Anda di halaman 1dari 35

KONSEP POST PARTUM

DAN ASUHAN KEPERAWATAN POST PARTUM

MAKALAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Maternitas


Dosen Pengampu : Enung Tati Amalia, S.Pd., M.Kes

Oleh Kelompok 3
Ai Riska Khaulania : C1AB21003
Mardiansyah : C1AB21014
Santi Nursari : C1AB21025
Dian Sandi Irawan : C1AB21035

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUKABUMI
KOTA SUKABUMI
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Asuhan Keperawatan Pada Ibu post partum” ini dengan tepat waktu. Adapun tujuan
dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Keperawatan Maternitas.
Tak lupa saya ucapkan banyak terimakasih kepada Enung Tati Amalia, S.Pd.,
M.Kes selaku dosen mata kuliah Keperawatan Maternitas, yang telah membimbing dan
mengajar kami dikelas dengan sangat baik.
Saya sadar bahwa makalah ini tidaklah sepenuhnya sempurna. Maka saran dan
kritik dari pembaca yang sifatnya membangun, akan kami terima untuk perbaikan
makalah ini kedepannya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca dan
memberikan informasi yang baru dan menambah pengetahuan bagi kita semua.

Sukabumi, September 2022


Penyusun

Kelompok 3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii

DAFTAR ISI....................................................................................................................iii

BAB I.................................................................................................................................1

PENDAHULUAN.............................................................................................................1

A. Latar belakang.....................................................................................................1

B. Rumusan Masalah...............................................................................................1

C. Tujuan.................................................................................................................1

BAB II...............................................................................................................................2

PEMBAHASAN................................................................................................................2

D. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN.............................................2

1. Definisi............................................................................................................2

2. Klasifikasi Periode Nifas.................................................................................2

3. Patofisiologi....................................................................................................3

4. Perubahan Fisiologis Pada Periode Pasca Partum..........................................4

5. Perubahan Psikologis Pada periode Pasca Partum........................................10

6. Gejala Klinis..................................................................................................16

7. Pemeriksaan Penunjang................................................................................17

8. Komplikasi....................................................................................................18

E. ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU DENGAN POST PARTUM........19

9. PENGKAJIAN..............................................................................................19

10. DIAGNOSIS KEPERAWATAN..................................................................21

11. RENCANA KEPERAWATAN....................................................................22

12. IMPLEMENTASI.........................................................................................28
13. EVALUASI...................................................................................................28

BAB III............................................................................................................................30

PENUTUP.......................................................................................................................30

A. Kesimpulan.......................................................................................................30

B. Saran.................................................................................................................30

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................31
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Post partum merupakan suatu periode dalam minggu-minggu pertama setelah
kelahiran. Lamanya “periode” ini tidak pasti, sebagian besar mengganggapnya antara 4
sampai 6 minggu. Walaupun merupakan masa yang relatif tidak komplek dibandingkan
dengan kehamilan, nifas ditandai oleh banyaknya perubahan fisiologi. Beberapa dari
perubahan tersebut mungkin hanya sedikit mengganggu ibu baru, walaupun komplikasi
serius juga sering terjadi. (Cunningham, F, et al, 2013).
Asuhan keperawatan pasca persalinan diperlukan untuk meningkatkan status
kesehatan ibu dan anak. Masa nifas di mulai setelah dua jam lahirnya plasenta atau
setelah proses persalinan kala 1 sampai IV selesai. Berakhirnya proses persalinan bukan
berarti ibu terbebas dari bahaya atau komplikasi. Berbagai komplikasi dapat dialami ibu
pada masa nifas dan bila tidak tertangani dengan baik akan memberi kontribusi yang
cukup besar terhadap tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan post partum
2. Bagaimana melakukan tindakan keperawatan post partum

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu post partum
Dapat memahami dan melakukan tindakan keperawatan post partum
BAB II
PEMBAHASAN

D. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


E. Definisi

a. Post partum adalah masa pemulihan kembali setelah melahirkan yang


merupakan keadaan kembalinya alat reproduksi ke bentuk normal yang
memerlukan waktu sekita enam minggu (Manuaba, 2004).
b. Masa nifas atau puerperium adalah masa yang dimulai sejak 1 jam
setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelha itu
(Hadijono, 2008:356).
c. Periode pascapartum merupakan masa transisi fisik dan psikologis mayor
bagi ibu baru dan seluruh keluarga (Reeder, 2011).
d. Periode pascapartum (puerperium) adalah masa enam minggu sejak bayi
lahir sampai organ-organ reproduksi kembali ke keadaan normal seperti
sebelum hamil (Bobak, 2004:492)
e. Masa pemulihan atau masa nifas merupakan periode dimana ibu
mengalami beberapa perubahan fisik baik perubahan fisik maupun
psikologis (Pieter & Lubis, 2010).
f. Masa puerperium atau masa nifas mulai setelah partus selesai, dan
berakhir setelah kira-kira 6 minggu. Akan tetapi, seluruh alat genital baru
pulih kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan.
(Wiknjosastro, 2002: 237).
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa post
partum merupakan masa kembalinya alat reproduksi ke bentuk normal
seperti sebelum hamil melalui perubahan secara fisik maupun psikologis
yang membutuhkan waktu sekitar enam minggu.

F. Klasifikasi Periode Nifas

Nifas dibagi dalam 3 periode:


a. Puerperium dini, yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri
dan berjalan-jalan.
b. Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genitalia
yang lamanya 6-8 minggu.
c. Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna terutama bila selama hamil atau sewaktu persalinan
mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-
minggu, bulanan atau tahunan. (Manuaba, 2004).

G. Patofisiologi

Partus normal terjadi akibat adanya kontraksi pada saat ibu hamil
mencapai masa kehamilan 42 minggu. Pasca bersalin ibu akan memasuki
masa puerperium atau masa nifas. Pada masa ini akan terjadi perubahan
fisik dan psikologis Dampak fisik meliputi beberapa hal yaitu tanda-tanda
vital, sistem pencernaan, sistem kardiovaskuler, penurunan energi, sistem
endokrin, sistem reproduksi, dan urinaria. Sedangkan aspek psikologis
adalah dimana ada rasa ketidakmampuan orang tua untuk mengasuh bayinya
sendiri karena adaptasi yang kurang baik.
Adanya peningkatan suhu pada ibu post partum terjadi karena ada
suatu peradanganan akibat luka perineum yang berisiko tergadap terjadinya
infeksi. Gangguan sistem pencernaan diakibatkan karena pasien bed rest.
Konstipasi juga bisa disebabkan oleh pengaruh hormonal yang
mempengaruhi otot abdomen sehingga terjadi penurunan peristaltik usus
yang menyebabkan konstipasi. Energi yang dibutuhkan selama proses
persalinan menyebabkan ibu merasa kelelahan. Pada sistem reproduksi,
trauma jalan lahir, luka akibat episiotomi menyebabkan nyeri akut, nyeri
yang dirasakan ibu tidak akan berlangsung lama. Ibu yang melahirkan
normal dapat dengan cepat melakukan aktivitas. Luka ini pun berpengaruh
pada kebiasaan eliminasi ibu. Selain itu, nyeri dapat disebabkan karena
supresi hormon estrogen dan progesteron yang mempengaruhi otot abdomen
sehingga menyebabkan nyeri.
H. Perubahan Fisiologis Pada Periode Pasca Partum

a. Sistem Reproduksi
1) Uterus
Secara berangsur-angsur mengalami perubahan menjadi kecil
(involusi) sehingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil. Uterus
menyerupai suatu buah advokat gepeng berukuran panjang masing -
masing 15 cm, lebar masing- masing 12 cm dan tebal masing –
masing 10 cm. Pada bekas implantasi plasenta lebih tipis dari pada
bagian lain yang merupakan suatu luka yang kasar dan menonjol ke
dalam kavum uteri, segera setelah persalinan. Penonjolan tersebut
dengan diameter masing – masing 7,5 cm, sering disangka sebagai
suatu bagian plasenta yang tertinggal. Sesudah 2mg diameternya 3,5
cm pada 6 minggu mencapai 2,4 cm (Wiknjosastro, 2002: 237).
Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah
bayi lahir, diduga terjadi sebagai respon terhadap penurunan volume
intra uteri yang sangat besar. Selama 1-2 jam pertama pasca partum
intensitas kontraksi uterus bisa berkurang dan menjadi tidak teratur.
Penting sekali untuk mempertahankan kontraksi uterus pada masa
ini, sehingga biasanya diberikan suntikan oksitosin segera setelah
plasenta lahir. Ibu yang merencanakan menyusui bayinya, dianjurkan
membiarkan bayinya di payudara karena isapan bayi pada payudara
merangsang pelepasan oksitosin. Afterpains, rasa nyeri menjadi lebih
nyata setelah ibu melahirkan, ditempat uterus terlalu teregang.
Menyusui dan oksitosin tambahan biasanya meningkatkan nyeri
karena keduanya merangsang kontraksi uterus. Tempat plasenta
regenerasi endometrium selesai pada akhir minggu ke 3 pasca
partum, kecuali pada bekas tempat plasenta. Regenerasi pada tempat
ini biasanya tidak selesai sampai enam minggu setelah melahirkan.
2) Lochea
Adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam
masa nifas. Lochea dibagi dalam beberapa jenis yaitu:
a) Lochea rubra (cruentra): lochea yang terdiri dari darah segar
dan sisa-sisa selaput ketuban selama 2 hari pasca persalinan.
b) Lochea sanguinolenta: lochea yang berwarna merah kuning
berisi darah dan lendir, pada hari ke 3-7 pasca persalinan.
c) Lochea serosa: lochea yang berwarna kuning, cairan tidak
berdarah lagi, pada hari ke 7-14 pasca persalinan.
d) Lochea alba: lochea yang berupa cairan putih, setelah 2
minggu.
e) Lochea purulenta: apabila terjadi infeksi, keluar cairan seperti
nanah berbau busuk.
f) Locheostasis: lochea yang tidak lancar.
3) Servik
Setelah persalinan bentuk serviks agak menganga seperti corong
berwarna merah kehitaman, konsistensinya lunak, kadang-kadang
terdapat perlukaan-perlukaan kecil. Setelah bayi lahir, tangan masih
bisa masuk rongga rahim. Setelah 2 jam dapat dilalui oleh 2-3 jari
dan setelah 7 hari hanya dapat dilalui oleh 1 jari.
4) Ligamen-ligamen
Ligamen, fasia dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu
persalinan, setelah bayi lahir secara berangsur-angsur menjadi ciut
dan pulih kembali. Jaringan penopang dasar panggul yang terobek
atau teregang saat ibu melahirkan memerlukan waktu sampai enam
bulan untuk kembali ke tonus semula. Istilah relaksasi panggul
berhubungan dengan pemanjangan dan melemahnya topangan
permukaan struktur panggul
5) Vagina dan perineum
Estrogen pasca partum yang menurun berperan dalam pengikisan
mucosa vagina dan hilangnya rugae. Vagina yang semula sangat
teregang akan kembali secara bertahap ke ukuran sebelum hamil
sampai 6-8 minggu setelah bayi lahir. Rugae akan kembali terlihat
pada minggu ke empat. Pada awalnya introitus mengalami
eritematosa dan udematosa terutama pada daerah episiotomi atau
jahitan laserasi. Tanda-tanda infeksi (nyeri, merah, panas, bengkak
atau rabas). Atau tepian insisi tidak saling mendekat bisa terjadi.
Penyembuhan harus berlangsung dalam 2-3 minggu. Hemoroid
(varises anus) sering terjadi. Gejala yang sering dialami adalah
seperti rasa gatal, tidak Nyman dan perdarahan berwarna merah
terang pada waktu defecator. Ukuran hemoroid biasanya mengecil
beberapa minggu setelah bayi lahir.
b. Sistem Endokrin
1) Hormon plasenta
Selama periode pascapartum terjadi perubahan hormone yang besar.
Kadar estrogen dan progesterone menurun secara mencolok setelah
plasenta keluar, kadar terndahnya dicapai kira-kira 1 minggu
pascapartum. Penurunan kadar estrogen berkaitan dengan
pembengkakan payudara dan diuresis cairan ekstrasellular yang
berlebih yang terakumulasi selama masa hamil. Pada wanita yang
tidak menyusui kadar estrogen mulai meniongkat pada minggu kedua
setelah melahirkan dan lebih tinggi daripada wanita yang menyusui
pada pascapartum hari ke17.
2) Hormone hipofisis dan fungsi ovarium
Waktu dimulainya ovulasi dan menstruasi pada wanita menyusui dan
tidak menyusui berbeda. Kadar prolaktin serum yang tinggi pada
wanita menyusui tampaknya berperan dalam menekan ovulasi.
Karena kadar follicle-stimulating hormone (FSH) terbukti sama pada
wanita yang menyusui dan tidak menyusui, disimpulkan ovarium
tidak berespon terhadap stimulasi FSH ketika kadar prolaktin
meningkat (Bowes, 1991). Pada wanita tidak menyusui, ovulasi
terjadi dini, yakni da;lam 27 hari setelah melahirkan, dengan waktu
rata-rata 70-75 hari. Pada wanita menyusui, waktu rata-rata
terjadinya ovulasi sekitar 90 hari (Bowes, 1991). Diantara yang
menyusui, 15% mengalami menstruasi dalam 6 minggu dan 45%
dalam 12 minggu. Diantara wanita yang tidak menyusui, 40%
mengalami menstruasi dalam 6 minggu, 65% dalam 12 minggu dan
90% dalam 24 minggu. Pada wanita menyusui, 80% siklus
menstruasi pertama tidak mengandung ovum (anovulatory). Pada
wanita tidak menyusui, 50% siklus pertama menstruasi tidak
mengandung ovum.
c. Sistem Urinarius
1) Komponen urin
Glikosuria ginjal yang diinduksi oleh kehamilan menghilang.
Laktosuria positif pada ibu menyusui merupakan hal yang normal.
BUN (Blood Urea Nitrogen) yang meningkat selama pascapartum
merupakan akibat otolisis uterus yang berinvolusi. Pemecahan
kelebihan protein di dalam sel otot uterus juga menyebabkan
proteinurea ringan dan ( +1) selam satu atau dua hari setelah wanita
melahirkan.
2) Diuresis pascapartum
Dalam 12 jam setelah melahirkan, ibu mulai membuang kelebihan
cairan yang tertimbun di jaringan selama ia hamil, salah satu
mekanisme untuk mengurangi cairan yang teretensi selama masa
hamil ialah diaforesis luas, terutama pada malam hari selama 2 – 3
hari pertama setelah melahirkan. Diuresis pasca opartu, yang
disebabkan oleh penurunan kadar estrogen, hilangnya peningkatan
tekanan vena pada tungkai bawah, dan hilangnya peningkatan
volume darah merupakan mekansime lain tubuh untuk megatasi
kelebihan cairan.
3) Uretra dan kandung kemih
Trauma bisa terjadi pada uretra dan kandung kemih selama proses
malahirkan yakni sewaktu bayi melewati jalan lahir. Dinding
kandung kemih dapat mengalami hiperemi dan edema sering disertai
dengan daerah – daerah kecil hemoragik. Kombinasi trauma akibat
kelahiran, peningkatan kapasitas kandung kemih setelah bayi lahir
dan efek konduksi anastesi menyebabkan keinginan untuk berkemih
menurun selain itu rasa nyeri pada panggul yang timbul akibat
dorongan saat melahirkan, laserasi vagina atau episotomi juga
menurunkan refleks bekemih pada masa pasca partum tahap lanjut
distensi berlebihan dapat mengakibatkan kandung kemih lebih peka
terhadap infeksi sehingga menganggu proses berkemih normal.
d. Sistem Pencernaan
1) Nafsu makan
Ibu biasanya lapar segera setelah melahirkan.stelah benar- benar
pulih dari efek analgesia, anastesi dan keletihan kebanykan ibu
merasakan sangat lapar.
2) Motilitas
Secara khas, penurunan motilitas otot traktus cerna menetap selama
waktu yang singkat setelah bayi lahir, kelebihan anastesi dan anlgesi
bisa memperlambat pengembalian tonus dan motilitas ke keadaan
normal.
3) Defekasi
BAB secara sponta bisa tertunda selama 2 – 3 hari setelah
melahirkan. Ibu seringkali sudah mengelukan nyeri saat defekasi
karna nyeri yang dirasakannya di perineum akibat episotomi.
e. Sistem Kardiovaskuler
1) Volume darah
Pada minggu ketiga dan keempat setelah bayi lahir, volume darah
biasanya menurun sampai mencapai volume sebelum hamil,
hipervolemia yang diakibatkan kehamilan ( peningkatan ± 40 % lebih
dari volume tidak hamil dan menyebabkan kebanyakan ibu bisa
menoleransi kehilangan darah saat melahirkan, banyk ibu yang
kehilangan 300 – 400 ml darah sewaktu melahirkan bayi tunggal
pervaginam atau sekitar dua kali lipat pada saat operasi cesarean.
2) Curah jantung
Denyut jantung, volume sekuncup dan curah jantung meningkat
selama masa hamil, setelah melahirkan keadaan ini meningkat lebih
tinggi selama 30 – 60 menit karena darah biasanya melintasi
uteroplasenta tiba – tiba kembali ke sirkulasi umum.
3) Tanda-tanda vital
Selama 24 jam pertama suhu dapat meningkat sampai 380 C sebagai
akibat efek dehidrasi. Setelah 24 jam wanita harus tidak demam.
Denyut nadi tetap tinggi selam jam pertama setelah bayi lahir.
Kemudian mulai menurun dengan frekuensi yang tidak diketahuinya
pada minggu kedelapan dan kesepuluh denyut nadi kembali ke
frekuens sebelum hamil.pernapasan harus berada dalam rentang
normal sebelum melahirkan , tekanan darah sedikit berubah atau
menetap, hipotensi ortostatik dapat timbul dalam 48 jam pertama
akibat pembengkakan limpa yang terjadi.
4) Komponen darah
Selama 72 jam pertama volume plasma yang hilang lebih besar dari
sel darah yang hilang dikaitkan dengan peningkatan hematokrit
pada hari ke-3 sampai hari ke-7 post partum . selama sepuluh sampai
12 hari pertama setelah bayi lahir nilai leukosit antara 20000 dan
25000 /ml3. Keadaan hiperkoagulasi yang bisa diiringi kerusakan
pembuluh darah dan immobilisasi dan mengakibatkan peningkatan
resiko tromboembolisme terutama setalah wanita melahirkan secar
sesar.
5) Varises
Varises bahkan varises vulva akan mengecil dengan cepat setelah
bayi lahir
f. Sistem Neurologi
Perubahan neurologis selama puerperium merupakan adaptasi
neurobiologis yang terjadi saat wanita hamil dan disebabkan oleh
trauma yang dialami wanita saat bersalin dan melahirkan, rasa tidak
nyaman neurologis yang diinduksi kehamilan akan menghilang setalah
wanita melahirkan.
g. Sistem Muskuluskeletal
Adaptasi system musculoskeletal ibu yang terjadi selama masa hamil
berlangsung secara terbalik selama masa pasca partum adaptasi ini
mencakup hal –hal yang membantu relaksasi dan hipermobilitas sendi
dan perubahan pusat berat ibu akibat pembesaran rahim.
h. Sistem Integumen
Hiperpigmentasi di aeorola dan line nigra tidak menghilang seluruhnya
setelah bayi lahir, kulit yang meregang pada payudara , abdomen, paha
dan panggul mungkin memudar tapi tidak hilang seluruhnya pada
beberapa wanita spider nevi mentap, rambut halus yang tumbuh dengan
lebat pada wanita biasanya menghilang tapi rambut kasar menetap.
Diaforesis ialah perubahan yang paling jelas pada system, integument.
i. Sistem Imun
Kebutuhan ibu untuk mendapat vaksinasi rubella atau untuk mencegah
isoimunisasi Rh ditetapkan. (Bobak, 2005: 496-502)
j. Abdomen
Apabila wanita berdiri di hari pertama setelah melahirkan abdomennya
menonjol dan membuat wanita tersebut tampak masih seperti hamil
diperlukan sekitar 6 minggu untuk dinding abdomen kembali ke
keadaan semula. Ada keadan tertentu seperti bayi besar atau hamil
kembar otot – otot dinding abdomen memisah suatu keadaan yang
dinamai diatsasis rektiabdominis.

I. Perubahan Psikologis Pada periode Pasca Partum

Perkenalan, ikatan dan kasih sayang dalam menjadi orangtua


Menurut stainton (1983), ikatan ialah pertukaran perasaan karna adanya
ketertarikan, respons, dan kepuasan dan intetensitasnya bisa berubah bila
keadaan berubah seiring dengan perjalanan waktu. Ikatan berkembnag dan
dipertahankan oleh kedekatan dan interaksi. Seperti halnya setiap proses
perkembangan ikatan ditandai oleh adanya periode kemajuan dan regresi dan
bisa juga terhenti sementara atau permanent.
a. Komunikasi orang tua
Ikatan diperkuat dengan penggunaan respon sensual atau kemampuan
oleh kedua pasangan dalam melakukan interaksi orang tua-
anak.Komunikasi antara orang tua anak terdiri dari:
1) Sentuhan
Sentuhan atau indra peraba dipakai secara intensif oleh orang tua dan
pengasuh lain sebagai suatu sarana untuk mengenali bayi baru lahir.
Begitu anak dekat dengan ibunya, mereka memulai proses eksplorasi
dengan ujung jarinya,salah satu daerah tubuh yang paling sensitive.
Ibu menepuk atau mengusap lembut bayi mereka dipunggung setelah
menyusuinya. Bayi menepuk nepuk dada ibunya sewaktu
meyusui.Ibu dan ayah ingin menyentuh,mengangkat dan memeluk
bayi mereka.
2) Kontak mata
Kesenagan untuk melakukan kontak mata diperlakukan berulang-
ulang. Beberapa ibu berkata, begitu bayinya bisa memandang
mereka,mereka merasa lebih dekat dengan bayinya
(Klaus,kennel,1982). Orang tua mengahbiskan waktu yang lama
untuk membuat bayinya membuka mata dan melihat mereka. ketika
bayi baru lahir mampu secara fungsional mempertahankan kontak
mata, orang tua dan bayi akan mengguanakan lebih banyak waktu
untuk saling memandang seringa kali dalam posisi bertatapan.En face
ialah suatu posisi dimana kedua wajah terpisah kira-kira 20 cm pada
bidang pandang yang sama.
3) Suara
Saling mendengar dan berespon suara antara orang tua dan bayinya
juga penting. Orang tua menunggu tangisan pertama bayinya dengan
tegang. Saat suara yang membuat mereka yakin bayinya dalam
keadaan sehat terdengar, mereka mulai melakukan tindakan utnuk
menghibur.Sewaktu orang tua berbicara dengan suara bernada tinggi,
bayi menjadi tenag dan berpaling kearah mereka.
4) Aroma
Prilaku lain yang terjadi antara orang tua dan bayi ialah respon
terhadap aroma/bau masing-masing. Ibu berkomentar terhadap aroma
bayi mereka ketika baru lahir dan mengetahui bahwa setiap anak
memiliki aroma yang unik (porter,cernoch,perry,1983). Bayi belajar
dengan cepat untuk membedakan aroma susu ibunya.
5) Entrainment
Bayi baru lahit bergerak-gerak sesuai dengan struktur pembicaraan
orang dewasa. Mereka menggoyangkan tangan, mengangkat kepala,
menendang-nendangkan kaki, seperti sedang berdangsa mengikuti
nada suara orang tuannya.Hal in berarti bayi telah mengembangkan
irama muncul akibat kebiasaan jauh sebelum ia mampu
berkomunikasi dengan kata-kata. Entariment terjadi saat anak mulai
berbicara.
6) Bioritme
Anak yang belum lahir dapat dikatakan senada dengan ritme alamiah
ibunya, misalnya pada denyut jantung. Setelah lahir, bayi yang
menangis, dapat ditenagkan dengan dipeluk dalam posisi sedemikian
sehingga ia dapat mendengar denyut jantung ibunya atau mendengar
sura denyut jantung yang direkam. Salah satu tugas bayi ialah
membentuk ritme personal (bioritme). Orang tua dapat membantu
proses ini dengan memberikan kasih saying dengan konsisten dan
dengan memanfaatkan waktu saat bayi mengembangkan prolaku
yang responsive.
b. Penyesuaian maternal, paternal, saudara kandung serta kakek-nenek
1) Penyesuaian maternal
a) Fase dependent
Selama 1 sampai 2 hari pertama setelah melahirkan,
ketergantunganm ibu menonjol. Pada waktu ini ibu
mengharapkan segala kebutuhanya dapat dipenuhi orang lain. Ibu
memindahkan energi psikologisnya kepada anaknya. Periode
beberapa hari ini sebagai fase menerima (taking-in phase) suatu
waktu dimana ibu baru memerlukan perlindungan dan perawatan.
Fase dependen ialah suatu waktu yang penuh kegembiraan dan
kebanyakan orang tua sangat suka mengkomunikasikannya.
Pemusatan analisis dan sikap yang menerima pengalaman ini
membnatu orang tua untuk berpindah kefase berikutnya.
Beberapa oaring tua dapat menganggap petugas atau ibu yang
lain sebagai pendengarnya. Kecemasakan dan keasikan terhadap
peran barunya sering mempersempint lapang persepsi ibu oleh
karena itu informasi yang diberikan pada waktu ini mengkin
perlu diulang.
b) Fase dependent mandiri
Dalam fase ini secara bergantian muncul kebutuhan untuk
mendapat perawatan dan penerimaan dari orang lain dan
keinginan untuk bisa melakukan segala sesuatu secara mandiri. Ia
berespon dengan penuh semangat untuk memperoleh kesempatan
belajar dan berlatih tentang cara perawatan bayi atau jika ia
adalah seorang ibu yang gesit, ia akan memiliki keinginan untuk
merawat bayinya secara langsung. Rubbin (1961) menjelaskan
keadaan ini sebagai fase taking-hold yang berlangsung kira-kira
10 hari. Keletihan setelah melahirkan diperburuk oleh tuntutan
bayi yang bayakn sehimngga dengan mudah timbul perasaan
depresi. Dikatakan pada masa puerprium ini kadar glukorkotikoid
dalam sirkulasi dapat menjadi rendah atau terjadi hipotiroid
subklinis. Keadaan fisiologis ini dapt menjelaskan depresi pasca
partum ringan (Baby blues ).
c) Fase interdependent
Pada fase ini perilaku interdependent muncul ibu dan
keluarganya maju sebagai suatu system dengan para anggota
saling berinteraksi. Hubungan antar pasangan, walaupun sudah
berubah dengan adanya seorang anak, kembali menunjukkan
karakteristik awal. Fase interdependent (letting go) merupakan
fase yang penuh stress bagi orang tuanya. Kesenangean dan
kebutuhan sering terbagi dalam amsa ini. Pria danm wanita harus
menyelesaikan efek dari perannya masing-masing dalam hal
mengasuh anak, mengatur rumah dan membina karier. Suatu
upaya khusus harus dilakuakn untuk memperkuat hubungan
orang dewasa dengan orang dewasa sebagai dasar kesatuan
keluarga.
2) Penyesuaian Paternal
Para ahli melukiskan bebagai karakteristik engrossment.beberapa
respon sensual, seperti sentuhan dan kontak mata. Keinginan ayah
untuk menemukan hal-hal yang unik maupun yang sama derngan
dirinya merupakan karakteristik lain yang berkaitan dengan
kebutuhan ayah untuk merasakan bahwa bayi ini adalah miliknya.
Respon yang jelas ialah adanya daya tarik yang kuat dari bayi yang
baru lahir. Pengalaman para ayah baru selama tiga minggu pertama
kehidupan bayi menyatakan bahwa para ayah baru menjalani tiga
tahapa proses yaitu Tahap pertama meliputi pengalaman prakonsepsi
yakni akan seperti apa rasanya ketika membawa pulang bayi
kerumah . Tahap kedua meliputi Realitas yang tidak menyenangkan
menjadi ayah baru .Beberapa ayah mulai menyadari bahwa harapan
mereka sebelumnya tidak didasarkan pada kenyataan. Perasaan sedih
dan ragu sering sekali menyertai realitas. Tahap ketiga meliputi
keputusan yang dilakukan dengan sadar unutk mengontrol dan
menjadi lebih aktif terlibat didalam kehidupan bayi mereka.
3) Penyesuaian saudara kandung
Memperkenalkan bayi kepada suatu keluarga dengan satu anak atau
lebih bisa menjadi persoalan bagi orang tua.Orang tua perlu membagi
perhatian mereka dengan adil. Anak yang lebih tua harus menyusun
posisi baru didalam hirarki keluarga. Anak yang lebih tua harus tetap
berada dalam posisi sebagai pemimpin. Anak berikutnya dalam
urutan tanggal lahir harus berada pada posisi yang lebih superior dari
adiknya yang baru. Kelakuan mundur keusia yang jauh lebih muda
bisa terlihat pada beberapa anak. Mereka bisa kembali ngompol,
merengek-rengek dan tidak mau makan sendiri, reaksi kecemburuan
dapat muncul ketika suaka cita akan kehadiran bayi dirumah mulai
pudar.Penyesuaian awal anak yang lebih tua terhadap bayi baru lahir
membutuhkan waktu.Anak harus diperbolehkan berinteraksi atas
kemauannya sendiri dan jangan dipaksa.
a) Penyesuaian kakek dan nenek
Jumlah keterlibatan kakak dan nenek dalam merawat bayi baru
lahir tergantung pada banyak factor misalnya keinginan kakek-
nenek untuk terlibat, kedekatan hubungan kakek-dan nenek dan
peran kakek dan nenek dalam konteks budaya dan etnik yang
bersangkutan. Nenek dari ibu ialah model yang penting dalam
praktik perawatan bayi. Ia bertindak sebagai sumber pengetahuan
dan sebagai individu pendukung. Sering kali nenek dan kakek
mengatakan bahwa cucu membantu mereka mengatasi rasa sepi
dan kebosanan. Dukungan kakek dan nenek dapat menjadi
pengaruh yang menstabilkan keluarga yang sedang mengalami
krisis perkembangan seperti seperti kehamilan dan menjadi orang
tua baru. Kakek dan nenek dapat membantu anak-anak mereka
mempelajari keterampilan menjadi orangtua dan
mempertahankan tradisi budaya.
4) Faktor yang mempengaruhi respon orang tua
a) Usia
Masalah dan kekhawatiran ibu yang terkait dengan kelompok ibu
yang berusia 35 tahun semakin banyak muncul pada decade
terakhir kali dimana pada usia ini para ibu sudah mengalami
keletihan dan lelah merawat bayi . dalam hal ini para ibu sangat
membutuhkan kegiatan yang dapat membnatu ibu untuk
memperoleh kembali kekuatan tonus dan tonus otot (seperti
latihan senam prenatal dan pascapartum).
b) Jaringan social
Primipara dan multipara memiliki kebutuhan yang
berbeda.Multipara lebih realistis terhadap terhapat keterbatasan
fisik dan mudah beradaptasi terhadap peran dan interaksi
sosialnya. Sedangkan primipara membutuhkan dukungan dan
tindak lanjut yang mencakup rujukan kebadan bantuan dalam
masyarakat. Jaringan social meningkatkan potensi pertumbuhan
anak dan mencegah kekeliruan dalam memperlakukan anak.
c) Budaya
Kepercayaan dan praktek budaya menjadi determinan penting
dalam prilaku orang tua. Kedua hal tersebut mempengaruhi
interaksi orang tua dengan bayi , demikian juga dengan orang tua
atau keluarga yang mengasuh bayi karna setiap orang memiliki
kepercayaan terhadap budaya berbeda beda.
d) Kondisi sosial ekonomi
Kondisi sosial ekonomi seringkali menjadi jalan untuk
mendapatkan bantuan. Keluarga yang mampu membayar
pengeluaran tambahan dengan hadirnya bayi baru ini pengeluaran
tambahan dengan hadirnya bayi baru ini mungkin hamper tidak
merasakan beban keuangan tetapi dilain pihak keluarga yang
menemukan kalahiran seorang bayi suatu beban financial dapat
mengalami peningkatan stress dan stess ini bisa mengganggu
interaksi orang tua terhapat bayinya.
e) Aspirasi personal
Bagi beberapa wanita, menjadi orang tua mengganggu kebebasan
pribadi dan kemajuan berkariernya kekecewaan yang timbul
akibat tidak mencapai kenaikan jabatan,kalo masalah ini tidak
diselesaikan hal tersebut akan berdampak pada cara mereka
merawat dan mengasuh bayi dan bahkan mereka bisa
menelantarkan bayinya.

J. Gejala Klinis

No Area Pengkajian Temuan yang Mungkin pada Temuan Hari ke-2 sampai
Hari ke-1 hari ke-3
1 Tanda-tanda vital:
- Suhu - Naik 380 Celcius - Rentang normal
- Nadi - 40-70 kali per menit - Bradikardi atau
- Tekanan darah - Rentang normal normal
- Pernafasan - Rentang normal - Rentang normal
- Rentang normal
2 Involusi:
- Uterus - Fundus setingging - Fundus 1-2 cm di
- Lokea umbilikus bawah umbilikus
- Rubra, jumlah sedang, bau - Rubra sampai serosa,
amis jumlah sedang, bau
amis atau tidak berbau
3 Abdomen Lembek, kendur Lembek, kendur
4 Perineum Edema, bersih Edema berkurang, bersih
5 Payudara:
- Konsistensi - Lunak, kolostrum - Mengeras, membesar,
- Puting - Utuh hangat
- Laktasi - Kolostrum - Dapat mengalami luka
yang memerah
- ASI hari ke-2 sampai
ke-4
6 Tungkai Edema pretibia/pedis, tanda Edema minimal, tanda
Homan negatif Homan negatif
7 Eliminasi:
- Berkemih - Lebih dari 3000 mililiter - Jumlah banyak
- Defekasi - Tidak ada berkurang
- Defekasi 2-3 hari
8 Ketidaknyamanan, Luka pada perineum, nyeri Ketidaknyaman pada
nyeri pada hemoroid, sakit seluruh perineum dan akibat
tubuh hemoroid berkurang
9 Tingkat energi Keletihan, mengantuk Lelah bergerak dengan
lambat pada awalnya,
energi kembali tetapi
bervariasi
10 Nafsu makan Sering haus Sangat lapar, sering kali
sangat lahap
11 Keadaan emosional Eforia, senang Bahagia, puas sampai
cemas, khawatir
(Reeder, Sharon J., 2011)

K. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan darah lengkap


Untuk mengkaji apakah ada anemia, pemeriksaan darah lengkap,
hematokrit, atau hemoglobin dilakukan dalam 2 sampai 48 jam setelah
persalinan. Karena banyaknya adaptasi fisiologis saat wanita kembali ke
keadaan seperti sebelum hamil, nilai darah berubah setelah melahirkan.
Rata-rata kehilangan darah 400-500 mili liter, penurunan 1 gram kadar
hemoglobin atau 30% nilai hematokrit masih dalam kisaran yang
diharapkan. Penurunan nilai yang lebih besar disebabkan oleh
perdarahan hebat saat melahirkan, hemoragi, atau anemia pranatal.
Selama 10 hari pertama pascapartum, jumlah sel darah putih
dapat meningkat samap 2000 mm3 sebelum akhirnya kembali ke nilai
normal. Karena komponen seluler leukosit ini mirip dengan komponen
seluler selama infeksi, peningkatan ini dapat menutupi prooses infeksi
kecuali jka jumlah sel darah putih dari jumlah fisiologis (Reeder, Sharon
J., 2011).

L. Komplikasi

a. Pembengkakan payudara
b. Mastitis (peradangan pada payudara)
c. Post partum blues
Wanita mengalami gangguan mood, puncaknya pada hari ke-5 dan
berakhir pada hari ke-14. Ibu merasa down, mudah menangis tanpa
alsan yang jelas, ibu merasa kelelahan, konsentrasi rendah, merasa
kehilangan, sedih, terkadang merasa bermusuhan dengan suaminya.
c. Infeksi puerperalis
Infeksi puerperalis ditandai dengan pembengkakan, rasa nyeri,
kemerahan pada jaringan terinfeksi atau pengeluaran v=cairan berbau
dari jalan lahir selama atau sesudah persalinan.
1) vulva dan perineum
2) Memperlancar keluarnya lokhea (darah nifas)
Alat-alat yg digunakan
1) Softex atau pembalut wanita yg bersiAir hangat atau cairan
antiseptik (betadine yang diencerkan, sublimat, detol yang
diencerkan, sabun, dll).
2) Tissue atau handuk kecil.
3) Celana dalam bersih
M. ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU DENGAN POST PARTUM
N. PENGKAJIAN

a. Keluhan Utama dan Riwayat Penyakit


1) Keluhan Utama
Sakit perut , perdarahan , nyeri pada luka jahitan , takut bergerak
2) Riwayat Kehamilan
Umur kehamilan serta riwayat penyakit menyetai
3) Riwayat Persalinan
a) Tempat persalinan
b) Normal atau terdapat komplikasi
c) Keadaan bayi
d) Keadaan ibu
4) Riwayat Nifas Yang Lalu
a) Pengeluaran ASI lancar / tidak
b) BB bayi
c) Riwayat ber KB / tidak
5) Pemeriksaan psikososial
a) Respon + persepsi keluarga
b) Status psikologis ayah , respon keluarga terhadap bayi

b. Pemeriksaan Fisik
1) Monitor Keadaan Umum Ibu
- Jam I : tiap 15 menit, jam II tiap 30 menit
- 24 jam I : tiap 4 jam
- Setelah 24 jam : tiap 8 jam
2) Monitor Tanda-tanda Vital
3) Payudara
Produksi kolustrum 48 jam pertama.
4) Uterus
Konsistensi dan tonus, posisi tinggi dan ukuran.
5) Insisi SC
Balutan dan insisi, drainase, edema, dan perubahan warna
6) Kandung Kemih dan Output Urine
Pola berkemih, jumlah distensi, dan nyeri.
7) Bowel
Pergerakan usus, hemoroid dan bising usus.
8) Lochea
Tipe, jumlah, bau dan adanya gumpalan.
9) Perineum
Episiotomi, laserasi dan hemoroid, memar, hematoma, edema, discharge
dan approximation. Kemerahan menandakan infeksi.
10) Ekstremitas
Tanda Homan, periksa redness, tenderness, warna.
11) Diagnostik
Jumlah darah lengkap, urinalisis.
c. Perubahan Psikologis
1) Peran Ibu meliputi:
Kondisi Ibu, kondisi bayi, faktor sosial-ekonomi, faktor keluarga, usia
ibu, konflik peran.
2) Baby Blues:
Mulai terjadinya, adakah anxietas, marah, respon depresi dan psikosis.
3) Perubahan Psikologis
a. Perubahan peran, sebagai orang tua.
b. Attachment yang mempengaruhi dari faktor ibu, ayah dan bayi.
c. Baby Blues merupakan gangguan perasaan yang menetap, biasanya
pada hari III dimungkinkan karena turunnya hormon estrogen dan
pergeseran yang mempengaruhi emosi ibu.
4) Faktor-faktor Risiko
a. Duerdistensi uterus
b. Persalinan yang lama
c. Episiotomi/laserasi
d. Ruptur membran prematur
e. Kala II persalinan
f. Plasenta tertahan
g. Breast feeding
O. DIAGNOSIS KEPERAWATAN

a. Risiko kekurangan volume cairan berubungan dengan penurunan masukan


atau penggantian tidak adekuat, kehilangan cairan berlebihan (muntah,
diaforesis, peningkatan haluaran urin dan kehilangan tidak kasat mata
meningkat, hemoragi).
b. Konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot ( diastasis rekti), efek-
efek progesterone, dehidrasi, kelebihan analgesia atau anastesia, diare
prapersalinan, kurang masukan, nyeri perineal/rectal ditandai dengan
melaporkan rasa penuh abdomen/rectal atau tekanan, mual, feses kurang dari
biasanya,mengejan pada defekasi dan penurunan bising usus.
c. Gangguan elminasi urinarius berhubungan dengan efek – efek hormonal
(perpindahan cairan/peningkatan aliran plasma ginjal), trauma mekanis,
edema jaringan, efek – efek anesthesia di tandai dengan peningkatan
pengisian/distensi kandung kemih, perubahan pada jumblah/frekuensi
berkemih.
d. Gangguan pemenuhan ADL b/d kelemahan; kelelahan post partum.
e. Nyeri akut/ ketidaknyamanan berhubungan dengan trauma mekanis, edema/
pembesarab jaringan atau distensi,efek-efek hormonal di tandai dengan
Melaporkan kram (after pain) ,sakit kepala, ketidaknyamanan parineal ,dan
nyeri tekan payudara,prilaku melindung/distraksi,wajah menunjukan nyeri.
f. Risiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan atau kerusakan kulit,
penurunan Hb, prosedur invasive, atau peningkatan pemajanan lingkungan,
rupture ketuban lama, malunutrisi
g. Risiko tinggi terhadap perubahan proses parenting berhubungan dengan
kurang dukungan diantara/ dari orang terdekat, kurang pengetahuan,
ketidakefektifan dan/atau tidak tersedianya model peran, harapan tidak
realistis untuk diri sendiri/bayi/pasangan,tidak terpenuhinya kebutuhan
maturasi social/emosional dari klien/pasangan, adanya stressor (misalnya
financial,rumah tangga dan pekerjaan).
h. Ketidakefektifan menyusui berhubungan dengan tingkat pengetahuan ,
pengalaman sebelumnya , tingkat dukungan , karakteristik payudara
P. RENCANA KEPERAWATAN

Diagnosa Tujuan dan Rencana Intervensi Rasional


Keperawata Kriteria Hasil
n
Resiko Pasien dapat 1. Pantau: 1. Mengidentifikasi
kekurangan mendemostrasikan penyimpangan
- Tanda-tanda vital indikasi
volume status cairan setiap 4 jam. kemajuan atau
cairan b/d membaik. - Warna urine. penyimpangan
pengeluaran Kriteria evaluasi: dari hasil yang
- Berat badan setiap
diharapkan.
yang tak ada hari. 2. Temuan-temuan
berlebihan; manifestasi - Status umum setiap 8 ini menandakan
perdarahan; dehidrasi, resolusi hipovolemia dan
jam.
perlunya
diuresis; oedema, haluaran 2. Beritahu dokter peningkatan
keringat urine di atas 30 bila: haluaran urine cairan.
berlebihan. ml/jam, kulit < 30 ml/jam, haus, 3. Mencegah
takikardia, gelisah, pasien jatuh ke
kenyal/turgor kulit
TD di bawah dalam kondisi
baik. rentang normal, kelebihan cairan
urine gelap atau yang beresiko
encer gelap. terjadinya oedem
3. Konsultasi dokter paru.
bila manifestasi 4. Mengidentifikasi
kelebihan cairan keseimbangan
terjadi. cairan pasien
4. Pantau: cairan secara adekuat
masuk dan cairan dan teratur.
keluar setiap 8 jam.

Gangguan Pola eleminasi 1. Kaji haluaran urine, 1. Mengidentifikasi


eliminasi (BAK) pasien keluhan serta penyimpangan
keteraturan pola dalam pola
urinarius b/d teratur.
berkemih. berkemih pasien.
trauma Kriteria hasil: 2. Anjurkan pasien 2. Ambulasi dini
perineum dan eleminasi BAK melakukan memberikan
ambulasi dini. rangsangan
saluran lancar, disuria
untuk
kemih. tidak ada, bladder 3. Anjurkan pasien pengeluaran
untuk membasahi urine dan
kosong, keluhan perineum dengan pengosongan
kencing tidak ada. air hangat sebelum bladder.
berkemih. 3. Membasahi
4. Anjurkan pasien bladder dengan
untuk berkemih air hangat dapat
secara teratur. mengurangi
5. Anjurkan pasien ketegangan
untuk minum 2500- akibat adanya
3000 ml/24 jam. luka pada
6. Kolaborasi untuk bladder.
melakukan 4. Menerapkan
kateterisasi bila pola berkemih
pasien kesulitan secara teratur
berkemih. akan melatih
pengosongan
bladder secara
teratur.
5. Minum banyak
mempercepat
filtrasi pada
glomerolus dan
mempercepat
pengeluaran
urine.
6. Kateterisasi
memabnatu
pengeluaran
urine untuk
mencegah stasis
urine.

Konstipasi Pola eleminasi 1. Kaji pola BAB, 1. Mengidentifikasi


b/d (BAB) teratur. kesulitan BAB, penyimpangan
warna, bau, serta kemajuan
kurangnya Kriteria hasil: pola
konsistensi dan dalam pola
mobilisasi; eleminasi teratur, jumlah. eleminasi (BAB).
diet yang feses lunak dan 2. Anjurkan ambulasi 2. Ambulasi dini
dini. merangsang
tidak warna khas feses,
3. Anjurkan pasien pengosongan
seimbang; bau khas feses, untuk minum rektum secara
trauma tidak ada kesulitan banyak 2500-3000 lebih cepat.
ml/24 jam. 3. Cairan dalam
persalinan. BAB, tidak ada
feses bercampur 4. Kaji bising usus jumlah cukup
darah dan lendir, setiap 8 jam. mencegah
5. Pantau berat badan terjadinya
konstipasi tidak
setiap hari. penyerapan cairan
ada. 6. Anjurkan pasien dalam rektum
makan banyak serat yang dapat
seperti buah- menyebabkan
buahan dan sayur- feses menjadi
sayuran hijau. keras.
4. Bising usus
mengidentifikasik
an pencernaan
dalam kondisi
baik.
5. Mengidentifiakis
adanya penurunan
BB secara dini.
6. Meningkatkan
pengosongan feses
dalam rektum.

Gangguan ADL dan 1. Kaji toleransi 1. Parameter


pemenuhan kebutuhan pasien terhadap menunjukkan
aktifitas respon fisiologis
ADL b/d beraktifitas pasien
menggunakan pasien terhadap
immobilisasi; terpenuhi secara parameter berikut: stres aktifitas dan
kelemahan. adekuat. nadi 20/mnt di atas indikator derajat
frek nadi istirahat, penagruh
Kriteria hasil:
catat peningaktan kelebihan kerja
- Menunjukkan TD, dispnea, nyeri jnatung.
peningkatan dada, kelelahan 2. Menurunkan kerja
berat, kelemahan, miokard/komsums
dalam
berkeringat, pusing i oksigen ,
beraktifitas. atau pinsan. menurunkan
- Kelemahan dan 2. Tingkatkan resiko komplikasi.
kelelahan istirahat, batasi 3. Stabilitas
aktifitas pada dasar fisiologis pada
berkurang. nyeri/respon istirahat penting
- Kebutuhan hemodinamik, untuk
ADL terpenuhi berikan aktifitas menunjukkan
senggang yang tingkat aktifitas
secara mandiri
tidak berat. individu.
atau dengan 3. Kaji kesiapan untuk 4. Komsumsi
bantuan. meningkatkan oksigen miokardia
aktifitas contoh: selama berbagai
- frekuensi
penurunan aktifitas dapat
jantung/irama kelemahan/kelelaha meningkatkan
dan Td dalam n, TD stabil/frek jumlah oksigen
nadi, peningaktan yang ada.
batas normal.
perhatian pada Kemajuan aktifitas
- kulit hangat, aktifitas dan bertahap
merah muda perawatan diri. mencegah
4. Dorong memajukan peningkatan tiba-
dan kering
aktifitas/toleransi tiba pada kerja
perawatan diri. jantung.
5. Anjurkan keluarga 5. Teknik
untuk membantu penghematan
pemenuhan energi
kebutuhan ADL menurunkan
pasien. penggunaan energi
6. Jelaskan pola dan membantu
peningkatan keseimbangan
bertahap dari suplai dan
aktifitas, contoh: kebutuhan
posisi duduk oksigen.
ditempat tidur bila 6. Aktifitas yang
tidak pusing dan maju memberikan
tidak ada nyeri, kontrol jantung,
bangun dari tempat meningaktkan
tidur, belajar berdiri regangan dan
dst. mencegah aktifitas
berlebihan.

Nyeri akut Pasien 1. Kaji tingkat nyeri 1. Menentukan


b/d mendemonstrasika pasien. intervensi
2. Kaji kontraksi keperawatan
peregangan n tidak adanya
uterus, proses sesuai skala
perineum; nyeri. involusi uteri. nyeri.
luka Kriteria hasil: 3. Anjurkan pasien 2. Mengidentifikasi
untuk membasahi penyimpangan
episiotomi; vital sign dalam
perineum dengan dan kemajuan
involusi uteri; batas normal, air hangat sebelum berdasarkan
hemoroid; pasien
pembengkaka menunjukkan berkemih. involusi uteri.
n payudara. peningkatan 4. Anjurkan dan latih 3. Mengurangi
pasien cara ketegangan pada
aktifitas, keluhan
merawat payudara luka perineum.
nyeri terkontrol, secara teratur. 4. Melatih ibu
payudara lembek, 5. Jelaskan pada ibu mengurangi
tetang teknik bendungan ASI
tidak ada
merawat luka dan
bendungan ASI. perineum dan memperlancar
mengganti PAD pengeluaran
secara teratur setiap ASI.
3 kali sehari atau 5. Mencegah
setiap kali lochea infeksi dan
keluar banyak. kontrol nyeri
6. Kolaborasi dokter pada luka
tentang pemberian perineum.
analgesik bial nyeri 6. Mengurangi
skala 7 ke atas. intensitas nyeri
denagn menekan
rangsnag nyeri
pada nosiseptor.

Resiko Infeksi tidak 1. Pantau: vital sign, 1. Mengidentifikasi


infeksi b/d terjadi. tanda infeksi. penyimpangan
2. Kaji pengeluaran dan kemajuan
trauma jalan Kriteria hasil:
lochea, warna, bau sesuai intervensi
lahir. tanda infeksi tidak dan jumlah. yang dilakukan.
ada, luka 3. Kaji luka 2. Mengidentifikasi
perineum, keadaan kelainan
episiotomi kering
jahitan. pengeluaran
dan bersih, takut 4. Anjurkan pasien lochea secara
berkemih dan membasuh vulva dini.
setiap habis 3. Keadaan luka
BAB tidak ada.
berkemih dengan perineum
cara yang benar berdekatan
dan mengganti dengan daerah
PAD setiap 3 kali basah
perhari atau setiap mengakibatkan
kali pengeluaran kecenderunagn
lochea banyak. luka untuk selalu
5. Pertahankan teknik kotor dan mudah
septik aseptik terkena infeksi.
dalam merawat 4. Mencegah
pasien (merawat infeksi secara
luka perineum, dini.
merawat payudara, 5. Mencegah
merawat bayi). kontaminasi
silang terhadap
infeksi.

Resiko Gangguan proses 1. Beri kesempatan ibu 1. Meningkatkan


gangguan parenting tidak untuk melakuakn kemandirian ibu
perawatan bayi dalam perawatan
proses ada.
secara mandiri. bayi.
parenting b/d Kriteria hasil: ibu 2. Libatkan suami 2. Keterlibatan
kurangnya dapat merawat dalam perawatan bapak/suami
bayi. dalam perawatan
pengetahuan bayi secara
3. Latih ibu untuk bayi akan
tentang cara mandiri perawatan payudara membantu
merawat bayi. (memandikan, secara mandiri dan meningkatkan
teratur. keterikatan batih
menyusui).
4. Motivasi ibu untuk ibu dengan bayi.
meningkatkan 3. Perawatan
intake cairan dan payudara secara
diet TKTP. teratur akan
5. Lakukan rawat mempertahanka
gabung sesegera n produksi ASI
mungkin bila tidak secara kontinyu
terdapat komplikasi sehingga
pada ibu atau bayi. kebutuhan bayi
akan ASI
tercukupi.
4. Meningkatkan
produksi ASI.
5. Meningkatkan
hubungan ibu
dan bayi sedini
mungkin.

Ketidak setelah diberikan 1. Kaji ulang tingkat 1. Membantu


efektifan asuhan pengetahuan dan dalam
menyusui keperawatan pengalaman ibu mengidentifikasi
berhubungan diharapkan ibu tentang menyusui kebutuhan saat
dengan dapat mencapai sebelumnya. ini agar
tingkat kepuasan 2. Demonstransikan memberikan
pengetahuan, menyusui dengan dan tinjau ulang intervensi yang
pengalaman criteria evaluasi : teknik menyusui tepat.
sebelumnya, ibu 3. Anjurkan ibu 2. Posisi yang tepat
tingkat mengungkapkan mengeringkan biasanya
dukungan, proses situasi puting setelah mencegah
karakteristik menyusui, bayi menyusui luka/pecah
payudara mendapat ASI putting yang
yang cukup. dapat merusak
dan
mengganggu.
3. Agar
kelembapan pada
payudara tetap
dalam batas
normal

Q. IMPLEMENTASI

(Implementasi sesuai dengan intervensi)

R. EVALUASI

a. Diagnosis 1
Tidak terjadi tanda-tanda kekurangan volume cairan
b. Diagnosis 2
Tidak terjadi gangguan proses eliminasi urinarius
c. Diagnosis 3
Tidak terjadi konstipasi
d. Diagnosis 4
ADL pasien terpenuhi sesuai dengan batas toleransi
e. Diagnosis 5
Nyeri pasien terkontrol atau berkurang
f. Diagnosis 6
Tidak terjadi tanda-tanda infeksi
g. Diagnosis 7
Tidak terjadi gangguan atau perubahan peran menjadi orang tua
h. Diagnosis 8
Proses menyusui efektif, kebutuhan ibu dan bayi terpenuhi.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Post partum merupakan suatu periode dalam minggu-minggu pertama setelah
kelahiran. Lamanya “periode” ini tidak pasti, sebagian besar mengganggapnya
antara 4 sampai 6 minggu. Walaupun merupakan masa yang relatif tidak
komplek dibandingkan dengan kehamilan, nifas ditandai oleh banyaknya
perubahan fisiologi.Pada kasus ini Implementasi sudah sesuai dengan intervensi.
B. Saran
1. Penulis
Penulis harus mampu memberikan dan berfikir kritis dalam melakukan asuhan
keperawatan secara komprehensif pada klien, terutama klien dengan post operasi
.Penulis juga harus menggunakan teknik komunikasi terapeutik yang baik lagi
pada saat pengkajian, tindakan, dan evaluasi agar terjalin kerjasama yang baik
untuk kesembuhan klien.
2. Pendidikan
Institusi pendidikan kesehatan harus melakukan pengembangan dan peningkatan
mutu pendidikan dimasa yang akan datang, agar bisa memberikan asuhan
keperawatan yang professional khususnya untuk klien post operasi.
3. Rumah sakit
Institusi Rumah sakit harus menekankan perawat dan tim medis lainnya
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan demi membantu pengobatan klien dan
memberikan kepuasan klien dalam pelayanan Rumah sakit.
DAFTAR PUSTAKA

Widarsih, Susi. (2013). Asuhan Keperawatan Nyeri Akut pada Ny.W dengan Post
Partum Normal dengan Tindakan Episiotomi di Ruang Teratai RSUD
Karanganyar. Surakarta : STIKES Kusuma Husada
Lestari, Sri Puji. (2013). Asuhan Keperawatan pada Ny.E dengan Post Partum Spontan
di Ruang Anyelir RSUD Banyudono Boyolali. Surakarta : FK Ilmu Kesehatan,
Universitas Muhammadiyah
Wijayanti, Yuni. (2013). Asuhan Keperawatan pada Ny.S dengan Post Partum Spontan
di Ruang An Nisa RS PKU Muhammadiyah Surakarta. Surakarta : FK Ilmu Kesehatan,
Universitas Muhammadiyah

Anda mungkin juga menyukai