Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH PRE AND POST CONFERENCE

MATA KULIAH METODIK KHUSUS


Dosen Pengampu : Sofia Mawaddah SST, M.Keb

DISUSUN OLEH KELOMPOK

ARISKA SURYA MANDARI PO.62.24.2.16.173

CINDY MEYLANI F.T PO.62.24.2.16.175

NUR ANNISA SHOLEHA PO.62.24.2.16.202

REGITA WULANDARI PO.62.24.2.16.207

TATIK PURWANTI PO.62.24.2.16.214

WINDA HANDINI PO.62.24.2.16.216

BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN PALANGKARAYA
JURUSAN DIV KEBIDANAN REGULER III SEMESTER VI
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-
nya, sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Makalah ini berjudul “Pre dan Post Conference”. Makalah ini disusun secara
sistematika sehingga pembaca dapat membaca dengan seksama.

Terselesaikannya makalah ini bukan karena usaha kami sendiri, semua tidak terlepas
dari uluran tangan yang diberikan oleh berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak
langsung.

Kami menyadari amatlah terbatas pengetahuan dan kemampuan dalam membuat


makalah ini. Tentulah masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang
bersifat membangun dari semua pihak sangat kami harapkan. Dan kami berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Palangka Raya, April 2019

Kelompok III

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .................................................................................................. i

Daftar Isi ........................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................................................. 1


B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Nifas (Puerprium) ........................................................................................... 2


B. Perubahan pada Masa Nifas .......................................................................... 8
C. Penanganan Nifas Normal ............................................................................. 14

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan..................................................................................................... 18

Daftar Pustaka

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehamilan dan kelahiran dianggap sebagai suatu kejadian fisiologis yang pada
sebagian besar wanita berakhir dengan normal dan tanpa komplikasi (Departemen of
Health,1993). Pada akhir masa puerperium, pemulihan persalinan secara umum
dianggap telah lengkap. Pandangan ini mungkin terlalu optimis. Bagi banyak wanita,
pemulihan adalah sesuatu yang berlangsung terjadi dan menjadi seorang ibu adalah
proses fisiologis yang normal.
Namun beberapa studi terbaru mengungkapkan bahwa masalah kesehatan
jangka panjang yang terjadi setelah melahirkan adalah masalah yang banyak ditemui
( Hillan, 1992, glazener et al.1993 ; bick dan Mac Arthur 1995), dapat belangsung
dalam waktu lama ( mac Arthuretal. 1991). Pengetahuan menyeluruh tentang
perubahan fisiologis dan sikologis pada masa puepeium adalah sangat penting jika
bidan menilai status kesehatan ibu secara akurat dan memastikan bahawa pemulihan
sesuai dengan standar yang diharapkan. Hal yang sama pentingnya adalah menyadari
potensi morbiditas pascapartum dalam jangka panjang dan faktor-fsktor yang
berhubungan dengannya seperti obstetric, anestesi dan faktor sosial.

B. Rumusan Masalah
1. Puerperium normal
2. Penanganan nifas normal
3. Perubahan pada masa nifas

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. NIFAS (PUERPURIUM)

Masa nifas (postpartum/puerperium) berasal dari bahasa latin yaitu dari kata “Puer”
yang artinya bayi dan “Parous” yang berarti melahirkan. Masa nifas dimulai setelah
plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum
hamil, biasanya berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari, namun secara keseluruhan
akan pulih dalam waktu 3 bulan.
Perawatan dan hal-hal yang terjadi selama nifas :
1) Genitalia interna dan eksterna
2) Suhu badan pasca persalinan
3) Nadi
4) Hemokonsentrasi
5) Laktasi
6) Mulas
7) Serviks, uterus dan adneksa
8) Lokia
9) Miksi
10) Defekasi
11) Latihan senam

1. Genitalia Interna dan Eksternal


Alat-alat genitalia interna dan eksterna akan berangsur pulih kembali seperti
keadaan sebelum hamil, yang disebut involusi.
1) Fundus uteri
– Setinggi pusat setelah janin dilahirkan.
– Setinggi 2 jari bawah pusat segera setelah plasenta lahir.
– Setinggi 7 cm atas simfisis ossis pubis atau setengah simfisis-pusat
pada hari ke-5
– Tidak dapat diraba diatas simfisis ossis pubis setelah 12 hari.

2
2) Bekas implantasi plasenta
– Merupakan luka kasar dan menonjol ke dalam kavum uteri yang berdiameter
7,5 cm.
– Sering disangka sebagai bagian plasenta yang tertinggal.
– Diameternya menjadi 3,5 cm sesudah 2 minggu
– Diameternya mencapai 2,4 cm pada 6 minggu.

3) Berat uterus
– Berat uterus normal kira-kira 30 gram.
– Berat uterus gravidus aterm kira-kira 1000 gram.
– Beratnya menjadi 500 gram, 1 minggu pasca persalinan.
– Beratnya menjadi 300 gram, 2 minggu pasca persalinan.
– Beratnya menjadi 40-60 gram setelah 6 minggu pasca persalinan.

4) Pembukaan serviks
– Serviks agak terbuka seperti corong pada pasca persalinan dan konsistensinya
lunak.
– Tangan pemeriksa masih dapat dimasukkan ke dalam kavum uteri segera
setelah melahirkan.
– 2-3 jari tangan pemeriksa masih dapat dimasukkan ke dalam kavum uteri
setelah 2 jam pasca persalinan.
– 1 jari tangan pemeriksa hanya dapat dimasukkan ke dalam kavum uteri
setelah 1 minggu.

5) Endometrium
– Timbul trombosis, degenerasi dan nekrosis di tempat implantasi plasenta

6) Ligamen, diafragma pelvis, fasia, otot, dan dinding vagina


– Ligamen, diafragma pelvis dan fasia yang meregang sewaktu kehamilan dan
partus berangsur-angsur kembali seperti semula.
– Ligamentum rotundum dapat mengendor sehingga pada hari kedua pasca

3
persalinan harus dilakukan latihan senam.
– Otot-otot dinding perut akan berinvolusi pada 6-7 minggu pasca persalinan.
– Dinding vagina yang teregang akan kembali seperti sebelumnya kira-kira
setelah 3 minggu.

7) Luka dan infeksi


– Luka jalan lahir, seperti bekas episiotomi yang telah dijahit, luka pada vagina
dan serviks yang tidak luas akan sembuh primer.
– Infeksi dapat timbul dan dapat menyebabkan selulitis dan bila berlanjut dapat
menimbulkan sepsis.

2. Suhu Badan Pasca Persalinan


Suhu badan pasca persalinan :
1) Dapat naik lebih dari 0,5 derajat selsiuus dari keadaan normal tetapi tidak lebih
dari 39 derajat selsius.
2) Umumnya suhu badan kembali normal sesudaah 12 jam pertama melahirkan.
3) Bila suhu lebih dari 38 derajat selsius,, mungkin ada infeksi.

3. Nadi :
1) Nadi umumnya 60-80 denyut per menit.
2) Segera setelah partus dapat terjadi takiikardi.
3) Bila terdapat takikardi dan badan tidak panas mungkin ada perdarahan
berlebihan atau ada penyakit jantung.
4) Pada masa nifas, umumnya senyut nadi lebbih labil dibanding suhu badan.

4. Hemokonsentrasi :
Dapat terjadi pada hari ke 3-15 pasca peersalinan.

5. Laktasi
Kelenjar mammae telah dipersiapkan semenjak kehamilan. Umumnya produksi
ASI baru terjadi pada hari ke-2 atau 3 pasca persalinan. Pada hari pertama keluar
kolostrum, cairan kuning yang lebih kental daripada air susu, mengandung banyak

4
protein albumin, globulin dan benda-benda kolostrum. Bila bayi meninggal, laktasi
harus dihentikan dengan membalut kedua mammae hingga tertekan atau
memberikan bromokriptin hingga hormon laktogenik tertekan. Kesulitan yang dapat
terjadi selama masa laktasi ialah :
1) Puting rata
- Sejak hamil, ibu dapat menarik-narik puting susu
- Ibu harus tetap menyusui agar puting selalu sering tertarik.
2) Puting lecet
- Puting lecet dapat disebabkan cara menyusui atau perawatan payudara yang
tidak benar dan infeksi monilia.
- Penatalaksanaan dengan melakukan teknik menyusui yang benar, puting
harus kering saat menyusui, puting diberi lanolin, monilia diterapi dan
menyusui pada payudara yang tidak lecet.
- Bila lecetnya luas, menyusui ditunda 24-48 jam dan ASI dikeluarkan dengan
tangan atau dipompa.
3) Payudara bengkak
- Payudara bengkak disebabkan pengeluaran ASI tidak lancar karena bayi tidak
cukup sering menyusui atau terlalu cepat disapih.
- Penatalaksanaan dengan menyusui lebih sering, kompres hangat, ASI
dikeluarkan dengan pompa dan pemberian analgesik.
4) Mastitis
- Payudara tampak edema, kemerahan, dan nyeri yang biasanya terjadi
beberapa minggu setelah melahirkan.
- Penatalaksanaan dengan kompres hangat / dingin, pemberian antibiotik dan
analgesik, menyusui tidak dihentikan.
5) Abses payudara
- Penatalaksanaan yaitu ASI dipompa, abses diinsisi, diberikan antibiotik dan
analgesik.
6) Bayi tidak suka menyusui
- Keadaan ini dapat disebabkan pancaran ASI terlalu kuat sehingga mulut bayi
terlalu penuh, bingung puting pada bayi yang menyusui diselang-seling
dengan susu botol, puting rata dan terlalu kecil atau bayi mengantuk.

5
- Pancaran ASI terlalu kuat diatasi dengan menyusui lebih sering, memijat
payudara sebelum menyusui dan menyusui dengan posisi terlentang dan bayi
ditaruh diatas payudara.
- Pada bayi dengan bingung puting, hindari pemakaian dot botol dan gunakan
sendok atau pipet untuk memberikan pengganti ASI.
- Pada bayi mengantuk yang sudah waktunya diberikan ASI, usahakan agar bayi
terbangun.

6. Mulas
- Perasaan mulas sesudah partus akibat konntraksi uterus kadang sangat
mengganggu selama 2-3 hari pasca persalinan dan biasanya lebih sering pada
multipara disbanding primipara.
- Perasaan mulas lebih terasa saat menyusuui, dapat pula timbul bila masih ada
sisa selaput ketuban, sisa plasenta, atau gumpalan darah dalam kavum uteri.
- Pasien dapat diberikan analgesik atau seedatif.

7. Serviks, uterus dan adneksa


- Keadaan serviks, uterus, dan adneksa billa ada perdarahan, biasanya karena
involusi uteri, dapat diberikan tablet ergometrin dan tirah baring untuk
menghentikan perdarahan.
- Bila serviks tampak hiperemis, meradang,, ada erosi dan curiga ke arah
keganasan, lakukan pemeriksaan sitologi.
- Bila tidak ada keganasan, lakukan kauterrisasi kimiawi atau elektrik dan dapat
juga dengan bedah beku.

8. Lokia
- Lokia adalah sekret dari kavum uteri dann vagina dalam masa nifas.
- Hari pertama dan kedua terdapat lokia ruubra atau lokia kruenta, terdiri dari
darah segar bercampur sisa selaput ketuban, sel desidua, sisa verniks kaseosa,
lanugo dan mekonium.
- Hari berikutnya keluar lokia sanguinolennta berupa darah bercampur lendir.

6
- Setelah 1 minggu, keluar lokia serosa beerwarna kuning dan tidak
mengandung darah.
- Setelah 2 minggu, keluar lokia alba yangg hanya berupa cairan putih.
- Biasanya lokia berbau agak amis, bila beerbau busuk mungkin terjadi
lokiostasis (lokia yang tidak lancar keluar) dan infeksi.

8. Miksi
- Miksi harus secepatnya dilakukan sendiri
- Bila kandung kemih penuh dan tidak bisa miksi sendiri, dilakukan kateterisasi.
- Bila perlu dipasang dauer catheter atau indwelling catheter untuk
mengistirahatkan otot-otot kandung kencing.
- Dengan melakukan mobilisasi secepatnya, tak jarang kesulitan miksi dapat
diatasi.

9. Defekasi
- Defekasi harus ada dalam 3 hari pasca peersalinan.
- Bila terjadi obstipasi dan timbul koprosstase hingga skibala tertimbun di
rektum, mungkin terjadi febris.
- Lakukan klisma atau berikan laksan perorral.
- Dengan melakukan mobilisasi sedini mungkkin, tidak jarang kesulitan defekasi
dapat diatasi.
10. Latihan senam
Latihan senam dapat diberikan hari kedua, misalnya :
- Ibu terlentang lalu kedua kaki ditekuk, kedua tangan ditaruh di atas dan
menekan perut. Lakukan pernapasan dada lalu pernapasan perut.
- Dengan posisi yang sama, angkat bokong llalu taruh kembali.
- Kedua kaki diluruskan dan disilangkan laalu kencangkan otot seperti menahan
miksi dan defekasi.
- Duduklah pada kursi, perlahan bungkukkann badan sambil tangan berusaha
menyentuh tumit.
Ibu diharap kembali memeriksakan diri pada 6 minggu pasca persalinan.
Pemeriksaan dilakukan untuk melihat keadaan umum, keadaan payudara dan

7
putingnya, dinding perut apakah ada hernia, keadaan perineum, kandung kemih
apakah ada rektokel, tonus otot sfingter ani dan adanya fluor albus. Kelainan yang
dapat ditemukan selama nifas ialah infeksi nifas, perdarahan pasca persalinan dan
eklampsia puerpurales

B. PERUBAHAN PADA MASA NIFAS


Selama hamil, terjadi perubahan pada sistem tubuh wanita, diantaranya terjadi
perubahan pada sistem reproduksi, sistem pencernaan, sistem perkemihan, sistem
musculoskeletal, sistem endokrin, sistem kardiovaskuler, sistem hematologi, dan
perubahan pada tanda-tanda vital. Pada masa postpartum perubahan-perubahan
tersebut akan kembali menjadi seperti saat sebelum hamil. Adapun perubahannya
adalah sebagai berikut :

1. Involusi Uterus
Involusi Uterus atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus
kembali ke kondisi sebelum hamil dengan bobot hanya 60 gram. Proses involusio
uterus adalah sebagai berikut :
1) Autolysis
Merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi di dalam otot uterine.
Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan otot yang telah mengendur hingga
panjangnya 10 kali panjang sebelum hamil dan lebarnya 5 kali lebar sebelum
hamil yang terjadi selama kehamilan.
2) Terdapat polymorph phagolitik dan macrophages di dalam system vascular dan
system limphatik
3) Efek oksitosin (cara bekerjanya oksitosin)
Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot uterin sehingga
akan menekan pembuluh darah yang mengakibatkan berkurangnya suplai darah
ke uterus. Proses ini membantu untuk mengurangi situs atau tempat implantasi
plasenta serta mengurangi perdarahan.

Waktu Bobot Uterus Diameter Uterus Palpasi Serviks

8
Pada akhir persalinan 900 gram 12,5 cm Lembut/lunak
Akhir minggu ke-1 450 gram 7,5 cm 2 cm
Akhir minggu ke-2 200 gram 5,0 cm 1 cm
Akhir minggu ke-6 60 gram 2,5 cm Menyempit

2. Lokia
Dengan adanya involusi uterus, maka lapisan luar dari desidua yang mengelilingi
situs plasenta akan menjadi necrotic (layu/mati). Desidua yang mati akan keluar
bersama dengan sisa cairan. Campuran antara darah dan desidua tersebut dinamakan
lokia, yang biasanya berwarna merah muda atau putih pucat.
Lokia adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas dan mempunyai reaksi
basa/alkalis yang dapat membuat organisme berkembang lebih cepat dari pada
kondisi asam yang ada pada vagina normal. Lokia mempunyai bau yang amis (anyir)
meskipun tidak terlalu menyengat dan volumenya berbeda-beda pada setiap wanita.
Lokia mengalami perubahan karena proses involusi. Pengeluaran lokia dapat dibagi
berdasarkan waktu dan warnanya, seperti pada tabel berikut ini:

Lokia Waktu Warna Ciri-ciri


Rubra 1-3 hari Merah kehitaman Terdiri dari sel desidua, verniks caseosa, rambut
lanugo, sisa mekoneum dan sisa darah

Sanginolenta 3-7 hari Putih bercampur Sisa darah bercampur lendir


merah

Serosa 7-14 hari Kekuningan/ Lebih sedikit darah dan lebih banyak serum, juga
kecoklatan terdiri dari leukosit dan robekan laserasi plasenta

Alba >14 hari Putih Mengandung leukosit, selaput lendir serviks dan
serabut jaringan yang mati.

3. Laktasi
Laktasi dapat diartikan dengan pembentukan dan pengeluaran air susu ibu
(ASI), yang merupakan makanan pokok terbaik bagi bayi yang bersifat alamiah. Bagi
setiap ibu yang melahirkan akan tesedia makanan bagi bayinya, dan bagi si anak akan
merasa puas dalam pelukan ibunya, merasa aman, tenteram, hangat akan kasih
sayang ibunya. Hal ini merupakan faktor yang penting bagi perkembangan anak
selanjutnya.

9
Produksi ASI masih sangat dipengaruhi oleh faktor kejiwaan, ibu yang selalu dalam
keadaan tertekan, sedih, kurang percaya diri dan berbagai ketegangan emosional akan
menurunkan volume ASI bahkan tidak terjadi produksi ASI. Ibu yang sedang menyusui
juga jangan terlalu banyak dibebani urusan pekerjaan rumah tangga, urusan kantor
dan lainnya karena hal ini juga dapat mempengaruhi produksi ASI. Untuk
memproduksi ASI yang baik harus dalam keadaan tenang.
Ada 2 refleks yang sangat dipengaruhi oleh keadaan jiwa ibu, yaitu :
1) Refleks Prolaktin
Pada waktu bayi menghisap payudara ibu, ibu menerima rangsangan
neurohormonal pada putting dan areola, rangsangan ini melalui nervus vagus
diteruskan ke hypophysa lalu ke lobus anterior, lobus anterior akan mengeluarkan
hormon prolaktin yang masuk melalui peredaran darah sampai pada kelenjar-
kelenjar pembuat ASI dan merangsang untuk memproduksi ASI.
2) Refleks Let Down
Refleks ini mengakibatkan memancarnya ASI keluar, isapan bayi akan merangsang
putting susu dan areola yang dikirim lobus posterior melalui nervus vagus, dari
glandula pituitary posterior dikeluarkan hormon oxytosin ke dalam peredaran
darah yang menyebabkan adanya kontraksi otot-otot myoepitel dari saluran air
susu, karena adanya kontraksi ini maka ASI akan terperas ke arah ampula.

4. Perubahan Sistem Pencernaan


Biasanya ibu mengalami obstipasi setelah persalinan. Hal ini disebabkan karena
pada waktu melahirkan alat pencernaan mendapat tekanan yang menyebabkan kolon
menjadi kosong, pengeluaran cairan yang berlebihan pada waktu persalinan
(dehidrasi), kurang makan, haemoroid, laserasi jalan lahir. Supaya buang air besar
kembali teratur dapat diberikan diet/makanan yang mengandung serat dan
pemberian cairan yang cukup. Bila usaha ini tidak berhasil dalam waktu 2 atau 3 hari
dapat ditolong dengan pemberian huknah atau glyserin spuit atau diberikan obat yang
lain.
5. Perubahan Sistem Perkemihan
Dinding kandung kencing memperlihatkan oedem dan hyperemia. Kadang-
kadang oedema trigonum, menimbulkan abstraksi dari uretra sehingga terjadi

10
retensio urine. Kandung kencing dalam puerperium kurang sensitif dan kapasitasnya
bertambah, sehingga kandung kencing penuh atau sesudah kencing masih tertinggal
urine residual (normal + 15 cc). Sisa urine dan trauma pada kandung kencing waktu
persalinan memudahkan terjadinya infeksi.
Dilatasi ureter dan pyolum normal dalam waktu 2 minggu. Urine biasanya
berlebihan (poliurie) antara hari kedua dan kelima, hal ini disebabkan karena
kelebihan cairan sebagai akibat retensi air dalam kehamilan dan sekarang dikeluarkan.
Kadang-kadang hematuri akibat proses katalitik involusi. Acetonurie terutama setelah
partus yang sulit dan lama yang disebabkan pemecahan karbohidrat yang banyak,
karena kegiatan otot-otot rahim dan karena kelaparan. Proteinurine akibat dari
autolisis sel-sel otot
6. Perubahan Sistem Musculoskeletal
Ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu persalinan,
setelah bayi lahir, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga
tidak jarang uterus jatuh ke belakang dan menjadi retrofleksi, karena ligamen
rotundum menjadi kendor. Stabilisasi secara sempurna terjadi pada 6-8 minggu
setelah persalinan.
Sebagai akibat putusnya serat-serat elastik kulit dan distensi yang berlangsung
lama akibat besarnya uterus pada saat hamil, dinding abdomen masih lunak dan
kendur untuk sementara waktu. Pemulihan dibantu dengan latihan.

7. Perubahan Sistem Endokrin


a) Hormon plasenta
Hormon plasenta menurun dengan cepat setelah persalinan. Human Chorionic
Gonadotropin (HCG) menurun dengan cepat dan menetap sampai 10% dalam 3 jam
hingga hari ke-7 postpartum dan sebagai onset pemenuhan mamae pada hari ke-3
postpartum.

11
b) Hormon pituitary
Prolaktin darah meningkat dengan cepat, pada wanita tidak menyusui menurun
dalam waktu 2 minggu. FSH dan LH meningkat pada fase konsentrasi folikuler pada
minggu ke-3, dan LH tetap rendah hingga ovulasi terjadi.
c) Hipotalamik Pituitary Ovarium
Untuk wanita yang menyusui dan tidak menyusui akan mempengaruhi lamanya ia
mendapatkan menstruasi. Seringkali menstruasi pertama itu bersifat anovulasi
yang dikarenakan rendahnya kadar estrogen dan progesteron. Diantara wanita
laktasi sekitar 15% memperoleh menstruasi selama 6 minggu dan 45% setelah 12
minggu. Diantara wanita yang tidak laktasi 40% menstruasi setelah 6 minggu, 65%
setelah 12 minggu dan 90% setelah 24 minggu. Untuk wanita laktasi 80%
menstruasi pertama anovulasi dan untuk wanita yang tidak laktasi 50% siklus
pertama anovulasi.

8. Perubahan Tanda-Tanda Vital


a) Suhu Badan
Satu hari (24jam) postprtum suhu badan akan naik sedikit (37,5°C – 38°C) sebagai
akibat kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan dan kelelahan. Apabila
keadaan normal suhu badan menjadi biasa. Biasanya pada hari ketiga suhu badan
naik lagi karena adanya pembentukan ASI, buah dada menjadi bengkak, berwarna
merah karena banyaknya ASI. Bila suhu tidak turun kemungkinan adanya infeksi
pada endometrium, mastitis, tractus genitalis atau sistem lain.
b) Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali permenit. Sehabis melahirkan
biasanya denyut nadi itu akan lebih cepat.
c) Tekanan darah
Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah akan rendah setelah ibu
melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan darah tinggi pada postpartum dapat
menandakan terjadinya preeklampsi postpartum.

12
d) Pernafasan
Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut nadi.
Bila suhu nadi tidak normal, pernafasan juga akan mengikutinya, kecuali apabila
ada gangguan khusus pada saluran nafas.

9. Perubahan Sistem Kardiovaskuler


Selama kehamilan, volume darah normal digunakan untuk menampung aliran
darah yang meningkat, yang diperlukan oleh placenta dan pembuluh darah uteri.
Penarikan kembali esterogen menyebabkan dieresis yang terjadi secara cepat
sehingga mengurangi volume plasma kembali pada proporsi normal. Aliran ini terjadi
dalam 2-4 jam pertama setelah kelahiran bayi. Selam masa ini, ibu mengeluarkan
banyak sekali jumlah urine. Hilangnya progesterone membantu mengurangi retensi
cairan yang melekat dengan meningkatnya vaskuler pada jaringan tersebut selama
kehamilan bersama-sama dengan trauma masa persalinan. Pada persalinan vagina
kehilangan darah sekitar 200-500 ml, sedangkan pada persalinan dengan SC,
pengeluaran dua kali lipatnya. Perubahan terdiri dari volume darah dan kadar Hmt
(Haematokrit).
Setelah persalinan, shunt akan hilang dengan tiba-tiba. Volume darah ibu
relative akan bertambah. Keadaan ini akan menyebabkan beban pada jantung dan
akan menimbulkan decompensatio cordis pada pasien dengan vitum cardio. Keadaan
ini dapat diatasi dengan mekanisme kompensasi dengan tumbuhnya
haemokonsentrasi sehingga volume darah kembali seperti sedia kala. Umumnya, ini
akan terjadi pada 3-5 hari post partum

10. Perubahan Sistem Hematologi


Pada minggu-minggu terakhir kehamilan, kadar fibrinogen dan plasma serta
faktor-faktor pembekuan darah meningkat. Pada hari pertama post partum, kadar
fibrinogen dan plasma akan sedikit menurun tetapi darah lebih mengental dengan
peningkatan viskositas sehingga meningkatkan faktor pembekuan darah.
Leukositosis adalah meningkatnya jumlah sel-sel darah putih sebanyak 15.000
selama persalinan. Jumlah leukosit akan tetap tinggi selama beberapa hari pertama
masa post partum. Jumlah sel darah putih akan tetap bisa naik lagi sampai 25.000

13
hingga 30.000 tanpa adanya kondisi patologis jika wanita tersebut mengalami
persalinan lama.
Pada awal post partum, jumlah hemoglobin, hematokrit dan eritrosit sangat
bervariasi. Hal ini disebabkan volume darah, volume plasenta dan tingkat volume
darah yang berubah-ubah. Tingkatan ini dipengaruhi oleh status gizi dan hidarasi dari
wanita tersebut. Jika hematokrit pada hari pertama atau kedua lebih rendah dari titik
2 persen atau lebih tinggi daripada saat memasuki persalinan awal, maka pasien
dianggap telah kehilangan darah yang cukup banyak. Titik 2 persen kurang lebih sama
dengan kehilangan darah 500 ml darah.
Penurunan volume dan peningkatan sel darah pada kehamilan diasosiasikan
dengan peningkatan hematokrit dan hemoglobin pada hari ke 3-7 post partum dan
akan normal dalam 4-5 minggu post partum. Jumlah kehilangan darah selama masa
persalinan kurang lebih 200-500 ml, minggu pertama post partum berkisar 500-800
ml dan selama sisa masa nifas berkisar 500 ml.

C. PENANGANAN NIFAS NORMAL


1. Kebersihan Diri
1) Jaga kebersihan seluruh tubuh
2) Bersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air, membersihkan daerah di sekitar
vulva terlebih dahulu, dari depan ke belakang, baru kemudian membersihkan
daerah sekitar anus. Bersihkan vulva setiap kali selesai buang air kecil atau besar.
3) Ganti pembalut atau kain pembalut setidaknya dua kali sehari. Kain dapat
digunakan ulang jika telah dicuci dengan baik dan dikeringkan di bawah matahari
atau disetrika.
4) Cuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan daerah
kelamin.
5) Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, hindari menyentuh luka.

2. Istirahat
1) Istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan.
2) Kembali ke kegiatan-kegiatan rumah tangga secara perlahan-lahan
3) Tidur siang atau beristirahat selagi bayi tidur.

14
4) Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal :
 Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi,
 Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan
 Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya
sendiri.

3. Latihan
Latihan tertentu beberapa menit setiap hari sangat membantu selain
menguatkan otot perut dan panggul, juga dapat mengurangi rasa sakit pada
punggung. Bentuk latihannya seperti :
 Dengan tidur terlentang dengan lengan di samping, menarik otot perut selagi
menarik napas, tahan napas ke dalam dan angkat dagu ke dada; tahan satu
hitungan sampai 5. Rileks dan ulangi sebanyak 10 kali;
 Untuk memperkuat tonus otot jalan lahir dan dasar panggul (latihan Kegel)
 Berdiri dengan tungkai dirapatkan. Kencangkan otot-otot, pantat dan pinggul dan
tahan sampai 5 hitungan. Kendurkan dan ulangi latihan sebanyak 5 kali.
Mulai dengan mengerjakan 5 kali latihan untuk setiap gerakan. Setiap minggu
naikkan jumlah latihan 5 kali lebih banyak. Pada minggu ke-6 setelah persalinan ibu
harus mengerjakan setiap gerakan sebanyak 30 kali.

4. Gizi
Ibu menyusui harus:
 Mengonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari.
 Makan dengan diet seimbang untuk mendapatkan protein, mineral, dan
vitamin yang cukup.
 Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (minum setiap kali menyusui).
 Pil zat besi diminum untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40 hari pasca
bersalin.

15
5. Menyusui
ASI mengandung semua bahan yang diperlukan bayi, mudah dicerna, memberi
perlindungan terhadap infeksi, selalu segar, bersih, dan siap untuk minum.
Tanda ASI cukup :

 Bayi kencing setidaknya 6 kali dalam 24 jam dan warnanya jernih sampai kuning
muda.
 Bayi sering buang air besar berwarna kekuningan "berbiji."
 Bayi tampak puas, sewaktu-waktu merasa lapar, bangun dan tidur cukup. Bayi yang
selalu tidur bukan pertanda baik.
 Bayi setidaknya menyusu 10-12 kali dalam 24 jam.
 Payudara ibu terasa lembut dan kosong setiap kali selesai menyusui.
 Ibu dapat merasakan rasa geli karena aliran ASI, setiap kali bayi mulai menyusu.
 Bayi bertambah berat badannya.

Tanda ASI tidak cukup :

Bayi harus diberi ASI setiap kali ia merasa lapar (atau setidaknya 10-12 kali
dalam 24 jam) dalam 2 minggu pasca persalinan. Jika bayi dibiarkan tidur lebih dari 3-
4 jam, atau bayi diberi jenis makanan lain, atau payudara tidak dikosongkan dengan
baik tiap kali menyusui, maka "pesan hormonal" yang diterima otak ibu adalah untuk
"menghasilkan susu lebih sedikit".

Meningkatkan suplai ASI

 Menyusui bayi setiap 2 jam, siang dan malam hari dengan lama menyusui 10-15 menit
di setiap payudara.
 Bangunkan bayi, lepaskan baju yang menyebabkan rasa gerah dan duduklah selama
menyusui.
 Pastikan bayi menyusu dengan posisi menempel yang baik dan dengarkan suara
menelan yang aktif.

16
 Susui bayi di tempat yang tenang dan nyaman dan minumlah setiap kali selesai
menyusui.
 Tidurlah bersebelahan dengan bayi

6. Perawatan payudara
a. Menjaga payudara tetap bersih dan kering, terutama putting susu.
b. Menggunakan bra yang menyokong payudara.
c. Apabila putting susu lecet oleskan kolostrum atau ASI yang keluar pada sekitar
putting susu setiap kali selesai menyusui. Menyusui tetap dilakukan dimulai dari
putting susu yang tidak lecet.
d. Apabila lecet sangat berat dapat diistirahatkan selama 24 jam. ASI dikeluarkan dan
diminumkan dengan menggunakan sendok.
e. Untuk menghilangkan nyeri ibu dapat minum paracetamol 1 tablet setiap 4-6 jam.
f. Apabila payudara bengkak akibat pembendungan ASI, lakukan :

1) Pengompresan payudara dengan menggunakan kain basah dan hangat selama


5 menit.
2) Urut payudara dari arah pangkal menuju putting atau dengan arah "Z" menuju
putting.
3) Keluarkan ASI sebagian dari bagian depan payudara sehingga puting susu
menjadi lunak.
4) Susukan bayi setiap 2-3 jam. Apabila tidak dapat menghisap seluruh ASI sisanya
keluarkan dengan tangan.
5) Letakkan kain dingin pada payudara setelah menyusui.

7. Sanggama
Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah berhenti
(setelah masa nifas) dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya ke dalam vagina
tanpa rasa nyeri. Begitu darah merah berhenti dan ibu tidak merasa nyeri, aman untuk
memulai melakukan hubungan suami istri kapan saja ibu siap.

17
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Masa nifas adalah periode waktu atau masa dimana organ – organ reproduksi
kembali
kepadakeadaan tidak hamil, masa ini membutuhkan waktu sekitar 6 minggu, pada masa
nifas banyak terjadi perubahan fisiologis maupun perubahan psikologis,diantara peruba
han fisiologis tanda – tanda vital, pada masa nifas perubahan tanda – tanda vital harus
dilakukan karena untuk membantu tenaga kesehatan dalam pengawasan postpartum /
nifas. Tekanan darah harus dalam keadaan stabil, suhu turun secara perlahan dan stabil
pada 24 jam post partum, nadi menjadi normal setelah persalinan.
Masa nifas atau puerpurium merupakan suatu yang normal dan setiap saat dapat
berubah menjadi abnormal. Dengan pencegahan yang semaksimal mungkin saat
kehamilan,persalinan dan nifas,keadaan yang abnormal dapat ditekan seminimal
mungkin.Untuk itu sangat diperlukan sekali penyebaran informasi dan kesadaran bagi ibu
hamil dan keluarga untuk melakukan ANC ( antenatal care ) secara rutin,dan melakukan
persalinan pada tenaga kesehatan, baik dokter ataupun bidan.

18
DAFTAR PUSTAKA

Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal

Kapita Selekta Kedokteran. Editor Mansjoer Arif (et al.) Ed. III, cet. 2. Jakarta : Media
Aesculapius. 1999.

Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika.

Winkjosastro, H .dkk. 2005. Ilmu kebidanan. Edisi 3. Cetakan 7. Jakarta: yayasan


bina pustaka sarwono priwirohardjo

19

Anda mungkin juga menyukai