Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN MAGANG

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS PADA NY. A


DI PUSKESMAS PARUNG
KABUPATEN BOGOR TAHUN 2022

Di Susun oleh :
Susi Apriani
( 1571152018 )

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PELITA ILMU


Jl. Raya Bojongsari No.34, Bojongsari Lama, Kec. Bojongsari, Kota
Depok, Jawa Barat 16516
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur penyusun panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa,
karena berkat rahmatNyalah penyusun dapat menyelesaikan laporan yang berjudul “
Laporan magang asuhan kebidanan Ibu nifas pada Ny A Di Puskesmas Parung , Kabupaten
Bogor Tahun 2022” tepat pada waktunya. Laporan ini ini di susun untuk melengkapi
penilaian magang selain itu untuk mengetahui dan memahami tentang ibu menyusui.

Penyusun mengucapkan terima kasih pada pihak-pihak yang telah membantu


menyelesaikan laporan ini. Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna. Untuk itu setiap pihak diharapkan dapat memberikan masukan berupa kritik dan
saran yang bersifat membangun.

Depok, Mei
2022

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................
i
DAFTAR ISI ...............................................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................
2
1.3 Tujuan.........................................................................................................................
2

BAB II TINJAUAN TEORI


2.1 Persalinan....................................................................................................................
3
2.1.1 Pengertian nifas.................................................................................................
3
2.1.2 Perubahan Fisiologis Saat Nifas – Uterus.........................................................
3
2.1.3 Perubahan fisiologis masa nifas pada sistem muskuloskeletal.........................
4
2.1.4 Perubahan Fisiologis Masa Nifas Pada Sistem Endokrin.................................
4
2.1.5 Perubahan Fisiologis Masa Nifas Pada Sistem Kardiovaskuler.......................
5
2.1.6 Perubahan Fisiologis Masa Nifas Pada Sistem Hematologi.............................
11
2.1.6 Perubahan Fisiologis Masa Nifas Pada Tanda-Tanda Vital...............................
12

BAB III PENDOKUMENTASIAN IBU NIFAS


3.1 Pengkajian...................................................................................................................
17
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan.................................................................................................................
22
5.1 saran............................................................................................................................
22

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perubahan Fisiologis Saat Nifas – Uterus

Masa Nifas atau istilah medisnya disebut perperium adalah masa setelah proses
persalinan yang dibutuhkan tubuh untuk memulihkan alat kandungan dan biasanya
berlangsung selama 6 minggu.

Pada masa 6 minggu ini tubuh mengalami banyak perubahan fisiologis. Seperti
yang dilansir dari emedicine.medscape.com, perubahan tersebut meliputi perubahan pada
uterus, cervix, vagina, perineum, dinding perut, ovaries, dan payudara. Perubahan itu
bermacam-macam dan selang waktunya berbeda.

Pada uterus, ukurannya menyusut setiap harinya. Saat hamil uterus bisa mencapai
berat 1000 gram (dan ini tidak termasuk janin dan plasenta!). Setelah masa nifas, uterus
menyusut menjadi seberat 50-100 gram. Penyusutan ini terjadi karena sel citoplasma
menjadi lebih kecil. Zat pada dinding rahim juga dipecah lalu dibuang bersama dengan air
kencing ibu.
Segera setelah persalinan, uterus akan mengeluarkan cairan darah serupa menstruasi
karena itulah ukuran vagin apun berkurang. Darah ini merupakan bekas luka pada rahim,
terutama dari luka placenta. Darah yang keluar ini (disebut lochia serosa) berubah warna
dengan durasi yang berbeda-beda. Darah merah biasanya muncul selama 3-4 hari.
Kemudian darah kecoklatan dan encer muncul dari hari ke-5 sampai hari ke-10.
Selanjutnya berupa cairan putih selama 2-4 minggu.

Setiap wanita mengalami durasi yang berbeda. Ada yang mengalami pendarahan
yang meningkat pada hari ke-7. Adapula yang berhenti masa nifasnya lebih dari 6 minggu,
lebih dari masa normal.

Perubahan Fisiologis Masa Nifas Pada Sistem Muskuloskeletal


Posted By: Lusa Rochmawation: 27 Februari 2010In: Nifas

Perubahan sistem muskuloskeletal terjadi pada saat umur kehamilan semakin


bertambah. Adaptasi muskuloskelatal ini mencakup: peningkatan berat badan, bergesernya
pusat akibat pembesaran rahim, relaksasi dan mobilitas. Namun demikian, pada saat post
partum sistem muskuloskeletal akan berangsur-angsur pulih kembali. Ambulasi
dini dilakukan segera setelah melahirkan, untuk membantu mencegah komplikasi dan
mempercepat involusi uteri.

Adaptasi Sistem Muskuloskeletal


Adaptasi sistem muskuloskeletal pada masa nifas, meliputi:

1. Dinding perut dan peritoneum.


2. Kulit abdomen.
3. Striae.
4. Perubahan ligamen.
5. Simpisis pubis.
Dinding Perut dan Peritoneum
Dinding perut akan longgar pasca persalinan. Keadaan ini akan pulih kembali dalam 6
minggu. Pada wanita yang asthenis terjadi diastasis dari otot-otot rectus abdominis,
sehingga sebagian dari dinding perut di garis tengah hanya terdiri dari peritoneum, fasia
tipis dan kulit.

Kulit Abdomen
Selama masa kehamilan, kulit abdomen akan melebar, melonggar dan mengendur hingga
berbulan-bulan. Otot-otot dari dinding abdomen dapat kembali normal kembali dalam
beberapa minggu pasca melahirkan dengan latihan post natal.

Striae
Striae adalah suatu perubahan warna seperti jaringan parut pada dinding abdomen. Striae
pada dinding abdomen tidak dapat menghilang sempurna melainkan membentuk garis lurus
yang samar. Tingkat diastasis muskulus rektus abdominis pada ibu post partum dapat dikaji
melalui keadaan umum, aktivitas, paritas dan jarak kehamilan, sehingga dapat membantu
menentukan lama pengembalian tonus otot menjadi normal.

Perubahan Ligamen
Setelah janin lahir, ligamen-ligamen, diafragma pelvis dan fasia yang meregang
sewaktu kehamilan dan partus berangsur-angsur menciut kembali seperti sediakala. Tidak
jarang ligamentum rotundum menjadi kendor yang mengakibatkan letak uterus menjadi
retrofleksi.

Simpisis Pubis
Pemisahan simpisis pubis jarang terjadi. Namun demikian, hal ini dapat menyebabkan
morbiditas maternal. Gejala dari pemisahan simpisis pubis antara lain: nyeri tekan pada
pubis disertai peningkatan nyeri saat bergerak di tempat tidur ataupun waktu berjalan.
Pemisahan simpisis dapat dipalpasi. Gejala ini dapat menghilang setelah beberapa minggu
atau bulan pasca melahirkan, bahkan ada yang menetap.

Gejala Sistem Muskuloskeletal


Beberapa gejala sistem muskuloskeletal yang timbul pada masa pasca partum antara lain:
1. Nyeri punggung bawah.
2. Sakit kepala dan nyeri leher.
3. Nyeri pelvis posterior.
4. Disfungsi simpisis pubis.
5. Diastasis rekti.
6. Osteoporosis akibat kehamilan.
7. Disfungsi rongga panggul.
Nyeri Punggung Bawah
Nyeri punggung merupakan gejala pasca partum jangka panjang yang sering terjadi. Hal ini
disebabkan adanya ketegangan postural pada sistem muskuloskeletal akibat posisi
saat persalinan.

Penanganan: Selama kehamilan, wanita yang mengeluh nyeri punggung sebaiknya dirujuk


pada fisioterapi untuk mendapatkan perawatan. Anjuran perawatan punggung, posisi
istirahat, dan aktifitas hidup sehari-hari penting diberikan. Pereda nyeri elektroterapeutik
dikontraindikasikan selama kehamilan, namun mandi dengan air hangat dapat menberikan
rasa nyaman pada pasien.

Sakit Kepala dan Nyeri Leher


Pada minggu pertama dan tiga bulan setelah melahirkan, sakit kepala dan migrain bisa
terjadi. Gejala ini dapat mempengaruhi aktifitas dan ketidaknyamanan pada ibu post
partum. Sakit kepala dan nyeri leher yang jangka panjang dapat timbul akibat setelah
pemberian anestasi umum.

Nyeri Pelvis Posterior


Nyeri pelvis posterior ditunjukan untuk rasa nyeri dan disfungsi area sendi sakroiliaka.
Gejala ini timbul sebelum nyeri punggung bawah dan disfungsi simfisis pubis yang ditandai
nyeri di atas sendi sakroiliaka pada bagian otot penumpu berat badan serta timbul pada saat
membalikan tubuh di tempat tidur. Nyeri ini dapat menyebar ke bokong dan paha posterior.

Penanganan: pemakaian ikat (sabuk) sakroiliaka penyokong dapat membantu untuk


mengistirahatkan pelvis. Mengatur posisi yang nyaman saat istirahat maupun bekerja, serta
mengurangi aktifitas dan posisi yang dapat memacu rasa nyeri.

Disfungsi Simfisis Pubis


Merupakan istilah yang menggambarkan gangguan fungsi sendi simfisis pubis dan nyeri
yang dirasakan di sekitar area sendi. Fungsi sendi simfisis pubis adalah menyempurnakan
cincin tulang pelvis dan memindahkan berat badan melalui pada posisis tegak. Bila sendi
ini tidak menjalankan fungsi semestinya, akan terdapat fungsi/stabilitas pelvis yang
abnormal, diperburuk dengan terjadinya perubahan mekanis, yang dapat mrmpengaruhi
gaya berjalan suatu gerakan lembut pada sendi simfisis pubis untuk menumpu berat badan
dan disertai rasa nyeri yang hebat.

Penanganan: tirah baring selama mungkin; pemberian pereda nyeri; perawatan ibu dan bayi
yang lengkap; rujuk ke ahli fisioterapi untuk latihan abdomen yang tepat; latihan
meningkatkan sirkulasi; mobilisasi secara bertahap; pemberian bantuan yang sesuai.
Diastasis Rekti
Diastasis rekti adalah pemisahan otot rektus abdominis lebih dari 2,5 cm pada tepat setinggi
umbilikus (Noble, 1995) sebagai akibat pengaruh hormon terhadap linea alba serta akibat
perenggangan mekanis dinding abdomen. Kasus ini sering terjadi pada multi paritas, bayi
besar, poli hidramnion, kelemahan otot abdomen dan postur yang salah. Selain itu, juga
disebabkan gangguan kolagen yang lebih ke arah keturunan, sehingga ibu dan anak
mengalami diastasis.

Penanganan: melakukan pemeriksaan rektus untuk mengkaji lebar celah antara otot rektus;
memasang penyangga tubigrip (berlapis dua jika perlu), dari area xifoid sternum sampai di
bawah panggul; latihan transversus dan pelvis dasar sesering mungkin, pada semua posisi,
kecuali posisi telungkup-lutut; memastikan tidak melakukan latihan sit-up atau curl-up;
mengatur ulang kegiatan sehari–hari, menindaklanjuti pengkajian oleh ahli fisioterapi
selama diperlukan.

Osteoporosis Akibat Kehamilan
Osteoporosis timbul pada trimester ketiga atau pasca natal. Gejala ini ditandai dengan
nyeri, fraktur tulang belakang dan panggul, serta adanya hendaya (tidak dapat berjalan),
ketidakmampuan mengangkat atau menyusui bayi pasca natal, berkurangnya tinggi badan,
postur tubuh yang buruk. .

Disfungsi Dasar Panggul.


Disfungsi dasar panggul, meliputi :

1. Inkontinensia urin.
2. Inkontinensia alvi.
3. Prolaps.
Inkontinensia urin.
Inkontinensia urin adalah keluhan rembesan urin yang tidak disadari. Masalah berkemih
yang paling umum dalam kehamilan dan pasca partum adalah inkontinensia stres .

Terapi : selama masa antenatal, ibu harus diberi pendidikan mengenai dan dianjurkan untuk
mempraktikan latihan otot dasar panggul dan transversus sesering mungkin, memfiksasi
otot ini serta otot transversus selam melakukan aktivitas yang berat. Selama masa pasca
natal, ibu harus dianjurkan untuk mempraktikan latihan dasar panggul dan transversus
segera setelah persalinan. Bagi ibu yang tetap menderita gejala ini disarankan untuk dirujuk
ke ahli fisioterapi yang akan mengkaji keefektifan otot dasar panggul dan memberi saran
tentang program retraining yang meliputi biofeedback dan stimulasi.

Inkontinensia alvi.
Inkontinensia alvi disebabkan oleh robeknya atau merenggangnya sfingter anal atau
kerusakan yang nyata pada suplai saraf dasar panggul selama persalinan (Snooks et al,
1985).

Penanganan : rujuk ke ahli fisioterapi untuk mendapatkan perawatan khusus.


Prolaps
Prolaps genetalia dikaitkan dengan persalinan per vagina yang dapat menyebabkan
peregangan dan kerusakan pada fasia dan persarafan pelvis. Prolaps uterus adalah
penurunan uterus. Sistokel adalah prolaps kandung kemih dalam vagina, sedangkan
rektokel adalah prolaps rektum kedalam vagina (Thakar & Stanton, 2002).

Gejala yang dirasakan wanita yang menderita prolaps uterus antara lain: merasakan ada
sesuatu yang turun ke bawah (saat berdiri), nyeri punggung dan sensasi tarikan yang kuat.

Penanganan: prolaps ringan dapat diatasi dengan latihan dasar panggul.

Perubahan Fisiologis Masa Nifas Pada Sistem Endokrin


Posted By: Lusa Rochmawation: 28 Februari 2010In: Nifas
Selama proses kehamilan dan persalinan terdapat perubahan pada sistem endokrin.
Hormon-hormon yang berperan pada proses tersebut, antara lain:

1. Hormon plasenta.
2. Hormon pituitary.
3. Hipotalamik pituitary ovarium.
4. Hormon oksitosin.
5. Hormon estrogen dan progesteron.
Hormon Plasenta
Pengeluaran plasenta menyebabkan penurunan hormon yang diproduksi oleh plasenta.
Hormon plasenta menurun dengan cepat pasca persalinan. Penurunan
hormon plasenta (human placental lactogen) menyebabkan kadar gula darah menurun pada
masa nifas. Human Chorionic Gonadotropin (HCG) menurun dengan cepat dan menetap
sampai 10% dalam 3 jam hingga hari ke-7 post partum dan sebagai onset pemenuhan
mamae pada hari ke-3 post partum.

Hormon Pituitary
Hormon pituitary antara lain: hormon prolaktin, FSH dan LH. Hormon prolaktin darah
meningkat dengan cepat, pada wanita tidak menyusui menurun dalam waktu 2 minggu.
Hormon prolaktin berperan dalam pembesaran payudara untuk merangsang produksi susu.
FSH dan LH meningkat pada fase konsentrasi folikuler pada minggu ke-3, dan LH tetap
rendah hingga ovulasi terjadi.

Hipotalamik Pituitary Ovarium


Hipotalamik pituitary ovarium akan mempengaruhi lamanya mendapatkan menstruasi pada
wanita yang menyusui maupun yang tidak menyusui. Pada wanita manyusui mendapatkan
menstruasi pada 6 minggu pasca melahirkan berkisar 16% dan 45% setelah 12 minggu
pasca melahirkan. Sedangkan pada wanita yang tidak menyusui, akan mendapatkan
menstruasi berkisar 40% setelah 6 minggu pasca melahirkan dan 90% setelah 24 minggu.

Hormon Oksitosin
Hormon oksitosin disekresikan dari kelenjar otak bagian belakang, bekerja terhadap
otot uterus dan jaringan payudara. Selama tahap ketiga persalinan,
hormon oksitosin berperan dalam pelepasan plasenta dan mempertahankan kontraksi,
sehingga mencegah perdarahan. Isapan bayi dapat merangsang produksi ASI dan
sekresi oksitosin, sehingga dapat membantu involusi uteri.

Hormon Estrogen dan progesteron


Volume darah normal selama kehamilan, akan meningkat. Hormon estrogen yang tinggi
memperbesar hormon anti diuretik yang dapat meningkatkan volume darah. Sedangkan
hormon progesteron mempengaruhi otot halus yang mengurangi perangsangan dan
peningkatan pembuluh darah. Hal ini mempengaruhi saluran kemih, ginjal, usus, dinding
vena, dasar panggul, perineum dan vulva serta vagina.
Perubahan Fisiologis Masa Nifas Pada Sistem Kardiovaskuler
Posted By: Lusa Rochmawation: 2 Maret 2010In: Nifas

Volume darah normal yang diperlukan plasenta dan pembuluh darah uterin, meningkat


selama kehamilan. Diuresis terjadi akibat adanya penurunan hormon estrogen, yang dengan
cepat mengurangi volume plasma menjadi normal kembali. Meskipun kadar estrogen
menurun selama nifas, namun kadarnya masih tetap tinggi daripada normal. Plasma darah
tidak banyak mengandung cairan sehingga daya koagulasi meningkat.

Aliran ini terjadi dalam 2-4 jam pertama setelah kelahiran bayi. Selama masa ini ibu
mengeluarkan banyak sekali jumlah urin. Hilangnya progesteron membantu mengurangi
retensi cairan yang melekat dengan meningkatnya vaskuler pada jaringan tersebut
selama kehamilan bersama-sama dengan trauma selama persalinan.

Kehilangan darah pada persalinan per vaginam sekitar 300-400 cc, sedangkan kehilangan


darah dengan persalinan seksio sesarea menjadi dua kali lipat. Perubahan yang terjadi
terdiri dari volume darah dan hemokonsentrasi. Pada persalinan per vaginam,
hemokonsentrasi akan naik dan pada persalinan seksio sesarea, hemokonsentrasi cenderung
stabil dan kembali normal setelah 4-6 minggu.

Pasca melahirkan, shunt akan hilang dengan tiba-tiba. Volume darah ibu relatif akan
bertambah. Keadaan ini akan menimbulkan dekompensasi kordis pada penderita vitum
cordia. Hal ini dapat diatasi dengan mekanisme kompensasi dengan timbulnya
hemokonsentrasi sehingga volume darah kembali seperti sediakala. Pada umumnya, hal ini
terjadi pada hari ketiga sampai kelima post patum.

Perubahan Fisiologis Masa Nifas Pada Sistem Hematologi


Posted By: Lusa Rochmawation: 2 Maret 2010In: Nifas

Pada minggu-minggu terakhir kehamilan, kadar fibrinogen dan plasma serta faktor-faktor


pembekuan darah meningkat. Pada hari pertama post partum, kadar fibrinogen dan plasma
akan sedikit menurun tetapi darah lebih mengental dengan peningkatan viskositas sehingga
meningkatkan faktor pembekuan darah.

Leukositosis adalah meningkatnya jumlah sel-sel darah putih sebanyak 15.000


selama persalinan. Jumlah leukosit akan tetap tinggi selama beberapa hari pertama masa
post partum. Jumlah sel darah putih akan tetap bisa naik lagi sampai 25.000 hingga 30.000
tanpa adanya kondisi patologis jika wanita tersebut mengalami persalinan lama.

Pada awal post partum, jumlah hemoglobin, hematokrit dan eritrosit sangat bervariasi. Hal
ini disebabkan volume darah, volume plasenta dan tingkat volume darah yang berubah-
ubah. Tingkatan ini dipengaruhi oleh status gizi dan hidarasi dari wanita tersebut. Jika
hematokrit pada hari pertama atau kedua lebih rendah dari titik 2 persen atau lebih tinggi
daripada saat memasuki persalinan awal, maka pasien dianggap telah kehilangan darah
yang cukup banyak. Titik 2 persen kurang lebih sama dengan kehilangan darah 500 ml
darah.

Penurunan volume dan peningkatan sel darah pada kehamilan diasosiasikan dengan


peningkatan hematokrit dan hemoglobin pada hari ke 3-7 post partum dan akan normal
dalam 4-5 minggu post partum. Jumlah kehilangan darah selama masa persalinan kurang
lebih 200-500 ml, minggu pertama post partum berkisar 500-800 ml dan selama sisa
masa nifas berkisar 500 ml.

Perubahan Fisiologis Masa Nifas Pada Tanda-Tanda Vital


Pada masa nifas, tanda-tanda vital yang harus dikaji antara lain:

1. Suhu badan.
2. Nadi.
3. Tekanan darah.
4. Pernafasan.
Suhu Badan
Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,2 derajat Celcius. Pasca melahirkan, suhu
tubuh dapat naik kurang lebih 0,5 derajat Celcius dari keadaan normal. Kenaikan suhu
badan ini akibat dari kerja keras sewaktu melahirkan, kehilangan cairan maupun kelelahan.
Kurang lebih pada hari ke-4 post partum, suhu badan akan naik lagi. Hal ini diakibatkan
ada pembentukan ASI, kemungkinan payudara membengkak, maupun kemungkinan infeksi
pada endometrium, mastitis, traktus genetalis ataupun sistem lain. Apabila kenaikan suhu di
atas 38 derajat celcius, waspada terhadap infeksi post partum.

Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali per menit. Pasca melahirkan, denyut
nadi dapat menjadi bradikardi maupun lebih cepat. Denyut nadi yang melebihi 100 kali per
menit, harus waspada kemungkinan infeksi atau perdarahan post partum.

Tekanan Darah
Tekanan darah adalah tekanan yang dialami darah pada pembuluh arteri ketika darah
dipompa oleh jantung ke seluruh anggota tubuh manusia. Tekanan darah normal manusia
adalah sistolik antara 90-120 mmHg dan diastolik 60-80 mmHg. Pasca melahirkan pada
kasus normal, tekanan darah biasanya tidak berubah. Perubahan tekanan darah menjadi
lebih rendah pasca melahirkan dapat diakibatkan oleh perdarahan. Sedangkan tekanan
darah tinggi pada post partum merupakan tanda terjadinya pre eklamsia post partum.
Namun demikian, hal tersebut sangat jarang terjadi.

Pernafasan
Frekuensi pernafasan normal pada orang dewasa adalah 16-24 kali per menit. Pada ibu post
partum umumnya pernafasan lambat atau normal. Hal ini dikarenakan ibu dalam keadaan
pemulihan atau dalam kondisi istirahat. Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan
keadaan suhu dan denyut nadi. Bila suhu nadi tidak normal, pernafasan juga akan
mengikutinya, kecuali apabila ada gangguan khusus pada saluran nafas. Bila pernafasan
pada masa post partum menjadi lebih cepat, kemungkinan ada tanda-tanda syok.
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS

I. PENGKAJIAN

A. Identitas

Nama Klien : Ny. A Nama Suami : Tn. R

Umur : 20 th Umur : 23 th

Suku : Sunda Suku : Jawa

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : D3 Pendidikan : D3

Pekerjaan : Bidan Pekerjaan : Karyawan

Alamat : Bantar Kambing 02/12 Alamat : Bantar Kambing 02/12

B. Anamnesa

Pada Tanggal: 20 Agustus 2021 Jam : 10:00 WIB

Oleh : Bidan. Q

Data kesehatan

- Keluhan Utama : Tidak ada

- Keluhan Tambahan : Tidak ada

- Penyakit yang pernah diderita : Tidak ada

- Penyakit yang sedang diderita : Tidak ada

- Penyakit Keturunan : Tidak ada

- Penyakit Menular : Tidak ada


b. Riwayat Kehamilan dan Persalinan

Tahun Jenis Penolong Tempat JK PB BB Keadaan

Persalinan

2014 Normal Bidan BPM L 50cm 3000 Baik

2018 Normal Bidan BPM P 49cm 2900 Baik

- Masa Gestasi : Tidak ada

- Keluhan selama kehamilan : Tidak ada

- Tanggal persalinan : 17 Agustus 2021

- Jenis persalinan : Normal

- Proses persalinan

o Kala I : 4 jam

o Kala II : 30 menit

o Kala III : 10 menit

o Kala IV : 2 jam

- Kelainan saat persalinan : Tidak ada

- Anak Hidup/ mati: BB: 3000gr PB : 51cm Keadaan : sehat

- Apgar score : 9/10 Kelainan Bawaan: Tidak ada.

- Rawat gabung : Ya/Tidak, Alasan :

c. Status perkawinan : Kawin/tidak kawin

- Umur perkawinan pertama : 8 tahun

- Berapa kali kawin : 1 kali

- Lama perkawinan : 8 tahun


d. Pola Nutrisi

- Makan sehari-hari : Nasi, lauk-pauk, sayuran, susu

- Makanan pantangan : Tidak ada

- Nafsu Makan : Baik

- Makanan/minuman tambahan lainnya : Vitamin , Buah

e. Pola Istirahat

- Siang : 1 jam

- Malam : 8 jam

f. Pola Eliminasi

- BAB : 1x sehari

- BAK : 3x sehari

g. Data Psikososial

- Tanggapan ibu atas kelahiran bayinya : Senang

- Rencana ibu menyusui bayinya : ASI eksklusif sampai 6 bulan, dilanjut

ASI dan MPASI sampai 2 tahun

C. Pemeriksaan

1. Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Composmentis

Keadaan emosional : Stabil

2. Tanda vital

Tekanan darah : 120/80 mmhg

Suhu tubuh : 36,2°C

Nadi : 78x/mnt

Respirasi : 20x/mnt
3. Pemeriksaan fisik

3.1 Muka

 Kelopak mata : Normal

 Konjungtiva : Normal

 Sklera : Normal

3.2 Mulut dan gigi : Bersih, normal

3.3 Kelenjar tyroid : Tidak ada

3.4 Kelenjar getah bening : Tidak ada

3.5 Payudara

o Pembesaran : Ya

o Puting susu : Menonjol

o Simetris : Ya

o Benjolan/tumor : Tidak ada

o Pengeluaran : Ya

o Rasa nyeri : Tidak ada

o Lain-lain :-

3.6 Abdomen

 Tinggi Fundus Uteri : 2 jari dibawah pusat

 Kontraksi uterus : Keras

3.7 Ekstremitas atas dan bawah

o Odema : Tidak ada

o Kekakuan sendi : Tidak ada

o Kemerahan : Tidak ada


o Varises : Tidak ada

o Refleks : Baik

3.8 Pengeluaran pervaginam

Lochea : Rubra Warna : Merah Baunya : Khas Banyaknya : 50 cc

3.9 Perineum dan Anus

 Luka : Ada

 Keadaan luka : Kering

 Tanda-tanda infeksi : Tidak ada

 Keadaan vulva : Normal

 Anus : Normal

4. Obat-obatan yang didapat : Vit. B6 dan tablet Fe

II. Interpretasi Data Dasar

Diagnosa ibu : Ny. A P3 A0 Post Partum 6 hari

Dasar : Ibu pernah melahirkan 3x belum keguguran, lahir spontan

Masalah : Tidak ada

III.Diagnosa Potensial

Tidak ada

IV. Tindakan Segera

Tidak ada
V. Rencana Asuhan

1. Jelaskan pada ibu hasil pemeriksaan

2. Anjurkan pada ibu untuk banyak makanan yang banyak mengndung nutrisi

3. Anjurkan ibu untuk minum vitamin

4. Beritahu ibu tanda bahaya nifas

5. Ajarkan ibu teknik menyusui yang benar

6. Anjurka ibu untuk istirahat saat bayi tidur

7. Anjurkan ibu untuk kunjungan ulang jika ada keluhan

8. Lakukan pendokumentasian hasil pemeriksaan dan asuhan


VI. Pelaksanaan Rencana Asuhan

1. Menjelaskan pada ibu hasil pemeriksaan

2. Memberikan ibu vitamin

3. Memberitahu ibu tanda bahaya nifas

4. Mengajarkan ibu teknik menyusui yang benar

5. Menganjurkan ibu konsumsi makan bergisi dan berprotein

6. Menganjurkan ibu untuk istirahat jika bayi tidur

7. Memberitahu ibu merawat jahitan perineum dan membersihkannya serta

mengkopres hangat

8. Melakukan pendokumentasian hasil pemeriksaan dan asuhan


VII. Evaluasi

1. Ibu mengerti mengenai hasil pemeriksaan dan ibu akan melaksanakan apa

yang di anjurkan

2. Ibu telah makan sepiring nasi dan 2 gelas air putih

3. Ibu telah meminum obat yang sudah diberikan

4. Ibu mengerti dan dapat menyebutkan kembali tanda bahaya nifas

5. Ibu mengetahui cara menyusui yang benar

6. Ibu sudah memahami dan mau melakukan mobilisasi dini

7. Ibu akan mau makan- makanan bergizi dan berprotein

8. Ibu mengatakan akan istirahat jika bayi tidur

9. Ibu memahami dan mau melakukan vulva hygiene

10. Ibu memahami dan mau melakukan merawat jahitan perineum dan

membersihkannya serta mengkompres dengan air hangat

11. Ibu sepakat untuk melakukan kunjungan ulang

12. Pendokumentasian hasil pemeriksaan dan asukan telah diberikan

Ttd Mahasiswa

(Susi Apriani)

Mengetahui,

Pembimbing Akademik CI / Pembimbing Lahan


( ) ( )
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Kesimpulan dalam studi kasus ini merupakan hasil dari seluruh kegiatan
dalam melaksanakan manajemen asuhan kebidanan pada ibu bersalin.

Saran .
1. Untuk Puskesmas Parung

Diharapkan kepada pihak PMB agar dapat mempertahankan kualitas mutu


pelayanan yang baik seperti yang telah diberikan dan diharapkan dengan adanya
studi kasus ini mutu pelayanan yang baik itu dapat ditingkatkan menjadi lebih baik
lagi.

2. Pasien dan Keluarga


a. Keluarga dapat berperan aktif dalam menjaga bayi dan pasien.
b. Pasien dapat memahami dan bersedia menerima penyuluhan kesehatan atau
dukungan yang diberikan oleh tenaga kesehatan.
c. Pasien diharapkan dapat merawat bayi secara mandiri, seperti memandikan
bayi sendiri.
3. Untuk Mahasiswa

Mahasiswa diharapkan dapat terus menerapkan manajemen asuhan


kebidanan yang telah diberikan oleh pihak institusi, selalu meningkatkan
keterampilannya dalam melakukan asuhan kebidanan terhadap masyarakat dan
tidak lupa agar mahasiswa selalu mengikuti perkembangan ilmu yang
berkembang di masyarakat.

4. Untuk Institusi Pendidikan

Institusi diharapkan agar dapat terus membimbing mahasiswa dan dapat


terus meningkatkan mutu pelayanan pendidikan agar menjadi lebih baik dimasa
yang akan datang.

Anda mungkin juga menyukai