1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas anugrah-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan penulisan makalah tentang perubahan fisiologis pada masa nifas.
Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan Makalah ini selain untuk menyelesaikan tugas
yang diberikan oleh Dosen pengajar, juga untuk lebih memperluas pengetahuan para
mahasiswa khususnya bagi penulis.
Penulis telah berusaha untuk dapat menyusun makalah ini dengan baik, namun
penulis pun menyadari bahwa kami memiliki akan adanya keterbatasan kami sebagai
manusia biasa. Oleh karena itu jika didapati adanya kesalahan-kesalahan baik dari segi teknik
penulisan, maupun dari isi, maka kami memohon maaf dan kritik serta saran dari dosen
pengajar bahkan semua pembaca sangat diharapkan oleh kami untuk dapat menyempurnakan
makalah ini terlebih juga dalam pengetahuan kita bersama.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................................................1
C. Tujuan......................................................................................................................................2
BAB II..................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN...................................................................................................................................3
A. Perubahan pada Vagina dan Perineum.................................................................................3
B. Perubahan pada Serviks Uteri................................................................................................3
C. Perubahan pada Uterus...........................................................................................................4
D. Perubahan pada Endometrium..............................................................................................4
E. Perubahan sistem pencernaan................................................................................................5
F. Perubahan sistem perkemihan...............................................................................................5
G. Perubahan sistem kardiovaskuler..........................................................................................6
H. Perubahan sistem hemotologi.................................................................................................6
I. Sistem Musculoskeletal...........................................................................................................7
J. Perubahan Sistem Endokrin...................................................................................................8
K. Tanda-Tanda Vital.................................................................................................................10
BAB III...............................................................................................................................................13
PENUTUP..........................................................................................................................................13
A. Kesimpulan............................................................................................................................13
B. Saran.......................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta, serta selaput
yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan seperti sebelum hamil dengan
waktu kurang lebih 6 minggu.
Pada masa nifas ini ibu akan mendapati beberapa perubahan pada tubuh maupun
emosi. Bagi yang belum mengetahui hal ini tentu akan merasa khawatir akan perubahan yang
terjadi, oleh sebab itu penting bagi ibu memahami apa saja perubahan yang terjadi agar dapat
menangani dan mengenali tanda bahaya secara dini.
Pada masa nifas ini, terjadi perubahan-perubahan anatomi dan fisiologis pada ibu.
Perubahan fisiologis yang terjadi sangat jelas, walaupun dianggap normal, di mana proses-
proses pada kehamilan berjalan terbalik. Banyak faktor, termasuk tingkat energi, tingkat
kenyamanan, kesehatan bayi baru lahir dan perawatan serta dorongan semangat yang
diberikan oleh tenaga kesehatan, baik dokter, bidan maupun perawat ikut membentuk respon
ibu terhadap bayinya selama masa nifas ini.
Untuk memberikan asuhan yang menguntungkan terhadap ibu, bayi dan keluarganya,
seorang bidan atau perawat harus memahami dan memiliki pengetahauan tentang perubahan-
perubahan anatomi dan fisiologis dalam masa nifas ini dengan baik.
B. Rumusan Masalah
1
7. Apa saja perubahan dari system kardiovaskuler?
8. Apa saja perubahan dari system hematologi ?
9. Apa saja perubahan dari system muskuloskeletal ?
10. Apa saja perubahan dari system endokrin ?
11. Apa saja perubahan dari system tanda-tanda vital ?
C. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Perineum pada saat proses persalinan ditekan oleh kepala janin, sehingga perineum
menjadi kendur dan teregang. Tonus otot perineum akan pulih pada hari kelima postpartum
mesipun masih kendur dibandingkan keadaan sebelum hamil.
Meskipun perineum tetap intack/utuh tidak terjadi robekan saat melahirkan bayi, ibu
tetap merasa memar pada perineum dan vagina pada beberapa hari pertama persalinan. Ibu
mungkin merasa malu untuk membuka perineumnya untuk diperiksa oleh bidan, kecuali jika
ada indikasi klinis. Bidan harus memberikan asuhan dengan memperhatikan teknik asepsis
dan antisepsis, dan lakukan investigasi jika terdapat nyeri perineum yang dialami. Perineum
yang mengalami robekan atau di lakukan episiotomy dan dijahit perlu di periksa keadaannya
minimal satu minggu setelah persalinan.1
Tepi luar serviks yang berhubungan dengan ostium uteri ekstermun (OUE) biasanya
mengalami laserasi pada bagian lateral. Ostium serviks berkontraksi perlahan, dan beberapa
3
hari setelah persalinan ostium uteri hanya dapat dilalui oleh 2 jari. Pada akhir minggu
pertama, ostium uteri telah menyempit, serviks menebal dan kanalis servikalis kembali
terbentuk. Meskipun proses involusi uterus telah selesai, OUE tidak dapat kembali pada
bentuknya semula saat nullipara. Ostium ini akan melebar, dan depresi bilateral pada lokasi
laserasi menetap sebagai perubahan yang permanen dan menjadi ciri khas servis pada wanita
yang pernah melahirkan/para.
Pada jam-jam pertama pasca persalinan, uterus kadang-kadang bergeser ke atas atau
ke kanan karena kandung kemih. Kandung kemih harus dikosongkan sebelum mengkaji
tinggi fundus uteri (TFU) sebagai indikator penilaian involusi uteri, agar dapat memperoleh
hasil pemeriksaan yang akurat.
4
E. Perubahan sistem pencernaan
Setelah mengalami proses persalinan, ibu akan mengalami rasa lapar dan haus akibat
banyak tenaga yang terkuras dan juga stress yang tinggi karena melahirkan bayinya. 5Tetapi
tidak jarang juga ditemui ibu yang tidak memiliki nafsu makan karena kelelahan melahirkan
bayinya. Jika ditemukan keadaan seperti itu, perlu menjadi perhatian bidan agar dapat
memotivasi ibu untuk makan dan minum pada beberapa jam pertama postpartum, juga kajian
lebih lanjut terhadap keadaan psikologis ibu.
Jika keadaan ini menjadi persisten selama beberapa jam setelah persalinan, waspada
terhadap masalah perdarahan, dan komplikasi lain termasuk gangguan psikologi pada masa
nifas. Demikian juga beberapa keyakinan maupun adat istiadat atau budaya setempat yang
masih diyakini oleh ibu untuk dijalani termasuk kebiasaan makan dan minum setelah
melahirkan bayinya.
Proses menyusui, serta pengaruh progesterone yang mengalami penurunan pada masa
nifas juga dapat menyebabkan ibu konstipasi. Keinginan ini akan tertunda hingga 2-3 hari
postpartum. Tonus otot polos secara bertahap meningkat pada seluruh tubuh, dan gejala
heartburn / panas di perut / mulas yang dialami wanita bisa hilang. Sembelit dapat tetap
menjadi masalah umum pada ibu nifas selama periode postnatal.5
Bladder dan uretra dapat terjadi kerusakan selama proses persalinan, yang
menyebabkan kurangnya sensasi untuk mengeluarkan urine pada dua hari pertama. Hal ini
5
dapat menyebabkan retensi urin karena overflow, dan dapat meningkatkan nyeri perut bagian
bawah dan ketidaknyamanan, infeksi saluran kemih dan sub involusi uterus, yang menjadi
kasus primer dan sekunder dari perdarahan postpartum.1
Pada 2-4 jam pertama hingga beberapa hari postpartum, akan terjadi diuresis secara
cepat karena pengaruh rendahnya estrogen (estrogen bersifat resistensi cairan) yang
menyebabkan volume plasma mengalami penurunan. Keadaan ini akan kembali normal pada
minggu kedua postpar tum.
Ibu nifas dapat juga mengalami udem pada kaki dan pergelangan kaki/ankle,
meskipun tidak mengalami udem pada masa hamil. Pembengkakan ini harus terjadi secara
bilateral dan tidak menimbulkan rasa nyeri. Jika pembengkakan terjadi hanya pada salah satu
kaki disertai nyeri, dapat dicurigai adanya thrombosis. Ibu nifas harus menghindari berdiri
terlalu lama atau menggantungkan kaki pada posisi duduk yang lama saat menyusui untuk
menghindari udem pada kaki.
Ibu nifas juga tidak jarang ditemukan berkeringat dingin, yang merupakan mekanisme
tubuh untuk mereduksi banyaknya cairan yang bertahan selama kehamilan selain diuresis.
Pengeluaran cairan yang berlebihan dari tubuh dan sisa-sisa produk melalui kulit
menimbulkan banyak keringat. Keadaan ini disebut diaphoresisyang dialami pada masa early
postpartum pada malam hari, yang bukan merupakan masalah pada masa nifas.2
6
selama beberapa hari postpartum (25.000-30.000) tanpa menjadi abnormal meski persalinan
lama. Namun demikian perlu diobservai dan dilihat juga tanda dan gejala lainnya yang
mengarah ke infensi karena infeksi mudah terjadia pada masa nifas.
I. Sistem Musculoskeletal
1. Dinding perut dan Peritoneum
a) Setelah persalinan, dinding perut longgar karena direnggang begitu lama, tetapi biasanya
pulih kembali dalam 6 minggu
b) Hari pertama abdomen mononjol masih seperti masih seperti mengandung 2 minggu
menjadi rilex, 6 minggu kembali seperti sebelum hamil.
c) Kadang-kadang pada wanita terjadi diastasis dari otot-otot rectus abdominis sehingga
sebagian dari dinding perut di garis tengah hanya terdiri dari peritoneum, fascia tipis dan
kulit. Tempat yang lemah ini menonjol kalau berdiri atau mengejan.
d) Bila kekuatan otot dinding perut tidak dicapai kembali, tidak ada kekuatan otot yang
menyokong kehamilan berikutnya, sulitnya penurunan bagian terendah janin saat
mengandung dan partus.
e) Pengembalian tonus otot dengan latihan fisik dan ambulasi dini, secara alami dengan
menurunnya progesteron.
3. Kulit Abdomen
Kulit abdomen yang melebar selama masa kehamilan tampak melonggar dan
mengendur sampai berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan yang di namakan strie.
Melalui latihan postnatal, otot-otot dari dinding abdomen seharusnya dapat normal kembali
dalam beberapa minggu.
7
4. Striae
5. Perubahan Ligamen
Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yang meregang sewaktu kehamilan
dan partus, setelah janin lahir, berangsur-angsur menciut kembali seperti sedia kala. Tidak
jarang ligamentum rotundum menjadi kendor yang mengakibatkan letak uterus menjadi
retrofleksi. Tidak jarang pula wanita mengeluh “kandungannya turun” setelah melahirkan
oleh karena ligamen, fasia, jaringan penunjang alat genetalia menjadi agak kendor.
6. Simfisis Pubis
Meskipun relatif jarang, tetapi simfisis pubis yang terpisah ini merupakan penyebab
utama morbiditas maternal dan kadang-kadang penyebab ketidakmampuan jangka panjang.
Hal ini biasanya di tandai oleh nyeri tekan signifikan pada pubis disertai peningkatan nyeri
saat bergerak di tempat tidur atau saat berjalan. Pemisahan simfisis dapat di palpasi. Sering
kali klien tidak mampu berjalan tanpa bantuan. Sementara pada kebanyakan wanita gejala
menghilang setelah beberapa minggu atau bulan, pada beberapa wanita lain gejala dapat
menetap sehingga diperlukan kursi roda.
Selama periode pasca partum terjadi perubahan hormon yang besar. Pengeluaran plasenta
menyebabkan penurunan signifikan hormon-hormon yang diproduksi oleh plasenta. Hormon
plasenta menurun dengan cepat setelah persalinan.
8
darah menurun secara bermakna pada masa nifas. Ibu diabetik biasanya membutuhkan insulin
dalam jumlah yang jauh lebih kecil selama beberapa hari. Karena perubahan hormon normal
ini membuat masa nifas menjadi suatu periode transisi untuk metebolisme karbohidrat,
interpretasi tes toleransi glukosa lebih sulit pada saat ini
2) Hormon Oksitosin
Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar bawah otak bagian belakang (posterior), bekerja
terhadap otot uterus dan jaringan payudara. Selama tahap ketiga persalinan, oksitosin
berperan dalam pelepasan plasenta dan mempertahankan kontraksi, sehingga mencegah
perdarahan. Pada wanita yang memilih menyusui bayinya, isapan sang bayi merangsang
keluarnya oksitosin lagi dan ini membantu uterus kembali ke bentuk normal dan merangsang
produksi ASI.
3) Hormon Prolaktin
Untuk wanita yang menyusui dan tidak menyusui akan mempengaruhi lamanya ia
mendapat menstruasi. Sering kali menstruasi pertama itu bersifat anovulasi yang dikarenakan
rendahnya kadar estrogen dan progesteron. Diantara wanita laktasi sekitar 15% memperoleh
menstruasi selama 6 minggu dan 45% setelah 12 minggu. Diantara wanita yang tidak laktasi
40% menstruasi setelah 6 minggu, 65% setelah 12 minggu dan 90% setelah 24 minggu.
9
Untuk wanita laktasi 80% menstruasi pertama anovulasi dan untuk wanita yang tidak laktasi
50% siklus pertama anovulasi.
Kadar estrogen menurun 10% dalam waktu sekitar 3 jam postpartum. Progesteron turun
pada hari ketiga postpartum.
K. Tanda-Tanda Vital
Tanda-tanda vital yang harus dikaji pada masa nifas adalah sebagai berikut:
1. Suhu
Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,20C. Sesudah partus dapat naik kurang lebih
0,50C dari keadaan norma l, namun tidak akan melebihi 80C. 24 jam post partum suhu badan
akan naik sedikit (37,50C-380C) sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan, kehilangan
cairan dan kelelahan, apabila keadaan normal suhu badan akan biasa lagi. Pada hari ketiga
suhu badan akan naik lagi karena ada pembentukan ASI, buah dada akan menjadi bengkak,
berwarna merah karena banyaknya ASI
2. Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali permenit. Sehabis melahirkan biasanya
denyut nadi itu akan lebih cepat. Setiap denyut nadi yang melebihi 100 adalah abnormal dan
hal ini mungkin disebabkan oleh infeksi atau perdarahan postpartum yang tertunda. Sebagai
wanita mungkin saja memiliki apa yang disebut bradikardi nifas (puerperal bradycardia). Hal
ini terjadi segera setelah kelahiran dan bisa berlanjut sampai beberapa jam setelah kelahiran
anak. Wanita semacam ini bisa memiliki angka denyut jantung serendah 40-50 detak per
menit. Sudah banyak alasan-alasan yang diberikan sebagai kemungkinan penyebab, tetapi
belum satupun yang sudah terbukti. bradycardia semacam itu bukanlah satu alamat atau
indikasi adanya penyakit, akan tetapi sebagai satu tanda keadaan kesehatan.
3. Pernapasan
Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut nadi. Apabila
suhu dan denyut nadi tidak normal pernafasan juga akan mengikutinya kecuali ada gangguan
khusus pada saluran pernafasan. Pernafasan akan sedikit meningkat setelah partus kemudian
kembali seperti keadaan semula. Bila ada respirasi cepat postpartum(>30x/menit)mungkin
karena adanya syok.
10
4. Tekanan Darah
Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah akan rendah setelah ibu melahirkan
karena ada perdarahan. Tekanan darah tinggi pada postpartum dapat menandakan terjadinya
pre-eklamsi postpartum.
Adaptasi psikologis secara normal dapat dialami oleh ibu jika memiliki pengalaman yang
baik terhadap persalinan, adanya tanggung jawab sebagai ibu, adanya anggota keluarga baru
(bayi), dan peran baru sebagai ibu bagi bayinya. Ibu yang baru melahirkan membutuhkan
mekanisme penanggulangan (coping) untuk mengatasi perubahan fisik karena proses
kehamilan, persalinan dan nifas, bagaimana mengembalikan postur tubuhnya seperti sebelum
hamil, serta perubahan yang terjadai dalam keluarga.2
Dari berbagai hasil penelitian ditemukan copingyang baik pada ibu didapatkan dari adanya
dukungan emosional dari seseorang serta ketersediaan informasi yang cukup dalam
menghadapi situasinya.17
Reva Rubin (1963) membagi fase-fase adaptasi psikologis pasca persalinan menjadi 3
tahapan antara lain:2
11
Pada fase ini terdapat kebutuhan secara bergantian untuk mendapat perhatian dalam
bentuk perawatan serta penerimaan dari orang lain, dan melakukan segala sesuatu secara
mandiri. Fase ini berlangsung salaam 3-10 hari. Ibu sudah mulai menunjukan kepuasan yang
terfokus kepada bayinya, mulai tertarik melakukan perawatan pada bayinya, terbuka
menerima perawatan dan pendidikan kesehatan bagi dirinya serta bayinya, juga mudah
didorong untuk melakukan perawatan terhadap bayinya. Ibu akan memberikan respon dengan
penuh semangat untuk memperoleh kesempatan belajar dan berlatih bagaimana merawat
bayinya, dan timbul keinginan untuk merawat bayinya sendiri. Oleh karena itu, waktu yang
tepat untuk memberikan Pendidikan kesehatan bagi ibu dalam merawat bayi serta dirinya
adalah pada fase taking holdini, terutama pada ibu yang seringkali kesulitan menyesuaikan
diri seperti primipara, wanita karier, ibu yang tidak mempunyai keluarga untuk berbagi, ibu
yang masih remaja, ibu single parent.
Fase ini merupakan fase yang dapat menerima tanggung jawab sebagai ibu, biasanya
dimulai pada hari kesepuluh postpartum. Ibu sudah menyesuaikan diri terhadap
ketergantungan bayinya, adanya peningkatan keinginan untuk merawat bayi dan dirinya
dengan baik, serta terjadi penyesuaian hubungan keluarga dalam mengobservasi bayinya.
Hubungan dengan pasangan juga memerlukan penyesuaian dengan kehadiran bayi sebagai
anggota keluarga baru.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada masa nifas ini, terjadi perubahan-perubahan anatomi dan fisiologis pada ibu.
Perubahan fisiologis yang terjadi sangat jelas, walaupun dianggap normal, di mana proses-
proses pada kehamilan berjalan terbalik. Banyak faktor, termasuk tingkat energi, tingkat
kenyamanan, kesehatan bayi baru lahir dan perawatan serta dorongan semangat yang
diberikan oleh tenaga kesehatan, baik dokter, bidan maupun perawat ikut membentuk respon
ibu terhadap bayinya selama masa nifas ini. Adapun perubahan yang terjadi adalah sebagai
berikut :
1. Payudara
2. Uterus
3. Vagina
4. Perineum
5. Sistem pencernaan
6. Sistem perkemihan
7. Sistem muskuluskeletal
Perubahan-perubahan tersebut ada yang bersifat fisiologis dan patologis. Oleh karena
itu, tenaga kesehatan terutama bidan harus memehami perubahan-perubahan tersebut agar
dapat memberikan penjelasan dan intervensi yang tepat kepada pasien.
B. Saran
Untuk memberikan asuhan yang menguntungkan terhadap ibu, bayi dan keluarganya,
seorang bidan atau perawat harus memahami dan memiliki pengetahauan tentang perubahan-
perubahan anatomi dan fisiologis dalam masa nifas ini dengan baik.
Dan semoga makalah ini dapat digunakan sebaik-baiknya agar makalah ini selalu
dapat digunakan. Bagi mahasiswa dapat membaca makalah ini sebagai referensi dalam proses
13
kegiatan belajar mengajar. Dan juga sebagai referensi terhadap perubahan organ reproduksi
selama masa nifas.
DAFTAR PUSTAKA
Asih, Yusari. 2016. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Jakarta: CV. Trans
Info Media.
Nugroho, Taufan, dkk. 2014. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas (Askeb 3). Yogyakarta:
Nuha Medika.
Mansyur, Nurlina & Dahlan, A Kasrida. 2014. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Masa Nifas.
Malang: Selaksa Media.
14
15