Di Susun oleh :
Susi Apriani
( 1571152018 )
Puja dan puji syukur penyusun panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa,
karena berkat rahmatNyalah penyusun dapat menyelesaikan laporan yang berjudul “
Laporan magang asuhan kebidanan Ibu nifas pada Ny A Di Puskesmas Parung , Kabupaten
Bogor Tahun 2022” tepat pada waktunya. Laporan ini ini di susun untuk melengkapi
penilaian magang selain itu untuk mengetahui dan memahami tentang ibu menyusui.
Depok, Mei
2022
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................
i
DAFTAR ISI ...............................................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................
2
1.3 Tujuan.........................................................................................................................
2
BAB I
PENDAHULUAN
Masa Nifas atau istilah medisnya disebut perperium adalah masa setelah proses
persalinan yang dibutuhkan tubuh untuk memulihkan alat kandungan dan biasanya
berlangsung selama 6 minggu.
Pada masa 6 minggu ini tubuh mengalami banyak perubahan fisiologis. Seperti
yang dilansir dari emedicine.medscape.com, perubahan tersebut meliputi perubahan pada
uterus, cervix, vagina, perineum, dinding perut, ovaries, dan payudara. Perubahan itu
bermacam-macam dan selang waktunya berbeda.
Pada uterus, ukurannya menyusut setiap harinya. Saat hamil uterus bisa mencapai
berat 1000 gram (dan ini tidak termasuk janin dan plasenta!). Setelah masa nifas, uterus
menyusut menjadi seberat 50-100 gram. Penyusutan ini terjadi karena sel citoplasma
menjadi lebih kecil. Zat pada dinding rahim juga dipecah lalu dibuang bersama dengan air
kencing ibu.
Segera setelah persalinan, uterus akan mengeluarkan cairan darah serupa menstruasi
karena itulah ukuran vagin apun berkurang. Darah ini merupakan bekas luka pada rahim,
terutama dari luka placenta. Darah yang keluar ini (disebut lochia serosa) berubah warna
dengan durasi yang berbeda-beda. Darah merah biasanya muncul selama 3-4 hari.
Kemudian darah kecoklatan dan encer muncul dari hari ke-5 sampai hari ke-10.
Selanjutnya berupa cairan putih selama 2-4 minggu.
Setiap wanita mengalami durasi yang berbeda. Ada yang mengalami pendarahan
yang meningkat pada hari ke-7. Adapula yang berhenti masa nifasnya lebih dari 6 minggu,
lebih dari masa normal.
Kulit Abdomen
Selama masa kehamilan, kulit abdomen akan melebar, melonggar dan mengendur hingga
berbulan-bulan. Otot-otot dari dinding abdomen dapat kembali normal kembali dalam
beberapa minggu pasca melahirkan dengan latihan post natal.
Striae
Striae adalah suatu perubahan warna seperti jaringan parut pada dinding abdomen. Striae
pada dinding abdomen tidak dapat menghilang sempurna melainkan membentuk garis lurus
yang samar. Tingkat diastasis muskulus rektus abdominis pada ibu post partum dapat dikaji
melalui keadaan umum, aktivitas, paritas dan jarak kehamilan, sehingga dapat membantu
menentukan lama pengembalian tonus otot menjadi normal.
Perubahan Ligamen
Setelah janin lahir, ligamen-ligamen, diafragma pelvis dan fasia yang meregang
sewaktu kehamilan dan partus berangsur-angsur menciut kembali seperti sediakala. Tidak
jarang ligamentum rotundum menjadi kendor yang mengakibatkan letak uterus menjadi
retrofleksi.
Simpisis Pubis
Pemisahan simpisis pubis jarang terjadi. Namun demikian, hal ini dapat menyebabkan
morbiditas maternal. Gejala dari pemisahan simpisis pubis antara lain: nyeri tekan pada
pubis disertai peningkatan nyeri saat bergerak di tempat tidur ataupun waktu berjalan.
Pemisahan simpisis dapat dipalpasi. Gejala ini dapat menghilang setelah beberapa minggu
atau bulan pasca melahirkan, bahkan ada yang menetap.
Penanganan: tirah baring selama mungkin; pemberian pereda nyeri; perawatan ibu dan bayi
yang lengkap; rujuk ke ahli fisioterapi untuk latihan abdomen yang tepat; latihan
meningkatkan sirkulasi; mobilisasi secara bertahap; pemberian bantuan yang sesuai.
Diastasis Rekti
Diastasis rekti adalah pemisahan otot rektus abdominis lebih dari 2,5 cm pada tepat setinggi
umbilikus (Noble, 1995) sebagai akibat pengaruh hormon terhadap linea alba serta akibat
perenggangan mekanis dinding abdomen. Kasus ini sering terjadi pada multi paritas, bayi
besar, poli hidramnion, kelemahan otot abdomen dan postur yang salah. Selain itu, juga
disebabkan gangguan kolagen yang lebih ke arah keturunan, sehingga ibu dan anak
mengalami diastasis.
Penanganan: melakukan pemeriksaan rektus untuk mengkaji lebar celah antara otot rektus;
memasang penyangga tubigrip (berlapis dua jika perlu), dari area xifoid sternum sampai di
bawah panggul; latihan transversus dan pelvis dasar sesering mungkin, pada semua posisi,
kecuali posisi telungkup-lutut; memastikan tidak melakukan latihan sit-up atau curl-up;
mengatur ulang kegiatan sehari–hari, menindaklanjuti pengkajian oleh ahli fisioterapi
selama diperlukan.
Osteoporosis Akibat Kehamilan
Osteoporosis timbul pada trimester ketiga atau pasca natal. Gejala ini ditandai dengan
nyeri, fraktur tulang belakang dan panggul, serta adanya hendaya (tidak dapat berjalan),
ketidakmampuan mengangkat atau menyusui bayi pasca natal, berkurangnya tinggi badan,
postur tubuh yang buruk. .
1. Inkontinensia urin.
2. Inkontinensia alvi.
3. Prolaps.
Inkontinensia urin.
Inkontinensia urin adalah keluhan rembesan urin yang tidak disadari. Masalah berkemih
yang paling umum dalam kehamilan dan pasca partum adalah inkontinensia stres .
Terapi : selama masa antenatal, ibu harus diberi pendidikan mengenai dan dianjurkan untuk
mempraktikan latihan otot dasar panggul dan transversus sesering mungkin, memfiksasi
otot ini serta otot transversus selam melakukan aktivitas yang berat. Selama masa pasca
natal, ibu harus dianjurkan untuk mempraktikan latihan dasar panggul dan transversus
segera setelah persalinan. Bagi ibu yang tetap menderita gejala ini disarankan untuk dirujuk
ke ahli fisioterapi yang akan mengkaji keefektifan otot dasar panggul dan memberi saran
tentang program retraining yang meliputi biofeedback dan stimulasi.
Inkontinensia alvi.
Inkontinensia alvi disebabkan oleh robeknya atau merenggangnya sfingter anal atau
kerusakan yang nyata pada suplai saraf dasar panggul selama persalinan (Snooks et al,
1985).
Gejala yang dirasakan wanita yang menderita prolaps uterus antara lain: merasakan ada
sesuatu yang turun ke bawah (saat berdiri), nyeri punggung dan sensasi tarikan yang kuat.
1. Hormon plasenta.
2. Hormon pituitary.
3. Hipotalamik pituitary ovarium.
4. Hormon oksitosin.
5. Hormon estrogen dan progesteron.
Hormon Plasenta
Pengeluaran plasenta menyebabkan penurunan hormon yang diproduksi oleh plasenta.
Hormon plasenta menurun dengan cepat pasca persalinan. Penurunan
hormon plasenta (human placental lactogen) menyebabkan kadar gula darah menurun pada
masa nifas. Human Chorionic Gonadotropin (HCG) menurun dengan cepat dan menetap
sampai 10% dalam 3 jam hingga hari ke-7 post partum dan sebagai onset pemenuhan
mamae pada hari ke-3 post partum.
Hormon Pituitary
Hormon pituitary antara lain: hormon prolaktin, FSH dan LH. Hormon prolaktin darah
meningkat dengan cepat, pada wanita tidak menyusui menurun dalam waktu 2 minggu.
Hormon prolaktin berperan dalam pembesaran payudara untuk merangsang produksi susu.
FSH dan LH meningkat pada fase konsentrasi folikuler pada minggu ke-3, dan LH tetap
rendah hingga ovulasi terjadi.
Hormon Oksitosin
Hormon oksitosin disekresikan dari kelenjar otak bagian belakang, bekerja terhadap
otot uterus dan jaringan payudara. Selama tahap ketiga persalinan,
hormon oksitosin berperan dalam pelepasan plasenta dan mempertahankan kontraksi,
sehingga mencegah perdarahan. Isapan bayi dapat merangsang produksi ASI dan
sekresi oksitosin, sehingga dapat membantu involusi uteri.
Aliran ini terjadi dalam 2-4 jam pertama setelah kelahiran bayi. Selama masa ini ibu
mengeluarkan banyak sekali jumlah urin. Hilangnya progesteron membantu mengurangi
retensi cairan yang melekat dengan meningkatnya vaskuler pada jaringan tersebut
selama kehamilan bersama-sama dengan trauma selama persalinan.
Pasca melahirkan, shunt akan hilang dengan tiba-tiba. Volume darah ibu relatif akan
bertambah. Keadaan ini akan menimbulkan dekompensasi kordis pada penderita vitum
cordia. Hal ini dapat diatasi dengan mekanisme kompensasi dengan timbulnya
hemokonsentrasi sehingga volume darah kembali seperti sediakala. Pada umumnya, hal ini
terjadi pada hari ketiga sampai kelima post patum.
Pada awal post partum, jumlah hemoglobin, hematokrit dan eritrosit sangat bervariasi. Hal
ini disebabkan volume darah, volume plasenta dan tingkat volume darah yang berubah-
ubah. Tingkatan ini dipengaruhi oleh status gizi dan hidarasi dari wanita tersebut. Jika
hematokrit pada hari pertama atau kedua lebih rendah dari titik 2 persen atau lebih tinggi
daripada saat memasuki persalinan awal, maka pasien dianggap telah kehilangan darah
yang cukup banyak. Titik 2 persen kurang lebih sama dengan kehilangan darah 500 ml
darah.
1. Suhu badan.
2. Nadi.
3. Tekanan darah.
4. Pernafasan.
Suhu Badan
Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,2 derajat Celcius. Pasca melahirkan, suhu
tubuh dapat naik kurang lebih 0,5 derajat Celcius dari keadaan normal. Kenaikan suhu
badan ini akibat dari kerja keras sewaktu melahirkan, kehilangan cairan maupun kelelahan.
Kurang lebih pada hari ke-4 post partum, suhu badan akan naik lagi. Hal ini diakibatkan
ada pembentukan ASI, kemungkinan payudara membengkak, maupun kemungkinan infeksi
pada endometrium, mastitis, traktus genetalis ataupun sistem lain. Apabila kenaikan suhu di
atas 38 derajat celcius, waspada terhadap infeksi post partum.
Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali per menit. Pasca melahirkan, denyut
nadi dapat menjadi bradikardi maupun lebih cepat. Denyut nadi yang melebihi 100 kali per
menit, harus waspada kemungkinan infeksi atau perdarahan post partum.
Tekanan Darah
Tekanan darah adalah tekanan yang dialami darah pada pembuluh arteri ketika darah
dipompa oleh jantung ke seluruh anggota tubuh manusia. Tekanan darah normal manusia
adalah sistolik antara 90-120 mmHg dan diastolik 60-80 mmHg. Pasca melahirkan pada
kasus normal, tekanan darah biasanya tidak berubah. Perubahan tekanan darah menjadi
lebih rendah pasca melahirkan dapat diakibatkan oleh perdarahan. Sedangkan tekanan
darah tinggi pada post partum merupakan tanda terjadinya pre eklamsia post partum.
Namun demikian, hal tersebut sangat jarang terjadi.
Pernafasan
Frekuensi pernafasan normal pada orang dewasa adalah 16-24 kali per menit. Pada ibu post
partum umumnya pernafasan lambat atau normal. Hal ini dikarenakan ibu dalam keadaan
pemulihan atau dalam kondisi istirahat. Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan
keadaan suhu dan denyut nadi. Bila suhu nadi tidak normal, pernafasan juga akan
mengikutinya, kecuali apabila ada gangguan khusus pada saluran nafas. Bila pernafasan
pada masa post partum menjadi lebih cepat, kemungkinan ada tanda-tanda syok.
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS
I. PENGKAJIAN
A. Identitas
Umur : 20 th Umur : 23 th
Pendidikan : D3 Pendidikan : D3
B. Anamnesa
Oleh : Bidan. Q
Data kesehatan
Persalinan
- Proses persalinan
o Kala I : 4 jam
o Kala II : 30 menit
o Kala IV : 2 jam
e. Pola Istirahat
- Siang : 1 jam
- Malam : 8 jam
f. Pola Eliminasi
- BAB : 1x sehari
- BAK : 3x sehari
g. Data Psikososial
C. Pemeriksaan
Kesadaran : Composmentis
2. Tanda vital
Nadi : 78x/mnt
Respirasi : 20x/mnt
3. Pemeriksaan fisik
3.1 Muka
Konjungtiva : Normal
Sklera : Normal
3.5 Payudara
o Pembesaran : Ya
o Simetris : Ya
o Pengeluaran : Ya
o Lain-lain :-
3.6 Abdomen
o Refleks : Baik
Luka : Ada
Anus : Normal
III.Diagnosa Potensial
Tidak ada
Tidak ada
V. Rencana Asuhan
2. Anjurkan pada ibu untuk banyak makanan yang banyak mengndung nutrisi
mengkopres hangat
1. Ibu mengerti mengenai hasil pemeriksaan dan ibu akan melaksanakan apa
yang di anjurkan
10. Ibu memahami dan mau melakukan merawat jahitan perineum dan
Ttd Mahasiswa
(Susi Apriani)
Mengetahui,
Kesimpulan
Kesimpulan dalam studi kasus ini merupakan hasil dari seluruh kegiatan
dalam melaksanakan manajemen asuhan kebidanan pada ibu bersalin.
Saran .
1. Untuk Puskesmas Parung