Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PERUBAHAN FISIOLOGIS SISTEM REPRODUKSI


Makalah ini Dibuat Untuk Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keterampilan Praktik
Kebidanan III

Dosen Pengampu:
Bdn.Berty Risyanty, SST., M.Keb

Oleh:
1. Nenden Sum Sumiati 4008230027
2. Neng Risa Pebrianti 4008230127
3. Neng Tia Widasari 4008230056
4. Novi Setiawati 4008230041
5. Nur Fitriani Shiddiq 4008230024
6. Putri Rezky Amalia 4008230004
7. Rahima Fajri Laily 4008230024

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU


KESEHATAN DHARMA HUSADA
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Kami panjatkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan
rahmat, hidayat, serta inayah-Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan
makalah ini. Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapat
bantuan dari berbagai pihak sehingga bisa mempelancar dalam pembuatan
makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang
telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas mata kuliah Keterampilan Praktik Kebidanan terkait “Perubahan
Fisiologi Sistem Reproduksi”.
Terlepas dari segala hal tersebut, kami sadar sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat
memperbaiki makalah ini. Akhir kata kami berharapsemoga makalah ini dapat
memberikan manfaat maupun pengetahuan bagi pembaca.

Bandung, 24 November 2023


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................................

DAFTAR ISI........................................................................................................................................

BAB I....................................................................................................................................................

PENDAHULUAN................................................................................................................................

A. LATAR BELAKANG.....................................................................................................................

B. RUMUSAN MASALAH.................................................................................................................

C. TUJUAN..........................................................................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................................

BAB III...............................................................................................................................................

PENUTUP..........................................................................................................................................

A. KESIMPULAN..............................................................................................................................

B. SARAN..........................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................26
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Masa nifas atau masa puerperium adalah masa setelah partus selesai dan
berakhir setelah kira-kira 6 minggu. Masa nifas (puerperium) yaitu di mulainnya
setelah plasenta lahir dan berakhir ketika ala-alat kandungan kembali seperti
keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung kira-kira 6 minggu.

Adapun tahapan-tahapan masa nifas (post partum/puerperium) adalah :


1. Puerperium dini yaitu masa kepulihan, yakni saat-saat ibu telah
diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.
2. Puerperium intermedial yaitu masa kepulihan menyeluruh dari organ-organ
genital, kira-kira antara 6-8 minggu.
3. Remot puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna teutama apabila ibu selama hamil atau persalinan mempunyai
komplikasi. Sebagai catatan, waktu untuk sehat sempurna bias cepat bila
kondisi sehat prima, atau bisa juga berminggu-minggu, bulanan, bahkan
tahunan, bila ada gangguan-gangguan kesehatan lainnya.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah pengertian dari Masa Nifas (Puerperium) ?
2. Bagaimana tahapan-tahapan dari Masa Nifas ?
3. Bagaimana perubahan fisiologis uterus dan system reproduksi pada Masa
Nifas?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian dari Masa Nifas (Puerperium) !
2. Untuk mengetahui tahapan-tahapan dari Masa Nifas !
3. Untuk mengetahui perubahan fisiologis uterus dan system reproduksi pada
Masa Nifas !
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN

Masa nifas atau masa puerperium adalah masa setelah partus selesai dan
berakhir setelah kira-kira 6 minggu. Masa nifas (puerperium) yaitu di mulainnya
setelah plasenta lahir dan berakhir ketika ala-alat kandungan kembali seperti
keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung kira-kira 6 minggu (YBS-PS :
122).

B. TAHAPAN-TAHAPAN MASA NIFAS

Adapun tahapan-tahapan masa nifas (post partum/puerperium) adalah :

1. Puerperium dini yaitu masa kepulihan, yakni saat-saat ibu telah


diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.
2. Puerperium intermedial yaitu masa kepulihan menyeluruh dari organ-organ
genital, kira-kira antara 6-8 minggu.
3. Remot puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna teutama apabila ibu selama hamil atau persalinan mempunyai
komplikasi. Sebagai catatan, waktu untuk sehat sempurna bias cepat bila
kondisi sehat prima, atau bisa juga berminggu-minggu, bulanan, bahkan
tahunan, bila ada gangguan-gangguan kesehatan lainnya.

C. PERUBAHAN UTERUS DAN SISTEM REPRODUKSI PADA MASA


NIFAS
Perubahan alat-alat genital baik interna maupun eksterna kembali seperti
semula seperti sebelum hamil disebut involusi. Bidan dapat membantu ibu
untuk mengatasi dan memahami perubahan-perubahan seperti:
1. Involusi uterus

Involusi uterus atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana


uterus kembali ke kondisi sebelum hamil. Proses kembalinya uterus ke keadaan
sebelum hamil setelah melahirkan disebut involusi. Proses ini dimulai segera
setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot polos uterus. Pada akhir tahap
ketiga persalinan, uterus berada di garis tengah, kira-kira 2 cm di bawah
umbilikus dengan bagian fundus bersandar pada promontorium sakralis. Pada saat
ini besar uterus kira-kira sama dengan besar uterus sewaktu usia kehamilan 1
minggu (kira-kira sebesar grapefruit (jeruk asam) dan beratnya kira-kira 1000 g.

Dalam waktu 12 jam, tinggi fundus uteri mencapai 1 cm di atas tali


umbilikus. Dalam beberapa hari kemudian, perubahan involusi berlangsung
dengan cepat. Fundus turun kira-kira 1 sampai 2 cm setiap 24 jam. Pada hari
pascapartum keenam fundus normal akan berada di pertengahan antara umbilikus
dan simfisis pubis. Uterus tidak bisa dipalpasi pada abdomen pada hari ke-9
pascapartum.

Proses involusi uterus adalah sebagai berikut :

a) Iskemia Miometrium – Hal ini disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang
terus menerus dari uterus setelah pengeluaran plasenta sehingga membuat
uterus menjadi relatif anemi dan menyebabkan serat otot atrofi.
b) Atrofi jaringan – Atrofi jaringan terjadi sebagai reaksi penghentian hormon
esterogen saat pelepasan plasenta.
c) Autolysis – Merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi di
dalam otot uterus. Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan otot yang
telah mengendur hingga panjangnya 10 kali panjang sebelum hamil dan
lebarnya 5 kali lebar sebelum hamil yang terjadi selama kehamilan. Hal ini
disebabkan karena penurunan hormon estrogen dan progesteron.
d) Efek Oksitosin – Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi
otot uterus sehingga akan menekan pembuluh darah yang mengakibatkan
berkurangnya suplai darah ke uterus. Proses ini membantu untuk mengurangi
situs atau tempat implantasi plasenta serta mengurangi perdarahan.
 Perubahan Pada Pembuluh Darah Uterus

Kehamilan yang sukses membutuhkan peningkatan aliran darah uterus yang


cukup besar. Untuk menyuplainya , arteri dan vena di dalam uterus , terutama
plasenta , menjadi luar biasa membesar , begitu juga pembuluh darah ke, dan dari
uterus . Di dalam uterus , pembentukan pembuluh – pembuluh darah baru juga
menyebabkan peningkatan aliran darah yang bermakna. Setelah pelahiran , kepiler
pembuluh darah ekstra uterin berkurang sampai mencapai atau paling tidak
mendekati keadaan sebelum hamil. Pada masa nifas , di dalam uterus pembuluh –
pembuluh darah mengalami obliterasi akibat perubahan hialin , dan pembuluh –
pembuluh yang lebih kecil menggantikannya . Resorpsi residu hialin dilakukan
melalui suatu proses yang menyerupai proses pada ovarium setelah ovulasi dan
pembentukan korpus luteum . Namun , sisa – sisa dalam jumlah kecil dapat
bertahan selama bertahun – tahun.

 Perubahan Pada Serviks dan Segmen Bawah Uterus

Tepi luar serviks, yang berhubungan dengan os eksternum, biasanya


mengalami laserasi terutama di bagian lateral. Ostium serviks berkontraksi
perlahan, dan beberapa hari setelah bersalin ostium serviks hanya dapat ditembus
oleh dua jari. Pada akhir minggu pertama, ostium tersebut telah menyempit.
Karena ostium menyempit, serviks menebal dan anal kembali terbentuk.
Meskipun involusi telah selesai, os eksternum tidak dapat sepenuhnya kembali ke
keadaan seperti sebelum hamil. Os ini tetap agak melebar, dan depresi bilateral
pada lokasi laserasi menetap sebagai perubahan yang permanen dan menjadi ciri
khas serviks para. Harus diingat juga bahwa epitel serviks menjalani pembentukan
kembali dalam jumlah yang cukup banyak sebagai akibat pelahiran bayi.
Contohnya, Ahdoot dan rekan ( 1998 ) menemukan bahwa sekitar 50 % wanita
dengan sel skuamosa intraepithelial tingkat tinggi mengalami regresi akibat
persalinan pervaginam. Segmen bawah uterus yang mengalami penipisan cukup
bermakna akan berkontraksi dan tertarik kembali, tapi tidak sekuat pada korpus
uteri. Dalam waktu beberapa minggu, segmen bawah telah mengalami perubahan
dari sebuah struktur yang tampak jelas dan cukup besar untuk menampung hampir
seluruh kepala janin, menjadi isthmus uteri yang hampir tak terlihat dan terletak di
antara korpus uteri diatasnya dan os internum serviks di bawahnya.

Uterus, yang pada waktu hamil penuh beratnya 11 kali berat sebelum hamil,
berinvolusi menjadi kira-kira 500 g, 1 minggu setelah melahirkan dan 350 g, 2
minggu setelah melahirkan uterus berada di dalam panggul sejati lagi. Pada
minggu ke enam, beratnya sampai 60 g. Dan pada minggu ke-8, uterus memiliki
berat 30 g, yaitu sebesar uterus normal. Peningkatan kadar estrogen dan
progesteron bertanggung jawab untuk prtumbuhan masif uterus selama masa
hamil. Pertumbuhan uterus prenatal tergantung pada hiperplasia, pningkatan
jumlah sel-sel otot, dan hipertrofi, pembesaran sel-sel yang sudah ada. Pada masa
pascapartum penurunan kadar hormon-homon ini menyebabkan terjadinya
autolisis, perusakan secara langsung jaringan hipertiroid yang berlebihan. Sel-sel
tambahan yang terbentuk selama masa hamil menetap. Inilah penyebab ukuran
uterus sedikit lebih besar setelah hamil. Ukuran uterus pada masa nifas akan
mengecil seperti sebelum hamil. Perubahan-perubahan normal pada uterus selama
postpartum adalah sebagai berikut :

Involusi Uteri Tinggi Fundus Uteri Berat Uterus Diameter


Uterus

Plasenta lahir Setinggi pusat 1000 gram 12,5 cm

7 hari (minggu 1) Pertengahan pusat dan 500 gram 7,5 cm


simpisis

14 hari (minggu 2) Tidak teraba 350 gram 5 cm

6 minggu Normal 60 gram 2,5 cm


2. Involusi Tempat Plasenta

Uterus pada bekas implantasi plasenta merupakan luka yang kasar dan
menonjol ke dalam kavum uteri. Segera setelah plasenta lahir, dengan cepat
luka mengecil, pada akhir minggu ke-2 hanya sebesar 3-4 cm dan pada akhir
nifas 1-2 cm. Penyembuhan luka bekas plasenta khas sekali. Pada permulaan
nifas bekas plasenta mengandung banyak pembuluh darah besar yang
tersumbat oleh thrombus. Luka bekas plasenta tidak meninggalkan parut. Hal
ini disebabkan karena diikuti pertumbuhan endometrium baru di bawah
permukaan luka. Regenerasi endometrium terjadi di tempat implantasi plasenta
selama sekitar 6 minggu. Pertumbuhan kelenjar endometrium ini berlangsung
di dalam decidua basalis. Pertumbuhan kelenjar ini mengikis pembuluh darah
yang membeku pada tempat implantasi plasenta hingga terkelupas dan tak
dipakai lagi pada pembuangan lokia.

Menurut Williams ( 1931 ), ekstruksi lengkap tempat melekatnya


plasenta perlu waktu sampai 6 minggu. Proses ini mempunyai kepentingan
klinis yang besar, karena bila proses ini terganggu, dapat terjadi perdarahan
nifas awitan lambat. Segera setelah pelahiran, tempat melekatnya plasenta kira
– kira berukuran sebesar telapak tangan, tetapi dengan cepat ukurannya
mengecil . Pada akhir minggu kedua, diameternya hanya 3 cm sampai 4 cm.
Dalam waktu beberapa jam setelah pelahiran, tempat melekatnya plasenta
biasanya terdiri atas banyak pembuluh darah yang mengalami thrombosis yang
selanjutnya mengalami organisasi thrombus secara khusus. Williams ( 1931 )
menjelaskan involusi tempat melekatnya plasenta sebagai berikut :

Involusi tidak dipengaruhi oleh absorpsi insitu, namun oleh suatu proses
eksofilasi yang sebagian besar ditimbulkan oleh berkurangnya tempat implantasi
plasenta akibat pertumbuhan jaringan endometrium. Hal ini sebagian
dipengaruhi oleh perluasan dan pertumbuhan endometrium ke bawah dari tepi –
tepi melekatnya plasenta dan sebagian oleh perkembangan jaringan
endometrium dari kelenjar dan stroma yang tertinggal di bagian dalam desidua
basalis setelah pelepasan plasenta. Proses eksfoliasi semacam itu dianggap
sebagai suatu ketetapan yang bijaksana; sebaliknya kesulitan besar akan dialami
dalam penyelapan arteri yang mengalami obliterasi dan thrombus yang
mengalami organisasi, yang bila menetap in situ, akan segera mengubah banyak
bagian mukosa uterus dan miometrium di bawahnya menjadi suatu massa
jaringan perut. Anderson dan Davis ( 1968 ) , menyimpulkan bahwa eksfoliasi
tempat melekatnya plasenta berlangsung sebagai akibat pengelupasan jaringan
superficial yang mengalami infark dan nekrotik yang diikuti oleh suatu proses
perbaikan.

3. Perubahan Ligamen

Setelah bayi lahir, ligamen dan diafragma pelvis fasia yang meregang
sewaktu kehamilan dan saat melahirkan, kembali seperti sedia kala. Perubahan
ligamen yang dapat terjadi pasca melahirkan antara lain: ligamentum rotundum
menjadi kendor yang mengakibatkan letak uterus menjadi retrofleksi; ligamen,
fasia, jaringan penunjang alat genetalia menjadi agak kendor.

4. Perubahan pada Serviks

Segera setelah melahirkan, serviks menjadi lembek, kendor, terkulai dan


berbentuk seperti corong. Hal ini disebabkan korpus uteri berkontraksi, sedangkan
serviks tidak berkontraksi, sehingga perbatasan antara korpus dan serviks uteri
berbentuk cincin. Warna serviks merah kehitam-hitaman karena penuh pembuluh
darah. Segera setelah bayi dilahirkan, tangan pemeriksa masih dapat dimasukan
2–3 jari dan setelah 1 minggu hanya 1 jari saja yang dapat masuk. Oleh karena
hiperpalpasi dan retraksi serviks, robekan serviks dapat sembuh. Namun
demikian, selesai involusi, ostium eksternum tidak sama waktu sebelum hamil.
Pada umumnya ostium eksternum lebih besar, tetap ada retak-retak dan robekan-
robekan pada pinggirnya, terutama pada pinggir sampingnya. Delapan belas jam
pasca partum , serviks memendek dan konsistensinya menjadi lebih padat dan
kembali ke bentuk semula . Serviks setinggi segmen bawah uterus tetap
edematosa , tipis dan rapuh selama beberapa hari setelah ibu melahirkan .
Ektoserviks ( bagian serviks yang menonjol ke vagina ) terlihat memar dan ada
sedikit laserasi kecil – kondisi yang optimal untuk perkembangan infeksi. Muara
serviks , yang berdilatasi 10 cm seewaktu melahirkan , menutup secara bertahap. 2
jari mungkin masih dapat dimasukkan kedalam muara serviks pada hari ke 4
sampai ke-6 pasca partum, tetapi hanya tangkai kuret terkecil yang dapat
dimasukkan pada akhir minggu ke – 2. Muara serviks eksterna tidak akan
berbentuk lingkaran seperti sebelum melahirkan , tetapi terlihat memanjang
seperti suatu celah , sering disebut seperti mulut ikan .Laktasi menunda produksi
estrogen yang mempengaruhi mucus dan mukosa.

5. Lokia

Akibat involusi uteri, lapisan luar desidua yang mengelilingi situs plasenta
akan menjadi nekrotik. Desidua yang mati akan keluar bersama dengan sisa
cairan. Percampuran antara darah dan desidua inilah yang dinamakan lokia. Lokia
adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas dan mempunyai reaksi
basa/alkalis yang membuat organisme berkembang lebih cepat dari pada kondisi
asam yang ada pada vagina normal. Lokia mempunyai bau yang amis (anyir)
meskipun tidak terlalu menyengat dan volumenya berbeda-beda pada setiap
wanita. Lokia mengalami perubahan karena proses involusi. Pengeluaran lokia
dapat dibagi menjadi lokia rubra, sanguilenta, serosa dan alba. Perbedaan masing-
masing lokia dapat dilihat sebagai berikut:

Lokia Waktu Warna Ciri-ciri

Rubra 1-3 hari Merah Terdiri dari sel desidua, verniks


kehitaman caseosa, rambut lanugo, sisa
mekoneum dan sisa darah
Sanguilenta 3-7 hari Putih bercampur Sisa darah bercampur lender
merah
Serosa 7-14 hari Kekuningan/ Lebih sedikit darah dan lebih
kecoklatan banyak serum, juga terdiri dari
leukosit dan robekan laserasi
plasenta
Alba >14 hari Putih Mengandung leukosit, selaput
lendir serviks dan serabut jaringan
yang mati.
Umumnya jumlah lochia lebih sedikit bila wanita postpartum dalam posisi
berbaring dari pada berdiri. Hal ini terjadi akibat pembuangan bersatu di vagina
bagian atas saat wanita dalam posisi berbaring dan kemudian akan mengalir
keluar saat berdiri. Total jumlah rata-rata pengeluaran lokia sekitar 240 hingga
270 ml. Rabas uterus yang keluar setelah bayi lahir sering kali lokia, mula - mula
berwarna merah, kemudian berubah menjadi merah tua atau merah coklat. Rabas
ini dapat mengandung bekuan darah kecil. Selama dua jam pertama setelah lahir,
jumlah cairan yang keluar dari uterus tidak boleh lebih dari jumlah maksimal yang
keluar selama menstruasi. Setelah waktu tersebut, aliran yang keluar harus
semakin berkurang. Lokia rubra terutama mengandung darah. Aliran menyembur,
menjadi merah muda atau coklat setelah 3 sampai 4 hari ( lokia serosa ). Lokia
serosa terdiri dari darah lama ( old blood ), serum, leukosit, dan debris jaringan.
sekitar 10 hari setelah bayi lahir, warna cairan ini menjadi kuning sampai putih
( lokia alba ). Lokia alba mengandung leukosit, desidua, sel epitel, mucus, serum,
dan bakteri. Lokia alba bisa bertahan selama 2 sampai 6 minggu setelah bayi lahir.

Pengkajian jumlah aliran lokia berdasarkan observasi tampon perineum


sulit dilakukan. Jacobson (1985 ) menganjurkan suatu metode untuk
memperkirakan kehilangan darah pasca partum secara subyektif dengan mengkaji
jumlah cairan yang menodai tampon perineum. cara mengukur lokia yang
obyektif ialah dengann menimbang tampon perineum sebelum dipakai dan setelah
dilepas. Setiap peningkatan berat sebesar 1 gram setara dengan 1 ml darah.
seluruh perkiraan cairan lokia tidak akurat bila factor waktu tidak
dipertimbangkan. Seorang wanita yang mengganti satu tampon perineum dalam
waktu 1 jam atau kurang mengeluarkan lebih banyak darah daripada wanita yang
mengganti tampon setelah 8 jam. Apabila wanita mendapat pengobatan oksitosin,
tanpa memandang cara pemberiannya, lokia yang mengalir biasanya sedikit
sampai efek obat hilang. setelah operasi sesaria, jumlah lokia yang keluar
biasanya lebih sedikit. Cairan lokia biasanya meningkat, jika klien melakukan
ambulasi dan menyusui. Setelah berbaring di tempat tidur selama kurun waktu
yang lama, wanita dapat mengeluarkan semburan darah saat ia berdiri, tetapi hal
ini tidak sama dengan perdarahan.

Lokia rubra yang menetap pada wal periode pascapartum menunjukkan


perdarah berlanjut sebagai akibat fragmen plasenta atau membrane yang
tertinggal. Terjadinya perdarahan ulang setelah hari ke – 10 pasca partum
menandakan adanya perdarahan pada bekas tempat plasenta yang mulai memulih.
Namun, setelah 3 sampai 4 minggu, perdarahan mungkin disebabkan oleh infeksi
atau sub involusi. Lokia serosa atau lokia alba yang berlajut bisa menandakan
endometritis, terutama jika disertai demam, rasa sakit, atau nyeri tekan pada
abdomen yang dihubungkan dengan pengeluaran cairan. Bau lokia menyerupai
bau cairan menstruasi, bau yang tidak sedap biasanya menandakan infeksi. Perlu
diingat bahwa tidak semua perdarahan pervaginam pascapartum lain ialah laserasi
vagina atau serviks yang tidak diperbaiki dan perdarahan bukan lokia.

LOKIA BUKAN LOKIA

Lokia biasanya menetes dari muara Apabila rabas darah menyembur dari
vagina. Aliran darah tetap keluar vagina, kemungkinan terdapat
dalam jumlah yang lebih besar saat robekan pada serviks, atau vagina
uterus berkontraksi. selain dari lokia yang normal

Semburan lokia dapat terjadi akibat Apabila jumlah darah berlebihan dan
masasse pada uterus. Apabila lokia berwarna merah terang, suatu robekan
berwarna gelap, maka lokia
sebelumnya terkumpul di dalam vagina dapat merupakan penyebab.
yang relaksasi dan jumlahnya segera
berkurang menjadi tetesan lokia
berwarna merah terang ( pada
puerpurium dini ).

6. Perubahan Pada Vulva, Vagina dan Perineum

Selama proses persalinan vulva dan vagina mengalami penekanan serta


peregangan, setelah beberapa hari persalinan kedua organ ini kembali dalam
keadaan kendor. Rugae timbul kembali pada minggu ke tiga. Himen tampak
sebagai tonjolan kecil dan dalam proses pembentukan berubah menjadi
karankulae mitiformis yang khas bagi wanita multipara. Ukuran vagina akan
selalu lebih besar dibandingkan keadaan saat sebelum persalinan pertama.
Perubahan pada perineum pasca melahirkan terjadi pada saat perineum mengalami
robekan. Robekan jalan lahir dapat terjadi secara spontan ataupun dilakukan
episiotomi dengan indikasi tertentu.

Meskipun demikian, latihan otot perineum dapat mengembalikan tonus


tersebut dan dapat mengencangkan vagina hingga tingkat tertentu. Hal ini dapat
dilakukan pada akhir puerperium dengan latihan harian. Estrogen pasca partum
yang menurun berperan dalam penipisan mukosa vagina dan hilangnya rugae.
Vagina yang semula sangat teregang akan kembali secara bertahap ke ukuran
sebelum hamil, 6 sampai 8 minggu setelah bayi lahir. Rugae akan kembali terlihat
pada sekitar minggu ke empat, walaupun tidak akan semenonjol pada wanita
nulipara. Pada umumnya rugae akan memipih secara permanen. Mukosa tetap
etrofik pada wanita menyusui sekurang – kurangnya sampai menstruasi dimulai
kembali. Penebalan mukosa vagina terjadi seiring pemulihan fungsi ovarium.
Kekurangan estrogen menyebabkan penurunan jumlah pelumas vagina dan
penipisan mukosa vagina. kekeringan local dan rasa tidak nyaman saat koitus
( dispereunia ) menetap sampai fungsi ovarium kembali normal dan menstruasi
dimulai lagi. Biasanya wanita dianjurkan menggunakan pelumas larut saat
melakukan hubungan seksual untuk mengurangi nyeri. Pada awalnya, introitus
mengalami eritematosa dan edematosa, terutama pada daerah episiotomi atau
jahitan laserasi. Perbaikan yang cermat, pencegahan, atau pengobatan dini
hematoma dan hygiene yang baik selama dua minggu pertama setelah melahirkan
biasanya membuat introitus dengan mudah dibedakan dengan introitus pada
wanita nulipara.

Pada umumnya episiotomy hanya mungkin dilakukan bila wanita


berbaring miring dengan bokong diangkat atau ditempatkan pada posisi litotomi.
Penerangan yang baik diperlukan supaya episiotomy dapat terlihat jelas. Proses
penyembuhan luka episiotomy sama dengan luka operasi lain. Tanda – tanda
infeki ( nyeri, panas, merah, bengkak atau rabas ) atau tepian insisi tidak saling
mendekat bisa terjadi. Penyembuhan harus berlangsung dalam 2 sampai 3
minggu. Hemoroid ( varises anus ) umumnya terlihat. Wanita sering mengalami
gejala terkait, seperti rasa gatal, tidak nyaman, dan perdarahan berwarna merah
terang pada waktu defecator. Ukuran hemoroid biasanya mengecil beberapa
minggu setelah bayi lahir.

7. Perubahan Sistem Pencernaan

Sistem gastrointestinal selama kehamilan dipengaruhi oleh beberapa hal,


diantaranya tingginya kadar progesteron yang dapat mengganggu keseimbangan
cairan tubuh, meningkatkan kolestrol darah, dan melambatkan kontraksi otot-otot
polos. Beberapa hal yang berkaitan dengan perubahan pada sistem pencernaan,
antara lain:

A. Nafsu makan
Pasca persalinan, biasanya ibu merasa lapar sehingga diperbolehkan untuk
mengkonsumsi makanan. Pemulihan nafsu makan memerlukan waktu 3-4 hari.
B. Motilitas
Penurunan tonus dan motilitas otottraktus cerna menetap selama waktu yang
singkat setelah bayi lahir. Kelebihan analgesic dan anastesi bisa memperlambat
pengembalian tonus dan motilitas ke keadaan normal.
C. Konstipasi
Pasca melahirkan ibu sering mengalami konstipasi. Hal ini disebabkan tonus
otot usus menurun selama proses persalinan dan awal masa postpartum, diare
sebelum persalinan, kurang makan, dehidrasi, hemoroid maupun laserasi jalan
lahir.
9. Perubahan Sistem Perkemihan
A. Sistem urinaria
Perubahan hormonal pada masa hamil (kadar steroid yang tinggi) turut
menyebabkan peningkatan fungsi ginjal, sedangkan penurunan kadar steroid
setelah wanita melahirkan sebagian menjelaskan penyebab penurunan fungsi
ginjal selama masa postpartum. Fungsi ginjal akan kembali normal dalam waktu
satu bulan setelah melahirkan.
B. Komponen urea
glikosaria ginjal diinduksi oleh kehamilan menghilang. Laktosuria positif
pada ibu menyusui, merupakan hal yang normal.
Blood Urea Nitrogen (BUN) yang meningkat selama post partum merupakan
akibat autolisis uterus yang berinvolusi.
1. Diuresis Post partum
Dalam 12 jam setelah melahirkan, ibu membuang kelebihan cairan yang tertimbun
di jaringan selama ia hamil. Salah satu mekanisme untuk mengurangi cairan yang
teretensi selama masa hamil adalah diaphoresis usus, terutama pada malam hari,
selama 2-3 hari pertama setelah melahirkan. Diuresis post partum yang disebabkan
oleh penurunan kadar estrogen, hilangnya peningkatan volume darah akibat
kehamilan, merupakan mekanisme tubuh untuk mengatasi kelebihan cairan.
Kehilangan cairan melalui keringat dan peningkatan jumlah urine menyebabkan
penurunan berat badan sekitar 2,5 kg selama masa post partum.
A. Perubahan Sistem Muskuloskeletal
Adaptasi sistem muskuloskeletal pada masa nifas meliputi dinding perut akan
longgar pasca persalinan, keadaan ini akan pulih kembali dalam 6 minggu. Striae
pada dinding abdomen tidak dapat menghilang sempurna melainkan membentuk
garis lurus yang samar. Nyeri punggung bawah yang disebabkan karena adanya
ketegangan postural pada sistem muskuloskeletal akibat posisis saat persalinan.
(Nugroho & Warnaliza, 2014).

B. Perubahan Sistem Kardiovaskuler


1. Volume darah
Perubahan pada volume darah tergantung dari beberapa faktor yaitu
kehilangan darah selama persalinan dan mobilitas serta pengeluaran cairan
ekstravaskular. Kehilangan darah merupakan akibat penurunan volume darah
total yang tetap tetapi dalam batas normal.
2. Curah Jantung
Denyut jantung, volume dan curah jantung meningkat selama masa
kehamilan. Segera setelah melahirkan, keadaan ini meningkat bahkan lebih
tinggi selama 30-60 menit karena darah yang biasanya melintasi sirkulasi
plasenta tiba –tiba kembali ke sirkulasi umum.
3. Tanda tanda vital
Suhu badan wanita inpartu tidak lebih dari 37,2˚C. Namun pasca
melahirkan akan naik kira-kira 0,5˚C dari keadaan normal. Kenaikan suhu
tubuh ini diakibatkan karena kerja keras sewaktu melahirkan, kehilangan cairan
maupun kelelahan. Pasca melahirkan denyut nadi dapat menjadi brakikardi
maupun lebih cepat.
Tekanan darah pasca melahirkan normal biasanya tidak berubah. Tekanan
darah tinggi pada postpartum merupakan tanda terjadinya eklamsia postprtum.
Pada ibu postpartum umumnya pernafasan akan menjadi lambat atau normal.
Hal ini dikarenakan ibu dalam keadaan pemulihan atau dalam kondisi
istirahat. Bila suhu, nadi tidak normal maka pernafasan juga akan mengikuti.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Masa nifas atau masa puerperium adalah masa setelah partus selesai dan
berakhir setelah kira-kira 6 minggu. Masa nifas (puerperium) yaitu di mulainnya
setelah plasenta lahir dan berakhir ketika ala-alat kandungan kembali seperti
keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung kira-kira 6 minggu.
Adapun tahapan-tahapan masa nifas (post partum/puerperium) adalah :

1. Puerperium dini yaitu masa kepulihan, yakni saat-saat ibu telah


diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.
2. Puerperium intermedial yaitu masa kepulihan menyeluruh dari organ-organ
genital, kira-kira antara 6-8 minggu.
3. Remot puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna teutama apabila ibu selama hamil atau persalinan mempunyai
komplikasi. Sebagai catatan, waktu untuk sehat sempurna bias cepat bila
kondisi sehat prima, atau bisa juga berminggu-minggu, bulanan, bahkan
tahunan, bila ada gangguan-gangguan kesehatan lainnya.
B. SARAN
Saran penulis kepada pembaca yaitu penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan pembuatan makalah
selanjutnya. Terima kasih

DAFTAR PUSTAKA
1. Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia

2. Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika

3. Suherni, 2007. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya

4. The Effectiveness of Postpartum Exercise and Oxytocin Massage on


Uterus

Involution (scirp.org)

5. Jurnal+nifas+involusi+uterus&u=a1aHR0cHM6Ly9lam91cm5hbC5wb2x0ZW
trZX

Mtc21nLmFjLmlkL29qcy9pbmRleC5waHAvanV

6. Jurnal Kebidanan Terkini (Current Midwifery Journal) (researchgate.net)

7. EFEKTIFITAS SENAM NIFAS DAN TEKNIK RELAKSASI


TERHADAP

INVOLUSI UTERUS PADA PASCA- SALIN NORMAL |


Indreswati | Maternal

Child Health Care (fdk.ac.id)

Anda mungkin juga menyukai