFR1, reseptor faktor pertumbuhan endotel vaskular
terlarut 1; VEGF, faktor pertumbuhan endotel vaskular.
pembentukan ulang arteri spiralis, sementara melenyapkan tunika media dari arteri
untuk memberi makan janin yang sedang berkembang. Bagian dari renovasi
adhesi. Jika renovasi ini terganggu, plasenta kemungkinan akan kekurangan oksigen,
yang menyebabkan keadaan iskemia relatif dan peningkatan stres oksidatif selama
keadaan perfusi intermiten. Renovasi arteri spiralis yang abnormal ini terlihat dan
dijelaskan lebih dari lima dekade yang lalu pada wanita hamil yang mengalami
hipertensi. Sejak itu telah terbukti menjadi faktor patogen sentral pada kehamilan
preeklamsia. Salah satu batasan teori ini, oleh karena itu, bahwa temuan ini tidak
21
Internal
Gambar 3. Hipotesis penyebab dan Patogenesis Preeklampsia10
2.1.7. DIAGNOSIS1
proteinuri yang baru terjadi saat kehamilan. Meskipun kedua kriteria ini masih
22
Internal
hipertensi disertai gangguan multisistem lain yang menunjukkan adanya kondisi berat
untuk edema tidak lagi dipakai sebagai kriteria diagnostik karena sangat banyak
lengan yang sama. Definisi hipertensi berat adalah peningkatan tekanan darah
dengan jantung, dan tekanan diastolik diukur dengan mendengar bunyi korotkoff
V (hilangnya bunyi). Ukuran manset yang sesuai dan kalibrasi alat juga
Pemeriksaan tekanan darah pada wanita dengan hipertensi kronik harus dilakukan
23
Internal
Proteinuria ditetapkan bila ekskresi protein di urin melebihi 300 mg dalam 24
jam atau tes urin dipstik > positif 1. Pemeriksaan urin dipstik bukan merupakan
Konsentrasi protein pada sampel urin sewaktu bergantung pada beberapa faktor,
kuantitatif pada hasil dipstik positif 1 berkisar 0-2400 mg/24 jam, dan positif 2
palsu yang tinggi, seperti yang dilaporkan oleh Brown, dengan tingkat positif
palsu 67- 83%. Positif palsu dapat disebabkan kontaminasi duh vagina, cairan
pembersih, dan urin yang bersifat basa. Konsensus Australian Society for the
dengan angka positif palsu yang sangat tinggi, dan harus dikonfirmasi dengan
pemeriksaan protein urin tampung 24 jam atau rasio protein banding rasio protein
sebagai hipertensi yang baru terjadi pada kehamilan / diatas usia kehamilan 20
minggu disertai adanya gangguan organ. Jika hanya didapatkan hipertensi saja,
24
Internal
kondisi tersebut tidak dapat disamakan dengan preeklampsia, harus didapatkan
preeklampsia ditegakkan dengan adanya protein urin, namun jika protein urin
tidak didapatkan, salah satu gejala dan gangguan lain dapat digunakan untuk
b. Proteinuria : protein di urin melebihi 300 mg dalam 24 jam atau tes urin
kadar kreatinin serum pada kondisi dimana tidak ada kelainan ginjal lainnya
f. Edema paru
25
Internal
Beberapa gejala klinis meningkatkan morbiditas dan mortalitas pada
2. Proteinuria : Protein di urin melebihi 300 mg dalam 24 jam atau tes urin dipstick
> positif 1
4. Gangguan gin jal : kreatinin serum >1,1 mg/dL atau didapatkan peningkatan
kadar kreatinin serum pada kondisi dimana tidak ada kelainan ginjal lainnya
6. Edema paru
kuantitas protein urin terhadap luaran preeklampsia, sehiingga kondisi protein urin
26
Internal
masif (lebih dari 5 g) telah dieliminasi dari kriteria pemberatan preeklampsia
waktu singkat.
eclamsia bila preeklamsia berat disertai gejala-gejala subjektif beupa nyeri kepala
tekanan darah.
Nyeri kepala sering terasa pada daerah frontalis dan oksipitalis, dan tidak
b. Gangguan visus
kabur, skotoma, hingga kebutaan sebagian atau total. Keadaan ini disebabkan
27
Internal
c. Muntah-muntah
d. Nyeri epigastrium
Nyeri epigastrium atau nyeri kuadran kanan atas merupakan keluhan yang
serangan kejang yang akan terjadi. Keluhan ini mungkin disebabkan oleh
Sebagian dari tanda gejala tersebut di atas sudah termasuk kriteria diagnosis
preeklampsia berat. Seperti gangguan visus dan serebral dan nyeri epigastrium
edema paru-paru dan sianosis juga termasuk tanda / gejala preeklampsia berat
2.1.8. PENATALAKSANAAN
kejadian morbiditas maternal seperti gagal ginjal, sindrom HELLP, angka seksio
sesar, atau solusio plasenta. Sebaliknya dapat memperpanjang usia kehamilan, serta
enterocolitis, kebutuhan perawatan intensif dan ventilator serta lama perawatan. Berat
lahir bayi rata – rata lebih besar pada manajemen ekspektatif, namun insiden
28
Internal
mengurangi kejadian sindrom gawat napas, perdarahan intraventrikular, infeksi
berat dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu dengan evaluasi maternal dan
2. Perawatan poliklinis secara ketat dapat dilakukan pada kasus preeklampsia tanpa
gejala berat
a. Evaluasi gejala maternal dan gerakan janin setiap hari oleh pasien
d. Evaluasi USG dan kesejahteraan janin secara berkala (dianjurkan 2 kali dalam
seminggu)
e. Evaluasi USG dan kesejahteraan janin secara berkala (dianjurkan 2 kali dalam
seminggu)
29
Internal
Gambar 4. Manajemen Ekspektatif Preeklampsia tanpa Gejala Berat
kehamilan kurang dari 34 minggu dengan syarat kondisi ibu dan janin stabil
30
Internal
3. Bagi wanita yang melakukan perawatan ekspektatif PEB, pemberian
31
Internal
Berikut merupakan kriteria terminasi kehamilan pada preeklampsia berat berdasarkan
Indikasi untuk dilakukan pengelolaan aktif adalah salah satu sebagai berikut :
7. Terjadi Oligohidramion
32
Internal
2.1.8.2. Pemberian Magnesium Sulfat Untuk Mencegah Kejang
Eropa dan Amerika Serikat. Tujuan utama pemberian magnesium sulfat pada
serta mengurangi morbiditas dan mortalitas maternal serta perinatal. Cara kerja
kerjanya adalah menyebabkan vasodilatasi melalui relaksasi dari otot polos, termasuk
otak, yang apabila teraktivasi akibat asfiksia, dapat menyebabkan masuknya kalsium
ke dalam neuron, yang mengakibatkan kerusakan sel dan dapat terjadi kejang.
berhubungan dengan efek samping minor yang lebih tinggi seperti rasa hangat,
flushing, nausea atau muntah, kelemahan otot, ngantuk, dan iritasi dari lokasi injeksi.
Dari uji acak dilaporkan kejadian efek samping terjadi pada 15 – 67% kasus. Efek
dibandingkan 0,5% pada plasebo, namun tidak ada bukti nyata perbedaan risiko
hilangnya atau berkurangnya refleks tendon. Meskipun depresi napas dan masalah
pernapasan jarang ditemukanr isiko relatif meningkat pada kelompok yang diberikan
33
Internal
magnesium sulfat. Untuk mengatasi terjadinya toksisitas, bisa berikan kalsium
glukonas 10% 1 g (10 ml) dapat diberikan IV secara perlahan selama 10 menit.
Pemberian magnesium sulfat lebih baik dalam mencegah kejang atau kejang berulang
4 gram MgSO4: intravena (10cc MgSO4 40% atau 20cc MgSO4 20%) selama 5 –
10 menit.
2. Maintenance Dose:
Diberikan infus 6 gram dalam larutan Ringer Laktat/6 jam atau 1 – 2 gram/jam;
post partum atau setelah kejang terakhir, kecuali terdapat alasan tertentu untuk
glukonas 10% = 1 gram (10% dalam 10cc) diberikan i.v. 10 menit (dalam
34
Internal
b. Setelah 24 jam pasca persalinan atau 24 jam setelah kejang terakhir
Belum ada kesepakatan dari penelitian yang telah dipublikasi mengenai waktu
yang optimal untuk memulai magnesium sulfat, dosis (loading dan pemeliharaan),
2.1.8.3. Antihipertensi
sedang (tekanan darah 140 – 169 mmHg/90 – 109 mmHg), masih kontroversial.
pemberian antihipertensi pada tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg atau diastolik ≥ 90
mmHg pada wanita dengan hipertensi gestasional (dengan atau tanpa proteinuria),
kerusakan organ subklinis pada usia kehamilan berapa pun. Pada keadaan yang lain,
atau tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg atau diastolic ≥ 110 mmHg. Target
penurunan tekanan darah adalah sistolik < 160 mmHg dan diastolik < 110 mmHg.
a. Nifedipine
35
Internal
Nifedipin merupakan salah satu calcium channel blocker yang sudah
b. Nikardipine
dalam 20 menit (lama kerja 4 -6 jam). Merupakan lini kedua yang dapat
diberikan jika pada setelah nifedipine dan methyldopa tidak ada perubahan
atau diberikan bila tekanan darah ≥180/110 mmHg atau pada hipertensi
adalah sakit kepala. Dosis awal nikardipin yang dianjurkan melalui infus yaitu
5 mg/jam, dan dapat dititrasi 2.5 mg/jam tiap 5 menit hingga maksimum 10
mg/jam atau hingga penurunan tekanan arterial rata –rata sebesar sesuai
dengan respon.
2. Methyldopa
36
Internal
Metildopa, agonis reseptor alfa yang bekerja di sistem saraf pusat, adalah obat
antihipertensi yang paling sering digunakan untuk wanita hamil dengan hipertensi
kronis. Digunakan sejak tahun 1960, metildopa mempunyai safety margin yang
luas (paling aman). Walaupun metildopa bekerja terutama pada sistem saraf
pusat, namun juga memiliki sedikit efek perifer yang akan menurunkan tonus
simpatis dan tekanan darah arteri. Frekuensi nadi, cardiac output, dan aliran darah
ginjal relatif tidak terpengaruh. Efek samping pada ibu antara lain letargi, mulut
induced hepatitis.
Metildopa biasanya dimulai pada dosis 250-500 mg per oral 2 atau 3 kali sehari,
dengan dosis maksimum 3 g per hari. Efek obat maksimal dicapai 4-6 jam setelah
obat masuk dan menetap selama 10-12 jam sebelum diekskresikan lewat ginjal.
Alternatif lain penggunaan metildopa adalah intra vena 250-500 mg tiap 6 jam
sampai maksimum 1 g tiap 6 jam untuk krisis hipertensi. Metildopa dapat melalui
3. NSAID
NSAID dapat diberikan sebagai analgetic yang baik daripada golongan opioid.
NSAID juga dapat diberikan pada wanita dengan postpartum untuk membantu
kehamilan:
37
Internal
a. Pemantauan ketat pada pasien hipertensi gestasional atau preeklampsia tanpa
perburukan, dengan penilaian serial gejala ibu dan gerakan janin (setiap hari
oleh pasien), pengukuran serial tekanan darah (dua kali seminggu), serta
penilaian
darah terus-menerus kurang dari 160 mmHg sistolik atau 110 mmHg
menilai pertumbuhan janin dan uji antenatal untuk menilai status janin.
tambahan.
g. Untuk pasien preeklampsia dengan tekanan darah sistolik kurang dari 160
mmHg dan diastolik kurang dari 110 mmHg dan tanpa gejala, magnesium
kehamilan, dan pada kondisi ibu atau janin tidak stabil terlepas dari usia
38
Internal
i. Untuk pasien preeklampsia berat kurang dari 34 minggu lengkap kehamilan
persalinan hanya pada fasilitas perawatan intensif ibu dan bayi yang memadai.
m. Untuk pasien preeklampsia berat dan janin belum viable, terminasi kehamilan
dianjurkan.
selama 48 jam jika kondisi ibu dan janin tetap stabil pada pasien preeklamsia
berat dan janin viable di usia kehamilan kurang dari 34 minggu lengkap
b) In partu
d) Kadar enzim hati abnormal terus-menerus (dua kali atau lebih dari
nilai normal)
39
Internal
e) Pertumbuhan janin terganggu (kurang dari persentil lima)
o. Kortikosteroid disarankan diberikan jika janin viable dan pada usia kehamilan
ditunda setelah kondisi ibu stabil tanpa memandang usia kehamilan atau untuk
b) Eklampsia
c) Edema paru
d) Solusio plasenta
p. Untuk pasien preeklampsia, cara persalinan disarankan tidak perlu sesar. Cara
40
Internal
s. Untuk pasien hipertensi gestasional, preeklampsia, atau preeklampsia
2.1.9. KOMPLIKASI11
1. Ibu
a. Selama kehamilan: (a) Eklampsia (2%) - lebih banyak pada kasus akut
Oliguria dan anuria, (d) Penglihatan kabur dan bahkan kebutaan, (e)
vitalitas rendah.
41
Internal
menyebabkan perdarahan tak disengaja atau infark merah akut, (b) hambatan
melahirkan pada sekitar 50% kasus. Hal ini lebih terkait dengan diatesis
ada.
dengan preeklamsia jauh dari cukup bulan. Hal ini lebih mungkin terjadi
d. Risiko solusio plasenta pada wanita dengan preeklamsia berkisar antara 5-20
2.1.10. PROGNOSIS11
yang tepat dan efektif, fitur preeklamsia mereda sepenuhnya dan prognosisnya tidak
42
Internal
buruk, prognosis baik untuk ibu maupun bayinya. Namun, jika kasus dibiarkan tanpa
perawatan atau dengan kasus onset akut, kemungkinan besar akan terjadi komplikasi
serius. Dalam kondisi seperti itu, ibu dan bayinya berada dalam bahaya.
berkurang secara signifikan di negara-negara maju, angka itu masih tetap tinggi di
negara berkembang.
kematian perinatal masih tetap sangat tinggi bahkan di negara maju (7- 10%). Di
2.1.11. PENCEGAHAN
1. Perlu dilakukan skrining risiko terjadinya preeklampsia untuk setiap wanita hamil
preeklampsia pada wanita dengan risiko tinggi. Aspirin dosis rendah sebaiknya
yang rendah sebagai prevensi preeklampsia pada wanita dengan risiko tinggi
43
Internal
efektif serta tirah baring dan pembatasan garam terbukti tidak bermanfaat dalam
dari 1, penyakit ginjal, autoimmune, DM type 1 dan 2, serta hipertensi kronis dan
wanita dengan faktor risiko sedang serperti kehamilan pertama, hamil > 35 tahun,
BMI >30 dan lain – lain dapat diberikan aspirin low dose 81mg/hari sebagai
44
Internal
BAB III
LAPORAN KASUS
Nama : Ny. F
Umur : 27 tahun
Pendidikan : S1
Agama : Islam
Alamat : Tambun
Umur : 34 tahun
Pendidikan : S1
Agama : Islam
Alamat : Tambun
3.2. ANAMNESIS
Dilakukan secara autonamnesis kepada pasien pada tanggal 31 Agustus 2021 jam 09.15 di
1. Keluhan Utama
2. Keluhan Tambahan
45
Internal
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien dengan Gravida 1 Partus 0 Abortus 0 (G1P0A0) hamil 28-29 minggu datang ke
Ruang IGD Kebidanan RSUD Kabupaten Bekasi pukul 20.45 WIB diantar oleh suami
pasien dengan keluhan nyeri kepala sejak 1 hari SMRS.Pasien juga mengeluhkan mual,
pandangan buram dan kaki bengkak. Pasien mengatakan merasakan keluhan mual, nyeri
kepala, kaki bengkak saat usia kehamilan 6 bulan, keluhan mata buram saat usia
kehamilan 7 bulan.
Sebelum datang ke RSUD Kabupaten Bekasi pasien dibawa oleh suami ke puskesmas.
pada saat di puskesmas pasien mengatakan tekanan darahnya 280, lalu pasien diarahkan
tekanan darah pasien 190, lalu pihak RS megarahkan kembali untuk pasien dibawa ke
Riwayat Hipertensi(-), DM(-), alergi(-), penyakit ginjal(-), dan riwayat kejang sebelumnya
disangkal.
Keluarga pasien ada yang memiliki riwayat penyakit, nenek pasien memiliki riwayat
Hipertensi, ayah pasien memiliki riwayat DM, alergi, penyakit ginjal, dan riwayat kejang
disangkal.
Pasien tidak memiliki riwayat meminum obat rutin, maupun riwayat operasi sebelumnya.
7. Riwayat Kebiasaan
Selama kehamilan Pasien jarang berolahraga. Kebiasaan merokok, meminum alkohol dan
Internal
8. Riwayat Menstruasi
Menarche : 13 tahun
Lama : 7 hari
Jumlah : 3 pembalut/hari
9. Riwayat Pernikahan
10. Riwayat KB
Lama pemakaian : -
Keluhan :-
G1P0A0
47
Internal
13. Antenatal Care
Pasien melakukan kontrol secara rutin. UK 1-4 bulan kontrol ke rumah sakit sebanyak 2x,
UK 5-6 bulan ke bidan sebanyak 1x. Pasien mengatakan terakhir kontrol pada tanggal 7
agustus 2021.
1. Pemeriksaan Umum
c. Antropometri
Nadi : 88 x/menit
Suhu : 36.7°C
Sp02 : 97 %
Pernafasan : 20 x/menit
2. Status Generalis
48
Internal
d. Thorax
gallop (-)
g. Ekstremitas : Akral hangat, edema (+), capillary refill time <2 detik
3. Status Obstetri
a. Pemeriksaan Luar
a) Inspeksi
b) Palpasi
TFU : 20 cm
bokong
kepala
49
Internal
Leopold IV : belum dapat dinilai
4. Pemeriksaan dalam
∅ : Tidak dilakukan
Internal
NLR 18.80 <= 5.80
51
Internal
Monosit 1% 2-9%
LED 57 mm/jam <15 mm/jam
Golongan A, rhesus (+)
Darah/Rhesus
Kimia Klinik
Glukosa 90 mg/dL 80-170 mg/dL
Sewaktu
SGOT/AST 48 U/L <32 U/L
SGPT/ALT 22 U/L <31 U/L
Ureum
Kreatnin
Ureum 50 mg/dL 15-40 mg/dL
Kreatinin 1.3 mg/dL 0.51-0.95 mg/dL
GFR 56.4 ml/min/1.73m2 >60
ml/min/1.73m2
Urinalisa
Protein Urin Positif 3 Negatif
mg/dL
Serologi
HIV reagen 1 Non reaktif Non reaktif
HBsAg Non reaktif Non reaktif
Hemostasis
BT 1.00
CT 4.30
52
Internal
3.5. RESUME
Ny. F berusia 27 tahun (G1P0A0) hamil 28-29 minggu dengan keluhan nyeri kepala,
mual, pandangan kabur dan kaki bengkak datang ke Ruang IGD Kebidanan RSUD Kabupaten
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang, kesadaran
compos mentis, tekanan darah 190/120 mmHg, nadi 88x/menit, suhu 36.7°C, Pernafasan
20x/menit, SpO2 97%. Pada status generalis terdapat pitting edema pada kedua tungkai. Pada
pemeriksaan penunjang didapatkan leukosit (16.7/mcL), peningkatan LED (57 mm/jam), dan
Janin : janin tunggal hidup intra uterin,persentasi kepala, DJJ : 120 x/menit
6. Nifedipine 3 x 10 mg (PO)
8. Dexamethason 2amp/Jam
53
Internal
3.8. PROGNOSIS
54
Internal
3.9. CATATAN PERKEMBANGAN PASIEN TERINTEGRASI
55
Internal
SGOT 48
SGPT 22
Protein Urin Kualitatif : Positif 3
BT : 1.00
CT : 4.00
: G1P0A0 hamil 27-28 minggu dengan impending
A eklamsia
- IVFD RL 500 ml + 8 gr MgSO4 40% 25 tpm
P
- MgSO4 20% 4 gr IV
- Dopamet 3x250 mg PO
- Amlodipine 2x10 mg
56
Internal
P - IVFD terpasang RL 20 tpm
- Manjemen nyeri
- Manajemen nutrisi
- Manajemen personal hygine
57
Internal
TD : 164/104 mmHg
RR : 20x/menit
N : 80 x/menit
S : 36,6
Status Generalis
Abdomen : luka pos top tertutup kasa verband
TFU : 2 jari dibawah pusat
Pemeriksaan Penunjang
Protein Urin Kualitatif : Positif 2
Hb : 11,1 gr/dl
Leukosit : 23.1
A : P1A0 post SC a/i Impending Eklampsia
P
- Manajemen nyeri
58
Internal
BAB IV
PEMBAHASAN
Dari anamnesis didapatkan pasien mengatakan hamil anak kesatu tanpa riwayat
keguguran. Pasien mengaku HPHT nya 19 Februari 2021 sehingga pada saat
– 29 minggu.
a. Impending Eklampsia
buram dan kaki bengkak sejak 1 hari SMRS. Dari pemeriksaan fisik
didapatkan tekanan darah 190/120 mmHg dan dari hasil pemeriksaan urin
didapatkan proteinuria positif 3. Pada pasien ini tidak terdapat riwayat kejang
59
Internal
serta sebagai neuroprotector. Sebelumnya, syarat pemberian MgSO4 harus
terpenuhi, yaitu harus tersedia antidotum MgSO4, bila terjadi intoksikasi yaitu
kalsium glukonas 10% = 1 gram (10% dalam 10cc) diberikan i.v. 3 menit (dalam
keadaan siap pakai), refleks patella (+) kuat, frekuensi pernafasan >16 kali/menit
(tidak ada tanda-tanda distres napas) dan produksi urin >30 cc dalam 1 jam
dilanjutkan dengan drip 6 gr MgSO4 40% dalam RL500cc 28 tpm sesuai dengan
teori pemberian MgSO4. Apabila drip MgSO4 telah selesai maka kita observasi
kembali. Dilakukan pemasangan kateter urin untuk memantau urin output pasien.
Tatalaksana pada kasus ini sesuai dengan teori, pasien diberikan infus RL 500
cc, kemudian syarat pemberian MgSO4 pada pasien ini telah terpenuhi sehingga
atau tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg atau diastolik ≥ 110 mmHg. Target
penurunan tekanan darah adalah sistolik < 160 mmHg dan diastolik < 110 mmHg.
Sesuai dengan teori tersebut, pasien ini yang memiliki tekanan darah 190/120
60
Internal
x 10 mg untuk menurunkan tekanan darah dan diharapkan dapat mencapai
<160/110 mmHg.
risiko RDS dan mortalitas janin serta neonatal. Deksametason secara umum
paruh 36-72 jam. Regimen yang sering digunakan adalah 2 kali dosis 12 mg
deksametason antara dosis 4 mg dan 6 mg setiap 12 jam selama 2 hari pada ibu
hamil dengan resiko persalinan preterm. Pada pasien ini diberikan kortikosteroid,
preeklampsia berat dijumpai nyeri kepala hebat gangguan visus dan serebral,
Pasien yang telah mengetahui bahwa dirinya memiliki tekanan darah tinggi
sejak 1 bulan sebelumnya juga seharusnya minum obat antihipertensi secara rutin,
61
Internal
namun pasien hanya meminumnya apabila terdapat keluhan saja. Indikasi untuk
g. Terjadi Oligohidramion
Pada kasus ini pasien dilakukan terminasi kehamilan secara section caesarea atas
pengobatan, seperti ANC rutin dan datang ke dokter ataupun bidan terdekat
Memberikan edukasi mengenai nutrisi yang adekuat kepada pasien juga dapat
62
Internal
Upaya pencegahan kejadian PEB adalah dengan penggunaan aspirin dosis
rendah (75 mg/hari) yang sebaiknya mulai digunakan sebelum usia kehamilan 20
63
Internal
DAFTAR PUSTAKA
https://pogi.or.id/publish/download/pnpk-dan-ppk/
Berat dengan parsial HELLP sindrom. J Medula Unila Vol 6 No 1 Des 2016 160-
164
Berat dan Eklampsia ditinjau dari Faktor Risiko di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou
HELLP, dan Eklampsia Terhadap Luaran Janin (Fetal Outcome) di RSUD Ulin
2050312119843700
7. Cunningham FG, et al. 2018 Williams Obstetrics, 25th Edition. New York:
McGraw-Hill Education
64
Internal
8. Lim Kee Hak. 2018. Preeclampsia. Medscape. [cited 2021 Feb
15].Availablefrom: https://emedicine.medscape.com/article/1476919-
overview#a2
Definitions, and Guidelines. Clin J Am Soc Nephrol 2016 Jun 6; 11 (6): 1102 -
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4891761/
10. Sumulyo G., Iswari WA., Pardede TU., Darus F., et al. 2017. Diagnosis dan
11. Dutta D. 2015. DC Dutta’s Textbook of Obstetrics 8th Edition. New Delhi:
Definitions, and Guidelines. Clin J Am Soc Nephrol 2016 Jun 6; 11 (6): 1102 -
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4891761/
65
Internal