Anda di halaman 1dari 33

KONSEP PATOLOGI PADA INTRANATAL

Fetal Distress

Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Keperawatan Maternitas III

Dosen Pengampu: Ns. Lili Fajria, S.Kep, M.Biomed.

Disusun Oleh:

Kelompok 7
Kelas 3A 2019

Siti Nurhidayah 1911311042


Ayumi Aprillia Diharja 1911311045
Ines Wafiqah 1911311048
Teysa Febriyani 1911312012
Indah Febriyana 1911312021

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAS

2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyanyang.
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Konsep Patologi pada
Intranatal: Fetal Distress” dengan tepat waktu. Kami mengucapkan terimakasih juga kepada
Ibu Lili selaku dosen pengampu mata kuliah Keperawatan Maternitas III yang telah
memberikan tugas ini dan membimbing kami dalam menyelesaikannya.

Dengan adanya makalah ini diharapkan kita semua, khususnya mahasiswa program
studi Ilmu Keperawatan mampu memahami tentang konsep patologi pada intranatal
khususnya fetal distress, sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar. Dan
tentunya sebagai calon perawat yang akan berhadapan dengan situasi tersebut, semoga dalam
pemberian asuhan keperawatan nantinya dapat terlaksana dengan baik.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat kekurangan baik dari segi
sistematika penyusunan, bahasa, maupun aspek lainnya. Oleh karena itu, kami menerima
saran dan kritik dari para pembaca demi memperbaiki makalah ini di masa yang akan datang.
Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca
pada umumnya. Semoga dengan mempelajari konsep patologi pada intranatal fetal distress,
dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan kita.

Padang, 6 September 2021

Kelompok 7

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................... i


DAFTAR ISI ....................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang............................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................ 1
1.3 Tujuan Penulisan ......................................................................................................... 2
1.4 Manfaat Penulisan ....................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN TEORITIS ......................................................................................... 3
2.1 Definisi Fetal Distress ................................................................................................. 3
2.2 Etiologi Fetal Distress ................................................................................................. 4
2.3 Tanda dan Gejala Fetal Distress .................................................................................. 6
2.4 Patofisiologi Fetal Distress .......................................................................................... 6
2.5 Komplikasi Fetal Distress............................................................................................ 8
2.6 Tatalaksana Fetal Distress ........................................................................................... 8
2.7 Tahapan Terjadinya Fetal Distress ............................................................................... 9
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS .......................................................... 12
3.1 Pengkajian Keperawatan ............................................................................................ 12
3.2 Diagnosa Keperawatan dan Intervensi Keperawatan .................................................. 12
3.3 Implementasi Keperawatan ........................................................................................ 28
3.4 Evaluasi Keperawatan ................................................................................................ 28
BAB IV PENUTUP ........................................................................................................... 29
4.1 Kesimpulan................................................................................................................ 29
4.2 Saran ......................................................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 30

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keadaan kesehatan pada ibu yang mengandung sangat berpengaruh pada
janin. Sangatah perlu dalam pembahasan fetal distress diketahui oleh tenaga
kesehatan. Kita tahu bahwa manusia tak dapat hidup tanpa oksigen, oleh karena itu
oksigen berperan penting didalam kelangsungan hidup pada sel-sel tubuh dan juga
organ yang lain. Bayi atau janin sangatlah lemah, dan kehidupan janin didalam
kandungan ibu sangat tergantung pada ibu yang mengandung. Gawat janin atau fetal
distress adalah kondisi yang menandakan bahwa janin kekurangan oksigen selama masa
kehamilan atau saat persalinan (Turrini et al., 2018).
Gawat janin merupakan suatu kondisi patofisiologi dimana oksigen tidak tersedia
untuk janin dalam jumlah yang cukup, jika tidak di perbaiki atau diatasi, dapat
menyebabkan dekompensasi ulang respon fisiologis dan bahkan menyebabkan kerusakan
beberapa organ. Gawat janin secara intrinsik terkait dengan hipoksia janin dan asidosis,
dan tampaknya sangat terkait dengan asfiksia perinatal. Pengelolaan gawat janin
melibatkan pemantauan intensif, resusitasi intrauterin, amnioninfusion dan pengiriman
segera dengan rute vagina atau caesar.
Gawat janin dapat terjadi apabila janin tidak menerima cukup oksigen sehingga
memungkinkan hipoksia. Situasi ini dapat terjadi kronik (dalam jangka waktu yang lama),
atau akut selama persalinan menunjukkan hipoksia pada janin Gawat janin dapat terjadi
persalinan karena partus lama, infuse oksitosin, perdarahan, infeksi, insufisiensi plasenta,
ibu dengan diabetes, kehamilan pre atau postterm, ataupun prolaps tali pusat. Hal ini
harus segera dideteksi dan perlu penanganan segera. Istilah fetal distress biasa digunakan
untuk menggambarkan hipoksia pada janin dimana dapat menyebabkan kecacatan pada
janin, atau kematian bila janin tidak segera dilahirkan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan fetal distress?
2. Apa saja etiologi intranatal fetal distress?
3. Apa saja tanda dan gejala fetal distress?
4. Bagaimana patofisiologi fetal distress?

1
5. Apa saja komplikasi fetal distress?
6. Bagaimana tahapan terjadinya fetal distress?
7. Bagaimana asuhan keperawatan pada intranatal fetal distress?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum
1. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan konsep patologi pada intranatal
fetal distress.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengatahu definisi fetal distress
2. Untuk mengetahui intranatal fetal distress
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala fetal distress
4. Untuk mengetahui patofisiologi fetal distress
5. Untuk mengetahui komplikasi fetal distress
6. Untuk mengetahui tahapan terjadinya fetal distress
7. Untuk mengatahui asuhan keperawatan pada intranatal fetal distress

1.4 Manfaat Penulisan


Semoga dengan adanya makalah ini, baik pembaca maupun penulis mampu
memahami dengan baik terkait konsep patologi pada intranatal, yaitu fetal distress. Serta
diharapkan kita sebagai calon perawat mampu menerapkan asuhan keperawatan yang
sistematis pada pasien dengan baik.

2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Definisi Fetal Distress


Fetal distress didefinisikan sebagai hipoksia janin progresif dan/atau asidemia
sekunder akibat oksigenasi janin yang tidak memadai. Istilah ini digunakan untuk
menunjukkan perubahan dalam pola jantung janin, berkurangnya gerakan janin,
hambatan pertumbuhan janin, dan adanya mekonium pada saat persalinan. Meskipun
fetal distress mungkin berhubungan dengan ensefalopati neonatal, sebagian besar
neonatus akan menjadi kuat dan sehat saat lahir meskipun dengan diagnosis fetal distress
(Gravett, et al., 2016; Devi, 2020). Gawat janin atau fetal distress adalah kondisi yang
menandakan bahwa janin kekurangan oksigen selama masa kehamilan atau saat
persalinan (Turrini et al., 2018).

Kondisi ini sangat berbahaya bagi janin, karena apabila tidak mendapatkan
penanganan segera, dapat menyebabkan kematian janin dalam rahim. Resusitasi dalam
rahim dilakukan sebagai pengobatan utama dalam mengatasi gawat janin. Persalinan
segera dapat menjadi pilihan jika resusitasi dalam rahim tidak dapat mengatasi kondisi
gawat janin. Kelahiran perlu diupayakan dalam 30 menit setelah diketahui adanya
kondisi gawat janin. Kelahiran bisa diupayakan melalui vagina dengan bantuan vakum
atau forceps pada kepala bayi. Jika cara tersebut tidak mungkin dilakukan, maka janin
harus dilahirkan melalui operasi caesar.

Fetal distress dinilai dengan skor Apgar (kurang dari 7 di 1 menit dan 5 menit),
jejak kardiotokografi, dan pH tali pusat atau darah kulit kepala janin (pH kurang dari 7,2)
dll. Di antaranya, penilaian skor Apgar adalah yang paling sederhana dan umum
digunakan (Tanima, et al., 2018). Namun ada pula yang berpendapat bahwa fetal distress
hanya dapat diamati secara tidak langsung, biasanya melalui pemantauan denyut jantung
janin elektronik yang bersubjek pada variabilitas intra-dan antar-pengamat yang tinggi
dalam interpretasi data. Karena alasan ini, banyak ahli merekomendasikan untuk
meninggalkan istilah fetal distress, dan mengadopsi istilah non-reassuring fetal status
untuk menggambarkan interpretasi klinis kesejahteraan janin (Williams, 2014; Devi,
2020).

3
2.2 Etiologi Fetal Distress
Faktor Penyebab Keterangan
Maternal 1. Hipotensi 1. Aliran darah menuju plasenta akan berkurang
2. Anemia maternal sehinggan O2 dan nutrisi makin tidak seimbang
3. Penekanan untuk memenuhi kebutuhan metabolisme.
respirasi atau 2. Kemampuan transportasi O2 makin turun
penyakit paru sehingga konsumsi O2 janin tidak terpenuhi.
4. Malnutrisi 3. Metabolisme janin sebagian menuju metabolisme
5. Asidosis dan anerob sehingga terjadi timbunan asam laktat
dehidrasi dan piruvat, serta menimbulkan asidosis
6. Supine hipotensi metabolik.
4. Semuanya memberikan kontribusi pada
penurunan konsentrasi O2 dan nutrisi dalam
darah yang menuju plasenta sehingga konsumsi
O2 dan nutrisi janin makin menurun.

Uterus 1. Aktivasi kontraksi 1. Menyebabkan aliran darah menuju plasenta


memanjang/ makin menurun, sehingga O2 dan nutrisi menuju
hiperaktivitas janin makin berkurang.
2. Gangguan 2. Timbunan glukosanya yang menimbulkan energi
vaskular pertumbuhan melalui O2, dengan hasil akhir
CO2 atau habis karena dikeluarkan melalui paru
atau plasenta janin, tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan.
3. Metabolisme beralih menuju metabolisme
anaerob yang menimbulkan asidosis.
Plasenta 1. Degenerasi 1. Fungsi plasenta akan berkurang sehingga tidak
vaskularnya mampu memenuhi kebutuhan O2 dan nutrisi
2. Solusio plasenta metabolisme janin.
3. Pertumbuhan 2. Menimbulkan metabolisme anaerob dan
hypoplasia primer akhirnya terjadi asidosis dengan pH darah turun.
Tali pusat 1. Kompresi tali 1. Aliran darah menuju janin berkurang.
pusat 2. Tidak mampu memenuhi O2 dan nutrisi.
2. Simpul mati, 3. Metabolisme berubah menjadi metabolisme

4
lilitan tali pusat anaerob.
3. Hilangnya jelly
wharton
Janin 1. Infeksi 1. Kebutuhan metabolism makin tinggi, sehingga
ada kemungkinan tidak dapat dipenuhi oleh
aliran darah dari plasenta.
2. Aliran nutrisi dan O2 tidak cukup menyebabkan
metabolisme janin menuju metabolisme anaerob,
sehingga terjadi timbunan asam-laktat dan
piruvat.
2. Anemia janin Kemampuan untuk transportasi O2 dan membuang
CO2 tidak cukup sehingga metabolisme janin
berubah, menjadi menuju anaerob yang
menyebabkan asidosis.
3. Perdarahan a. Dapat terjadi pada bentuk:
a) Plasenta previa
b) Solusio plasenta
c) Pecahnya sinus marginalis
d) Pecahnya vasa previa
2. Menyebabkan aliran darah menuju janin akan
mengalami gangguan sehingga nutrisi dan O2
makin berkurang sehingga metabolisme janin
akan beralih menuju metabolism anaerob yang
menimbulkan asidosis.
4.Malformasi Dapat digolongkan dalam kasus ini adalah:
1. Kelainan jantung kongenital.
2. Kehamilan ganda atau salah satunya mengalami
gangguan nutrisi dan O2.
3. Penyakit eritroblastosis fetalis.
4. Dapat menghambat metabolisme janin sehingga
dapat beralih menuju metabolisme anaerob
sehingga pada gilirannya membahayakan janin.
(Manuaba, et al., 2019; Devi, 2020).

5
2.3 Tanda dan Gejala Fetal Distress
Tanda dan gejala fetal distress, yaitu:
a. Perubahan pola jantung janin.
b. Gerakan janin yang berkurang.
c. Frekuesi denyut jantung janin (DJJ) yang kurang dari 100 kali permenit atau lebih
dari 160 kali permenit.
d. Hambatan pertumbuhan janin.
e. Adanya mekonium pada saat persalinan.
f. Perdarahan yang tidak biasa.
g. Tekanan darah tinggi.
h. Kram dan nyeri punggung

2.4 Patofisiologi Fetal Distress


Fetal distress merupakan indikator kondisi yang mendasari terjadinya kekurangan
oksigen sementara atau permanen pada janin, yang dapat menyebabkan hipoksia janin
dan asidosis metabolik. Karena oksigenasi janin tergantung pada oksigenasi ibu dan
perfusi plasenta, gangguan oksigenasi ibu, suplai darah rahim, transfer plasenta atau
transportasi gas janin yang dapat menyebabkan hipoksia janin dan non-reassuring fetal
status. Kondisi yang umumnya terkait dengan non-reassuring fetal status termasuk
penyakit kardiovaskular ibu, anemia, diabetes, hipertensi, infeksi, solusio plasenta,
presentasi janin yang abnormal, pembatasan pertumbuhan intrauterin, dan kompresi tali
pusat, antara lain kondisi obstetri, ibu atau janin (Williams, 2014; Devi, 2020).

Janin mengalami tiga tahap penurunan kadar oksigen, yaitu hipoksia sementara
tanpa asidosis metabolik, hipoksia jaringan dengan risiko asidosis metabolik, dan
hipoksia dengan asidosis metabolik. Respons janin terhadap kekurangan oksigen diatur
oleh sistem saraf otonom yang dimediasi oleh mekanisme parasimpatis dan simpatis.
Janin dilengkapi dengan mekanisme kompensasi untuk hipoksia sementara selama
kehamilan, tetapi hipoksia janin yang terus-menerus dapat menyebabkan asidosis secara
progresif dengan kematian sel, kerusakan jaringan, kegagalan organ, dan kemungkinan
kematian. Menanggapi hipoksia, mekanisme kompensasi janin meliputi:
a. Penurunan denyut jantung
b. Pengurangan konsumsi oksigen yang disebabkan oleh berhentinya fungsi-fungsi
yang tidak penting seperti gerakan tubuh

6
c. Redistribusi output jantung ke organ perfusi, seperti jantung, otak, dan kelenjar
adrenal
d. Beralih ke metabolisme seluler anaerob (Williams, 2014; Devi, 2020).

Hipoksia janin yang berkepanjangan dikaitkan dengan morbiditas dan mortalitas


perinatal yang signifikan dengan perhatian khusus pada komplikasi jangka pendek dan
jangka panjang termasuk ensefalopati, kejang, cerebral palsy, dan keterlambatan
perkembangan saraf. Denyut jantung janin berubah secara nyata sebagai respons
terhadap kekurangan oksigen yang berkepanjangan, membuat pemantauan detak jantung
janin menjadi alat yang penting dan umum digunakan untuk menilai status oksigenasi
janin secara cepat. Pola denyut jantung janin yang tidak meyakinkan diamati pada sekitar
15% dari persalinan (Williams, 2014; Devi, 2020).

Metabolisme anaerob yang terjadi saat hipoksia menyebabkan siklus metabolisme


glukosa janin menghasilkan timbunan asam laktat dan piruvat, menyebabkan
keterbatasan menetralisir asidosis, menurunkan pH janin sehingga memberikan
gangguan metabolism lebih lanjut dan membahayakan fungsi organ serta dapat
menimbulkan kematian (Manuaba, et al., 2019). Pada saat pH janin dalam rentang 7,35-
7,45 dikatakan normal, pendaparan darah janin masih dapat berfungsi dengan baik
selama fungsi ginjal dan paru masih baik. Pada saat janin mengalami asidosis atau
hipoksia moderat yakni dalam rentang pH 7,25-7,35, terjadi refleks rangsangan saraf
simpatis sehingga terjadi takikardi sebagai kompensasi pengeluaran CO2 melalui
plasenta. Metabolisme janin mulai terganggu secara ringan sehingga masih berpeluang
untuk diatasi. (Manuaba, et al., 2019).

Pada asidosis berat yaitu ketika pH janin dalam rentang 7,00-7,20 akan terjadi
rangsangan nervus vagus sehingga timbul bradikardi diikuti dengan peningkatan
peristaltik usus. Sehingga spingter ani terbuka dan menyebabkan air ketuban tercampur
mekonium. Asidosis dan kekurangan glukosa akan cepat menimbulkan gangguan
metabolisme otot jantung sehingga akan mempercepat gagal jantung dan diikuti dengan
kematian janin intrauteri, sehingga janin harus segera dilakukan terminasi. Namun bila
stress yang menimbulkan metabolisme anaerob berakhir, maka keadaan janin akan pulih
dengan cepat. Jika janin sudah mencapai tahap asidosis sangat berat dan pH mencapai
6,80-7,00 maka akan terjadi keadaan syok metabolisme yang sangat berat dan
irreversible. Sehingga dalam tahap ini akan diikuti oleh kematian janin intrauterin.

7
Gambar 1 WOC Fetal Distress

2.5 Komplikasi Fetal Distress


Fetal distress atau gawat janin dapat menyebabkan berakhirnya kehamilan. Hal ini
karena pada gawat janin, maka harus segera dikeluarkan. Fetal distress atau gawat janin
pada persalinan dapat menyebabkan:
a. Persalinan menjadi cepat karena pada gawat janin harus segera dikeluarkan.
b. Persalinan dengan tindakan, seperti ekstraksi cunam, ekstraksi forseps, vakum
ekstraksi, ataupun bahkan dapat diakhiri dengan tindakan sectio saesarea (SC).

2.6 Tatalaksana Fetal Distress


Standar manajemen fetal distress atau gawat janin menurut WHO dan FIGO
dilakukan dengan pemenuhan kriteria sebagai berikut:
Standar pedoman manajemen:
a. Rehidrasi intravena (≥1 l kristaloid)
b. Reposisi ibu ke posisi berbaring lateral
c. Tinjau oleh spesialis (setidaknya sekali selama proses persalinan hingga melahirkan,
baik sendiri, melalui telepon atau selama putaran bangsal layanan utama).

Standar Manajemen pra operasi:


a. Tiriskan kandung kemih (dengan kateter uretra diam)

8
b. Pencarian donor darah dan pencocokan silang
c. Pemberian antibiotik (spektrum luas)
d. Mencari persetujuan pasien
e. Menggunakan checklist pra-operasi (verifikasi protokol pra-operasi dan jadwal
intervensi untuk melakukan tindakan)
f. Operasi caesar harus dimulai ≤1 jam setelah keputusan (Interval kedatangan ke ruang
operasi ≤ 30 menit dan interval kedatangan menuju persalinan ≤30 menit).

Senam hamil juga dapat dilakukan untuk menurunkan kejadian fetal distress.
Senam juga merupakan bentuk metode koping yang dapat menghindarkan terjadinya
stres fisik akibat kehamilan, seperti mengurangi kram kaki dan punggung, meningkatkan
kemampuan ibu untuk adaptasi dengan adanya perubahan pada tubuhnya (Hudajanti,
2015; Mardianti, 2018; Hayati, 2017; Aminah, 2019).

2.7 Tahapan Terjadinya Fetal Distress


Tahapan terjadinya fetal distress, yaitu sebagai berikut:
a. Perubahan pada kehamilan postterm
Terjadi beberapa perubahan cairan amnion, plasenta dan janin pada kehamilan
postterm. Dengan mengetahui perubahan tersebut sebagai dasar untuk mengelola
persalinan postterm.

b. Perubahan cairan amnion


Terjadi perubahan kualitas dan kuantitas cairan amnion. Jumlah cairan amnion
mencapai puncak pada usia kehamilan 38 minggu sekitar 1000 ml dan menurun
sekitar 800 ml pada 40 minggu. Penurunan jumlah cairan amnion berlangsung terus
menjadi sekitar 480 ml, 250 ml, 160 ml pada usia kehamilan 42 dan 43 minggu.
Penurunan tersebut berhubungan dengan produksi urin janin yang berkurang.
Dilaporkan bahwa aliran darah janin menurun pada kehamilan postterm dan
menyebabkan oligohidramnion. Selain perubahan volume terjadi pula perubahan
komposisi cairan amnion menjadi kental dan keruh. Hal ini terjadi karena lepasnya
vernik kaseosa dan 53 komposisi phosphilipid. Dengan lepasnya sejumlah lamellar
bodies dari paru-paru janin dan perbandingan lechitin terhadap spingomielin menjadi
4 : 1 atau lebih besar.

9
Dengan adanya pengeluaran mekonium maka cairan amnion menjadi hijau atau
kuning. Dilaporkan kematian perinatal meningkat dengan adanya oligohidramnion
yang menyebabkan kompresi tali pusat. Keadaan ini menyebabkan fetal distress intra
partum pada persalinan postterm. Untuk memperkirakan jumlah cairan amnion dapat
di ukur dengan pemeriksaan ultrasonografi. Dengan mengukur diameter vertikal dari
kantung paling besar pada setiap kuadran. Hasil penjumlahan 4 kuadran disebut
Amniotic Fluid Index (AFI). Bila AFI kurang dari 5 cm indikasi oligrohidramnion.
AFI 5-10 cm indikasi penurunan volume cairan amnion. AFI 10-15 cm adalah normal.
AFI 15-20 cm terjadi peningkatan volume cairan amnion. AFI lebih dari 25 cm
indikasi polihidramnion.

c. Perubahan pada plasenta


Plasenta sebagai perantara untuk suplai makanan dan tempat pertukaran gas antara
maternal dan fetal. Dengan bertambahnya umur kehamilan, maka terjadi pula
perubahan struktur plasenta. Plasenta pada kehamilan postterm memperlihatkan
pengurangan diameter dan panjang villi chorialis. Perubahan ini secara bersamaan
atau di dahului dengan titik-titik penumpukan kalsium dan membentuk infark putih.
Pada kehamilan atterm terjadi infark 10 % - 25 % sedangkan pada postterm terjadi
60% - 80%. Timbunan kalsium pada kehamilan postterm meningkat sampai 10
g/100g jaringan plasenta kering, sedangkan kehamilan aterm hanya 2–3 g/100
jaringan plasenta kering. Secara histology plasenta pada kehamilan postterm
meningkatkan infark plasenta, kalsifikasi, thrombosis intervilosus, deposit fibrin
perivillosus, thrombosis arterial dan endarteritis arterial. Keadaan ini menurunkan
fungsi plasenta sebagai suplai makanan dan pertukaran gas. Hal ini menyebabkan
malnutrisi dan asfiksia.

Pada kehamilan postterm terjadi perubahan sebagai berikut:


1. Piring korion: lekukan garis batas piring korion mencapai daerah basal.
2. Jaringan plasenta: berbentuk sirkuler, bebas gema di tengah, berasal dari satu
kotiledon (ada darah dengan densitas gema tinggi dari proses klasifikasi,
mungkin memberikan bayangan akustik).
3. Lapisan basal: daerah basal dengan gema kuat dan memberikan gambaran
bayangan akustik. Keadaan plasenta ini di kategorikan tingkat tiga.

10
4. Perubahan pada janin sekitar 45% janin yang tidak di lahirkan setelah hari
perkiraan lahir, terus berlanjut tumbuh dalam uterus. Ini terjadi bila plasenta
belum mengalami insufisiensi. Dengan penambahan berat badan setiap minggu
dapat terjadi berat lebih dari 4000 g. Pada umur kehamilan 38-40 minggu
insiden janin besar sekitar 10 % dan 43 minggu sekitar 43 %. Dengan keadaan
janin tersebut meningkatkan resiko persalinan traumatik. Janin postmatur
mengalami penurunan jumlah lemak subkutaneus, kulit menjadi keriput dan
vernik kaseosa hilang. Hal ini menyebabkan kulit janin berhubungan langsung
dengan cairan amnion.
5. Perubahan lain yaitu rambut panjang, kuku panjang, warna kulit kehijauan atau
kekuningan karena terpapar mekonium.

11
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

3.1 Pengkajian Keperawatan


1. Identitas pasien: nama, umur, pekerjaan, nama suami, alamat, golongan darah ibu dan
bapak.
2. Riwayat kesehatan.
a. Diabetes dan hipertensi melitus pada ibu
b. Infeksi seperti sipilis, hepatitis, harves saat persalinan
c. Ibu dengan RH negatif sedangkan ayah dg RH positif
d. Riwayat abortus denang bayi RH negatif.
3. Status bayi saat kelahiran
a. Prematur atau kecil pada masa kehamilan
b. APGAR score yang mengindikasikan asfiksia
c. Trauma dengan adanya hematoma dan injuri
d. Penurunan volume darah mengakibatkan gagal jantung pada hidrofetali.
4. Gastrointesnital
a. Oral feeding yang buruk
b. Kehilangan berat badan sampai 5% selama 24 karena intake kalori disebabkan
Hepatosplenomegali.
5. Neurologi
Terjadinya tremor, tidak adanya reflek moro dan reflek menghisap, reflek tendon
lemah, fleksi pada siku, kelemahan otot, opistotonis kejang.

3.2 Diagnosa Keperawatan dan Intervensi Keperawatan


SDKI SLKI SIKI
Gangguan Luaran utama : Pemantauan respirasi (I.01014)
pertukaran gas Pertukaran gas Definisi :
(D.0003) (L.01003) Mengumpulkan dan menganalisis data
Definisi : Definisi : untuk memastikan kepatenan jalan nafas
Kelebihan/kekurang Oksigenasi dan eliminasi dan keefektifan pertukaran gas.

12
an oksigenasi dan karbon dioksida pada Tindakan:
atau eliminasi membrane alveolus Observasi:
karbondioksida pada kapiler dalam batas 1. Monitor frekuensi, irama, kedalaman
membrane alveolus normal. dan upaya napas
kapiler. 2. Monitor pola napas
Kriteria hasil:
3. Monitor adanya sumbatan jalan napas
1. Dispnea menurun (5)
4. Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
2. Bunyi napas
5. Auskultasi bunyi napas
tambahan (5)
6. Monitor saturasi oksigen
3. PCO2 membaik (5)
7. Monitor nilai AGD
4. PO2 membaik (50
5. Takikardia membaik Teraupeutik:
(5) 1. Atur interval pemantauan respirasi
6. Pola napas membaik sesuai kondisi pasien
(5) 2. Dokumentasikan hasilpemantauan
7. Sianosis (5)
Edukasi :
1. Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
2. Informasikan hasil pemantauan

Terapi Oksigen
Defenisi :
Terapi pernafasan dalam mempertahankan
oksigenasi jaringan yang adekuat.

Tindakan :
Observasi :
1. Monitor kecepatan aliran oksigen
2. Monitor posisi alat terapi oksigen
3. Monitor efektifitas terapi oksigen
4. Monitor tanda-tanda hipoventilasi
5. Monitor tingkat kecemasan akibat
terapi oksigen.

13
Teraupetik :
1. Bersihkan secret pada mulut, hidung,
dan trackea, jika perlu
2. Pertahankan kepatenan jalan nafas
3. Berikan oksigen tambahan
4. Gunakan perangkat oksigen yang
sesuai dengan tingkat mobilisasi
pasien.

Edukasi :
1. Ajarkan pasien dan keluarga cara
menggunakan oksigen di rumah.

Kolaborasi :
1. Kolaborasi penentuan dosis oksigen
2. Kolaborasi penggunaan oksigen saat
aktifitas atau tidur.

Resiko perdarahan Luaran utama : Pencegahan perdarahan (I.02067)


b.d plasenta previa Tingkat perdarahan Definisi:
(D. 0012) (L.02017) Mengidentifikasi dan menurunkan resiko
Definisi : Defenisi : atau komplikasi stimulus yang
Berisiko mengalami Kehilangan darah baik menyebabkan perdarahan atau resiko
kehilangan darah internal (terjadi dalam perdarahan.
baik internal (di tubuh) maupun eksternal
Tindakan :
dalam tubuh) (terjadi hingga keluar
Observasi :
maupun eksternal tubuh).
1. Monitor tanda dan gejala perdarahan
(terjadi hingga
Kriteria Hasil : 2. Monitor nilai hematokrit atau
keluar tubuh).
1. Kelembapan haemoglobin sebelum dan setelah
membran mukosa kehilangan darah
meningkat (5) 3. Monitor tanda-tanda vital ortostatik
2. Kelembapan kulit 4. Monitor koagulasi (misalnya
meningkat (5) prothrombin time (PT), partial
3. Hemoptisis menurun thromboplastin time (PTT), degradasi

14
(5) fibrin dan/ atau platelet
4. Hematemosis
Terapeutik :
menurun (5)
1. Pertahankan bed rest selama
5. Hematuria menurun
perdarahan
(5)
2. Batasi tindakan invasive
6. Hemoglobin membaik
3. Gunakan kasur pencegahan dekubitus
(5)
4. Hindari pengukuran suhu rektal
7. Hematokrit membaik
(5) Edukasi :
1. Jelaskan tanda dan gejala perdarahan
Luaran tambahan :
2. Anjurkan menggunakan kaos kaki saat
Status antepartum
ambulansi
(L.07059)
3. Anjurkan meningkatkan asupan cairan
Defenisi : kondisi pada
untuk menghindari konstipasi
periode kehamilan yang
4. Anjurkan menghindari aspirin atau
dihitung sejak hari
antikoagulan
pertama haid terakhir
5. Anjurkan meningkatkan asupan
hingga dimulainya
makanan dan vitamin
persalinan.
6. Anjurkan segera melapor jika terjadi
perdarahan
Kriteria Hasil :
1. Kelekatan emosional Kolaborasi :
dengan janin 1. Kolaborasi pemberian obat pengontrol
meningkat (5) perdarahan
2. Koping dengan 2. Kolaborasi pemberian produk darah
ketidaknyamanan 3. Kolaborasi pemberian pelunak tinja
kehamilan meningkat
(5) Perawatan persalinan (I.07227)
3. Nausea menurun (5) Definisi : Mengidentifikasi dan mengelola
4. Muntah menurun (5) proses persalinan serta mencegah
5. Edema menurun (5) terjadinya komplikasi.
6. Nyeri abdomen
Tindakan :
menururn (5)
Observasi :
7. Nyeri epigastrik

15
menurun (5) 1. Identifikasi kondisi proses persalinan
8. Perdarahanvagina 2. Monitor kondisi fisik dan psikologis
menurun (5) pasien
9. Konstipasimenurun 3. Monitor kesejahteraan Ibu (missal
(5) tanda vital, kontraindikasi : lama
10. Berat badan frekuensi dan kekuatan
membaik (5) 4. Monitor kesejahteraan janin (gerak
11. Tekanan darah janin 10 kali dalam 12 jam) secara
membaik (5) berkelanjutan (DJJ dan volume air
12. Hemoglobin ketuban)
membaik (5) 5. Monitor kemajuan persalinan
6. Monitor tanda-tanda persalinan
(dorongan meneran, tekanan pada
anus, perineum menonjol, vulva
membuka)
7. Monitor kemajuan pembukaan
penggunaan partograf saat faseaktif
8. Monitor tingkat nyeri saat persalinan
9. Lakukan pemeriksaan Leopold

Terapeutik :
1. Berikan metode alternative
penghilang rasa sakit (mis, pijat,
aroma terapi, hypnosis)

Edukasi:
1. Jelaskan prosedur pertolongan
persalinan
2. Informasikankemajuan persalinan
3. Ajarkan teknik relaksasi
4. Anjurkan ibu mengosongkan kandung
kemih
5. Anjurkan ibu cukup nutrisi
6. Ajarkan Ibu cara mengenali tanda-

16
tanda persalinan
7. Ajarkan ibu mengenali tanda bahaya
persalinan

Resiko syok b.d Luaran utama : Pencegahan Syok ( I.02068)


hipoksia (D0039) Tingkat Syok (L.03032) Definisi :
Definisi : Defenisi: Mengidentifikasi dan menurunkan resiko
Beresiko mengalami Ketidakcukup analiran terjadinya ketidakmampuan tubuh
ketidakcukupan darah kejaringan tubuh, menyediakan oksigen dan nutrient untuk
aliran darah ke yang dapat mengakibat mencukupi kebutuhan jaringan.
jaringan tubuh. kan disfungsi seluler
Tindakan :
yang mengancam jiwa.
Observasi :
Kriteria Hasil : 1. Monitor status kardiopulmonal
1. Kekuatan nadi (frekuensi dan kekuatan nadi, frekuensi
meningkat (5) nafas, TD, MAP)
2. Output urine 2. Monitor status oksigenasi (oksimetri,
meingkat (5) nadi, AGD)
3. Tingkat kesadaran 3. Monitor status cairan (masukan dan
meningkat (5) haluaran turgor kulit, CRT)
4. Akral dingin 4. Monitor tingkat kesadarandan respon
menurun (5) pupil
5. Pucat menurun (5) 5. Periksa riwayat alergi
6. Mean arterial
pressure membaik Terapeutik :
(5) 1. Berikan oksigen untuk mempertahan
7. Tekanan darah kan saturasi oksigen > 94%
sistolik membaik (5) 2. Persiapkan intubasi dan ventilasi
8. Tekanan darah mekanis
diastolic membaik (5) 3. Pasang jalur IV
9. Tekanan nadi 4. Pasang kateter urin untuk menilai
membaik (5) produksi urine
10. Frekuensi nafas 5. Lakukan skin test untuk mencegah
membaik (5)

17
reaksi alergi

Edukasi :
1. Jelaskan penyebab / faktor resiko syok
2. Jelaskan tanda dan gejala awal stroke
3. Anjurkan melapor jika menemukan
/merasakan keadaan gejala awal syok
4. Anjurkan memperbanyak asupan
cairan oral
5. Anjurkan menghindari alergen

Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian IV
2. Kolaborasi pemberian transfusi darah
3. Kolaborasi pemberian anti inflamasi

Pemantauan Cairan (I.03121)


Defenisi :
Beresiko mengalami penurunan,
peningkatan atau percepatan perpindahan
cairan dari intravaskuler, interstisial atau
intraseluler.

Tindakan :
Observasi :
1. Monitor frekuensi dan kekuatan nadi
2. Monitor frekuensi nafas
3. Monitor tekanan darah
4. Monitor berat badan
5. Monitor waktu pengisian kapiler
6. Monitor jumlah, waktu dan berat
jenis urine

Teraupetik :
1. Atur interval waktu pemantauan

18
sesuai dengan kondisi pasien
2. Dokumentasi hasil pemantauan

Edukasi :
1. Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
2. Informasikan hasil pemantauan, jika
perlu.

Risiko infeksi Kontrol risiko Pencegahan infeksi (I.14539)


(D.0142) Definisi : Definisi :
Defisi : Kemampuan untuk Mengidentifikasi dan menurunkan risiko
Beresiko mengalami mengerti, mencegah, terserang organisme patogenik.
peningkatan mengeliminasi, atau
teserang organisme mengurangi ancaman Tindakan :
patogenik kesehatan yang dapat Observasi :
dimodififikasi. 1. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal
dan sitematik
Ekspektasi : Meningkat
Kriteria Hasil : Terapeutik
1. Kemampuan mencari 1. Batasi jumlah pengunjung
informasi tentang 2. Berikan perawatan kulit padaarea
faktor risiko edema
meningkat 3. Cuci tangan sebelum dan sesudah
2. Kemampuan kontak dengan pasien dan lingkungan
mengidentififikasi pasien
faktor risiko 4. Pertahankan teknik aseptik pada pasien
meningkat berisiko tinggi
3. Kemampuan
melakukan strategi Edukasi
kontrol risiko 1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
meningkat 2. Ajarkan cara memncuci tangan dengan
4. Kemampuan benar
mengubah perilaku 3. Ajarkan etika batuk

19
meningkat 4. Ajarkan cara memeriksa kondisi luka
5. Komitmen terhadap atau luka operasi
strategi meningkat 5. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
6. Kemampuan 6. Anjurkan meningkatkan asupan cairan
modififikasi gaya
hidup meningkat Kolaborasi
7. Kemampuan 1. Kolaborasi pemberian imunisasi, jika
menghindari faktor perlu.
risiko meningkat
8. Kemampuan Manajemen Imunisasi / Vaksinasi
mengenali perubahan (I.14508)
status kesehatan Defenisi :
meningkat Beresiko mengalami peningkatan
9. Kemampuan terserang organisme patogenik.
berpartisipasi dalam
skrining risiko Tindakan :
meningkat Observasi :
10. Penggunaan fasilitas 1. Identifikasi riwayat kesehatan dan
kesehatan meningkat riwayat alergi
11. Penggunaan sistem 2. Identifikasi kontraindikasi pemberian
pendukung imunisasi
meningkat 3. Identifikasi status imunisasi setiap
12. Pemantauan kunjungan ke pelayanan kesehatan
perubahan status
kesehatan meningkat Teraupeutik :
13. Imunisasi meningkat 1. Berikan suntikan pada bayi dibagian
paha anterolateral
2. Dokumentasikan informasi vaksinansi
3. Jadwalkan imunisasi pada interval
waktu yang tepat

Edukasi :
1. Jelaskan tujuan, manfaat, resiko yang

20
terjadi dan efek samping
2. Informasikan imunisasi yang diwajib
kan pemerintah
3. Informasikan vaksinansi untuk kejadian
khusus.

Resiko cedera pada Luaran utama : Pemantauan denyut jantung janin


janin (D 0138) Tingkat Cedera (I.02056)
Definisi : Berisiko (L.14136) Definisi :
mengalami bahaya Definisi : Keparahan dari Mengumpulkan dan menganalisi denyut
atau kerusakan fisik cedera yang diamati atau jantung janin.
janin selama proses dilaporkan.
kehamilan dan Tindakan :
persalinan. Kriteria Hasil : Observasi :
1. Toleransi aktivitas 1. Identifikasi status obstetri
meningkat (5) 2. Identifikasiriwayat obstetric
2. Nafsu makan 3. Identifikasi adanya penggunaan obat,
meningkat (5) diet dan merokok
3. Toleransi makanan (5) 4. Identifikasi pemeriksaan kehamilan
4. Kejadian cedera sebelumnya
menurun (5) 5. Periksa denyut jantung janin selama 1
5. Luka/lecetmenurun (5) menit
6. Tekanan darah 6. Monitor denyut jantung janin
membaik (5) 7. Monitor tanda vital Ibu
7. Frekuensi nadi
Terapeutik :
membaik (5)
1. Atur posisi pasien
2. Melakukan manuver Leopold untuk
menentukan posisi janin

Edukasi :
1. Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
2. Informasikan hasil pemantauan

21
Pengukuran gerakan janin (I.14554)
Definisi :
Menghitung gerakan janin dimulai
kehamilan 28 minggu.

Tindakan :
Observasi :
1. Identifikasi pengetahuan dan
kemampuan Ibu mengetahui gerakan
janin
2. Monitor gerakan janin

Terapeutik :
1. Hitung dan catat gerakan janin
(minimal 10 kali gerakan dalam 12
jam)
2. Lakukan pemeriksaan CTG
(Cardiotocography) untuk mengetahui
frekuensi dan keteraturan denyut
jantung janin dan kontraksi rahim ibu
3. Catat jumlah gerakan janin dalam 12
jam perhari
4. Berikan oksigen 2-3 L/menit. Jika
gerakan janin belum mencapai 10 kali
dalam 12 jam

Edukasi :
1. Jelaskan manfaat menghitung gerakan
janin dapat meningkatkan hubungan
ibu dan janin
2. Anjurkan Ibu memenuhi kebutuhan
nutrisi sebelum menghitung gerakan
janin
3. Anjurkan posisi miring kiri saat
menghitung gerakan janin agar janin

22
dapat memperoleh oksigen dengan
optimal dengan meningkatkan sirkulasi
Fetomaternal
4. Anjurkan Ibu segera memberitahu
perawat jika gerakan janin tidak
mencapai 10 kali dalam 12 jam
5. Ajarkan Ibu cara menghitung gerakan
janin

Kolaborasi :
1. Kolaborasi dengan tim medis jika
ditemukan gawat janin

Pencegahan cedera (I.14537)


Definisi:
Mengidentifikasi dan menurunkan resiko
bahaya atau kerusakan fisik.

Tindakan :
Observasi :
1. Identifikasi area lingkungan yang
berpotensi menyebabkan cedera
2. Identifikasi obat yang berpotensi
menyebabkan cedera
3. Identifikasi kesesuaian alas kaki atau
stoking elastic pada ekstremitas bawah

Terapeutik :
1. Sediakan pencahayaan yang memadai
2. Gunakan lampu tidur selama jam tidur
3. Sosialisasikan pasien dan keluarga
dengan lingkungan ruang rawat (mis.
Penggunaan telepon ,tempat tidur ,
penerangan ruang ,dan lokasi kamar
mandi)

23
4. Gunakan alas lantai. Jika beresiko
mengalami cedera serius
5. Sediakan alas kaki anti slip
6. Sediakan pispot atau urinal untuk
eliminasi di tempat tidur
7. Pastikan bel panggilan atau telepon
mudah dijangkau
8. Pastikan barang-barang pribadi mudah
dijangkau
9. Pertahankan posisi tempat tidur di
posisi terendah saat digunakan
10. Pastikan roda tempat tidur atau kursi
roda dalam kondisi terkunci
11. Gunakan pengaman tempat tidur
sesuai dengan kebijakan fasilitas
pelayanan kesehatan
12. Pertimbangkan penggunaan alarm
elektronik pribadi atau alarm sensor
pada tempat tidur atau kursi
13. Diskusikan mengenai latihan dan
terapi fisik yang diperlukan
14. Diskusikan mengenai alat bantu
mobilitas yang sesuai (misal : tongkat
atau alat bantu jalan)
15. Diskusikan bersama anggota
keluarga yang dapat mendampingi
pasien
16. Tingkatkan frekuensi observasi dan
pengawasan pasien

Edukasi :
1. Jelaskan alasan intervensi pencegahan
jatuh kepasien dan keluarga
2. Anjurkan berganti posisi secara

24
perlahan dan duduk selama beberapa
menit sebelum berdiri

Ansietas (D.0080) Tingkat ansietas Reduksi ansietas (I.09314)


Definisi : Definisi Definisi :
Kondisi emosi dan Kondisi emosi dan Meminimalkan kondisi individu dan
pengalaman pengalaman subjektif pengalaman subyektif terhadap objek
subyektif individu terhadap objek yang tidak yang tidak jelas dan spesifik akibat
terhadap objek yang jelas dan spesififik akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan
tidak jelas dan anti sipasi bahaya yang individu melakukan tindakan untuk
spesifik akibat memungkinkan individu menghadapi anacaman.
antiipasi bahaya melakukan tindakanuntuk
yang memmungkin menghadapi ancaman. Tindakan :
kan individu Observasi :
melakukan tindakan Ekspektasi : Menurun 1. Identifikasi saat tingkat ansietas
untuk menghadapi Kriteria Hasil : berubah (mis.kondisi, waktu, tresor)
ancaman. 1. Verbalisasi 2. Identifikasi kemampuan mengambil
kebingungan menurun keputusan
2. Verbalisasi khawatir 3. Memitor tanda - tanda ansietas (verbal
akibat kondisi yang dan nonverbal)
dihadapi menurun
3. Perilaku gelilsah Terapeutik :
menurun 1. Ciptakan syuasana terapeutik untuk
4. Perilaku tegang menumbuhkan kepercayaan
menurun 2. Temani pasien untuk mengurangi
5. Keluhan pusing kecemasan, jika memungkinkan
menurun 3. Pahami situasi yang membuat ansietas
6. Anoreksia menurun 4. Dengarkan dengan penuh perhatian
7. Palpitasi menurun 5. Gunakan pendekatan yang tenang dan
8. Diaforesis menurun meyakinkan
9. Tremor menurun 6. Tempatkan barang pribadi yang
10. Pucat menurun memberikan kenyamanan
11. Konsentrasi membaik 7. Motivasi mengidentifikasi situasi yang

25
12. Pola tidur membaik memicu kescemasan
13. Frekuensi pernapasan 8. Diskusikan perencanaan realistis
membaik tentang peristiwa yang akan datang
14. Frekuensi nadi
membaik Edukasi
15. Tekanan darah 1. Jelaskan prosedur, termasuk sensasi
membaik yang mungkin dialami
16. Kontak mata 2. Informasikan secara faktual mengenai
membaik diagnosis, pengobatan, dan prognosis
17. Pola berkemih 3. Anjurkan keluarga untuk tetap bersama
membaik pasien, jika perlu
18. Orientasi membaik 4. Anjurkan melakukan tindakan yang
tidak kompetitif,sesuai kebutuhan
5. Anjurkan mengungkapkan perasaan
dan presepsi
6. Latih kegiatan pengalihan untuk
mengurangi ketegangan
7. Latih penggunaan mekanisme
pertahanan diri yang terjadi
8. Latih teknik relaksi

Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian obat
antiansietas, jika perlu
Berduka (D.0081) Tingkat berduka Dukungam proses berduka : Kematian
Definisi : Definisi : Definsi :
Respon psikososial Respon psikososial yang Memfasilitasi proses berduka orang tua
yang ditunjukkan ditunjukan akibat terhadap kematian perinatal.
oleh klien akibat kehilangan (orang, objek,
kehilangan (orang, fungsi, status, bagian Tindakan
objek, fungsi, status, tubuh atau hubungan). Observasi :
bagian tubuh atau 1. Identifikasi reaksi awal terhadap
hubungan) Ekspektasi : Membaik kematian bayi

26
Kriteria Hasil : Terapeutik :
1. Verbalisasi menerima 1. Lakukan kebiasaan kelahiran anak
kehilangan meningkat sesuai agama dan budaya. Misalnya
2. Verbalisasi harapan mengazankan
meningkat 2. Berikan peralatan bayi termasuk
3. Verbalisasi perasaan catatan kelahiran anak
berguna meningkat 3. Libatkan orang tua dalam
4. Verbalisasi perasaan penyelenggaraan jenazah bayi
sedih menurun 4. Pindahkan bayi kekamar jenazah
5. Verbalisasi perasaan 5. Persiapkan jenazah untuk dibawa oleh
bersalah atau keluarga kerumah duka
menyalahkan orang 6. Diskusikan pengambialn keputusan
lain menurun yang diperlukan
6. Menangis menurun 7. Diskusika karakteristik berduka normal
7. Verbalisasi mimpi abnormal, termasuk prepitasi perasaan.
buruk menurun
8. Fobia menurun Edukasi :
9. Marah menurun 1. Informasikan bentuk bayi berdasarkan
10. Panik menurun usdia gestasi dan alamanya kematian
11. Pola tidur membaik 2. Informasikan kelompok pendukung
12. Konsentrasi membaik yang ada, jika perlu
13. Imunitas membaik 3. Anjurkan orang tua menggendong
bayinya saat akan meninggal, jika
perlu
4. Anjurkan keluarga melihat,
menggendong dan bersama bayi
selama yang diinginkan

Kolaborasi :
1. Rujuk kepada tokoh agama, pelayanan
sosial dan konselor

27
3.3Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan dan pengelolaan dari rencana tindakan keperawatan yang telah
disusun pada tahap intervensi atau perencanaan. Sebelum diimplemetasikan kita perlu
memvalidasi apakah rencana tindakan yang telah disusun masih sesuai dengan kondisi
pasien pada saat ini dan perawat perlu mengevaluasi diri apakah ia mempunyai
kemampuan interpersonal, intelektual, dan teknikal sesuai dengan tindakan yang akan
dilaksanakan. Setelah memastikan bahwa tidak ada lahi hambatan maka tindakan
keperawatan yang telah disusun bisa diimplementasikan pada klien.

3.4 Evaluasi Keperawatan


Kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui respon pasien terhadap tindakan
keperawatan yang telah dilakukan untuk mengetahui apakah tindakan dapat dilanjutkan,
direvisi atau dihentikan. Evaluasi dilakukan dengan pendekatan SOAP sebagai berikut:
S : Respon subjektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan,
O: Respon objektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan,
A: Analisis terhadap data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan apakah masalah
masih tetap ada, muncul masalah baru, atau ada data yang kontradiksi
terhadap masalah yang ada.
P: Tindak lanjut berdasarkan hasil analisis respon pasien rencana tindak lanjut dapat
berupa hal rencana dilanjutkan (jika masalah tidak berubah) atau rencana
dimodifikasi (jika masalah tetap, sudah dilaksanakan semua tindakan terapi hasil
belum memuasakan) (Anggit, 2021).

28
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Fetal distress merupakan suatu kondisi patofisiologi dimana oksigen tidak tersedia
untuk janin dalam jumlah yang cukup, jika tidak di perbaiki atau diatasi, dapat
menyebabkan dekompensasi ulang respon fisiologis dan bahkan menyebabkan kerusakan
beberapa organ. Gawat janin secara intrinsik terkait dengan hipoksia janin dan asidosis,
dan tampaknya sangat terkait dengan asfiksia perinatal. Meskipun fetal distress mungkin
berhubungan dengan ensefalopati neonatal, sebagian besar neonatus akan menjadi kuat
dan sehat saat lahir meskipun dengan diagnosis fetal distress (Gravett, et al., 2016; Devi,
2020). Gawat janin atau fetal distress adalah kondisi yang menandakan bahwa janin
kekurangan oksigen selama masa kehamilan atau saat persalinan (Turrini et al., 2018).

Fetal distress (gawat janin) terjadi bila janin tidak menerima kadar oksigen
yang cukup, sehingga mengalami janin atau bayi tersebut akan mengalami hipoksia.
Fetal distress atau gawat janin pada persalinan yang jika tidak segera ditangani akan
menyebabkan kerusakan permanen sistem saraf pusat dan organ lain. Bahkan juga
berisiko untuk mengalami kematian. Resusitasi dilakukan sebagai pengobatan utama
dalam mengatasi gawat janin. Kelahiran perlu diupayakan dalam 30 menit setelah
diketahui adanya kondisi gawat janin. Jika persalinan normal tidak mungkin dilakukan,
maka janin harus dilahirkan melalui operasi caesar.

4.2 Saran
Penyusun senantiasa mengharapkan dapat menambah wawasan dan pemahaman
pembaca tentang konsep patologi pada intranatal fetal distress. Penyusun juga
menyarankan kepada pembaca rekan-rekan calon perawat dan perawat untuk memahami
peran dan fungsi perawat sehingga kita dapat menjalankan tugas dengan baik tanpa
menyalahi aturan yang sudah di tentukan.

29
DAFTAR PUSTAKA

Aminah. 2019. Fetal Outcome pada Ibu Bersalin yang Melakukan Senam Hamil Di Wilayah
Kerja Puskesmas. Tanjung Karang: Universitas Muhammadiyah Mataram.

Faiqoh, Devi. 2020. Hubungan Fetal Distress pada saat Intrauterin terhadap Kejadian
Ketuban Mekonium di RSUD Dr. H. Slamet Martodirdjo. Pamekasan: Universitas
Muhammadiyah Malang.

PPNI, T. P. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi dan Indikator
Diagnostik, ((cetakan III) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.

PPNI, T. P. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI): Definisi dan Tindakan
Keperawatan, ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.

PPNI, T. P. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI): Definisi dan Kreteria
Hasil Keperawatan, ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.

30

Anda mungkin juga menyukai