Disusun oleh :
Segala puji dan syukur penyusun panjatkan ke hadirat ALLAH SWT yang
telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penyusun dapat
menyelesaikan tugas serta diberikan kemudahan dalam penyusunan karya tulis ini.
i
Dalam penyusunan makalah ini, tentunya terdapat kekurangan, kritik dan
saran yang membangun sangat diharapkan. Semoga karya tulis ini bermanfaat
bagi semua pihak, terutama mahasiwi STIKes Pelita Ilmu depok.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami tentang kegawatdaruratan pada
kehamilan neonatus.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu memahami apa yang dimaksud asfiksia
neonatorum.
b. Mahasiswa mampu memahami apa yang dimaksud resusitasi.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Asfiksia neonatorum ialah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal
bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir (Hutchinson,
1967).
3
Haupt (1971) memperlihatkan bahwa frekuensi gangguan
perdarahan pada bayi sebagai akibat hipoksia sangat tinggi, Asidosis,
gangguan kerdiovaskular serta komplikasinya sebagai akibat langsung dari
hipoksia merupakan penyebab utama kegagalan adaptasi bayi baru lahir
(James, 1958). Kegagalan ini akan sering berlanjut menjadi sindrom
gangguan pernafasan pada hari-hari pertama setelah lahir (James, 1959).
Penyelidikan patologi anatomis yang dilakukan oleh Larrhoce dan
Amakawa (1971) menunjukkan nekrosis berat dan difus pada jaringan
otak bayi yang meninggal karena hipoksia. Karena itu tidaklah
mengherankan bahwa sekuele neurologis sering ditemukan pada penderita
asfiksia berat. Keadaan ini sangat menghambat pertumbuhan fisis dan
mental bayi di kemudian hari. Untuk menghindari atau mengurangi
kemungkinan tersebut diatas, perlu dipikirkan tindakan istimewa yang
tepat dan rasionil sesuai dengan perubahan yang mungkin terjadi pada
penderita asfiksia.
B. Etilogi
4
karena itu penilaian janin selama masa kehamilan, persalinan memegang
peranan yang sangat penting untuk keselamatan bayi. Gangguan yang
timbul pada akhir kehamilan atau persalinan hampir selalu disertai
anoksia/hipoksia janin dan berakhir dengan asfiksia neonatus dan bayi
mendapat perawatan yang adekuat dan maksimal pada saat lahir.
1) Faktor ibu
Hipoksia ibu dapat menimbulkan hipoksia janin dengan
segala akibatnya. Hipoksia ibu ini dapat terjadi kerena
hipoventilasi akibat pemberian obat analgetika atau anastesia
dalam.Gangguan aliran darah uterus dapat mengurangi aliran darah
pada uterus yang menyebabkan berkurangnya aliran oksigen ke
plasenta dan janin.
Hal ini sering ditemukan pada keadaan ; gangguan
kontraksi uterus, misalnya hipertoni, hipotoni, atau tetani uterus
akibat penyakit atau obat, hipotensi mendadak pada ibu karna
perdarahan, hipertensi pada penyakit eklamsi dan lain-lain.
2) Faktor plasenta
Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas
dan kondisi plasenta. Asfiksi janin akan terjadi bila terdapat
gangguan mendadak pada plasenta, misalnya solusio plasenta,
perdarahan plasenta, dan lain-lain.
3) Faktor fetus
Kompresi umbilikus akan mengakibatkan gangguan aliran
darah dalam pembuluh darah umbilikus dan menghambat
pertukaran gas antara ibu dan janin. Gangguan aliran darah ini
dapat ditemukan pada keadaan tali pusat menumbung, melilit leher,
kompresi tali pusat antara janin dan jalan lahir dan lain-lain.
4) Faktor neonatus
5
Depresi pusat pernafasan pada BBL dapat terjadi karena ;
pemakaian obat anastesi/analgetika yang berlebihan pada ibu
secara langsung dapat menimbulkan depresi pusat pernafasan
janin, traoma yang terjadi pada persalinan mosalnya perdarahan
intra cranial, kelainan kongenital pada bayi masalnya hernia
diafragmatika, atresia atau stenosis saluran pernafasan,hipoplasia
paru dan lain-lain.
C. Patofisiologi
6
mulai mengembang DA akan tetap tertutup sehingga bentuk sirkulasi
extrauterin akan dipertahankan.
7
tonus neuromuskular berkurang secara barangsur-angsur dan
memasuki periode apnue primer. Gejala dan tanda asfiksia neonatorum
yang khas antara lain meliputi pernafasan cepat, pernafasan cuping
hidung, sianosis, nadi cepat.
Gejala lanjut pada asfiksia :
1. Pernafasan megap-magap dalam
2. Denyut jantung terus menurun
3. Tekanan darah mulai menurun
4. Bayi terlihat lemas (flaccid)
5. Menurunnya tekanan O2 anaerob (PaO2)
6. Meningginya tekanan CO2 darah (PaO2)
7. Menurunnya PH (akibat acidosis respiratorik dan metabolik)
8. Dipakainya sumber glikogen tubuh anak metabolisme anaerob
9. Terjadinya perubahan sistem kardiovaskular
10. Pernafasan terganggu
11. Detik jantung berkurang
12. Reflek / respon bayi melemah
13. Tonus otot menurun
14. Warna kulit biru atau pucat
F. Kemungkinan komplikasi yang muncul
8
Disfungsi ventrikel jantung dapat pula terjadi pada
penderita asfiksia, keadaan ini dikenal istilah disfungsi
miokardium pada saat terjadinya, yang disertai dengan
perubahan sirkulasi. Pada keadaan ini curah jantung akan lebih
banyak mengalir ke organ seperti mesentrium dan ginjal. Hal
inilah yang menyebabkan terjadinya hipoksemia pada
pembuluh darah mesentrium dan ginjal yang menyebabkan
pengeluaran urine sedikit.
3. Kejang
Pada bayi yang mengalami asfiksia akan mengalami
gangguan pertukaran gas dan transport O2 sehingga penderita
kekurangan persediaan O2 dan kesulitan pengeluaran CO2 hal
ini dapat menyebabkan kejang pada anak tersebut karena
perfusi jaringan tak efektif.
4. Koma
Apabila pada pasien asfiksia berat segera tidak ditangani
akan menyebabkan koma karena beberapa hal diantaranya
hipoksemia dan perdarahan pada otak.
9
4) Melakukan pemantauan yang baik terhadap kesejahteraan
janin dan deteksi dini terhadap tanda-tanda asfiksia fetal
selama persalinan dengan kardiotokografi.
5) Meningkatkan ketrampilan tenaga obstetri dalam penanganan
asfiksia neonatorum di masing-masing tingkat pelayanan
kesehatan.
6) Meningkatkan kerjasama tenaga obstetri dalam pemantauan
dan penanganan persalinan.
7) Melakukan Perawatan Neonatal Esensial yang terdiri dari :
a) Persalinan yang bersih dan aman
b) Stabilisasi suhu
c) Inisiasi pernapasan spontan
d) Inisiasi menyusu dini
e) Pencegahan infeksi serta pemberian imunisasi
Penanganan Asfiksia pada Bayi Baru Lahir
Tindakan resusitasi bayi baru lahir mengikuti tahapan-tahapan
yang dikenal sebagai ABC resusitasi, yaitu :
1) Memastikan saluran terbuka
a) Meletakkan bayi dalam posisi kepala defleksi bahu diganjal 2-
3 cm.
b) Menghisap mulut, hidung dan kadang trachea.
c) Bila perlu masukkan pipa endo trachel (pipa ET) untuk
memastikan saluran pernafasan terbuka.
2) Memulai pernafasan
a) Memakai rangsangan taksil untuk memulai pernafasan
b) Memakai VTP bila perlu seperti : sungkup dan balon pipa
ETdan balon atau mulut ke mulut (hindari paparan infeksi).
3) Mempertahankan sirkulasi
a) Rangsangan dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara
Kompresi dada
b) Pengobatan
10
2.2 RESUSITASI
A. Pengertian Resusitasi
Resusitasi (respirasi artifisialis) adalah usaha dalam
memberikan ventilasi yang adekuat, pemberian oksigen dan curah
jantung yang cukup untuk menyalurkan oksigen kepada otak,
jantung dan alat-alat vital lainnya. Resusitasi digunakan untuk
manajemen asfiksia pada bayi baru lahir,
12
f) Jam atau pencatat waktu
g) Sarung tangan
4. Persiapan Penolong
a) Mengenakan alat pelindung diri pada persalinan.
b) Mencuci kedua tangan dengan air mengalir dan sabun.
c) Mengenakan kedua sarung tangan menjelang kelahiran
13
2) Apabila frekuensi < 100x/ menit walaupun bayi
bernafas spontan menjadi indikasi untuk dilakukan
VTP (Ventilasi Tekanan Positif)
c) Warna Kulit
Apabila penilaian warna kulit menunjukkan bahwa
wama kulit bayi pucat atau bisa sampai sianosis. Setelah
pernafasan dan frekuensi jantung baik, seharusnya kulit
menjadi kemerahan. Jika masih ada sianosis central, oksigen
tetap diberikan. Bila terdapat sianosis purifier, oksigen tidak
perlu diberikan, disebabkan karena peredaran darah yang
masih lamban, antara lain karena suhu ruang bersalin yang
dingin.
2. Kondisi Yang Memerlukan Resusitasi
a) Sumbatan jalan napas: akibat lendir darah mekonium, atau
akibat lidah yang jatuh ke posterior.
b) Kondisi depresi pernapasan akibat obat-obatan yang
diberikan kepada ibu misalnya obat anestetik, analgetik
lokal, narkotik, diazepam, magnesium sulfat, dan
sebagainya.
c) Kerusakan neurologis.
d) Bayi kurang bulan
e) Kelainan/ kerusakan saluran napas atau kardiovaskular atau
susunan saraf pusat, dan / atau kelainan-kelainan kongenital
yang dapat menyebabkan gangguan pernapasan/sirkulasi.
f) Syok hipovolemik misalnya akibat kompresi tali pusat atau
perdarahan Resusitasi lebih penting diperlukan pada menit-
menit pertama kehidupan. Jika terlambat, bisa berpengaruh
buruk bagi kualitas hidup individu selanjutnya.
D. Langkah-langkah Resusitasi
1. Resusitasi BBL Langkah Awal
a. Jaga bayi tetap hangat
14
1) Letakkan bayi di atas kainn ke-1 yang ada di atas perut
ibu atau sekitar 45 cm dari perineum.
2) Selimuti bayi dengan kain tersebut, wajah, dada dan
perut tetap terbuka, potong tali pusat.
3) Pindahkan bayi yang telah diselimuti kain ke-1 ke atas
kain ke-2 yang telah digelar di tempat resusitasi.
4) Jaga bayi tetap diselimuti wajah dan dada terbuka di
bawah pemancar panas.
b. Atur posisi bayi
1) Letakkan bayi di atas kain ke-1 yang ada di atas ibu atau
sekitar 45 cm dari perineum.
2) Posisikan kepala bayi pada posisi menghidu yaitu kepala
sedikit ekstensi dengan mengganjal bahu.
c. Isap lendir
1) Gunakan alat penghidap DeLee dengan cara sebagai
berikut
2) Isap lendir mulai dari mulut dahulu, kemudian hidung.
3) Lakukan pengisapan saat alat pengisap ditarik keluar,
tidak pada waktu dimasukkan.
4) Jangan lakukan pengisapan terlalu dalam yaitu jangan
lebih dari 5 cm ke dalam mulut karena dapat menyebabkan
denyut jantung bayi menjadi lambat atau bayi tiba-tiba
berhenti bernapas. Untuk hidung jangan melewati cuping
hidung.
Jika dengan balon karet penghisap lakukan dengan cara sebagai
berikut:
1) Tekan bola di luar mulut dan hidung.
2) Masukkan ujung pengisap di mulut dan lepaskan tekanan
pada bola (lendir akan terisap).
15
3) Untuk hidung, masukkan di lubang hidup sampai cuping
hidung dan lepaskan.
16
tekanan positif untuk membuka alveoli paru agar bayi bisa
bernapas spontan dan teratur.
a) Pasang sungkup
Pasang dan pegang sungkup agar menutupi dagu,
mulut dan hidung.
b) Ventilasi 2 kali.
c) Lakukan tiupan atau remasan dengan tekanan 30 cm air
Tiupan awal tabung-sungkup atau remasan awal
balon-sungkup sangat penting untuk menguji apakah jalan
napas bayi terbuka dan membuka alveoli paru agar bayi
bisa mulai bernapas.
d) Lihat apakah dada bayi mengembang
Saat melakukan tiupan atau remasan perhatikan apakah
dada bayi mengembang. Jika tidak mengembang :
1) Periksa posisi sungkup dan pastikan tidak ada udara
yang bocor.
2) Periksa posisi kepala, pastikan posisi sudah
menghidu.
3) Periksa cairan atau lendir di mulut. Bila ada lendir
atau cairan lakukan pengisapan.
4) Lakukan tiupan atau remasan 2 kali dengan tekanan
30 cm air, jika dada mengembang lakukan tahap
berikutnya.
e) Ventilasi 20 kali dalam 30 detik
1) Tiup tabung atau remas balon resusitasi sebanyak
20 kali dalam 30 detik dengan tekanan 20 cm air
sampai bayi mulai bernapas spontan dan menangis
2) Pastikan dada mengembang saat dilakukan tiupan
atau peremasan, setelah 30 detik lakukan penilaian
ulang napas
17
f) Jika bayi mulai bernapas/ tidak megap-megap dan atau
menangis, hentikan ventilasi bertahap.
1) Lihat dada apakah ada retraksi.
2) Hitung frekuensi napas per menit
g) Jika bernapas >40 per menit dan tidak ada retraksi berat:
1) Jangan ventilasi lagi.
2) Letakkan bayi dengan kontak kulit ke kulit dada ibu
dan lanjutkan asuhan BBL
3) Pantau setiap 15 menit untuk pernapasan dan
kehangatan.
4) Jangan tinggalkan bayi sendiri.
5) Lakukan asuhan pasca resusitasi.
6) ika bayi megap-megap atau tidak bernapas,
lanjutkan ventilasi.
h) Ventilasi, setiap 30 detik hentikan dan lakukan penilaian
ulang napas
18
1) Jelaskan kepada ibu apa yang terjadi, apa yang
Anda lakukan dan mengapa.
2) Mintalah keluarga untuk mempersiapkan rujukan.
3) Teruskan ventilasi selama mempersiapkan rujukan.
4) Catat keadaan bayi pada formulir rujukan dan
rekam medik persalinan
j) Lanjutkan ventilasi, nilai ulang napas dan nilai denyut
jantung
1) Lanjutkan ventilasi 20 kali dalam 30 detik (dengan tekanan
20 cm air)
2) Setiap 30 detik, hentikan ventilasi, kemudian lakukan nilai
ulang napas dan nilai jantung.
19
1. Penyebab janin mengeluarkan mekonium sebelum
persalinan
Tidak selalu jelas mengapa mekonium dikeluarkan
sebelum persalinan. Kadang kadang hal ini terkait dengan
kurangnya pasokan oksigen (hipoksia). Hipoksia kant
meningkatkan peristaltik usus dan relaksasi sfingter ani
sehingga isi rektum (mekoneum) diekskresikan.
Bayi-bayi dengan risiko tinggi gawat janin (misal:
Kecil untuk Masa Kehamilan/KMK atau Hamil Lewat
Waktu) ternyata air ketubannya lebih banyak tercampur
oleh mekonium (wama kehijauan) dibandingkan dengan air
ketuban pada kehamilan normal.
2. Risiko air ketuban bercampur mekonium terhadap bayi
Hipoksia dapat menimbulkan refleks respirasi bayi
di dalam rahim sehingga mekonium yang tercampur dalam
air ketuban dapat terdeposit di jaringan paru bayi.
Mekonium dapat juga masuk ke paru jika bayi tersedak saat
lahir. Masuknya mekonium ke jaringan paru bayi dapat
menyebabkan pneumonia dan mungkin kematian.
3. Apa yang dapat dilakukan untuk membantu seorang bayi
bila terdapat air ketuban bercampur mekonium?
Siap untuk melakukan resusitasi bayi apabila cairan
ketuban bercampur mekonium. Langkah-langkah tindakan
resusitasi pada bayi baru lahir jika air ketuban bercampur
mekonium sama dengan pada bayi yang air ketubannya tidak
bercampur mekonium hanya berbeda pada:
a) Setelah seluruh badan bayi lahir: penilaian apakah bayi
menangis bernapas bernapas normal/ megap-megap tidak
bernapas?
b) Jika menangis bernapas normal, klem dan potong tali pusat
dengan cepat. tidak diikat dan tidak dibubuhi apapun.
20
Innjutkan dengan langkah awal. Jika megap-megap atau
tidak bernapas, buka mulut lebar, dan isap lendir di mulut,
klem dan potong tali pusat dengan cepat, tidak diikat dan
tidak dibubuhi apapun, dilanjutkan dengan langkah awal.
21
c. Bawa peralatan resusitasi selama perjalanan ketempat
rujukan.
d. Periksa keadaan bayi selama perjalanan.
e. Lindungi bayi dari sinar matahari.
f. Jelaskan pada ibu bahwa sebaiknya memberi ASI segera
kepada bayi nya kecuali pada keadaan gangguan nafas.
3. Resusitasi Tidak Berhasil
Bila bayi gagal bernafas setelah 20 menit tindakan
resusitasi dilakukan maka hentikan upaya tersebut. Biasanya
bayi akan mengalami gangguan yang berat pada susunan
syaraf pusat dan kemudian meninggal.
Ibu dan keluarga memerlukan dukungan moral secara hati-
hati dan bijaksana. ajak ibu dan keluarga untuk memahami
masalah dan musibah yang terjadi serta berikan dukungan
moral sesuai adat dan budaya setempat.
22
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
23
DAFTAR PUSTAKA
https://www.alodokter.com/memahami-resusitasi-bayi-dan-cara-melakukannya
https://noviastuti203.wordpress.com/2013/05/03/resusitasi-neonatus-a-
pengertianresusitasiresusitasi-respirasi-artifisialist
https://hidanshare.wordpress.com/2016/12/20/resusitasi-bayi-baru-lahir/
http://madiena29.blogspot.co.id/2011/11/makalah-lengkap-resusitasi-bayi-
baru.html
24