(PASCA PERSALINAN)
DISUSUN OLEH:
Kelompok 6
1. Denada Della
2. Nurhanani Afifah
3. Panjen Setyaningsih
4. Prichellia S.N Londo
5. Riazeki Arumba
6. Nurvaizah
SARJANA KEPERAWATAN DAN PENDIDIKAN PROFESI NERS
STIKES MITRA BUNDA PERSADA BATAM
2018/2019
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“PEMERIKSAAN FISIK POST PARTUM ”, tepat pada waktunya.
Penulisan makalah ini juga merupakan penugasan dari mata kuliah Sistem
Reproduksi. Penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing dalam
pembuatan makalah ini dan teman-teman yang telah memberikan dukungan dan
membantu dalam pembuatan makalah ini, serta rekan-rekan lain yang membantu
pembuatan makalah ini.
Penulis Berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca guna memberikan sifat membangun
demi kesempurnaan makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari sempurna mengingat penulis masih tahap belajar dan oleh karna itu
mohon maaf apabila masih banyak kesalahan dan kekurangan di dalam penulisan
makalah ini.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan .................................................................................................................. 12
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Post partum (nifas) secara harafiah adalah sebagai masa persalinan
dan segera setelah kelahiran, masa pada waktu saluran reproduktif kembali
ke keadaan semula (tidak hamil). (William,1995) Puerperium / nifas
adalah masa sesudah persalinan dimulai setelah kelahiran plasenta dan
berakhirnya ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum
hamil, masa nifas berlangsung selama ± 6 minggu (Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal,2002) 2. Klasifikasi Masa nifas dibagi dalam 3
periode yaitu : a. Puerperium dini adalah kondisi kepulihan dimana
seorang ibu sudah diperbolehkan berdiri dan berjalan b. Puerperium
Intermedial adalah kondisi kepulihan organ genital secara menyeluruh
dengan lama ± 6-8 minggu c. Remote Puerperium waktu yang diperlukan
untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila saat hamil atau waktu
persalinan mengalami komplikasi. Waktu yang diperlukan untuk sehat
sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan ataupun tahunan. Pada post
partum terdapat lochia yaitu cairan/sekret yang berasal dari kavum uteri
dan vagina. Macam macam lochia : a) Lochia rubra: berisi darah segar dan
sisa sisa selaput ketuban, terjadi selama 2 hari pasca persalinan b) Lochia
Sanguinolenta: berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, terjadi hari
ke 3 7 pasca persalinan c) Lochia serosa: Keluar cairan tidak berisi darah
berwarna kuning. Terjadi hari ke 7 14 hari pasca persalinan d) Lochia alba:
Cairan putih setelah 2 minggu pasca persalinan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi Post Partum?
2. Apa saja masalah dalam Post Partum?
3. Bagaimana Patofisiologi Post Partum?
4. Apa fisiologi dari Post Partum?
1
5. Apa Saja pemeriksaan Diagnostik Post Partum?
6. Apa saja Penatalaksanaan Post Partum?
7. Bagaimana Pemeriksaan fisik Post Partum
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari post Partum
2. Untuk mengetahui masalah yang timbul selama Post Partum
3. Untuk mengetahui Patofisiologi Post Partum
4. Untuk Mengetahui fisiologi Post Partum
5. Untuk Mengetahui Pemeriksaan Diagnostik Post Partum
6. Untuk mengetahui Penatalaksanaan Post Partum
7. Untuk Mengetahui Pemeriksaan Fisik Post Partum
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Persalinan adalah akhir kehamilan dan titik dimulainya kehidupan di
luar rahim bayi baru lahir. Dengan faktor- faktor insensial persalinan, proses
persalinan itu sendiri, kemauan persalinan, adaptasi ibu dan bayi, proses
keperawatan baik pada wanita maupun pada keluarga (Alden, 2004).
Post partum adalah waktu dimana proses penyembuhan dan perubahan,
waktu sesudah melahirkan sampai sebelum hamil, serta penyesuaian terhadap
hadirnya anggota keluarga baru (mitayani, 2009).
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berahir
ketika alat–alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa
nifas atau puerpenium dimulai 2 jam setelah melahirkan plasenta sampai
dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. Dalam bahasa latin, waktu mulai
tertentu setelah melahirkan anak ini disebut puerperium yaitu dari kata ‘puer’
yang artinya bayi dan ‘parous’ melahirkan. Jadi puerperium berarti masa
setelah melahirkan bayi. Puerperium adalah masa pulih kembali, mulai dari
persalinan selesai sampai alat–alat kandungan kembali seperti sebelum hamil,
sekitar 50% kematian ibu terjadi dalam 24 jam pertama postpartum sehingga
pertolongan pasca persalinan yang berkualitas harus terselenggara pada masa
itu untuk memenuhi kebutuhan ibu dan bayi (Vivian, 2011).
Jadi, post partum atau masa nifas atau puerperium adalah masa pulih
kembali mulai dari persalinan sampai alat-alat kandungan kembali seperti
sebelum hamil dan dimulai setelah 2 jam melahirkan plasenta dan 6 minggu
setelahnya.
3
oleh karena adanya fase dieresis pasca persalinan, bila perlu retensio urine
dapat diatasi dengan melakukan kateterisasi.
Rortveit, dkk (2003) menyatakan bahwa resiko inkontinensia urine pada
pasien dengan persalinan pervaginam sekitar 70% lebih tinggi dibandingkan
section Caesar. 10% pasien pasca persalinan menderita inkkontinensia
(biasanya stress inkontinensia) yang kadang–kadang menetap sampai
beberapa minggu pasca persalinan.Untuk mempercepat penyembuhan keadaan
ini dapat dilakukan latihan otot dasar panggul (Serri, 2009).
2) Nyeri punggung
Nyeri punggung sering dirasakan pada trimester ketiga kehamilan dan
menetap setelah persalinan pada anak masa nifas. kejadian ini terjadi pada
25% wanita dalam masa post partum namun keluhan ini dirasakan oleh 50%
dari mereka sejak sebelum kehamilan. Keluhan ini menjadi semakin hebat
bila mereka harus merawat anaknya sendiri (Serri, 2009).
3) Anemia
Resiko anemia ini dapat terjadi bila ibu mengalami poendarahan yang
banyak,apalagi bila sudah sejak masa kehamilan ada riwayat kekurangan
darah. Di masa nifas, anemia bisa menyebabkan rahim susah berkontraksi. Ini
karena darah tidak cukup memberikan oksigen kedalam rahim. Ibu yang
mengidap anemia dengan kondisi membahayakan, apalagi mengalami
perdarahan post partum, maka segera haris diberi transfusi darah. Jika
kondisinya tidak berbahaya maka cukup ditolong dengan pemberian obat–
obatan penambah darah yang mengandung zat besi (Serri,2009).
4) Masalah Psikologi: defresi masa nifas
Depresi yang terjadi pada masa nifas biasanya dapat dilihat di minggu–
minggu pertama setelah melahirkan, dimana kadar hormone masih tinggi.
Gejalanya adalah gelisah, sedih, dan ingin menangis tanpa sebab yang jelas.
Tingkatannya pun bermacam–macam, mulai dari neurologis, atau gelisah saja
yang disertai kelainan tingkah laku. Situasi depresi ini akan sembuh bila ibu
bisa beradaptasi dengan situaasi yang nyatanya. Defresi masa nifas
seharusnya dikenali oleh suami dan juga keluarga. Gejalanya sama dengan
depresi prahaid. Hal ini dikarenanakan pengaruh perubahan hormonal, adanya
4
proses involusi, dan ibu kurang tidur serta lelah karena mengurus bayi, dan
sebagainya. Depresi juga bisa timbul jika ibu dan keluarganya mengalami
konflik rumah tangga, anak yang lahir tak diharapkan, keadaan sosial
ekonominya lemah, atau trauma karenamengalami cacat Keberadaan bayi
tidak jarang justru menimbulkan “stress” bagi beberapa ibu yang baru
melahirkan. Ibu merasa bertanggung jawab untuk merawat bayi, melanjutkan
mengurus suami, setiap malam merasa terganggu dan sering merasakan
adanya ketidak mampuan dalam mengatasi semua beban tersebut (Serri,
2009).
C. Patofisiologi
Dalam masa post partum atau masa nifas, alat-alat genetalia interna maupun
eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaaan sebelum hamil.
Perubahan-perubahan alat genetalia ini dalam keseluruhan disebut “involusi”. Di
samping involusi terjadi perubahan-perubahan penting lain yakni memokonsetrasi
dan timbulnya laktasi yang terakhir ini karena pengaruh laktogenik hormon dari
kelenjar hipofisis terhadapkelenjar-kelenjar mamae.
Otot-otot uterus berkontraksi segera post partum, pembuluh-pembuluh
darah yang ada antara anyaman otot-otot uterus akan terjepit. Proses ini akan
menghentikan perdarahan setelah plasenta lahir. Perubahan-perubahan yang
terdapat pada serviks ialah segera post partum bentuk serviks ialah segera post
partum bentuk serviks agak menganga seperti corong, bentuk ini disebabkan oleh
korpus uteri terbentul semacam cincin. Perubahan-perubahan yang terdapat pada
endometrium ialah timbulnya trombosis, degerasi dan nekrosis ditempat
implantasi plasenta pada hari pertama endometrium yang kira-kira setebal 2-5 mm
itu mempunyai permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua dan selaput janin
regenerasi endometrium terjadi dari sisa-sisa sel desidua basalis yang memakai
waktu 2 sampai 3 minggu. Ligamen-ligamen dan diafragma palvis serta fasia yang
merenggang sewaktu kehamilan dan setelah janin lahir berangsur-angsur kembali
seperti sedia kala.
Ada beberapa kelainan atau hambatan pada proses persalinan yang
menyebabkan bayi tidak dapat lahir secara normal/spontan, misalnya plasenta
5
previa sentralis dan lateralis, panggul sempit, disproporsi cephalo pelvic, rupture
uteri, partus lama, partus tidak maju, pre-eklamsia, distorsia serviks, dan
malpresentasi janin. Kondisi tersebut menyebabkan perlu adanya suatu tindakan
pembedahan, yaitu Sectio Caesarea.
Dalam proses operasinya dilakukan tindakan anestesi yang akan
menyebabkan pasien mengalami imobilisasi sehingga akan menimbulkan masalah
intoleransi aktivitas. Adanya kelumpuhan sementara dan kelemahan fisik akan
menyebabkan pasien tidak mampu melakukan aktivitas perawatan diri pasien
secara mandiri sehingga timbul masalah defisit perawatan diri.
Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan, penyembuhan, dan
perawatan post operasi akan menimbulkan ansietas pada pasien. Selain itu, dalam
proses pembedahan juga akan dilakukan tindakan insisi pada dinding abdomen
sehingga menyebabkan terputusnya inkontinuitas jaringan, pembuluh darah, dan
saraf-saraf di sekitar daerah insisi. Hal ini akan merangsang pengeluaran histamin
dan prostaglandin yang akan menimbulkan rasa nyeri (nyeri akut). Setelah proses
pembedahan berakhir, daerah insisi akan ditutup dan menimbulkan luka post
operasi yang bila tidak dirawat dengan baik akan menimbulkan masalah resiko
infeksi.
6
dengan berat 30 gram. Proses proteolitik adalah pemecahan protein
yang akan dikeluarkan melalui urine. Dengan penimbunan air saat
hamil akan terjadi pengeluaran urine setelah persalinan, sehingga hasil
pemecahan protein dapat dikeluarkan.
b. Lochea
Lochea adalah cairan sisa lapisan endometrium dan sisa dari
tempat implantasi plasenta (Manuaba, 1998).
Pengeluaran lochea dapat dibagi berdasarkan jumlah dan warna
sebagai berikut:
Lochea rubra (kruenta): 1 sampai 3 hari, berwarna merah dan
hitam, terdiri dari sel desidua, vernik kaseosa, rambut Lanugo,
sisa mekonium, sisa darah.
Lochea sanguinolenta: 3 sampai 7 hari, berwarna putih bercampur
darah.
Lochea serosa: 7 sampai 14 hari, berwarna kekuningan.
Lochea alba: Setelah hari ke-14, berwarna putih.
Lochea purulenta: Terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah
berbau busuk.
c. Laktasi
Perubahan-perubahan pada kelenjar mamae sudah terjadi sejak
dari kehamilan yaitu proliferasi jaringan pada kelenjar-kelenjar alveoli
dan jaringan lemak bertambah keluaran cairan susu jolong dari duktus
laktiferus disebut colostrums berwarna kuning putih susu,
hipervaskularisasi pada permukaan dan bagian dalam dimana vena
berdilatasi sehingga tampak jelas. Setelah persalinan pengaruh sekresi
estrogen dan progesterone hilang, maka timbul pengaruh hormone
laktogenik (LH) atau prolaktin yang akan merangsang air susu.
Pengaruh oksitosin menyebabkan mioefitel kelenjar susu berkontraksi
sehingga air susu keluar. Pada hari pertama sampai hari ketiga setelah
bayi lahir disebut kolostrum warna kekuningan dan agak kental.
Kolostrum kaya akan protein immunoglobulin yang mengandung
antibodi sehingga menambah kekebalan anak terhadap penyakit dan
7
laktoferin, ASI masa transisi dihasilkan mulai hari keempat sampai
hari kesepuluh, dan ASI matur dihasilkan mulai hari kesepuluh.
E. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Darah Lengkap
Memberikan informasi tentang jumlah dari sel-sel darah merah (RBC),
sel-sel darah putih (WBC), nilai hematokrit (Ht) dan haemoglobin (Hb).
2. Pemeriksaan Pap Smear
Mencari kemungkinan kelainan sitologi sel serviks atau sel endometrium.
3. Pemeriksaan Urine: Urine lengkap (UL)
Pemeriksaan ini mencari kemungkinan terdapatnya bakteri dalam urine
seperti streptokokus.
8
F. Penatalaksanaan Medis
1. Tes Diagnostik
a. Jumlah darah lengkap, hemoglobin/hematokrit (Hb/Ht)
b. Urinalisis: Kadar Urin
2. Terapi
a. Memberikan tablet zat besi untuk mengatasi anemia\
b. Memberikan antibiotik bila ada indikasi
9
BAB III
PEMERIKSAAN FISIK
10
3) Pemeriksaan fisik
a) Kepala
Memeriksa apakah terjadi edema pada wajah. Memeriksa apakah
konjungtiva pucat, apakah skelera ikterus, dan lain-lain
b) Leher
Hiperpigmentasi perlahan berkurang, kaji pembesaran kelenjar
tiroid, pembuluh limfe, dan pelebaran vena jugularis.
c) Thorak
Payudara: payudara membesar, puting mudah erektil, pruduksi
kolostrums /48 jam. Kaji ada tidaknya massa, atau pembesaran
pembuluh limfe.
Jantung: kaji munculnya bradikardi, S1 S2 reguler tunggal
Paru: kaji pernafasan ibu
d) Abdomen
Kaji bising usus pada empat kuadran, konsistensi, kekuatan
kontraksi, posisi, tinggi fundus. Kaji adanya linea gravidarum, strie
alba, albican.
e) Genetalia
Uterus: kaji apakah kondisi uterus sudah kembali dalam
kondisi normal.
Lokhea: periksa tipe, jumlah, bau, dan komposisi lokhea
Serviks: kaji adanya edema, distensi, dan perubahan struktur
internal dan eksternal.
Vagina: kaji adanya berugae, perubahan bentuk, dan produksi
mukus normal.
f) Perinium dan Anus
Pemeriksaan perineum: REEDA (red, edema, ecchymosis,
discharge, loss of approximation). Dan kaji ada tidaknya hemoroid.
g) Ekstremitas
Periksa apakah tangan dan kaki edema, pucat pada kuku jari,
hangat, adanya nyeri dan kemerahan, varises, refleks patella, dan
kaji homans’ sign (nyeri saat kaki dorsofleksi pasif).
11
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Post partum (nifas) secara harafiah adalah sebagai masa persalinan dan
segera setelah kelahiran, masa pada waktu saluran reproduktif kembali ke
keadaan semula (tidak hamil).
Dalam masa post partum atau masa nifas, alat-alat genetalia interna
maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaaan
sebelum hamil. Perubahan-perubahan alat genetalia ini dalam keseluruhan
disebut “involusi”. Di samping involusi terjadi perubahan-perubahan
penting lain yakni memokonsetrasi dan timbulnya laktasi yang terakhir ini
karena pengaruh laktogenik hormon dari kelenjar hipofisis terhadap
kelenjar-kelenjar mamae.
Setelah bayi dilahirkan, uterus yang selama persalinan mengalami
kontraksi dan retraksi akan menjadi keras, sehingga dapat menutup
pembuluh darah besar yang bermuara pada bekas implantasi plasenta. Otot
rahim terdiri dari 3 lapis otot yang membentuk anyaman sehingga pembuluh
darah dapat tertutup sempurna, dengan demikian terhindari dari perdarahan
post partum.
12
DAFTAR PUSTAKA
13