Anda di halaman 1dari 19

Makalah Asuhan Kebidanan Pasca Persalinan dan Menyusui

Dosen Pengampu Mata Kuliah: Fatmawati Amir, S.ST., M.Kes., M.Keb

PERUBAHAN FISIOLOGI MASA NIFAS

Disusun oleh: Kelompok 1


1. Siti Aisyah Ochin Dirmansyah Asela : 202202207
2. Muttiara Ramadani : 202202191
3. Dewi Ayu Kardiani : 202202171
4. A. Nurul Fadillah Yahya : 202202158
5. Lufiana : 202202183
6. Musdalipa Rudy : 202202187
7. Dessy Rama Patty : 202202170
8. Annasihah : 202202162

PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN


INSTITUT ILMU KESEHATAN PELAMONIA MAKASSAR
KESDAM XIV/HSN
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
mata kuliah Asuhan Kebidanan Pasca Persalinan dan Menyusui. Kami ucapkan
terima kasih kepada dosen pengampu Ibu Fatmawati Amir, S.ST., M.Kes., M.Keb
yang telah memberikan tugas kepada kami.

Kami meyadari dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh
karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna
penyempurnaan makalah ini.
Demikian yang dapat kami sampaikan, kurang dan lebihnya kami mohon
maaf. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih

Makassar, 23 September 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar...........................................................................................................i

Daftar Isi.....................................................................................................................ii

BAB I PENDAHUAN...............................................................................................1

1.1 Latar Belakang........................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah....................................................................................2
1.3 Tujuan......................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................4

2.1 Perubahan Sistem Reproduksi..................................................................5


2.2 Perubahan Sistem Pencernaan..................................................................10
2.3 Perubahan Sistem Perkemihan.................................................................11
2.4 Perubahan Sistem Musculoskeletal..........................................................12

BAB II PENUTUP.....................................................................................................14

2.1 Kesimpulan..............................................................................................14
2.2 Saran.........................................................................................................14

Daftar Pustaka............................................................................................................15
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhirnya
ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, masa nifas
berlangsung selama kira-kira 6 minggu. Masa nifas merupakan masa kritis baik
ibu maupun bayinya terjadi setelah persalinan, dan 50% kematian masa nifas
terjadi dalam 24 jam pertama (Saifuddin A, 2009: h.122).
Pada masa nifas ini, terjadi perubahan-perubahan anatomi dan fisiologis
pada ibu. Perubahan fisiologis yang terjadi sangat jelas walaupun dianggap
normal, proses-proses pada kehamilan berjalan terbalik. Banyak faktor, termasuk
tingkat energi, tingkat kenyamanan, kesehatan bayi baru lahir dan perawatan serta
dorongan semangat yang diberikan oleh tenaga kesehatan, baik dokter, bidan
maupun perawat ikut membentuk respon ibu terhadap bayinya selama masa nifas.
Untuk memberikan asuhan yang menguntungkan terhadap ibu, bayi dan
keluarganya, seorang bidan harus memahami dan memiliki pengetahauan tentang
perubahan-perubahan anatomi dan fisiologis dalam masa nifas ini dengan baik.
1.2. Rumusan masalah
1) Bagaimana perubahan system reproduksi yang terjadi pada masa nifas?
2) Bagaimana perubahan system pencernaan yang terjadi pada masa nifas?
3) Bagaimana perubahan system perkemihan yang terjadi pada masa nifas?
4) Bagaimana perubahan system musculoskeletal yang terjadi pada masa nifas?
1.1. Tujuan
1) Untuk mengetahui tentang perubahan system reproduksi yang terjadi pada
masa nifas.
2) Untuk mengetahui tentang perubahan system pencernaan yang terjadi pada
masa nifas.
3) Bagaimana perubahan system perkemihan yang terjadi pada masa nifas.
4) Bagaimana perubahan system musculoskeletal yang terjadi pada masa nifas.
2.
BAB II
PEMBAHASAN
PERUBAHAN FISIOLOGI PADA MASA NIFAS
Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika
alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung
selama kira-kira 6 minggu. Secara garis besar terdapat tiga proses penting dimasa
nifas, yaitu sebagai berikut :
1. Pengecilan rahim atau involusi uteri
2. Kekentalan darah (hemokonsentrasi) kembali normal
3. Proses laktasi atau menyusui
Rahim adalah organ tubuh yang spesifik dan unik karena dapat mengecil serta
membesar dengan menambah atau mengurangi jumlah selnya. Pada wanita yang tidak
hamil, berat rahim sekitar 30 gram dengan ukuran kurang lebih sebesar telur ayam.
Selama kehamilan, rahim makin lama semakin membesar. Setelah bayi lahir,
umumnya berat rahim menjadi sekitar 1000 gram dan dapat diraba kira-kira setinggi
2 jari di bawah umbilicus. Secara alamiah rahim kembali mengecil perlahan-lahan
kebentuknya semula setelah 6 minggu dengan perkiraan beratnya sekitar 40-60 gram.
Ibu seringkali beranggapan bahwa masa nifas sudah selesai pada saat ini. Namun,
sebenarnya rahim akan kembali keposisinya yang normal dengan berat 30 gram
dalam waktu 3 bulan setelah masa nifas.
Selama hamil darah ibu relatif encer, karena jumlah cairan darah ibu meningkat,
sementara sel darahnya berkurang. Bila dilakukan pemeriksaan kadar Hemoglobin
(Hb) akan tampak sedikit menurun dari angka normalnya sebesar 11-12 gr%. Jika
hemoglobinnya terlalu rendah, maka bisa jadi anemia atau kekurangan darah. Oleh
karena itu, selama hamil ibu perlu diberi obat-obata n penambah darah, sehingga sel-
sel darahnya bertambah dan konsentrasi darah atau hemoglobinnya normal atau tidak
terlalu rendah. Setelah melahirkan, sistem sirkulasi darah ibu kembali seperti semula.
Darah kembali mengental, kadar perbandingan sel darah dan cairan darah kembali
normal. Umumnya hal ini terjadi pada hari ke-3 sampai hari ke-15 pasca persalinan.
1.1. Sistem Reproduksi
Selama masa nifas, alat-alat internal maupun eksterna berangsur-angsur
kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan keseluruhan alat genetelia ini
disebut involusi. Pada masa ini terjadi juga perubahan penting lainnya,
perubahan-perubahan yang terjadi antara lain sebagai berikut:
1. Perubahan uterus
Uterus adalah organ yang mengalami banyak perubahan besar selama masa
kehamilan dan persalinan. Pembesaran uterus tidak terjadi secara terus menerus,
sehingga adanya janin dalam uterus tidak dalam jangka waktu lama. Bila adanya
janin tersebut melebihi waktu yang seharusnya, maka terjadi kerusakan serabut
otot yang tidak dikehendaki. Proses katabolisme bermanfaat untuk mencegah
terjadinya masalah tersebut.
Proses katabolisme sebagian besar disebabkan oleh dua faktor, yaitu:
a. Ischemia Myometrium
Disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang terus-menerus dari uterus
setelah pengeluaran plasenta, membuat uterus relatif anemi dan menyebabkan
serat otot atropi.
b. Autolysis
Merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi di dalam otot
uterus. Enzim proteolitik dan makrofag akan memendekan jaringan otot yang
sempat mengendur hingga 10 kali panjangnya dari semula dan 5 kali lebar dari
semula selama kehamilan.

Akhir 6 minggu pertama persalinan:


1) Berat uterus berubah dari 1000 gram menjadi 60 gram.
2) Ukuran uterus berubah dari 15 x 12 x 8 cm menjadi 8 x 6 x 4cm.
3) Uterus secara berangsur-angsur akan menjadi kecil (involusi) sehingga
akhirnya kembali pada keadaan seperti sebelum hamil.
Tinggi fundus uteri dan berat uterus menurut masa involusi terlihat pada tabel
berikut:

Fundus Uteri kira-kira sepusat dalam hari pertama bersalin. Penyusutan


antara 1-1,5 cm atau sekitar 1 jari per hari. Dalam 10-12 hari uterus tidak teraba
lagi di abdomen karena sudah masuk di bawah simfisis. Pada buku Keperawatan
Maternitas pada hari ke-9 uterus sudah tidak teraba.
Involusi ligamen uterus berangsur-angsur, pada awalnya cenderung miring
ke belakang. Kembali normal antefleksi dan posisi anteverted pada akhir minggu
keenam.
2. Perubahan Serviks
Segera setelah persalinan, serviks sangat lunak, kendur dan terkulai. Serviks
mungkin memar dan edema, terutama di anterior jika terdapat tahanan anterior
saat persalinan. Serviks tampak mengalami kongesti, menunjukkan banyaknya
vaskularisasi serviks. Warna serviks merah kehitam-hitaman karena banyaknya
pembuluh darah. Serviks terbuka hingga mudah dimasukkan 2-3 jari. Serviks
kembali ke bentuk semula pada hari pertama dan pelunakan serviks menjadi
berkurang. Robekan yang kadang terjadi disebabkan karena dilatasi serviks
selama persalinan, serviks tidak pernah kembali pada keadaan yang sama
sebelum hamil.

Serviks dapat dimasukan 2 jari sekitar seminggu, tetapi kemudian hanya


masuk 1 jari dan terhenti pada os internal. Os eksternal mulai kembali pada
bentuk tidak hamil di minggu keempat pasca salin (Varney, Kriebs, & Gegor,
2007). Servik bentuknya seperti corong karena disebabkan oleh korpus uteri yang
mengadakan kontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi sehingga pada
perbatasan antara korpus uteri dan servik terbentuk cincin. Muara serviks yang
berdilatasi 10 cm saat persalinan, menutup secara bertahap, pada minggu ke-6
pasca salin serviks menutup.

3. Perubahan Vagina, Vulva, Perinium, dan Anus


Berkurangnya sirkulasi progesteron membantu pemulihan otot panggul,
perineum, vagina, dan vulva ke arah elastisitas dari ligamentum otot rahim.
Merupakan proses yang bertahap akan berguna jika ibu melakukan ambulasi dini,
dan senam nifas. Involusi serviks terjadi bersamaan dengan uterus kirakira 23
minggu, servik menjadi seperti celah. Ostium eksternum dapat dilalui oleh 2 jari,
pingirannya tidak rata, tetapi retak-retak karena robekan dalam persalinan. Pada
akhir minggu pertama dilalui oleh satu jari. Karena hyperplasia dan retraksi dari
serviks, robekan serviks menjadi sembuh.
Pada awal masa nifas, vagina dan muara vagina membentuk suatu lorong
luas berdinding licin yang berangsurangsur mengecil ukurannya tapi jarang
kembali ke bentuk nulipara. Rugae mulai tampak pada minggu ketiga. Himen
muncul kembali sebagai kepingan-kepingan kecil jaringan, yang setelah
mengalami sikatrisasi akan berubah menjadi caruncule mirtiformis. Estrogen
pascapartum yang munurun berperan dalam penipisan mukosa vagina dan
hilangnya rugae.
Mukosa vagina tetap atrofi pada wanita yang menyusui sekurang-kurangnya
sampai menstruasi dimulai kembali. Penebalan mukosa vagina terjadi seiring
pemulihan fungsi ovarium. Kekurangan estrogen menyebabkan penurunan
jumlah pelumas vagina dan penipisan mukosa vagina. Kekeringan lokal dan rasa
tidak nyaman saat koitus (dispareunia) menetap sampai fungsi ovarium kembali
normal dan menstruasi dimulai lagi. Mukosa vagina memakan waktu 2 3
minggu untuk sembuh tetapi pemulihan luka sub-mukosa lebih lama yaitu 4 6
minggu. Beberapa laserasi superficial yang dapat terjadi akan sembuh relatif
lebih cepat. Laserasi perineum sembuh pada hari ke-7 dan otot perineum akan
pulih pada hari ke 56.
Pada anus umumnya terlihat hemoroid (varises anus), dengan ditambah
gejala seperti rasa gatal, tidak nyaman, dan perdarahan berwarna merah terang
pada waktu defekasi. Ukuran hemoroid biasanya mengecil beberapa minggu
postpartum.

4. Perubahan Lochea
Pelepasan plasenta dan selaput janin dari dinding rahim terjadi pada stratum
spongiosum bagian atas. Setelah 2-3 hari tampak lapisan atas stratum yang
tinggal menjadi nekrotis, sedangkan lapisan bawah yang berhubungan dengan
lapisan otot terpelihara dengan baik dan menjadi lapisan endomerium yang baru.
Bagian yang nekrotis akan keluar menjadi lochea.
Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas mempunyai reaksi
basa/alkalis yang dapat membuat organisme berkembang lebih cepat. Lochea
mempunyai bau amis (anyir), meskipun tidak terlalu menyengat dan volumenya
berbeda pada setiap wanita. Lochea juga mengalami perubahan karena proses
involusi. Perubahan lochea tersebut adalah:
a. Lochea rubra (Cruenta)
Muncul pada hari pertama sampai hari kedua post partum, warnanya merah
mengandung darah dari luka pada plasenta dan serabut dari decidua dan
chorion.
b. Lochea Sanguilenta
Berwarna merah kuning, berisi darah lendir, hari ke 3-7 pascapersalinan.
c. Lochea Serosa
Muncul pada hari ke 714, berwarna kecokelatan mengandung lebih banyak
serum, lebih sedikit darah juga leukosit dan laserasi plasenta.
d. Lochea Alba
Sejak 26 minggu setelah persalinan, warnanya putih kekuningan
mengandung leukosit, selaput lendir serviks dan serabut jaringan yang mati.

5. Perubahan Otot Panggul


Otot panggul pada masa nifas juga mengalami perubahan. Struktur dan
penopang otot uterus dan vagina dapat mengalami cedera selama waktu
melahirkan. Hal ini dapat menyebabkan relaksasi panggul, yang berhubungan
dan pemanjangan dan melemahnya topangan permukaan struktur panggul yang
menopang uterus, dinding vagina, rektum, uretra dan kandung kemih (Bobak,
2009). Jaringan penopang dasar panggul yang teregang saat ibu melahirkan akan
kembali ke tonus semula setelah enam bulan. Ligamen-ligamen dan diafragma
serta fasia yang meregang sewaktu kehamilan dan persalinan, setelah janin lahir,
berangsur-angsur menciut kembali seperti sediakala. Tidak jarang ligamentum
rotundum menjadi kendor yang mengakibatkan letak uterus menjadi retroflexi.
Tidak jarang pula wanita mengeluh “kandungannya turun” setelah melahirkan
oleh karena ligament, fasia dan jaringan penunjang alat genetalia menjadi kendor
(Rini & Dewi, 2016).
1.2. Perubahan Sistem Pencernaan
Wanita kemungkinan besar akan mengalami kelaparan dan mulai makan 1
sampai dengan 2 jam setelah melahirkan. Keletihan yang dialami pada ibu akibat
persalinan dapat menyebabkan menghilangnya nafsu makan selama 1-2 hari.
Seiring waktu berjalan kondisi kekuatan ibu mulai membaik, maka nafsu makan
ibu akan kembali normal bahkan meningkat karena dipengaruhi oleh laktasi.
Ibu postpartum setelah melahirkan sering mengalami konstipasi. Hal ini
umumnya disebabkan karena makanan padat dan kurangnya berserat selama
persalinan. Di samping itu rasa takut untuk buang air besar, sehubungan dengan
jahitan pada perineum, jangan sampai lepas dan juga takut akan rasa nyeri.
Buang air besar harus dilakukan 3-4 hari setelah persalian. Bilamana masih juga
terjadi konstipasi dan BAB mungkin keras dapat diberikan obat laksan peroral
atau per rektal.
1.3. Perubahan Sistem Perkemihan
Pada masa nifas, sistem perkemihan juga mengalami perubahan. Saluran
kencing kembali normal dalam waktu 2 sampai 8 minggu setelah melahirkan,
tergantung pada keadaan/status sebelum melahirkan. Pelvis ginjal dan ureter
yang teregang dan berdilatasi selama kehamilan kembali normal pada akhir
minggu keempat setelah melahirkan. Akibat persalinan kandung kemih
mengalami edema, kongesti dan hipotonik yang berdampak overdistensi,
pengosongan yang tidak lengkap dan residu urine. Uretra jarang mengalami
obstruksi. Efek persalinan pada kandung kemih dan uretra menghilang dalam 24
jam pascapartum kecuali ibu mengalami infeksi.

Diuresis mulai segera setelah melahirkan hingga hari kedua pascapartum.


Haluaran urine + 3000 ml/hari. Diuresis ini merupakan keadaan fisiologi sebagai
upaya tubuh mengeluarkan kelebihan cairan interstitial dan kelebihan volume
darah (Varney, Kriebs, & Gegor, 2007).
1.4. Perubahan Sistem Musculoskeletal
Perubahan sistem muskulosklelektal terjadi pada saat umur kehamilan
semakin bertambah. Adapatasi muskuloskelektal ini mencakup: peningkatan
berat badan, bergesernya pusat akibat pembesaran rahim, relaksasi dan mobilitas.
Namun demikian, pada saat post partum sistem muskuloskelektal berangsur-
angsur pulih kembali. Ambulasi dini dilakukan segera setelah melahirkan untuk
membantu mencegah komplikasi dan mempercepat involusi uteri (Rini & Dewi,
2016). Adaptasi sistem muskuloskelektal pada masa nifas, meliputi:
1. Dinding perut dan peritoneum
2. Kulit abdomen
3. Striae
4. Perubahan ligament
5. Simpisis pubis
Dinding abdomen akan longgar pasca persalinan. Keadaan ini akan pulih
kembali dalam 6 minggu. Pada wanita yang asthenis terjadi diastasis dari otot-
otot rectus abdominis, sehingga sebagian dari dinding perut di garis tengah hanya
terdiri dari peritoneum, fasia tipis dan kulit. selama masa kehamilan, kulit
abdomen akan melebar, melonggar dan mengendur sehingga berbulan-bulan
yang disebut strie. Diastasis rekti adalah pemisahan otot rektus abdominis lebih
dari 2,5 cm pada tepat setinggi umbilicus, sebagai akibat dari pengaruh hormon
terhadap linea alba serta akibat peregangan mekanis dinding abdomen. Selain itu
juga disebabkan gangguan kolagen yang lebih ke arah keturunan, sehingga ibu
dan anak mengalami diastasis.
Otot-otot dari dinding abdomen dapat kembali dalam beberapa minggu pasca
melahirkan dengan latihan post natal. Striae pada dinding abdomen tidak dapat
menghilang sempurna melainkan membentuk garis lurus yang samar. Tingkat
diastasis muskulus rektus abdominis pada ibu post partum dapat dikaji melalui
keadaan umum, aktivitas, paritas dan jarak kehamilan, sehingga dapat membantu
menentukan lama pengembalian tonus otot menjadi normal. Tonus otot-otot
dinding abdomen jika tidak kembali, ruang antara otot rektus akan diisi dengan
peritoneum, fasia dan lemak sehingga tidak memiliki dukungan otot untuk
kehamilan berikutnya (abdomen pendulus pada multipara) yang berakibat nyeri
punggung hebat dan kesulitan masuknya bagian presentasi janin ke panggul.
Setelah janin lahir, ligament, diafragma pelvis dan fasia akan meregang
sewaktu kehamilan dan partus berangsur-angsur menciut kembali seperti
sediakala. Tidak jarang ligamentum rotundum menjadi kendor yang
mengakibatkan letak uterus menjadi retrofleksi. Pemisahan simpisis pubis jarang
terjadi. Namun, hal ini dapat menyebabkan morbiditas maternal. Gejala dari
pemisahan simpisis pubis antara lain: nyeri tekan pada pubis disertai peningkatan
nyeri saat bergerak di tempat tidur ataupun sewaktu berjalan. Pemisahan simpisis
pubis dapat dipalpasi. Gejala ini dapat menghilang setelah beberapa minggu atau
bulan pasca melahirkan bahkan ada yang menetap.
BAB III
PENUTUP
1.5. Kesimpulan
Pada masa nifas ini, terjadi perubahan-perubahan anatomi dan fisiologis pada
ibu. Perubahan fisiologis yang terjadi sangat jelas walaupun dianggap normal,
proses-proses pada kehamilan berjalan terbalik. Banyak faktor, termasuk tingkat
energi, tingkat kenyamanan, kesehatan bayi baru lahir dan perawatan serta
dorongan semangat yang diberikan oleh tenaga kesehatan, baik dokter, bidan
maupun perawat ikut membentuk respon ibu terhadap bayinya selama masa nifas.
Untuk memberikan asuhan yang menguntungkan terhadap ibu, bayi dan
keluarganya, seorang bidan harus memahami dan memiliki pengetahauan tentang
perubahan-perubahan anatomi dan fisiologis dalam masa nifas ini dengan baik.

1.6. Saran
Perubahan fisiologi pada ibu nifas harus diperhatikan dengan baik oleh bidan
dan keluarga. Karena sangat berpengaruh dalam proses pemulihan ibu nifas.
DAFTAR PUSTAKA

Saleha. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika.
Suherni. 2009. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya.
Sulistyawati. 2009.Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Yogyakarta: C. V
Andi offset
Sutanto AV. 2018. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui, Teori dalam Praktik
Kebidanan Profesional. Yogyakarta: Pustakan Baru Press.
Triana et all. 2018. Modul Ajar Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Poltekkes
Kemenkes Surabaya : Prodi Kebidanan Magetan.
Ayati, Nurul dan Wiwit Sulistyawati. 2017. Buku Ajar Nifas dan Menyusui. Surakarta
: CV Kekata Group

Anda mungkin juga menyukai