Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Tema 12 Asuhan Nifas
Disusun Oleh :
5. Haida 314120007
6. Vivi 314120002
7. Sinta 314120010
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena kami dapat
menyelesaikan makalah ini. Penyusunan makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata
kuliah tema 12 ” asuhan masa nifas” . Selain itu tujuan dari penyusunan Makalah ini juga
untuk menambah wawasan tentang pengetahuan secara meluas terutama bagi pembaca.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Fitri Nurhayati SST.M.Keb selaku
dosen “Asuhan masa Nifas” kami yang telah membimbing kami agar dapat
menyelesaikan makalah ini.Akhirnya kami menyadari bahwa makalah ini sangat jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, kami menerima kritik dan
saran agar penyusunan makalah selanjutnya menjadi lebih baik. Untuk itu kami
mengucapkan banyak terima kasih dan semoga karya tulis ini bermanfaat bagi para
pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................................................................3
BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN................................................................................................................................4
1.3 Tujuan..................................................................................................................................5
BAB II..................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN...................................................................................................................................6
4. Hygiene....................................................................................................................................8
5. Perawatan perineum................................................................................................................8
6. Support/dukungan menyusui...............................................................................................16
8. Seksualitas..............................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................22
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
Masa nifas (Post Partum) adalah masa di mulai setelah kelahiran plasenta dan
berakhir ketika alat kandungan kembali semula seperti sebelum hamil, yang
berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari. Selama masa pemulihan tersebut
berlangsung, ibu akan mengalami banyak perubahan fisik yang bersifat fisiologis dan
banyak memberikan ketidak nyamanan pada awal postpartum, yang tidak menutup
kemungkinan untuk menjadi patologis bila tidak diikuti dengan perawatan yang baik
(Yuliana & Hakim, 2020).
b. Tahapan Masa Nifas
Asuhan yang baik adalah asuhan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan yang
diperlukan oleh ibu. Pada masa nifas, pemenuhan kebutuhan dasar perlu mendapatkan
perhatian yang serius. Kebutuhan - kebutuhan dasar ini harus dipenuhi oleh seorang
bidan sehingga masa nifas yang dialami oleh ibu dapat berlangsung secara normal.
Kebutuhan dasar ibu pada masa nifas meliputi : (Mutiarasari dan Sudarmiati, 2021)
2. Protein
Kebutuhan protein yang dibutuhkan adalah 3 porsi perhari. Satu porsi setara dengan
tiga gelas susu, 2 butir telur, lima putih telur, 120 gram keju, 1¾ gelas yoghurt, 120-
140 gram ikan/ daging/ ungags, 200-240 gram tahu atau 5 – 6 sendok selai kacang.
4. Magnesium
Magnesium dibutuhkan sel tubuh untuk membantu gerak otot, fungsi syaraf dan
memperkuat tulang. Kebutuhan magnesium di dapat pada gandum dan kacang-
kacangan.
6. Karbohidrat
Selama menyusui kebutuhan karbohidrat diperlukan 6 porsi perhari. Satu porsi setara
dengan ½ cangkir nasi, ¼ cangkir jagung pipil, satu porsi sereal atau oat, satu iris roti
dari bijian utuh, ½ kue muffin dari bijian utuh, 2 – 6 biskuit kering atau crackers, ½
cangkir kacang-kacangan, ⅔ cangkir kacang koro, atau 40 gram mie/ pasta dari bijian
utuh.
7. Lemak
Rata – rata kebutuhan lemak dewasa adalah 4½ lemak (14 gram perporsi) perharinya.
Satu porsi lemak sma dengan 80 gram keju, 3 sendok makan kacang tanah atau
kenari, 4 sendok makan krim, secangkir eskrim, ½ buah alpukat, 2 sendok makan
selai kacang, 120 – 140 gram daging tanpa lemak, Sembilan kentang goring, 2 iris
cake, satu sendok makan mayones atau mentega, atau 2 sendok makan saus salad.
8. Garam
Selama periode nifas, hindari konsumsi garam berlebihan. Hindari makanan asin,
keripik kentang atau acar.
9. Cairan
Konsumsi cairan sebanyak 8 gelas perhari. Minumsedikitnya 3 liter tiap hari.
Kebutuhan akan cairan diperoleh dari air putih, sari buah, susu dan sup.
10. Vitamin
Vitamin yang dibtuhkan antara lain:
a. Vitamin A yang berguna bagi kesehatan kulit, kelenjar serta mata. Vitamin A
terdapat dalam telur, hati dan keju. Jumlah yang dibutuhkan adalah 1,300 mg.
b. Vitamin B6 membantu penyerapan protein dan meningkatkan fungsi syaraf.
Asupan B6 sebanyak 2-0 mg perhari. Vitamin B6 dapat ditemi di daging, hati, padi-
padian, kacang polong dan kentang.
c. Vitamin E berfungsisebagai antioksidan, meningkatkan stamin dan daya tahan
tubuh. Terdapat dalam makanan berserat, kacang-kacangan, minyak nabati dan
gandum.
12. DHA
DHA penting untuk perkembangan daya lihat dan mental bayi. Asupan DHA
berpengaruh langsung pada kandungan dalam ASI. Sumber DHA ada pada telur, otak,
hati dan ikan.
2) Hidrasi
Hidrasi adalah proses di mana ion dikelilingi oleh molekul-molekul air yang
tersusun dalam keadaan tertentu. Hidrasi membantu menstabilkan ion-ion dalam
larutan dan mencegah kation untuk bergabung kembali dengan anion. Hidrasi berbeda
dengan Hidrolisis. Pada hidrolisis, biasanya molekul terpecah menjadi dua bagian.
Rehidrasi adalah proses senyawaan kembali. Sedangkan Dehidrasi adalah
pembuangan molekul air dari senyawa atau reaksi kimia. Pada medis Dehidrasi
dikenal sebagai gangguan dalam keseimbangan cairan atau air pada tubuh.
Peran air sangat penting bagi tubuh, tak terkecuali bagi Ibu hamil, Ibu
menyusui dan anak-anak, namun pemenuhan kebutuhan cairan/air minum sering
terlupakan sehingga dapat berisiko terhadap dehidrasi dan kesehatan jika berlangsung
dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Fakta di Indonesia menunjukkan,
bahwa 2 dari 5 ibu hamil dan 1 dari 2 ibu menyusui belum mencukupi Kebutuhan
minum hariannya.1,2 Hal ini tentu saja perlu untuk diperbaiki dengan peningkatan
pemahaman tentang pentingnya air minum dan jumlah minimal yang harus
dikonsumsi setiap harinya.
Pada ibu menyusui, konsumsi air tidak kalah penting, mengingat 87-90% Air
Susu Ibu (ASI) terdiri dari air.10 Beberapa penelitian menunjukkan bahwa konsumsi
air yang cukup juga dapat mendukung kuantitas dan kualitas ASI yang dapat menjaga
status hidrasi bayi. Ibu juga harus mengkompensasi kehilangan air selama menyusui
dengan mengonsumsi air yang cukup.
Sesuai dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG) dari Kementerian Kesehatan
dan Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) ibu hamil membutuhkan
2450 - 2650 mL atau sekitar 8 – 10 gelas per hari, sementara ibu menyusui
membutuhkan 3000 - 3150 mL atau sekitar 12 gelas per hari11. Ukuran gelas yang
digunakan adalah gelas 250 mL. Untuk ibu hamil agar dapat sesuai dengan kebutuhan
berat badannya, dapat menggunakan perhitungan berikut20:
30 – 35 mL/kgBB
Jadi, untuk ibu hamil dengan berat badan 65 kg. Kebutuhan cairan per harinya adalah
35 mL x 65 kg = 2275 mL atau 9 gelas (ukuran 250 mL)
3) Eliminasi
1. BAK/ Miksi
Buang air kecil sendiri sebaiknya dilakukan secepatnya. Miksi normal bila
BAK spontan setiap 3-4 jam. Kesulitan BAK dapat disebabkan karena springter uretra
tertekan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi muskulo spingter ani selama
persalinan, atau dikarenakan oedem kandung kemih selama persalinan. Lakukan
kateterisasi apabila kandung kemih penuh dan sulit berkemih.
Pada ibu nifas eliminasi harus dilakukan secara teratur. Jika BAK tidak
teratur/ditahan terjadi distensi kandung kemih sehingga menyebabkan gangguan
kontraksi rahim dan pengeluaran lokea tidak lancar perdarahan. Begitu juga dengan
BAB tidak teratur menyebabkan BAB mengeras dan sulit untuk dikeluarkan sehingga
terjadi gangguan kontraksi rahim dan pengeluaran lokea tidak lancar/ perdarahan.Pada
ibu nifas sering kali ada rasa keengganan untuk BAB/BAK, karena refleks/sensasi
ingin BAB/BAK menurun atau ketakutan terhadap luka jahitan, sehingga Bidan perlu
mengobservasi adanya distensi abdomen dengan memalpasi dan mengauskultasi
abdomen, terutama pada pos SC Pada ibu postpartum, BAK harus terjadi dalam 6-8
jam post partum, minimal 150-200cc tiap kali berkemih. Beberapa wanita mengalami
kesulitan BAK, kemungkinan disebabkan oleh penurunan tonus kandung kemih,
adanya edema akibat trauma, rasa takut akibat timbulnya rasa nyeri. Anjuran yang
bisa diberikan oleh bidan antara lain: Ibu perlu belajar berkemih secara spontan,
Minum banyak cairan, Mobilisasi dini: tidak jarang kesulitan BAK dapat segera
ditangani, Tidak menahan BAK, BAK harus secepatnya dilakukan sendiri,
Rangsangan untuk BAK: rendam duduk /sitz bath (untuk mengurangi edema dan
relaksasi sfingter) lalu kompres hangat/dingin.
Bila ibu masih tidak bisa BAK sendiri maka pasang kateter sewaktu. Bila perlu dapat
dipasang dauer catheter/ indwelling catheter untuk mengistirahatkan otot-otot
kandung kernih, jika ada kerusakan dapat cepat pulih (Simarmata etal., 2020).
2. Defekasi / BAB
Ibu diharapkan dapat BAB sekitar 3-4 hari postpartum. Apabila mengalami kesuliatan
BAB atau obstipasi, lakukan diet teratur ; cukup cairan : konsumsi makanan berserat;
olahraga; berikan obat rangsangan per oral atau per rektal atau lakukan klisma
bilamana perlu.
Pada ibu nifas, BAB harus dalam 3-4 hari post partum. Anjuran yang bisa diberikan
antara lain: Konsumsi makanan yang tinggi serat dan cukup minum, Tidak menahan
BAB. Mobilisasi dini: tidak jarang kesulitan BAB dapat segera ditangani. Jika hari ke
3 belum BAB bisa diberikan pencahar suppositoria (Lestari, 2020).
4) Hygiene
5) Perawatan perineum
2. Episiotomi
Episiotomi adalah sebuah irisan bedah pada perineum untuk memperbesar muara
vagina yang dilakukan tepat sebelum keluarnya kepala bayi (Eisenberg, A., 1996).
Episiotomi, suatu tindakan yang disengaja pada perineum dan vagina yang sedang
dalam keadaan meregang. Tindakan ini dilakukan jika perineum diperkirakan akan
robek teregang oleh kepala janin, harus dilakukan infiltrasi perineum dengan anestasi
lokal, kecuali bila pasien sudah diberi anestasi epiderual. Insisi episiotomi dapat
dilakukan di garis tengah atau mediolateral. Insisi garis tengah mempunyai
keuntungan karena tidak banyak pembuluh darah besar dijumpai disini dan daerah ini
lebih mudah diperbaiki (Jones Derek, 2002).
Tipe episotomi dan rupture yang sering dijumpai dalam proses persalinan yaitu :
1. Episiotomi medial
2. Episiotomi mediolateral
Sedangkan rupture meliputi
1. Tuberositas ischii
2. Arteri pudenda interna
3. Arteri rektalis inferior
LINGKUP PERAWATAN
Lingkup perawatan perineum ditujukan untuk pencegahan infeksi organ-organ
reproduksi yang disebabkan oleh masuknya mikroorganisme yang masuk melalui
vulva yang terbuka atau akibat dari perkembangbiakan bakteri pada peralatan
penampung lochea (pembalut) (Feerer, 2001).
Sedangkan menurut Hamilton (2002), lingkup perawatan perineum adalah:
1. Mencegah kontaminasi dari rektum
2. Menangani dengan lembut pada jaringan yang terkena trauma
3. Membersihkan semua keluaran yang menjadi sumber bakteri dan bau.
WAKTU PERAWATAN
Menurut Feerer (2001), waktu perawatan perineum adalah:
1. Saat mandi
Pada saat mandi, ibu post partum pasti melepas pembalut, setelah terbuka maka ada
kemungkinan terjadi kontaminasi bakteri pada cairan yang tertampung pada pembalut,
untuk itu maka perlu dilakukan penggantian pembalut, demikian pula pada perineum
ibu, untuk itu diperlukan pembersihan perineum.
2. Setelah buang air kecil
Pada saat buang air kecil kemungkinan besar terjadi kontaminasi air seni pada rektum
akibatnya dapat memicu pertumbuhan bakteri pada perineum untuk itu diperlukan
pembersihan perineum.
3. Setelah buang air besar.
Pada saat buang air besar, diperlukan pembersihan sisa-sisa kotoran disekitar anus,
untuk mencegah terjadinya kontaminasi bakteri dari anus ke perineum yang letaknya
bersebelahan maka diperlukan proses pembersihan anus dan perineum secara
keseluruhan.
PENATALAKSANAAN
1. Persiapan
a. Tempat
Jaga privasi klien dan ciptakan lingkungan yang aman dan nyaman, cuci tangan.
b. Pasien
• Mengucapkan salam dengan ramah
• Melakukan pendekatan klien dengan memberikan penjelasan tindakan yang akan
dilakukan
c. Alat steril
• Kapas/kassa steril
• Pinset
• Sarung tangan
d. Alat non steril
• Perlak dan pengalas
• Pispot
• Bengkok
e. Bahan
• Botol cebok berisi air hangat
• Celana dalam dan pembalut
2. Prosedur
• Memakai sarung tangan
• Mengganti selimut mandi
• Memposisikan pasien dorsal recumbent
• Memasang perlak dan melepaskan pakaian dalam klien (memasukkan softek ke
dalam plastik)
• Memasang pispot dan meminta klien BAK
• Mengguyur vulva dengan air bersih menggunakan tangan kanan (tangan kiri
membuka vulva)
• Mengambil pispot, menutupnya dan meletakkan di tempat yang aman
• Menggunaan kapas basah untuk membersihkan vulva
• Membersihkan labia mayora kanan dan kiri bergantian dari atas ke bawah dengan
sekali usapan
• Membersihan labia minora kanan dan kiri bergantian dari atas ke bawah dengan
sekali usapan
• Membersihan meatus (vestibulum sampai anus) dengan sekali usapan
• Mengobservasi luka jahitan (REEDA)
• Mengangkat perlak dan pengalas
• Memakaikan celana dalam dan pembalut
• Melepaskan sarung tangan
Parameter yang digunakan dalam evaluasi hasil perawatan adalah:
a. Perineum tidak lembab
b. Posisi pembalut tepat
c. Ibu merasa nyaman
6) Support/dukungan menyusui
Dukungan pada ibu menyusui bisa membantu mereka memberikan ASI
eksklusif lebih lama pada bayi. Dukungan ini juga bisa membuat nutrisi bayi terjaga
dengan hanya memberikan ASI sebagai asupan untuk menunjang kesehatan dan
tumbuh kembang bayi.
Mengacu pada laporan yang ditulis laman Foxnews, penelitian ini dilakukan
oleh beberapa peneliti yang menjadi bagian dari International Cochrane Network of
Researcher. Mereka menganalisa bukti-bukti dari topik kesehatan seputar menyusui.
Mereka meninjau kembali bukti-bukti terkait ASI dan menyusui, hasil tinjauan ini
diterbitkan pada Perpustakaan Cochrane.
Untuk peninjauan ini, para peneliti menganalisa 73 studi yang membandingkan para
ibu penerima dukungan ASI dengan para ibu yang tidak menerima dukungan ASI
dalam bentuk apapun. Secara keseluruhan, ada 75.000 ibu dan bayi yang menjadi
objek analisa, kebanyakan dari mereka berasal dari negara-negara yang memiliki
pendapatan perkapita tinggi atau kalangan menengah.
Para ibu yang menerima dukungan mempunyai kecenderungan 8% lebih
rendah untuk berhenti menyusui sebelum enam bulan, dibandingkan para ibu yang
tidak menerima dukungan. Dukungan yang diberikan pada ibu menyusui bisa
berbentuk apa saja. Seperti pemberian keyakinan, pujian, informasi tentang ASI dan
menyusui, serta kesempatan untuk mendiskusikan masalah menyusui dan bertanya
soal ASI. Alison McFadden, pemimpin dalam studi ini mengatakan, “Proses
menyusui sangatlah penting, dukungan yang baik bagi ibu menyusui akan membantu
mereka menyusui lebih lama dan eksklusif. Tentu saja hal ini akan membawa
kebaikan bagi ibu dan bayi.”
WHO sendiri merekomendasikan untuk memberikan ASI eksklusif pada bayi
hingga usia enam bulan, kemudian dilanjutkan dengan pemberian MPASI sambil
terus disusui hingga bayi berusia dua tahun.
Peneliti juga mengungkapkan bahwa bayi yang menerima ASI cenderung memiliki
risiko lebih rendah terkena infeksi, kelebihan berat badan, dan terkena diabetes. “Bagi
para ibu, menyusui bisa mengurangi tingkat risiko terkena kanker payudara, kanker
rahim dan juga diabetes,” kata McFadden. Para peneliti menyimpulkan, dukungan
pada ibu menyusui, baik dari tenaga medis ahli, maupun dari orang di sekitar sang
ibu, memberikan manfaat besar bagi ibu dan bayi. Mereka juga menemukan bahwa
ada kemungkinan faktor tertentu yang membuat dukungan tersebut lebih bernilai bagi
ibu dan bayi.
Dukungan pada ibu menyusui tidak harus dari pakar kesehatan atau tenaga
profesional, dukungan tersebut bisa dari siapa saja. Yang paling penting, dukungan ini
harus ditawarkan secara aktif, dan rutin agar para ibu tahu kapan mereka bisa
mengharapkan dukungan ini.
McFadden juga menambahkan, dukungan ini akan lebih efektif jika diberikan secara
langsung, saat bertatap muka. Dibandingkan diberikan melalui telepon atau obrolan di
sosial media.
Mengingat pentingnya dukungan pada ibu menyusui ini, sudah sepatutnya
sekarang kita berhenti berkompetisi mengenai perkembangan anak, dan siapa ibu
yang terbaik. Saling mendukung dalam proses kehamilan dan menyusui tentunya akan
lebih menguntungkan banyak pihak, juga menjalin tali silaturahmi yang lebih erat.
7) KB
Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2 tahun sebelum ibu
hamil lagi. Setiap pasangan harus menentukan sendiri kapan dan bagaimana mereka
ingin merencanakan tentang keluarganya. Namun petugas kesehatan dapat membantu
merencanakan keluarganya dengan mengajarkan kepada mereka tentang cara
mencegah kehamilan yang tidak diinginkan.Biasanya wanita tidak akan menghasilkan
telur (ovulasi) sebelum ia mendapatkan lagi haidnya selama meneteki. Oleh karena
itu, metode amenore laktasi dapat dipakai sebelum haid pertama kembali untuk
mencegah terjadinya kehamilan baru. Risiko cara ini ialah 2 % kehamilan. Meskipun
beberapa metode KB mengandung risiko, menggunakan kontrasepsi tetap lebih aman,
terutama apabila ibu sudah haid lagi
Sebelum menggunakan metode KB, hal-hal berikut sebaiknya dijelaskan dahulu
kepada ibu:
1. Bagaimana metode ini dapat mencegah kehamilan dan efektivitasnya
2. Kelebihan/keuntungannya
3. Kekurangannya
4. Efek samping
5. Bagaimana menggunakan metode itu
6. Kapan metode itu dapat mulai digunakan untuk wanita pasca salinyang menyusui
Jika seorang ibu/ pasangan telah memiliki metode KB tertentu, ada baiknya untuk
bertemu dengannya lagi dalam dua minggu untuk mengetahui apakah ada yang ingin
ditanyakan oleh ibu pasangan itu dan untuk melihat apakah metode tersebut bekerja
dengan baik (Sapartinah and Indriawati, 2020).
8) Seksualitas
Amalia, L. (2013). Menjelajahi diri dengan teori kepribadian Carl R. Rogers. Jurnal Muaddib,
3(1), 87-99, ISSN 2088-3390.
Athena, A. & Rachmalina, S. (2014). Kesehatan ibu dan bayi yang melakukan tradisi sei dan
gambaran kesehatan lingkungan rumah bulat (ume kbubu) di kabupaten Timor Tengah
Selatan-NTT. Jurnal Kesehatan Reproduksi, 5(1), 56-64.
Basford & Oliver, S. (2006). Teori dan praktik keperawatan pendekatan integral pada asuhan
pasien. Jakarta: EGC.
Baumali, A. M. (2009). Pemenuhan zat gizi ibu nifas dalam budaya se’i pada masyarakat
suku Timor dawan di kecamatan Molo Selatan, Kabupaten Timor Tengah Selatan. Tesis
master tidak dipublikasikan. Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.