Kami Menyadari Bahwa Modul Praktek Ini Belum Sempurna, Untuk Itu Penyusun
Mengharapkan Masukan Demi Kesempurnaan Modul Praktikum Asuhan Kebidanan
Neonatus, Bayi, Balita Dan Anak Pra Sekolah. Semoga Modul Ini Dapat Bermanfaat.
ii
DAFTAR ISI
Kata pengantar.....................................................................................................................ii
Daftar isi...............................................................................................................................iii
Petunjuk penggunaan modul..............................................................................................iv
Perkembangan anak...............................................................................................................1
Ciri-ciri perkembangan..........................................................................................................1
Factor yang mempengaruhi perkembangan anak................................................................3
Aspek-aspek perkembangan yang dipantau...........................................................................5
Alat ukur perkembangan anak(kpsp).....................................................................................6
Pola asuh ibu..........................................................................................................................9
Imunisasi................................................................................................................................14
Tujuan, manfaat dan jenis imunisasi......................................................................................15
Penyakit yang dapat dicegah imunisasi.................................................................................15
Jadwal pemberian imunisasi..................................................................................................20
Kelengkapan imunisasi dasar.................................................................................................26
Manajemen terpadu bayi muda (MTBM)..............................................................................41
Manajemen terpadu bayi sakit (MTBS).................................................................................90
Daftar pustaka……………………………………………………………………………100
iii
Modul ini sebagai penuntun dalam proses pembelajaran, sangat penting untuk dipelajari karena
akan sangat berkaitan dengan materi berikutnya dalam mata kuliah Asuhan kebidanan neonatus,
bayi, balita dan anak pra sekolah. Nah, untuk dapat memahami uraian materi dalam modul ini
dengan baik, maka ikuti petunjuk dalam penggunaan modul ini, yaitu:
1. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan ini sampai Anda memahami betul
apa, untuk apa dan bagaimana mempelajari modul ini.
2. Bacalah modul ini secara teratur dimulai dari Kegiatan Belajar I, dengan
mengikuti setiap materi-materi yang dibahas,temukan kata kunci dan kata-kata
yang dianggap baru. Carilah arti dari kata-kata tersebut dalam kamus anda.
4. Pada akhir kegiatan belajar akan ada latihan untuk menguji pemahaman anda
mengenai materi yang telah dibahas. Apabila pemahaman anda belum
mencapai sedemikian, maka anda ditugaskan kembali untuk mempelajari materi
yang terkait hingga memahami sehingga dapat melanjutkan pada kegiatan
belajar berikutnya.
iv
A. Perkembangan Anak
1. Pengertian perkembangan
Perkembangan (development) adalah perubahan yang bersifat kuantitatif dan
kualitatif, yaitu bertambahnya kemampuan (skill) struktur dan fungsi tubuh yang
struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang lebih teratur, dapat
diperkirakan, dan dapat diramalkan sebagai hasil dari proses diferensiasi sel,
Jadi perkembangan adalah proses perubahan struktur dan fungsi tubuh yang
2. Ciri-ciri perkembangan
Ciri-ciri tumbuh kembang anak mempunyai beberapa ciri-ciri yang saling
1
b. Perkembangan pada tahap awal menentukan perkembangan selanjutnya. Setiap
anak tidak akan bisa melewati satu tahap perkembangan sebelum ia melewati tahapan
sebelumnya.
anak.
anak mengikuti pola yang teratur dan berurutan. Tahap-tahap tersebut tidak bisa
terjadi terbalik, misalnya anak terlebih dahulu mampu membuat lingkaran sebelum
mampu membuat gambar kotak, anak mampu berdiri sebelum berjalan dan
2
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan anak
a. Faktor dalam (internal)
1) Perbedaan ras/etnik
Beberapa ras atau suku bangsa memiliki karakteristik yang khas, misalnya bangsa
Asia memiliki tubuh yang cenderung pendek atau kecil sedangkan bangsa Eropa
2) Keluarga
3) Umur
4) Jenis Kelamin
cepat. Berbeda pada saat melewati masa pubertas, perkembangan anak laki-laki
5) Genetik
Genetik adalah bawaan anak yaitu potensi anak yang akan menjadi ciri
6) Kelainan Kromosom
3
Kelainan kromosom umumnya disertai dengan kegagalan pertumbuhan
(Soetjiningsih, 2014).
1) Faktor prenatal
a) Gizi
Nutrisi ibu hamil terutama pada trimester akhir kehamilan akan memengaruhi
b) Mekanis
club foot.
c) Toksin/zat kimia
d) Endokrin
hyperplasia adrenal.
e) Radiasi Paparan
Radiasi dan sinar Rontgen dapat mengakibatkan kelainan pada janin seperti
mikrosefali, spina bifida, retardasi mental, dan deformitas anggota gerak, kelainan
f) Infeksi
4
Infeksi pada trimester pertama dan kedua oleh TORCH (Toksoplasma,
Rubella, Citomegali virus, Herpes simpleks) dapat menyebabkan kelainan pada janin
seperti katarak, bisu tuli, mikrosefali, retardasi mental, dan kelainan jantung
kongenital.
g) Psikologi ibu
2) Faktor persalinan
3) Faktor pascanatal
a) Biologis: Ras, jenis kelamin, umur, gizi, perawatan kesehatan, fungsi metabolism,
b) Fisik: Keadaan geografis suatu daerah, sanitasi, keadaan rumah, serta radiasi
stimulasi.
pola asuh, jenis kelamin, kepribadian ayah/ibu, stabilitas rumah tangga, dan agama
(Soetjiningsih, 2014).
5
a. Gerak kasar atau motorik kasar adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan anak melakukan pergerakan dan sikap tubuh yang melibatkan otot-otot
b. Gerak halus atau motorik halus adalah aspek yang berhubungan dengan
dan dilakukan oleh otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat seperti
Kuesioner Pra Skrening Perkembangan (KPSP) merupakan deteksi dini yang dapat
a. Pengertian KPSP
6
b. Tujuan KPSP
Instrumen KPSP ini dapat dilakukan di semua tingkat pelayanan kesehatan dasar
(Diana, 2010).
Jadwal rutin dilakukan pada umur 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 30, 36, 42,
48, 54, 60, 66 dan 72 bulan. Jika anak belum mencapai umur skrining tersebut,
minta ibu datang kembali pada umur skrining yang terdekat untuk pemeriksaan rutin.
Misalnya bayi umur 7 bulan, diminta datang kembali untuk skrining pada umur 9
bulan. Apabila anak mempunyai masalah tumbuh kembang pada usia anak diluar
jadwal skrining, maka gunakan KPSP untuk usia skrining terdekat yang lebih muda
(Diana, 2010).
Alat bantu pemeriksaan berupa: pensil, kertas, bola sebesar bola tennis,
kerincingan, kubus berukuran sisi 2,5 cm sebanyak 6 buah, kismis, kacang tanah,
1) Hitung jawaban Ya (bila dijawab bisa atau sering atau kadang– kadang).
2) Hitung jawaban Tidak (bila jawaban belum pernah atau tidak pernah).
perkembangan (S).
7
4) Bila jawaban YA = 7 atau 8, perkembangan anak meragukan (M).
6) Rincilah jawaban TIDAK pada nomer berapa saja (Kemenkes RI, 2016).
f. Intervensi
a) Beri pujian kepada ibu karena telah mengasuh anaknya dengan baik.
c) Beri stimulasi perkembangan anak setiap saat, sesering mungkin, sesuai dengan
secara teratur sebulan 1 kali dan setiap ada kegiatan BKB. Jika anak sudah memasuki
usia pra-sekolah (36-72 bulan), anak dapat diikutkan pada kegiatan di Pusat PAUD,
berumur kurang dari 24 bulan dan setiap 6 bulan pada anak umur 24 sampai 72 bulan
a) Beri petunjuk pada ibu agar melakukan stimulasi perkembangan pada anak lebih
8
d) Lakukan penilaian ulang KPSP 2 minggu kemudian dengan menggunakan daftar
e) Jika hasil KPSP ulang jawaban “Ya” tetap 7 atau 8 maka kemungkinan ada
penyimpangan (P).
perkembangan (gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa, sosialisasi dan
Pola asuh orang tua adalah sikap orang tua dalam berinteraksi dengan anak-
anaknya. Sikap yang dilakukan orang tua antara lain mendidik, membimbing, serta
Pola asuh adalah suatu tindakan, perbuatan, dan interaksi orang tua untuk
orang tua adalah suatu proses interaksi antara orang tua dan anak, yang meliputi
9
orang tua yaitu:
anak, akan tetapi tidak ragu-ragu mengendalikan mereka. Orang tua dengan pola
asuh ini bersikap rasional, selalu mendasari tindakannya pada rasio atau pemikiran-
pemikiran. Orang tua tipe ini juga bersikap realistis terhadap kemampuan anak, tidak
berharap yang berlebihan yang melampaui kemampuan anak. Orang tua tipe ini juga
memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih dan melakukan suatu tindakan,
dan pendekatannya kepada anak bersifat hangat. Pola asuh demokratis ditandai
dengan adanya pengakuan orang tua terhadap kemampuan anak, anak diberi
kesempatan untuk tidak selalu tergantung pada orang tua. Pengaruh pola
demokratis ini membawa pengaruh positif dalam perkembangan anak (Bibi et al,
2013).
Pola asuh ini cenderung menetapkan standar yang mutlak harus dituruti,
memaksa, memerintah, menghukum, apabila anak tidak mau melakukan apa yang
dikatakan oleh orang tua, maka orang tua tipe ini tidak segan menghukum anak.
Orang tua tipe ini juga tidak mengenal kompromi dan dalam komunikasi biasanya
bersifat satu arah. Pola asuh otoriter ditandai dengan cara mengasuh anak dengan
aturan-aturan yang ketat, seringkali memaksa anak untuk berperilaku seperti dirinya
(orang tua), kebebasan untuk bertindak atas nama diri sendiri dibatasi. Pola asuh
10
c. Pola asuh permisif
cukup darinya. Orang tua cenderung tidak menegur atau memperingatkan anak
apabila anak sedang dalam bahaya, dan sangat sedikit bimbingan yang diberikan
oleh mereka. Orang tua tipe ini biasanya bersifat hangat, sehingga seringkali disukai
oleh anak (Grace et al., 2016). Pola asuh ini ditandai dengan cara orang tua
mendidik anak yang cenderung bebas, anak dianggap sebagai orang dewasa atau
dikehendaki.
a. Tingkat pendidikan
berpengaruh dalam mengasuh anak. Orang tua dengan pendidikan tinggi dapat
menjadi orang yang berwibawa dalam pola asuhnya, sedangkan orang tua yang
al, 2014).
b. Lingkungan
mustahil jika lingkungan juga ikut mewarnai pola-pola pengasuhan yang diberikan
orang tua terhadap anak. Intervensi lebih awal dari orang tua dapat meningkatkan
c. Budaya
11
Orang tua tidak jarang mengikuti cara-cara dan kebiasaan-kebiasaan yang
kuesioner parenting style questionaire (PSQ) yang akan diwawancarai pada anak.
Alat ukur ini terbagi atas tiga bagian, yaitu otoritatif/demokratis, otoriter, dan permisif.
Setiap jenis pola asuh dilakukan perhitungan skor total dibagi jumlah soal masing-
masing bagian. Skor tertinggi dari tiga jenis pola asuh mengindikasikan tipe pola
asuh ibu. Pedoman wawancara jenis pola asuh diadopsi dari penelitian Robinson et
al (1995) yang telah dikembangkan dan dimodifikasi. Instrumen ini dilakukan uji
validitas dan reliabilitas terlebih dahulu. Hasil uji coba kuesioner, uji validitasnya
dilakukan dengan menghitung korelasi antar skor Pearson Product Moment. Uji
reabilitasnya dengan Alpha Cronbach dikatakan reliabel dengan nilai r >0,6 (Onder,
2009).
antar pola asuh orang tua dengan perkembangan motorik. Pola asuh demokratis
anak. Orang tua dengan pola asuh ini bersikap rasional, bersikap relistis serta
memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih dan melakukan suatu tindakan
12
pengasuhan ibu dapat dipengaruhi oleh keadaan gejala depresi. Senada dengan
Nuzulia (2016) bahwa persentase tertinggi adalah pola asuh demokratis sejumlah 35
(74,3%), setelah diuji didapatkan ada hubungan pola asuh orang tua dengan
signifikan antara pola asuh orang tua dengan perkembangan kecerdasan moral anak
usia prasekolah (4-5). Peneliti juga memaparkan bahwa sesibuk apapun seorang
ibu, masih bisa menjalankan kewajibannya sebagai untuk mengurus anak – anaknya
dengan baik. Beberapa pola asuh yang telah dilakukan oleh ibu kepada anaknya
memiliki pengaruh yang besar dalam membentuk kepribadian anak mereka. Hal
baik dan 56,2% perkembangannya sesuai. Sebanyak 23% anak ditemukan memiliki
minimal satu hasil pengukuran indikator pertumbuhan yang tidak normal dan
Hasil analisis data menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara pola
pembentukan awal praktik yang efektif penting bagi penyesuaian dan keberhasilan
sosial anak. Dalam banyak situasi, adopsi gaya asuh demokratis yang luwes dan
hangat adalah yang paling bermanfaat bagi pertumbuhan sosial, intelektual, moral
13
A. Imunisasi
1. Pengertian Imunisasi
Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan
suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya
2. Tujuan Imunisasi
Tujuan imunisasi terutama untuk memberikan perlindungan terhadap
(IDL) pada bayi sesuai target RPJMN (target tahun 2019 yaitu 93%),
14
15
12
3. Manfaat Imunisasi
Manfaat imunisasi tidak hanya dirasakan oleh pemerintah dengan
a. Imunisasi Rutin
12
13
1) Imunisasi Dasar
2) Imunisasi Lanjutan
2018).
13
14
kelompok usia 15-39 tahun baik itu WUS hamil (ibu hamil) dan
b. Imunisasi Tambahan
c. Imunisasi Khusus
14
15
2018).
a. Tuberculosis (TBC)
melalui pernafasan dan melalui bersin atau batuk. Gejala awal penyakit
ini adalah lemah badan, penurunan berat badan, demam, dan keluar
menerus, nyeri dada dan mungkin batuk darah, sedangkan gejala lain
b. Difteri
nafsu makan, demam ringan,dalam 2-3 hari timbul selaput putih kebiru-
kematian.
15
16
c. Pertusis
percikan ludah (droplet infection) dari batuk atau bersin. Gejala yang
timbul berupa pilek, mata merah, bersin, demam, batuk ringan yang
lama kelamaan menjadi parah dan menimbulkan batuk yang cepat dan
d. Tetanus
yang masuk ke dalam luka yang dalam. Gejala awal yang timbul
berupa kaku otot pada rahang, disertai kaku pada leher, kesulitan
menelan, kaku otot perut, berkeringat dan demam. Pada bayi terdapat
gejala berhenti menetek antara 3-28 hari setelah lahir dan gejala
kematian.
e. Hepatitis B
16
17
melalui hubungan seksual dan secara vertikal dari ibu ke bayi selama
gangguan perut, flu, urin menjadi kuning, kotoran menjadi pucat, dan
warna kuning bisa terlihat pada mata ataupun kulit. Komplikasi yang
f. Campak
ludah) dari bersin atau batuk penderita. Gejala awal yang timbul berupa
dan koplik spots, selanjutnya timbul ruam pada muka dan leher,
g. Rubella
memiliki RNA genom untai tunggal. Virus ini ditularkan melalui jalur
serta ditemukan dalam darah 5-7 hari setelah infeksi dan menyebar ke
17
18
dua hari yang ditandai dengan ruam awal pada wajah yang menyebar
limfadenopati servikal. Sedangkan gejala pada anak yang lebih tua dan
seperti gejala, dan sakit sendi terutama pada wanita muda. Masalah
serius dapat terjadi berupa infeksi otak dan perdarahan (Ankas, 2015).
h. Poliomielitis
18
19
Pada stadium I selama 2-3 minggu ditandai dengan gejala ringan dan
sampai koma. Pada stadium ini penderita dapat meninggal dunia dalam
j. Radang Paru-Paru
dari atmosfer meradang dan terisi oleh cairan. Radang paru-paru dapat
19
20
Catatan:
a. Pemberian Hepatitis B paling optimal diberikan pada bayi <24 jam pasca
<7 hari.
b. Bayi lahir di Institusi Rumah Sakit, Klinik dan Bidan Praktik Swasta,
20
21
PMK RI no 43 tahun 2016, terdiri dari pelayanan kesehatan ibu hamil, ibu
bersalin, bayi baru lahir, balita, pada usia pendidikan dasar, pada usia
dengan gangguan jiwa berat, orang dengan TB, dan pelayanan kesehatan
21
22
22
23
2016).
1) Rumah Sakit
pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Tugas dan
23
24
2) Puskesmas
d) Pelayanan gizi
24
25
3) Pustu
dalam ruang lingkup wilayah yang lebih kecil serta jenis dan
4) Dokter Praktek
2010).
5) Bidan Praktek
25
26
sebelum berumur satu tahun bayi sudah mendapatkan lima imunisasi dasar
lengkap yaitu satu kali imunisasi Hepatitis B diberikan pada bayi <24 jam
atau sampai <7 hari pasca persalinan, satu kali imunisasi BCG diberikan
ketika bayi berumur 1-2 bulan, tiga kali imunisasi DPT-HB-HiB diberikan
ketika bayi berumur 2,3,4 bulan dengan interval minimal empat minggu,
empat kali imunisasi polio diberikan pada bayi ketika berumur 1,2,3,4
dengan interval minimal empat minggu, dan satu kali imunisasi campak/MR
a. Imunisasi Hepatitis B
umumnya tidak ada, jika pun terjadi yaitu berupa keluhan nyeri pada
26
27
hepatitis B yaitu tidak dapat diberikan pada anak yang menderita sakit
b. Imunisasi BCG
getah bening di ketiak atau leher bagian bawah dan biasanya akan
mantoux positif atau pada anak yang mempunyai penyakit kulit yang
c. Imunisasi DPT-HB-Hib
27
28
d. Imunisasi Polio
diare berat atau sedang sakit parah seperti demam tinggi (di atas 38˚C)
e. Imunisasi Campak
merah pada pipi di bawah telinga pada hari ke 7-8 setelah penyuntikan,
28
29
perilaku hanyalah sebagian dari masalah yang harus di upayakan untuk menjadi
individu dan masyarakat yang sehat. Menurut teori Health Belief Model perilaku
seseorang ditentukan oleh motif dan kepercayaan individu. Health Belief Model
penyakit dan keyakinan terhadap nilai manfaat dan tindakan kesehatan. Apabila
variabel kunci yang terlibat di dalam tindakan tersebut, yakni kerentanan yang
29
30
1. Faktor Modifikasi
Faktor modifikasi adalah faktor yang mempengaruhi kerentanan,
dari:
1) Usia
berusia <20 tahun dan >35 tahun, dan secara statistik terdapat
30
31
2) Jenis kelamin
hal ini yang dimaksud adalah tinggi rendahnya kelas sosial seseorang
31
32
1) Tahu (know)
2) Memahami (comprehension)
setelah seseorang itu tahu apa saja imunisasi dasar lengkap yang
dasar.
3) Aplikasi (aplication)
32
33
4) Analisis (analysis)
5) Sintesis (synthesis)
6) Evaluasi (evaluation)
33
34
8,4 kali untuk imunisasi tidak lengkap dibandingkan dengan anak dari
atau angket yang menanyakan isi materi yang diukur dari subjek
rendah dan mereka tidak melihat diri mereka beresiko terhadap penyakit,
maka mereka tidak mungkin untuk terlibat dalam perilaku pencegahan dan
34
35
atau rentan terhadap suatu penyakit (Suryawati, 2016). Dengan kata lain,
dengan imunisasi.
35
36
seriousness tinggi.
Ancaman yang dirasakan dari sakit atau luka mengacu pada sejauh
penyakit tersebut muncul akibat ulah dirinya sendiri atau penyakit tidak
36
37
Jika orang memiliki persepsi bahwa suatu penyakit tidak perlu dicegah,
maka mereka tidak mungkin untuk terlibat dalam tindakan pencegahan, sisi
penyakit maka ada motivasi individu yang lebih besar untuk terlibat dalam
37
38
memiliki perceived barriers tinggi memiliki peluang 38,9 kali untuk imunisasi
38
39
a. Pesan-Pesan di Media
dari suatu produk. Iklan juga dapat dikatakan suatu bentuk metode
tujuan mengapa iklan itu dibuat. Semakin banyak orang tertarik maka
semakin baik iklan tersebut, dengan kata lain iklan yang baik harus
39
40
40
41
Bayi muda adalah bayi dengan rentang usia kurang dari 2 bulan.
Pada bayi sistem fungsi tubuh belum sempurna sehingga bayi rawan
tatalaksana bayi umur kurang dari 2 bulan, baik dalam keadaan sehat
maupun sakit, baik yang datang ke fasilitas rawat jalan maupun yang
41
42
melalui deteksi dini dan pengobatan yang efektif (Seid & Sendo, 2018).
lebih sistematis.
Bayi muda mudah sekali menjadi sakit, cepat menjadi berat dan
42
43
43
44
kegiatan ini bayi baru lahir dapat dipantau kesehatannya dan di lakukan
muda di rumah, bila perlu merujuk bayi segera. Senada dengan yang di
No. 52 tahun 200 tentang pekerjaan kefarmasian, hal ini dapat menjadi
pelaksanaannya, yaitu:
dan pemeriksaan fisik. Jika seorang anak atau bayi muda dibawa ke
44
45
45
46
1) Merah muda artinya bayi sakit berat dan harus dirujuk segera setelah
3) Hijau artinya bayi sakit ringan dan cukup diberi nasihat sederhana
sering terjadi pada bayi muda adalah infeksi pada tali pusat, kulit,
lahir dan bayi muda usia 0-59 hari dengan penyakit sangat berat atau
al., 2017).
infeksi bakteri:
semua?
menyusu jika bayi terlalu lemah untuk minum atau tidak bisa
48
49
akan keluar lagi. Bayi yang tidak bida minum atau malas
segera.
49
50
rangsangan?
rangsangan.
50
51
51
52
dan hipotermia jika suhu badannya kurang dari 36,5 ºC, dan
dingin.
52
53
Terdapat salah satu atau lebih 1. Jika ada kejang, tangani kejang
tanda berikut: 2. Cegah agar gula darah tidak
1. Tidak mau minum atau turun
memuntahkan semua 3. Jika ada gangguan nafas, tangani
2. Riwayat kejang gangguan nafas
3. Bayi bergerak hanya 4. Jika ada hipotermia, tangani
ketika distimulasi atau hipotermia
tidak bergerak sama 5. Beri dosis pertama antibiotik
sekali Penyakit sangat intramuskuler
4. Nafas cepat (≥ 60 berat atau 6. Nasihati cara menjaga bayi tetap
kali/menit) infeksi bakteri hangat di perjalanan
5. Nafas lambat (< 40 7. Rujuk segera
berat
kali/menit)
6. Tarikan dinding dada
kedalam yang sangat
kuat
7. Suhu tubuh ≥ 37,5˚C
8. Suhu tubuh < 36,5˚C
9. Mata bernanah banyak
10. Pusar kemerahan meluas
sampai ke dinding perut
>
1 cm/bernanah
Terdapat salah satu tanda 1. Jika ada pustul dikulit atau pusar
atau lebih tanda berikut: bernanah, beri antibiotik oral
1. Mata bernanah sedikit 2. Jika ada mata bernanah, beri
Pusar kemerahan / Infeksi bakteri salep/tetes mata antibiotik
2.
bernanah 3. Ajari ibu cara mengobati infeksi
lokal
3. Pustul di kulit lokal di rumah
4. Lakukan asuhan dasar bayi muda
5. Nasihati kapan kembali segera
6. Kunjungan ulang dalam 2 hari
Tidak terdapat salah satu Mungkin bukan 1. Ajari ibu cara merawat bayi
tanda diatas dirumah
infeksi
Sumber : Algoritma MTBS versi 2015 (Kemenkes, 2019)
Keterangan:
: Pengobatan pra rujukan dan rujukan segera
: Pengobatan medis spesifik dan nasihat
: Nasihat sederhana tentang penanganan di rumah
53
54
(1) Fisiologis
tanda-tanda berikut
per hari.
54
55
(2) Patologis
lebih.
>12,5
(1) Lihat apakah mata dan kulit kuning? Apakah telapak tangan dan kaki
kuning?
55
56
56
57
(2) Jika ditemukan ikterus, tanyakan pada umur berapa mulai timbul kuning?
terlihat.
lebih lanjut.
Keterangan:
: Pengobatan pra rujukan dan rujukan segera
57
58
58
59
yang minum ASI tidak disebut diare, selama berat badan bayi
cerna.
(2) Lihat keadaan umum bayi. Apakah bayi letargis atau tidak sadar?
59
60
60
61
dan jari telunjuk sejajar dengan tubuh bayi. Cubit kulit dan
segera.
Keterangan:
: Pengobatan pra rujukan dan rujukan segera
: Pengobatan medis spesifik dan nasihat
: Nasihat sederhana tentang penanganan di rumah
Bayi yang tertular HIV dari ibu bisa saja tampak normal
hepatosplenomegali.
bulan?
(2) Tanya apakah bayi saat berusia 6 minggu pernah di tes HIV?
menerima ASI?
(3) Periksa jika status ibu dan bayi tidak diketahui atau belum di tes
63
64
(1) Jika pada bayi muda hasil tes HIV positif, maka klasifikasikan pada
(2) Jika ibu HIV positif dan bayi hasil tes HIV negatif serta masih
mendapatkan ASI atau berhenti menyusu < 6 minggu atau ibu HIV
terpajan HIV.
(3) Jika ibu HIV negatif atau tidak terdapat gejala pada klasifikasi
infeksi HIV terkonfirmasi atau terpajan HIV atau ibu belum tes
Keterangan:
: Pengobatan pra rujukan dan rujukan segera
: Nasihat sederhana tentang penanganan di rumah
64
65
sempurna.
perlu.
pemberian ASI:
66
67
susu atau lapisan putih yang tebal pada pipi bagian dalam
(2) Bagian kedua adalah memastikan apakah berat badan bayi sesuai
2005). Bayi muda dengan berat badan rendah adalah bayi muda
badan menurut umur > - 2 SD maka berat badan bayi tidak rendah.
(2) Tanya apakah bayi diberi ASI? Jika ya, berapa kali dalam 24 jam?
67
68
68
69
efektif atau terdapat luka atau bercak putih di mulut atau ada
(4) Tanya apakah bayi diberi makanan/minuman selain ASI? Jika ya,
selain ASI seperti susu formula, sari buah atau bubur encer.
69
70
menyusu. Bayi
70
71
secara baik setelah lahir. Jika bayi tidak ada indikasi dirujuk,
71
72
puas setiap kali menyusu dan ingin minum lebih sering atau
kering/kurang.
72
73
ASI, bayi
73
74
74
75
75
76
intrakkranial.
B 0.
orang lain). Dan untuk mencegah terjadi infeksi vertikal bayi harus
76
77
carrier Hepatitis B,
77
78
hampir separuh bayi dapat tertular Hepatitis B pada saat lahir dari
dll).
78
79
79
80
(2) Kemungkinan ada masalah dengan waktu istirahat, pola tidur, pola
(3) Produksi ASI, kondisi puting (rata, tertarik ke dalam atau lecet),
(5) Apakah merasa mulas, lokea berbau atau berwarna gelap dan nyeri
pada perineum
(6) Apakah ibu minum tablet besi dan vitamin A, obat atau jamu.
1) Memberi tindakan pra rujukan untuk anak sakit yang akan dirujuk
80
81
2) Memberikan dosis pertama dari obat yang sesuai kepada anak yang
obat, cara pemberian makan dan cairan selama anak sakit dan cara
81
82
mempunyai
82
83
Berikan ampisilin dua kali sehari pada bayi kurang dari 1 minggu
dan 3 kali sehari pada bayi berusia satu minggu atau lebih,
denyut jantung ≥ 100 kali per menit dan tidak ada tanda
dehidrasi berat.
(1) Menangani gangguan nafas pada penyakit sangat berat atau infeksi
bakteri berat.
83
84
84
85
Gentamisin).
(7) Menasihati ibu cara menjaga bayi tetap hangat selama perjalanan
ikterus berat.
rujukan
(3) Ikterus
(8) Berat badan rendah menurut umur dan/atau masalah pemberian ASI
(9) Berat badan tidak rendah menurut umur dan tidak ada masalah
pemberian ASI.
85
86
bayi muda selalu hangat, memberi ASI saja sesering mungkin dan
imunisasi).
ibu sendiri.
86
87
(cara mengobati luka atau thrush di mulut, cara mengobati infeksi kulit
3) Mengajari ibu menyusui dengan baik, mengajari ibu cara memerah ASI
4) Mengajari ibu untuk menjaga bayi berat badan rendah tetap hangat di
rumah.
87
88
Beberapa bayi muda perlu dilihat lebih dari satu kali untuk
88
89
keadaan bayi muda membaik. Klasifikasi yang tetap kuning berarti keadaan
bayi muda tetap. Jika klasifikasi kuning menjadi merah muda berarti keadaan
2) Keadaan bayi muda tetap atau obat pilihan kedua tidak tersedia atau
4) Petugas kesehatan tidak tahu harus berbuat apa dengan bayi muda.
89
90
Health Organization (WHO) telah mengakui bahwa pendekatan MTBS sangat cocok
diterapkan negara-negara berkembang dalam upaya menurunkan kematian,
kesakitan dan kecacatan pada bayi dan balita. MTBS telah digunakan di lebih dari
100 negara dan terbukti dapat:
1. Menurunkan angka kematian balita,
2. Memperbaiki status gizi,
3. Meningkatkan pemanfaatan pelayanan kesehatan,
4. Memperbaiki kinerja petugas kesehatan,
5. Memperbaiki kualitas pelayanan dengan biaya lebih murah.
(Soenarto, 2009)
Materi MTBS terdiri dari langkah penilaian, klasifikasi penyakit, identifikasi
tindakan, pengobatan, konseling, perawatan di rumah dan kapan kembali. Bagan
penilaian anak sakit terdiri dari petunjuk langkah untuk mencari riwayat penyakit dan
pemeriksaan fisik. Klasifikasi dalam MTBS merupakan suatu keputusan penilaian
untuk penggolongan derajat keparahan penyakit. Klasifikasi bukan merupakan
91
92
diagnosis penyakit yang spesifik. Setiap klasifikasi penyakit mempunyai nilai suatu
tindakan sesuai dengan klasifikasi tersebut. Tiap klasifikasi mempunyai warna dasar,
yaitu merah (penanganan segera atau perlu dirujuk), kuning (pengobatan spesifik di
pelayanan kesehatan), dan hijau (perawatan di rumah) sesuai dengan urutan
keparahan penyakit (Depkes RI, 2008; Surjono, et al, 1998). Tiap klasifikasi
menentukan karakteristik pengelolaan balita sakit. Bagan pengobatan terdiri dari
petunjuk cara komunikasi yang baik dan efektif dengan ibu untuk memberikan obat
dan dosis pemberian obat, baik yang harus diberikan di klinik maupun obat yang
harus diteruskan di rumah. Alur konseling merupakan nasihat perawatan termasuk
pemberian makan dan cairan di rumah dan nasihat kapan harus kembali segera
maupun kembali untuk tindak lanjut (Surjono et al, 1998).
92
93
93
94
hasil penelitian) akan sulit untuk meningkatkan CDR. Sebaiknya dinas kesehatan
kabupaten dan Puskesmas menerapkan metode penemuan penderita tuberkulosis
dengan cara aktif selektif yang terintegrasi dengan pelayanan gizi dan kesehatan
dasar di Posyandu maupun di Polindes, yaitu dengan MTBS. Alasan yang dapat
menjelaskan mengapa dinas kesehatan kabupaten dan Puskesmas tidak dapat
membuat kebijakan dalam penemuan penderita tuberkulosis dan penyakit infeksi anak
Balita lainnya karena tidak adanya pendanaan yang cukup untuk melakukan
modifikasi serta pendanaan program penurunan angka kesakitan dan kematian anak
Balita. Oleh karena itu perlu promosi MTBS yang dapat membantu mencegah
penularan berbagai penyakit pada anak dan menolong penyembuhan anak balita sakit
di kota maupun di perdesaan. Sampai saat ini strategi yang dikembangkan seperti
terlihat pada Gambar 2.
95
96
96
97
Kecamatan. Di samping itu MTBS juga potential cost savings through (rational use of
drugs, reduces missed opportunities, and pooling of resources). Artinya MTBS mampu
menghemat pembelian obat, menurunkan tingkat kesalahan pemeriksaan dan dapat
merupakan penggabungan sumberdaya pelayanan kesehatan anak balita sakit di
Puskesmas.
Menurut Lesley Bamford dari National Department of Health tahun 2008 yang
mengatakan bahwa Comprehensive approach to the care of the ill child, which
attempts to ensure appropriate and combined treatment of the five major diseases.
Artinya MTBS di hampir seluruh Negara berkembang merupakan pelayanan
kesehatan anak balita sakit secara komprehensif karena dapat mengkombinasikan
pemeriksaan lima penyakit yang dominant diderita anak balita. Namun dalam
perkembangannya ada sembilan penyakit yang harus dicegah pada anak balita.
Gambaran penyakit tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.
Perinatal (20%)
Injuries (6%)
Congenital (4%))
HIV/AIDS (3%))
Malnutrition is estimated to
contribute to around 50% of
97
98
98
99
putih pada ASI pada 2 minggu pertama lebih dari 4000 sel per mil. Terdiri dari 3
macam yaitu: Bronchus-Asociated Lympocyte Tissue (BALT) antibodi pernafasan,
Gut Asociated Lympocyte Tissue (GALT) antibodi saluran pencernaan, dan
Mammary Asociated Lympocyte Tissue (MALT) antibodi jaringan payudara ibu.
Bakteri ini menjaga keasaman flora usus bayi dan berguna untuk menghambat
pertumbuhan bakteri yang merugikan. Namun sampai saat ini belum ada data yang
menunjukkan bahwa kualitas kolostrum dan ASI pada ibu menyusui penderita TB-
Paru apakah masih sama dengan ibu menyusui yang memiliki status gizi dan
kesehatan yang baik. Oleh karena itu, perlu penelitian tentang kualitas kolostrum
ASI pada penderita TB Paru hubungannya dengan status gizi bayinya.
Hasil penelitian Hanim, dkk (2009) menunjukkan bahwa pemberian
ASI eksklusif enam bulan merupakan jaminan ketahanan pangan bagi
bayi-bayi yang sehat maupun sedang sakit. Tidak ada bahan makanan
yang selalu tersedia setiap saat, terjangkau dan bernilai gizi tinggi selain
ASI, karena ASI saja merupakan makanan lengkap untuk bayi hingga
berumur 6 bulan. Oleh karena itu, disarankan untuk memberi ASI
eksklusif (hanya diberi ASI hingga berumur 6 bulan). Penelitian ini
telah mengkaji hal tersebut pada ibu menyusui yang menderita
tuberkulosis. Ternyata ada perbedaan psikologis dalam pemberian ASI
eksklusif enam bulan antara penderita TB dan ibu menyusui yang sehat.
Pemberian MP-ASI yang terlalu dini mengganggu penyerapan zat besi
dalam ASI. Namun meskipun menderita anemi, ibu tetap dapat
memproduksi ASI yang cukup untuk bayi mereka (WHO, 2002). Begitu
pula pada ibu menyusui penderita penyakit kronis seperti tuberkulosis
akan tetap dapat memproduksi ASI yang cukup untuk bayi mereka.
Berdasarkan hal tersebut tidak ada alasan untuk tidak memberikan ASI
secara eksklusif selama enam bulan.
Selanjutnya MTBS pada bayi yang masih mendapat ASI ternyata
bayi lebih cepat berhasil sembuh disbanding bayi yang tidak mendapat
ASI secara eksklusif. Adapun gambaran umum pelaksanaan MTBS
hubungannya dengan system pengembangan pelayanan kesehatan anak.
99
10
0
DAFTAR PUSTAKA
Yogyakarta
100