Fetal Distress
Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Keperawatan Maternitas III
Disusun Oleh:
Kelompok 7
Kelas 3A 2019
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2021
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyanyang.
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Konsep Patologi pada
Intranatal: Fetal Distress” dengan tepat waktu. Kami mengucapkan terimakasih juga kepada
Ibu Lili selaku dosen pengampu mata kuliah Keperawatan Maternitas III yang telah
memberikan tugas ini dan membimbing kami dalam menyelesaikannya.
Dengan adanya makalah ini diharapkan kita semua, khususnya mahasiswa program
studi Ilmu Keperawatan mampu memahami tentang konsep patologi pada intranatal
khususnya fetal distress, sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar. Dan
tentunya sebagai calon perawat yang akan berhadapan dengan situasi tersebut, semoga dalam
pemberian asuhan keperawatan nantinya dapat terlaksana dengan baik.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat kekurangan baik dari segi
sistematika penyusunan, bahasa, maupun aspek lainnya. Oleh karena itu, kami menerima
saran dan kritik dari para pembaca demi memperbaiki makalah ini di masa yang akan datang.
Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca
pada umumnya. Semoga dengan mempelajari konsep patologi pada intranatal fetal distress,
dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan kita.
Kelompok 7
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
5. Apa saja komplikasi fetal distress?
6. Bagaimana tahapan terjadinya fetal distress?
7. Bagaimana asuhan keperawatan pada intranatal fetal distress?
2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Kondisi ini sangat berbahaya bagi janin, karena apabila tidak mendapatkan
penanganan segera, dapat menyebabkan kematian janin dalam rahim. Resusitasi dalam
rahim dilakukan sebagai pengobatan utama dalam mengatasi gawat janin. Persalinan
segera dapat menjadi pilihan jika resusitasi dalam rahim tidak dapat mengatasi kondisi
gawat janin. Kelahiran perlu diupayakan dalam 30 menit setelah diketahui adanya
kondisi gawat janin. Kelahiran bisa diupayakan melalui vagina dengan bantuan vakum
atau forceps pada kepala bayi. Jika cara tersebut tidak mungkin dilakukan, maka janin
harus dilahirkan melalui operasi caesar.
Fetal distress dinilai dengan skor Apgar (kurang dari 7 di 1 menit dan 5 menit),
jejak kardiotokografi, dan pH tali pusat atau darah kulit kepala janin (pH kurang dari 7,2)
dll. Di antaranya, penilaian skor Apgar adalah yang paling sederhana dan umum
digunakan (Tanima, et al., 2018). Namun ada pula yang berpendapat bahwa fetal distress
hanya dapat diamati secara tidak langsung, biasanya melalui pemantauan denyut jantung
janin elektronik yang bersubjek pada variabilitas intra-dan antar-pengamat yang tinggi
dalam interpretasi data. Karena alasan ini, banyak ahli merekomendasikan untuk
meninggalkan istilah fetal distress, dan mengadopsi istilah non-reassuring fetal status
untuk menggambarkan interpretasi klinis kesejahteraan janin (Williams, 2014; Devi,
2020).
3
2.2 Etiologi Fetal Distress
Faktor Penyebab Keterangan
Maternal 1. Hipotensi 1. Aliran darah menuju plasenta akan berkurang
2. Anemia maternal sehinggan O2 dan nutrisi makin tidak seimbang
3. Penekanan untuk memenuhi kebutuhan metabolisme.
respirasi atau 2. Kemampuan transportasi O2 makin turun
penyakit paru sehingga konsumsi O2 janin tidak terpenuhi.
4. Malnutrisi 3. Metabolisme janin sebagian menuju metabolisme
5. Asidosis dan anerob sehingga terjadi timbunan asam laktat
dehidrasi dan piruvat, serta menimbulkan asidosis
6. Supine hipotensi metabolik.
4. Semuanya memberikan kontribusi pada
penurunan konsentrasi O2 dan nutrisi dalam
darah yang menuju plasenta sehingga konsumsi
O2 dan nutrisi janin makin menurun.
4
lilitan tali pusat anaerob.
3. Hilangnya jelly
wharton
Janin 1. Infeksi 1. Kebutuhan metabolism makin tinggi, sehingga
ada kemungkinan tidak dapat dipenuhi oleh
aliran darah dari plasenta.
2. Aliran nutrisi dan O2 tidak cukup menyebabkan
metabolisme janin menuju metabolisme anaerob,
sehingga terjadi timbunan asam-laktat dan
piruvat.
2. Anemia janin Kemampuan untuk transportasi O2 dan membuang
CO2 tidak cukup sehingga metabolisme janin
berubah, menjadi menuju anaerob yang
menyebabkan asidosis.
3. Perdarahan a. Dapat terjadi pada bentuk:
a) Plasenta previa
b) Solusio plasenta
c) Pecahnya sinus marginalis
d) Pecahnya vasa previa
2. Menyebabkan aliran darah menuju janin akan
mengalami gangguan sehingga nutrisi dan O2
makin berkurang sehingga metabolisme janin
akan beralih menuju metabolism anaerob yang
menimbulkan asidosis.
4.Malformasi Dapat digolongkan dalam kasus ini adalah:
1. Kelainan jantung kongenital.
2. Kehamilan ganda atau salah satunya mengalami
gangguan nutrisi dan O2.
3. Penyakit eritroblastosis fetalis.
4. Dapat menghambat metabolisme janin sehingga
dapat beralih menuju metabolisme anaerob
sehingga pada gilirannya membahayakan janin.
(Manuaba, et al., 2019; Devi, 2020).
5
2.3 Tanda dan Gejala Fetal Distress
Tanda dan gejala fetal distress, yaitu:
a. Perubahan pola jantung janin.
b. Gerakan janin yang berkurang.
c. Frekuesi denyut jantung janin (DJJ) yang kurang dari 100 kali permenit atau lebih
dari 160 kali permenit.
d. Hambatan pertumbuhan janin.
e. Adanya mekonium pada saat persalinan.
f. Perdarahan yang tidak biasa.
g. Tekanan darah tinggi.
h. Kram dan nyeri punggung
Janin mengalami tiga tahap penurunan kadar oksigen, yaitu hipoksia sementara
tanpa asidosis metabolik, hipoksia jaringan dengan risiko asidosis metabolik, dan
hipoksia dengan asidosis metabolik. Respons janin terhadap kekurangan oksigen diatur
oleh sistem saraf otonom yang dimediasi oleh mekanisme parasimpatis dan simpatis.
Janin dilengkapi dengan mekanisme kompensasi untuk hipoksia sementara selama
kehamilan, tetapi hipoksia janin yang terus-menerus dapat menyebabkan asidosis secara
progresif dengan kematian sel, kerusakan jaringan, kegagalan organ, dan kemungkinan
kematian. Menanggapi hipoksia, mekanisme kompensasi janin meliputi:
a. Penurunan denyut jantung
b. Pengurangan konsumsi oksigen yang disebabkan oleh berhentinya fungsi-fungsi
yang tidak penting seperti gerakan tubuh
6
c. Redistribusi output jantung ke organ perfusi, seperti jantung, otak, dan kelenjar
adrenal
d. Beralih ke metabolisme seluler anaerob (Williams, 2014; Devi, 2020).
Pada asidosis berat yaitu ketika pH janin dalam rentang 7,00-7,20 akan terjadi
rangsangan nervus vagus sehingga timbul bradikardi diikuti dengan peningkatan
peristaltik usus. Sehingga spingter ani terbuka dan menyebabkan air ketuban tercampur
mekonium. Asidosis dan kekurangan glukosa akan cepat menimbulkan gangguan
metabolisme otot jantung sehingga akan mempercepat gagal jantung dan diikuti dengan
kematian janin intrauteri, sehingga janin harus segera dilakukan terminasi. Namun bila
stress yang menimbulkan metabolisme anaerob berakhir, maka keadaan janin akan pulih
dengan cepat. Jika janin sudah mencapai tahap asidosis sangat berat dan pH mencapai
6,80-7,00 maka akan terjadi keadaan syok metabolisme yang sangat berat dan
irreversible. Sehingga dalam tahap ini akan diikuti oleh kematian janin intrauterin.
7
Gambar 1 WOC Fetal Distress
8
b. Pencarian donor darah dan pencocokan silang
c. Pemberian antibiotik (spektrum luas)
d. Mencari persetujuan pasien
e. Menggunakan checklist pra-operasi (verifikasi protokol pra-operasi dan jadwal
intervensi untuk melakukan tindakan)
f. Operasi caesar harus dimulai ≤1 jam setelah keputusan (Interval kedatangan ke ruang
operasi ≤ 30 menit dan interval kedatangan menuju persalinan ≤30 menit).
Senam hamil juga dapat dilakukan untuk menurunkan kejadian fetal distress.
Senam juga merupakan bentuk metode koping yang dapat menghindarkan terjadinya
stres fisik akibat kehamilan, seperti mengurangi kram kaki dan punggung, meningkatkan
kemampuan ibu untuk adaptasi dengan adanya perubahan pada tubuhnya (Hudajanti,
2015; Mardianti, 2018; Hayati, 2017; Aminah, 2019).
9
Dengan adanya pengeluaran mekonium maka cairan amnion menjadi hijau atau
kuning. Dilaporkan kematian perinatal meningkat dengan adanya oligohidramnion
yang menyebabkan kompresi tali pusat. Keadaan ini menyebabkan fetal distress intra
partum pada persalinan postterm. Untuk memperkirakan jumlah cairan amnion dapat
di ukur dengan pemeriksaan ultrasonografi. Dengan mengukur diameter vertikal dari
kantung paling besar pada setiap kuadran. Hasil penjumlahan 4 kuadran disebut
Amniotic Fluid Index (AFI). Bila AFI kurang dari 5 cm indikasi oligrohidramnion.
AFI 5-10 cm indikasi penurunan volume cairan amnion. AFI 10-15 cm adalah normal.
AFI 15-20 cm terjadi peningkatan volume cairan amnion. AFI lebih dari 25 cm
indikasi polihidramnion.
10
4. Perubahan pada janin sekitar 45% janin yang tidak di lahirkan setelah hari
perkiraan lahir, terus berlanjut tumbuh dalam uterus. Ini terjadi bila plasenta
belum mengalami insufisiensi. Dengan penambahan berat badan setiap minggu
dapat terjadi berat lebih dari 4000 g. Pada umur kehamilan 38-40 minggu
insiden janin besar sekitar 10 % dan 43 minggu sekitar 43 %. Dengan keadaan
janin tersebut meningkatkan resiko persalinan traumatik. Janin postmatur
mengalami penurunan jumlah lemak subkutaneus, kulit menjadi keriput dan
vernik kaseosa hilang. Hal ini menyebabkan kulit janin berhubungan langsung
dengan cairan amnion.
5. Perubahan lain yaitu rambut panjang, kuku panjang, warna kulit kehijauan atau
kekuningan karena terpapar mekonium.
11
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
12
an oksigenasi dan karbon dioksida pada Tindakan:
atau eliminasi membrane alveolus Observasi:
karbondioksida pada kapiler dalam batas 1. Monitor frekuensi, irama, kedalaman
membrane alveolus normal. dan upaya napas
kapiler. 2. Monitor pola napas
Kriteria hasil:
3. Monitor adanya sumbatan jalan napas
1. Dispnea menurun (5)
4. Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
2. Bunyi napas
5. Auskultasi bunyi napas
tambahan (5)
6. Monitor saturasi oksigen
3. PCO2 membaik (5)
7. Monitor nilai AGD
4. PO2 membaik (50
5. Takikardia membaik Teraupeutik:
(5) 1. Atur interval pemantauan respirasi
6. Pola napas membaik sesuai kondisi pasien
(5) 2. Dokumentasikan hasilpemantauan
7. Sianosis (5)
Edukasi :
1. Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
2. Informasikan hasil pemantauan
Terapi Oksigen
Defenisi :
Terapi pernafasan dalam mempertahankan
oksigenasi jaringan yang adekuat.
Tindakan :
Observasi :
1. Monitor kecepatan aliran oksigen
2. Monitor posisi alat terapi oksigen
3. Monitor efektifitas terapi oksigen
4. Monitor tanda-tanda hipoventilasi
5. Monitor tingkat kecemasan akibat
terapi oksigen.
13
Teraupetik :
1. Bersihkan secret pada mulut, hidung,
dan trackea, jika perlu
2. Pertahankan kepatenan jalan nafas
3. Berikan oksigen tambahan
4. Gunakan perangkat oksigen yang
sesuai dengan tingkat mobilisasi
pasien.
Edukasi :
1. Ajarkan pasien dan keluarga cara
menggunakan oksigen di rumah.
Kolaborasi :
1. Kolaborasi penentuan dosis oksigen
2. Kolaborasi penggunaan oksigen saat
aktifitas atau tidur.
14
(5) fibrin dan/ atau platelet
4. Hematemosis
Terapeutik :
menurun (5)
1. Pertahankan bed rest selama
5. Hematuria menurun
perdarahan
(5)
2. Batasi tindakan invasive
6. Hemoglobin membaik
3. Gunakan kasur pencegahan dekubitus
(5)
4. Hindari pengukuran suhu rektal
7. Hematokrit membaik
(5) Edukasi :
1. Jelaskan tanda dan gejala perdarahan
Luaran tambahan :
2. Anjurkan menggunakan kaos kaki saat
Status antepartum
ambulansi
(L.07059)
3. Anjurkan meningkatkan asupan cairan
Defenisi : kondisi pada
untuk menghindari konstipasi
periode kehamilan yang
4. Anjurkan menghindari aspirin atau
dihitung sejak hari
antikoagulan
pertama haid terakhir
5. Anjurkan meningkatkan asupan
hingga dimulainya
makanan dan vitamin
persalinan.
6. Anjurkan segera melapor jika terjadi
perdarahan
Kriteria Hasil :
1. Kelekatan emosional Kolaborasi :
dengan janin 1. Kolaborasi pemberian obat pengontrol
meningkat (5) perdarahan
2. Koping dengan 2. Kolaborasi pemberian produk darah
ketidaknyamanan 3. Kolaborasi pemberian pelunak tinja
kehamilan meningkat
(5) Perawatan persalinan (I.07227)
3. Nausea menurun (5) Definisi : Mengidentifikasi dan mengelola
4. Muntah menurun (5) proses persalinan serta mencegah
5. Edema menurun (5) terjadinya komplikasi.
6. Nyeri abdomen
Tindakan :
menururn (5)
Observasi :
7. Nyeri epigastrik
15
menurun (5) 1. Identifikasi kondisi proses persalinan
8. Perdarahanvagina 2. Monitor kondisi fisik dan psikologis
menurun (5) pasien
9. Konstipasimenurun 3. Monitor kesejahteraan Ibu (missal
(5) tanda vital, kontraindikasi : lama
10. Berat badan frekuensi dan kekuatan
membaik (5) 4. Monitor kesejahteraan janin (gerak
11. Tekanan darah janin 10 kali dalam 12 jam) secara
membaik (5) berkelanjutan (DJJ dan volume air
12. Hemoglobin ketuban)
membaik (5) 5. Monitor kemajuan persalinan
6. Monitor tanda-tanda persalinan
(dorongan meneran, tekanan pada
anus, perineum menonjol, vulva
membuka)
7. Monitor kemajuan pembukaan
penggunaan partograf saat faseaktif
8. Monitor tingkat nyeri saat persalinan
9. Lakukan pemeriksaan Leopold
Terapeutik :
1. Berikan metode alternative
penghilang rasa sakit (mis, pijat,
aroma terapi, hypnosis)
Edukasi:
1. Jelaskan prosedur pertolongan
persalinan
2. Informasikankemajuan persalinan
3. Ajarkan teknik relaksasi
4. Anjurkan ibu mengosongkan kandung
kemih
5. Anjurkan ibu cukup nutrisi
6. Ajarkan Ibu cara mengenali tanda-
16
tanda persalinan
7. Ajarkan ibu mengenali tanda bahaya
persalinan
17
reaksi alergi
Edukasi :
1. Jelaskan penyebab / faktor resiko syok
2. Jelaskan tanda dan gejala awal stroke
3. Anjurkan melapor jika menemukan
/merasakan keadaan gejala awal syok
4. Anjurkan memperbanyak asupan
cairan oral
5. Anjurkan menghindari alergen
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian IV
2. Kolaborasi pemberian transfusi darah
3. Kolaborasi pemberian anti inflamasi
Tindakan :
Observasi :
1. Monitor frekuensi dan kekuatan nadi
2. Monitor frekuensi nafas
3. Monitor tekanan darah
4. Monitor berat badan
5. Monitor waktu pengisian kapiler
6. Monitor jumlah, waktu dan berat
jenis urine
Teraupetik :
1. Atur interval waktu pemantauan
18
sesuai dengan kondisi pasien
2. Dokumentasi hasil pemantauan
Edukasi :
1. Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
2. Informasikan hasil pemantauan, jika
perlu.
19
meningkat 4. Ajarkan cara memeriksa kondisi luka
5. Komitmen terhadap atau luka operasi
strategi meningkat 5. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
6. Kemampuan 6. Anjurkan meningkatkan asupan cairan
modififikasi gaya
hidup meningkat Kolaborasi
7. Kemampuan 1. Kolaborasi pemberian imunisasi, jika
menghindari faktor perlu.
risiko meningkat
8. Kemampuan Manajemen Imunisasi / Vaksinasi
mengenali perubahan (I.14508)
status kesehatan Defenisi :
meningkat Beresiko mengalami peningkatan
9. Kemampuan terserang organisme patogenik.
berpartisipasi dalam
skrining risiko Tindakan :
meningkat Observasi :
10. Penggunaan fasilitas 1. Identifikasi riwayat kesehatan dan
kesehatan meningkat riwayat alergi
11. Penggunaan sistem 2. Identifikasi kontraindikasi pemberian
pendukung imunisasi
meningkat 3. Identifikasi status imunisasi setiap
12. Pemantauan kunjungan ke pelayanan kesehatan
perubahan status
kesehatan meningkat Teraupeutik :
13. Imunisasi meningkat 1. Berikan suntikan pada bayi dibagian
paha anterolateral
2. Dokumentasikan informasi vaksinansi
3. Jadwalkan imunisasi pada interval
waktu yang tepat
Edukasi :
1. Jelaskan tujuan, manfaat, resiko yang
20
terjadi dan efek samping
2. Informasikan imunisasi yang diwajib
kan pemerintah
3. Informasikan vaksinansi untuk kejadian
khusus.
Edukasi :
1. Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
2. Informasikan hasil pemantauan
21
Pengukuran gerakan janin (I.14554)
Definisi :
Menghitung gerakan janin dimulai
kehamilan 28 minggu.
Tindakan :
Observasi :
1. Identifikasi pengetahuan dan
kemampuan Ibu mengetahui gerakan
janin
2. Monitor gerakan janin
Terapeutik :
1. Hitung dan catat gerakan janin
(minimal 10 kali gerakan dalam 12
jam)
2. Lakukan pemeriksaan CTG
(Cardiotocography) untuk mengetahui
frekuensi dan keteraturan denyut
jantung janin dan kontraksi rahim ibu
3. Catat jumlah gerakan janin dalam 12
jam perhari
4. Berikan oksigen 2-3 L/menit. Jika
gerakan janin belum mencapai 10 kali
dalam 12 jam
Edukasi :
1. Jelaskan manfaat menghitung gerakan
janin dapat meningkatkan hubungan
ibu dan janin
2. Anjurkan Ibu memenuhi kebutuhan
nutrisi sebelum menghitung gerakan
janin
3. Anjurkan posisi miring kiri saat
menghitung gerakan janin agar janin
22
dapat memperoleh oksigen dengan
optimal dengan meningkatkan sirkulasi
Fetomaternal
4. Anjurkan Ibu segera memberitahu
perawat jika gerakan janin tidak
mencapai 10 kali dalam 12 jam
5. Ajarkan Ibu cara menghitung gerakan
janin
Kolaborasi :
1. Kolaborasi dengan tim medis jika
ditemukan gawat janin
Tindakan :
Observasi :
1. Identifikasi area lingkungan yang
berpotensi menyebabkan cedera
2. Identifikasi obat yang berpotensi
menyebabkan cedera
3. Identifikasi kesesuaian alas kaki atau
stoking elastic pada ekstremitas bawah
Terapeutik :
1. Sediakan pencahayaan yang memadai
2. Gunakan lampu tidur selama jam tidur
3. Sosialisasikan pasien dan keluarga
dengan lingkungan ruang rawat (mis.
Penggunaan telepon ,tempat tidur ,
penerangan ruang ,dan lokasi kamar
mandi)
23
4. Gunakan alas lantai. Jika beresiko
mengalami cedera serius
5. Sediakan alas kaki anti slip
6. Sediakan pispot atau urinal untuk
eliminasi di tempat tidur
7. Pastikan bel panggilan atau telepon
mudah dijangkau
8. Pastikan barang-barang pribadi mudah
dijangkau
9. Pertahankan posisi tempat tidur di
posisi terendah saat digunakan
10. Pastikan roda tempat tidur atau kursi
roda dalam kondisi terkunci
11. Gunakan pengaman tempat tidur
sesuai dengan kebijakan fasilitas
pelayanan kesehatan
12. Pertimbangkan penggunaan alarm
elektronik pribadi atau alarm sensor
pada tempat tidur atau kursi
13. Diskusikan mengenai latihan dan
terapi fisik yang diperlukan
14. Diskusikan mengenai alat bantu
mobilitas yang sesuai (misal : tongkat
atau alat bantu jalan)
15. Diskusikan bersama anggota
keluarga yang dapat mendampingi
pasien
16. Tingkatkan frekuensi observasi dan
pengawasan pasien
Edukasi :
1. Jelaskan alasan intervensi pencegahan
jatuh kepasien dan keluarga
2. Anjurkan berganti posisi secara
24
perlahan dan duduk selama beberapa
menit sebelum berdiri
25
12. Pola tidur membaik memicu kescemasan
13. Frekuensi pernapasan 8. Diskusikan perencanaan realistis
membaik tentang peristiwa yang akan datang
14. Frekuensi nadi
membaik Edukasi
15. Tekanan darah 1. Jelaskan prosedur, termasuk sensasi
membaik yang mungkin dialami
16. Kontak mata 2. Informasikan secara faktual mengenai
membaik diagnosis, pengobatan, dan prognosis
17. Pola berkemih 3. Anjurkan keluarga untuk tetap bersama
membaik pasien, jika perlu
18. Orientasi membaik 4. Anjurkan melakukan tindakan yang
tidak kompetitif,sesuai kebutuhan
5. Anjurkan mengungkapkan perasaan
dan presepsi
6. Latih kegiatan pengalihan untuk
mengurangi ketegangan
7. Latih penggunaan mekanisme
pertahanan diri yang terjadi
8. Latih teknik relaksi
Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian obat
antiansietas, jika perlu
Berduka (D.0081) Tingkat berduka Dukungam proses berduka : Kematian
Definisi : Definisi : Definsi :
Respon psikososial Respon psikososial yang Memfasilitasi proses berduka orang tua
yang ditunjukkan ditunjukan akibat terhadap kematian perinatal.
oleh klien akibat kehilangan (orang, objek,
kehilangan (orang, fungsi, status, bagian Tindakan
objek, fungsi, status, tubuh atau hubungan). Observasi :
bagian tubuh atau 1. Identifikasi reaksi awal terhadap
hubungan) Ekspektasi : Membaik kematian bayi
26
Kriteria Hasil : Terapeutik :
1. Verbalisasi menerima 1. Lakukan kebiasaan kelahiran anak
kehilangan meningkat sesuai agama dan budaya. Misalnya
2. Verbalisasi harapan mengazankan
meningkat 2. Berikan peralatan bayi termasuk
3. Verbalisasi perasaan catatan kelahiran anak
berguna meningkat 3. Libatkan orang tua dalam
4. Verbalisasi perasaan penyelenggaraan jenazah bayi
sedih menurun 4. Pindahkan bayi kekamar jenazah
5. Verbalisasi perasaan 5. Persiapkan jenazah untuk dibawa oleh
bersalah atau keluarga kerumah duka
menyalahkan orang 6. Diskusikan pengambialn keputusan
lain menurun yang diperlukan
6. Menangis menurun 7. Diskusika karakteristik berduka normal
7. Verbalisasi mimpi abnormal, termasuk prepitasi perasaan.
buruk menurun
8. Fobia menurun Edukasi :
9. Marah menurun 1. Informasikan bentuk bayi berdasarkan
10. Panik menurun usdia gestasi dan alamanya kematian
11. Pola tidur membaik 2. Informasikan kelompok pendukung
12. Konsentrasi membaik yang ada, jika perlu
13. Imunitas membaik 3. Anjurkan orang tua menggendong
bayinya saat akan meninggal, jika
perlu
4. Anjurkan keluarga melihat,
menggendong dan bersama bayi
selama yang diinginkan
Kolaborasi :
1. Rujuk kepada tokoh agama, pelayanan
sosial dan konselor
27
3.3Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan dan pengelolaan dari rencana tindakan keperawatan yang telah
disusun pada tahap intervensi atau perencanaan. Sebelum diimplemetasikan kita perlu
memvalidasi apakah rencana tindakan yang telah disusun masih sesuai dengan kondisi
pasien pada saat ini dan perawat perlu mengevaluasi diri apakah ia mempunyai
kemampuan interpersonal, intelektual, dan teknikal sesuai dengan tindakan yang akan
dilaksanakan. Setelah memastikan bahwa tidak ada lahi hambatan maka tindakan
keperawatan yang telah disusun bisa diimplementasikan pada klien.
28
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Fetal distress merupakan suatu kondisi patofisiologi dimana oksigen tidak tersedia
untuk janin dalam jumlah yang cukup, jika tidak di perbaiki atau diatasi, dapat
menyebabkan dekompensasi ulang respon fisiologis dan bahkan menyebabkan kerusakan
beberapa organ. Gawat janin secara intrinsik terkait dengan hipoksia janin dan asidosis,
dan tampaknya sangat terkait dengan asfiksia perinatal. Meskipun fetal distress mungkin
berhubungan dengan ensefalopati neonatal, sebagian besar neonatus akan menjadi kuat
dan sehat saat lahir meskipun dengan diagnosis fetal distress (Gravett, et al., 2016; Devi,
2020). Gawat janin atau fetal distress adalah kondisi yang menandakan bahwa janin
kekurangan oksigen selama masa kehamilan atau saat persalinan (Turrini et al., 2018).
Fetal distress (gawat janin) terjadi bila janin tidak menerima kadar oksigen
yang cukup, sehingga mengalami janin atau bayi tersebut akan mengalami hipoksia.
Fetal distress atau gawat janin pada persalinan yang jika tidak segera ditangani akan
menyebabkan kerusakan permanen sistem saraf pusat dan organ lain. Bahkan juga
berisiko untuk mengalami kematian. Resusitasi dilakukan sebagai pengobatan utama
dalam mengatasi gawat janin. Kelahiran perlu diupayakan dalam 30 menit setelah
diketahui adanya kondisi gawat janin. Jika persalinan normal tidak mungkin dilakukan,
maka janin harus dilahirkan melalui operasi caesar.
4.2 Saran
Penyusun senantiasa mengharapkan dapat menambah wawasan dan pemahaman
pembaca tentang konsep patologi pada intranatal fetal distress. Penyusun juga
menyarankan kepada pembaca rekan-rekan calon perawat dan perawat untuk memahami
peran dan fungsi perawat sehingga kita dapat menjalankan tugas dengan baik tanpa
menyalahi aturan yang sudah di tentukan.
29
DAFTAR PUSTAKA
Aminah. 2019. Fetal Outcome pada Ibu Bersalin yang Melakukan Senam Hamil Di Wilayah
Kerja Puskesmas. Tanjung Karang: Universitas Muhammadiyah Mataram.
Faiqoh, Devi. 2020. Hubungan Fetal Distress pada saat Intrauterin terhadap Kejadian
Ketuban Mekonium di RSUD Dr. H. Slamet Martodirdjo. Pamekasan: Universitas
Muhammadiyah Malang.
PPNI, T. P. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi dan Indikator
Diagnostik, ((cetakan III) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, T. P. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI): Definisi dan Tindakan
Keperawatan, ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, T. P. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI): Definisi dan Kreteria
Hasil Keperawatan, ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
30