Anda di halaman 1dari 7

Konsep Pembangunan Kesehatan di Indonesia

a. Definisi
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional telah mengamanatkan bahwa sistem perencanaan
pembangunan nasional bertujuan untuk menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi,
dan sinergi baik antardaerah, antarruang, antarwaktu, antarfungsi pemerintah maupun
antara pusat dan daerah.
Pembangunan kesehatan adalah bagian dari pembangunan nasional yang
bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
Pembangunan kesehatan tersebut merupakan upaya seluruh potensi bangsa
Indonesia, baik masyarakat, swasta maupun pemerintah.
b. Arah kebijakan dan strategi
Arah kebijakan dan strategi pembangunan kesehatan nasional 2020- 2024
merupakan bagian dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang bidang Kesehatan
(RPJPK) 2005-2025. Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan
kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud
derajat kesehatan masyarakat yang setinggitingginya, sebagai investasi bagi
pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis.
Kondisi ini akan tercapai apabila penduduknya hidup dengan perilaku dan dalam
lingkungan sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan
yang bermutu, adil dan merata, serta didukung sistem kesehatan yang kuat dan
tangguh.
Arah kebijakan pembangunan kesehatan nasional adalah meningkatkan
pelayanan kesehatan menuju cakupan kesehatan semesta dengan penguatan
pelayanan kesehatan dasar (primary health care) dan mendorong peningkatan upaya
promotif dan preventif, didukung oleh inovasi dan pemanfaatan teknologi. Arah
kebijakan nasional tersebut dicapai melalui lima strategi, yaitu peningkatan kesehatan
ibu, anak dan kesehatan reproduksi; percepatan perbaikan gizi masyarakat untuk
pencegahan dan penanggulangan permasalahan gizi ganda; peningkatan pencegahan
dan pengendalian penyakit; pembudayaan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat
(GERMAS); dan penguatan sistem kesehatan.
c. Tujuan strategis
Tujuan pembangunan nasional secara khusus telah digariskan dalam
Pembukaan Undang Undang Dasar (UUD) 1945, yaitu: melindungi segenap bangsa
dan seluruh tumpah darah Indonesia; memajukan kesejahteraan umum;
mencerdaskan kehidupan bangsa; dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
Kementerian Kesehatan telah menetapkan 5 (lima) Tujuan Strategis, yang
dijabarkan menjadi 8 (delapan) Sasaran Strategis, dalam menjalankan pembangunan
kesehatan 2020-2024. Delapan Sasaran Strategis tersebut adalah:
1. Meningkatnya kesehatan ibu, anak dan gizi masyarakat.
Diantaranya melalui peningkatan akses dan mutu layanan kesehatan
berkelanjutan, peningkatan pelayanan kesehatan reproduksi remaja, dan
peningkatan peran upaya kesehatan berbasis masyarakat. Selain itu melalui
peningkatan surveilans gizi dan pemantauan tumbuh kembang anak, peningkatan
promosi perilaku masyarakat tentang kesehatan, gizi, sanitasi, dan pengasuhan
serta penguatan lintas sektor dalam intervensi sensitif dan spesifik.
Tantangan utama yang dihadapi dalam upaya peningkatan kesehatan ibu, bayi,
dan remaja adalah menjamin keberlangsungan pelayanan (Continuum of care)
termasuk didalamnya perbaikan gizi remaja perempuan, ibu hamil, dan anak.
Tantangan utama dalam peningkatan status gizi masyarakat adalah
meningkatkan intervensi gizi spesifik (sektor kesehatan) serta peningkatan
intervensi sensitif (sektor di luar kesehatan) melalui penguatan regulasi, kesiapan
fasilitas pelayanan kesehatan bagi upaya perbaikan gizi, meningkatkan akses
masyarakat terhadap pangan yang berkualitas dan mendorong pola hidup
sehat(makan sehat seimbang). Kekurangan gizi memicu rentannya individu untuk
terserang berbagai penyakit menular, salah satunya diare yang menjadi perhatian
serius. Hal ini menjadi tantangan di bidang kesehatan untuk dapat memenuhi
cakupan imunisasi lengkap pada bayi, termasuk menjaga sanitasi air minum dan
kesehatan lingkungan.
2. Meningkatnya ketersediaan dan mutu fasyankes dasar dan rujukan
Diantaranya melalui pengembangan fasilitas pelayanan kesehatan dasar sesuai
standar mulai dari fasilitas layanan primer hingga rujukan, pengembangan
kesehatan tradisional dan komplementer serta pengembangan inovasi pelayanan
kesehatan dasar melalui pelayanan kesehatan bergerak hingga kunjungan rumah
dan pelayanan kesehatan masyarakat.
Ketersediaan rujukan melalui pengembangan fasilitas pelayanan kesehatan
rujukan terutama rumah sakit rujukan nasional, rumah sakit rujukan regional,
rumah sakit di setiap kabupaten/kota, dan pengembangan inovasi pelayanan
kesehatan melalui rumah sakit pratama, telemedicine, dan pelayanan kesehatan
tradisional, alternatif dan komplementer.
Akses terhadap pelayanan kesehatan primer, sekunder, dan tersier
diprioritaskan pada daerah tertinggal, perbatasan, dan kepulauan. Tantangan
dalam peningkatan pelayanan kesehatan dasar dan pelayanan kesehatan rujukan
adalah pengembangan dan penetapan guideline standar, pemenuhan sarana, obat,
alat kesehatan, pengembangan dan penerapan sistem akreditasi fasilitas dan
penguatan dan peningkatan upaya promotif dan preventif, serta pemenuhan
fasilitas pelayanan yang mencakup sarana, obat, alat kesehatan, dan sistem
informasi yang memadai.
3. Meningkatnya pencegahan dan pengendalian penyakit serta pengelolaan
kedaruratan kesehatan masyarakat
Diantaranya melalui peningkatan surveilans epidemiologi faktor risiko dan
penyakit, pencegahan dan pengendalian kejadian luar biasa/wabah, serta
peningkatan kesehatan lingkungan dan akses terhadap air bersih.
Tantangan bagi Indonesia untuk dapat mengendalikan penyakit menular
dengan peningkatan surveilans epidemiologi dan pencegahan penyakit termasuk
imunisasi serta upaya eliminasi penyakit yang terabaikan (neglected tropical
diseases). Sedangkan tantangan untuk pengendalian penyakit tidak menular
adalah penurunan faktor resiko biologi, peningkatan perilaku hidup bersih dan
sehat, dan perbaikan kesehatan lingkungan.
4. Meningkatnya akses, kemandirian dan mutu kefarmasian dan alat kesehatan
Permasalahan pada bidang farmalkes dan pengawasannya cukup kompleks
dimana masalah tidak saja pada produksi, distribusi dan penggunaannya, tetapi
juga pada tingkat perencanaan dan sistem informasinya. Tantangannya adalah
bagaimana menjamin ketersediaan mutu, keamanan, dan khasiat obat dan alat
kesehatan hingga di fasilitas kesehatan sampai ke pasien, peningkatan supply
chain, dan monitoring. Dari sisi ketersediaan bahan obat dan alat kesehatan,
harusnya indonesia dapat memanfaatkan bahan baku dari kekayaan alam
nusantara dan meningkatkan standar cara pembuatan obat yang baik
5. Meningkatnya pemenuhan SDM kesehatan dan kompetensi sesuai standar
WHO merekomendasikan rasio ketersediaan dokter 10 per 10.000 penduduk,
di Indonesia ketersedian dokter masih 2 per 10.000 penduduk. Hal ini juga
diiringi dengan jenis tenaga kesehatan lainnya. Tantangan utama dalam
pemenuhan tenaga kesehatan adalah menjamin kecukupan dengan meningkatkan
kesinambungan dalam produksi, penyebaran dan penempatan tenaga kesehatan
serta kualitas dan mutu tenaga kesehatan, meningkatkan perekrutan, persebaran
dan retensi tenaga kesehatan melalui pengembangan sistem karir dan insentif
finansial dan non finansial.
6. Terjaminnya pembiayaan kesehatan
Indonesia termasuk lima negara dengan pembiayaan kesehatan terendah di
dunia bersama Sudan Selatan, Pakistan, Chad, dan Myanmar. Kompleksnya
mekanisme pembiayaan kesehatan di daerah menimbulkan kesulitan dan
manajemen dan sering menimbulkan ketidakefektifan dan ketidakefisienan.
Tantangan dalam pengembangan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) adalah
meningkatkan cakupan kepesertaan, mengembangkan manfaat jaminan,
kerjasama dengan penyedia layanan (provider), pengembangan sistem
pembayaran kepada penyedia layanan, kemitraan publik dan swasta, memastikan
kualitas pelayanan dan pengembangan kapasitas fiskal pemerintah untuk
pembayaran PBI dan penyediaan fasilitas, sarana dan ketenagaan.
7. Meningkatnya sinergisme pusat dan daerah serta meningkatnya tata kelola
pemerintahan yang baik dan bersih
Berdasarkan Pasal 5 ayat (2) UU Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional, “RPJM Daerah merupakan penjabaran dari
visi, misi, dan program Kepala Daerah yang penyusunannya berpedoman pada
RPJP Daerah dan memperhatikan RPJM Nasional, memuat arah kebijakan
keuangan Daerah, strategi pembangunan Daerah, kebijakan umum, dan program
Satuan Kerja Perangkat Daerah, lintas Satuan Kerja Perangkat Daerah, dan
program kewilayahan disertai dengan rencanarencana kerja dalam kerangka
regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif.“
Untuk meningkatkan kefektifan pembangunan kesehatan nasional diperlukan
paya penyesuaian antara kemampuan dan kondisi daerah dengan kebijakan yang
dikeluarkan oleh pemerintah pusat. Penyesuaian berbentuk dukungan pencapaian
sasaran, target dan prioritas nasional.
8. Meningkatnya efektivitas pengelolaan penelitian dan pengembangan kesehatan
dan sistem informasi kesehatan untuk pengambilan keputusan.
Permasalahan dalam manajemen kesehatan diantaranya adalah ketersediaan
data untuk mendukung evidence based planning yang belum didukung oleh
sistem infomasi yang kuat, kapasitas penelitian dan pengembangan yang belum
optimal, serta sinkronisasi perencanaan dan pengembangan antara perencanaan
nasional, provinsi, dan kabupaten/kota yang masih lemah. Tantangan yang
dihadapi antara lain bagaimana meningkatkan kemampuan teknis dan manajemen
pengelolaan program baik pusat dan daerah, penguatan sistem informasi
kesehatan sebagai bahan perencanaan, pemantauan, dan evaluasi, dan
meningkatkan dukungan penelitian dan pengembangan kesehatan. Tantangan
lainnya adalah kemampuan merencanakan dan mengalokasikan sumber daya
dalam upaya meningkatkan pelayanan kesehatan dalam rangka penanggulangan
bencana dan krisis kesehatan serta pemenuhan bahan baku produksi obat.
d. Program Indonesia Sehat
Program Indonesia Sehat merupakan salah satu program dari Agenda ke-5
Nawa Cita, yaitu Meningkatkan Kualitas Hidup Manusia Indonesia. Program ini
didukung oleh program sektoral lainnya yaitu Program Indonesia Pintar, Program
Indonesia Kerja, dan Program Indonesia Sejahtera. Program Indonesia Sehat
selanjutnya menjadi program utama Pembangunan Kesehatan yang kemudian
direncanakan pencapaiannya melalui Rencana Strategis Kementerian Kesehatan
Tahun 2015-2019, yang ditetapkan melalui Keputusan Menteri Kesehatan R.I.
Nomor HK.02.02/Menkes/52/2015.
Sasaran dari Program Indonesia Sehat adalah meningkatnya derajat kesehatan
dan status gizi masyarakat melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat
yang didukung dengan perlindungan finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan.
Sasaran ini sesuai dengan sasaran pokok RPJMN 2015-2019, yaitu:
(1) Meningkatnya status kesehatan dan gizi ibu dan anak
(2) Meningkatnya pengendalian penyakit
(3) Meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan dasar dan rujukan
terutama di daerah terpencil, tertinggal dan perbatasan
(4) Meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan universal melalui Kartu Indonesia
Sehat dan kualitas pengelolaan SJSN kesehatan
(5) Terpenuhinya kebutuhan tenaga kesehatan, obat dan vaksin
(6) Meningkatnya responsivitas sistem kesehatan.
Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan 3 pilar utama yaitu paradigma
sehat, penguatan pelayanan kesehatan dan jaminan kesehatan nasional. Pilar
paradigma sehat di lakukan dengan strategi pengarusutamaan kesehatan dalam
pembangunan, penguatan promotif preventif dan pemberdayaan masyarakat. Pilar
penguatan pelayanan kesehatan dilakukan dengan strategi peningkatan akses
pelayanan kesehatan, optimalisasi sistem rujukan dan peningkatan mutu pelayanan
kesehatan, menggunakan pendekatan continuum of care dan intervensi berbasis risiko
kesehatan. Sementara itu pilar jaminan kesehatan nasional dilakukan dengan strategi
perluasan sasaran dan benefit serta kendali mutu dan kendali biaya.
Dalam rangka pelaksanaaan Program Indonesia Sehat telah disepakati adanya
12 indikator utama untuk penanda status kesehatan sebuah keluarga. Kedua belas
indikator utama tersebut adalah sebagai berikut:

1. Keluarga mengikuti program Keluarga Berencana (KB)


2. Ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan
3. Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap
4. Bayi mendapat air susu ibu (ASI) eksklusif
5. Balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan
6. Penderita tuberkulosis paru mendapatkan pengobatan sesuai standar
7. Penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur
8. Penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak ditelantarkan
9. Anggota keluarga tidak ada yang merokok
10. Keluarga sudah menjadi anggota Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
11. Keluarga mempunyai akses sarana air bersih
12. Keluarga mempunyai akses atau menggunakan jamban sehat

Referensi

BTKLPP. (2019). Rencana Aksi Kegiatan Balai Teknik Kesehatan Lingkungan Dan
Pengendalian Penyakit (Btklpp) Kelas. Journal of Chemical Information and Modeling,
53(9), 1689–1699.
Bahjuri, P., Ardhiantie, Arifi, M. dzulfikar, Trisnantoro, L., Handono, D., Kurniawan, M. F.,
Siswoyo, B. E., Ariani, M., & Nirmalasari, E. (2017). Modul Sinkronisasi RPJMD-
RPJMN Bidang Kesehatan dan Gizi Masyarakat. 129.

Muliawan, B. T. (2020). Rencana Aksi Kegiatan (RAK) LKTM Tahun 2020-2024.


SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN Biro Perencanaan Dan
Anggaran, 43(1). https://online210.psych.wisc.edu/wp-content/uploads/PSY-
210_Unit_Materials/PSY-210_Unit01_Materials/Frost_Blog_2020.pdf
%0Ahttps://www.economist.com/special-report/2020/02/06/china-is-making-
substantial-investment-in-ports-and-pipelines-worldwide%0Ahttp://

Anda mungkin juga menyukai