Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH ANATOMI FISIOLOGI POST PARTUM

Makalah ini di tujukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Maternita I

Di susun oleh : Kelompok 5


1. Gita Anggi .S
2. Indah Sari
3. Intan Fadzilah
4. Serliana
5. Yogi Prasetyo .W

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN
KAMPUS II
2018

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang
alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “ANATOMI FISIOLOGI POST PARTUM”.
Di susun untuk memenuhi syarat salah satu tugas Keperawatan Maternitas I Tahun Ajaran
2018.
Makalah ini berisikan diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita
semua. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada teman teman, yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Serta kami sampaikan rasa
terimakasih kepada Dosen pengampu Ibu Ns. Neneng Aria Nengsih .,S.kep.,M.Kep Semoga
Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Aamiin.

Cirebon, 16 Oktober 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... i


DAFTAR ISI.................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
1.1 Latar belakang ............................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................... 1
1.3 Tujuan ........................................................................................................................ 1
1.4 Manfaat ....................................................................................................................... 2
BAB II TINJAUN TEORI ...............................................................................................
2.1 Pengertian Post Partum Menurut Para Ahli ................................................................ 3
2.2 Tanda-tanda Post Partum ............................................................................................ 3
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Anatomi dan Fisiologi ................................................................................................ 4
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan ................................................................................................. ………..10
4.2 Saran………………………………………………………………………………....10
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa nifas (puerperium)
yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat kandungan yang
lamanya 6 minggu. Post partum adalah masa 6 minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ
reproduksi sampai kembali ke keadaan normal sebelum hamil (Bobak, 2010).
Partus di anggap spontan atau normal jika wanita berada dalam masa aterm, tidak
terjadi komplikasi, terdapat satu janin presentasi puncak kepala dan persalinana selesai dalam
24 jam (Bobak, 2005).
Bahaya terbesar yang biasanya terjadi pada masa nifas adalah moragi atau perdarahan.
Oleh karena itu, pengkajian tanda fital, syok hipovolemik, tinggi fundusuterus(untuk
mengetahui intensitas kontraksi), distensi urin, sifat dan jumlah lokia,hemostatis perinium,
ketidak nyamanan, bonding attachemnt, dan status emosioanal sangat penting dilakukan untuk
mengurangi bahaya masa nifas.
Pada masa setelah kelahiran oran-organ tubuh yang berperan membantu proes
kehamilan dan kelahiran mengalami beberapa perubahan , dalam makalah ini kita akan
membahas mengenai anatomi fisiologi post partum atau nifas.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah pengertian Post partum?
2. Apakah Tanda dan gejala post partum?
3. Bagaimana Anatomi dan Fisiologi post partum?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui Anatomi dan fisiologi pada ibu Post partum.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui apa saja tnda dan gejala post partum.
2. Untuk mempelajari Anatomi dan fisiologipost partum.

1
1.4 Manfaat
Untuk responden : Agar bisa memahami Anatomi dan fisiologi post partum.
Untuk pembaca : Agar bisa mengetahui Anatomi dan fisiologi post partum
Untuk Penulis :Agar bisa mempelajari dan memahami Anatomi dan fisiologi post
patum.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Post Partum Menurut Para Ahli


Post partum atau masa Nifas menurut (Sarwono, 2000) di mulai setelah partus selesai
dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu, akan tetapi seluruh alat genetalia baru pulih kembali
seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan.
Post Partum Menurut (Rustam, 1998) adalah masa pulih kembali mulai dari persalinan
selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil 6-8 minggu.
Sedangkan menurut (Bobak, Lodermilk dan Jensen, 2005)Masa nifas mulai setelah
kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum
hamil. Masa nifas berlangsung kira-kira 6 minggu. Masa nifas adalah jangka waktu 6 minggu
yang dimulai setelah melahirkan bayi sampai pemulihan kembali organ-organ reproduksi
seperti semula.
Dari pengertian post partum(nifas)menurut para ahli dapat kami simpulkan bahwa
post partum dalah masa yang di mulai setelah kelahiran yang berlangsung selama 6-8
minggu, atau sampai kembali pulihnya organ-organ reproduksi.

2.2 Tanda-tanda Post Partum


Menurut Hafiffah, (2011) Post partus di tandai oleh:

1. Uterus : Kembalinya uteru ke Kondisi Normal.


2. Siklus Menstruasi
Siklu menstruasi akan mengalami perubahan saat ibu mulai menyusui.
3. Serviks
Setelah lahir servik akan menalami edema, bentuk distensi untuk beberapa hari,struk intern
akan kembali setelah 2 minggu.
4. Vagina
Nampak rugae kembali dalam 3 minggu.
5. Payudara
Akan membesar karena vaskuralisasi dan engorgemen (bengkak karena peningkatan prilaktin)
6. Perineum
Akan terdapat robekan jika dilakukan episiotomi ,yg akan terjadi masa penyembuhan selama 2
minggu.

2. Tahap-tahapan masa post partum


Masa nifas dibagi menjadi tiga tahapan menurut Bobak (2004) yaitu:
a. Peurperium dini (immediate puerperium) : waktu 0-24 jam post partum, yaitu
masa kepulihan dimana ibu diperbolehkan untuk berdiri dan berjalan-jalan.

3
b. Peurperium intermedial (early puerperium) : waktu 1-7 hari post partum,
yaitu masa kepulihan menyeluruh dari organ-organ reproduksi selama
kurang lebih 6-8 minggu.
c. Remote Puerperium (later puerperium) : waktu 1-6 minggu post partum.Waktu
yang diperlukan untuk pulih dan sehat kembali dalam keadaan sempurna
terutama ibu apabila ibu selama hamil atau waktu persalinan mengalami
komplikasi.

3. Perubahan fisiologis masa post partum


Perubahan sistem reproduksi masa nifas menurut Bobak et all (2005) yaitu:
a. Involusi uterus
Involusi uterus atau pengerutan uterus merupakan suatu proses kembalinya
uterus ke keadaan sebelum hamil.
b. Tempat plasenta
Segera setelah plasenta dan ketuban di keluarkan, kontriksi vascular dan
thrombosis menurunkan tampat plasenta kesuatu area yang meninggi dan
bernodul tidak teratur.
c. Serviks (mulut rahim)
Serviks menjadi lunak segera setelah ibu melahirkan. 18 jamsetelah
pascapartum, serviks memendek dan konsistensinya menjadi padat dan
kembali ke bentuk semula.
d. Lochea
Pada awal masa nifas, peluruhan jaringan desidua menyebabkan
keluarnya discharge vaginadalam jumlah bervariasi. Secara
mikroskopis, lochea terdiri atas eritrosit, serpihan desidua, sel-sel epitel
dan bakteri. Mikroorganisme ditemukan pada lokia yang menumpuk
divagina dan pada sebagian besar kasus juga di temukan bahkan bila
discharge diambil dari rongga uterus (Chunningham, Gary, et all 2006).
Pengeluaran lochea menurut Chunningham Gary, et all (2006) dapat dibagi
berdasarkan waktu dan warnanya, diantaranya :
(1) Lochea rubra atau merah (kruenta)
Lochea rubra mengandung darah dan debris desidua serta debris
trofoblastik. Aliran menyambur, menjadi merah muda atau coklat
setelah 3-4 hari (Bobak et all, 2005).
(2) Lochea serosa
Lochea serosa ini muncul sekitar 10 hari setelah bayi
lahir.Mengandung darah lama (old blood), serum, leukosit, dan debris
jaringan. Warna cairan ini menjadi kuning sampai putih (Bobak, et
all, 2005).
(3) Lochea alba
Locheaalbamuncul setelah 10 hari masa nifas/post partum. Akibat
campuran leukosit dan berkurangnya kandungan cairan, lokia menjadi
bewarna putih atau putih kekuningan (Cuninngham, Gary, et all 2006).

4
4. Perubahan Vulva, Vagina dan Perineum
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta perenggangan yang sangat besar
selama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari pertama sesudah proses
tersebut, kedua organ ini tetap berada dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu vulva
dan vagina kembali ke keadaan tidak hamil.Segera setelah melahirkan,
perineum menjadi kendur karena sebelumnya terenggang oleh tekanan kepala
bayi yang bergerak maju.Perubahan pada perineum pasca melahirkan terjadi pada
saat perineum mengalami robekan, pada post natal hari ke 5, perineum sudah
mendapatkan kembali sebagian besar tonusnya sekalipun tetap lebih kendur dari
pada keadaan sebelum melahirkan (Marmi, 2012).

5. Perubahan Sistem Pencernaan


Sistem pencernaan selama kehamilan dipengaruhi oleh beberapa hal
diantaranya tingginya kadar progesteron yang dapat mengganggu
keseimbangan cairan tubuh. Pasca melahirkan, kadar progesteron juga mengalami
penurunan. Faal usus memerlukan waktu 3-4 hari untuk kembali normal.Sistem
pencernaan pada masa nifas membutuhkan waktu yang berangsur-angsur untuk
kembali normal. Pola makan ibu nifas tidak akan seperti biasa dalam beberapa
hari dan perineum ibu akan terasa sakit untukdefekasi. Faktor-faktor tersebut
mendukung terjadinya konstipasi pada ibu nifas dalam minggu pertama (Marmi,
2012).

6. Perubahan Sistem Perkemihan


Buang air kecil sering sulit selama 24 jam pertama post
melahirkan. Kemungkinan terdapat spasme sfingter dan edema leher buli-buli
sesudah bagian ini mengalami kompresi antara kepala janin dan tulang pubis
selama persalinan. Urin dalam jumlah besar akan dihasilkan dalam waktu 12-
36 jam sesudah melahirkan. Setelah plasenta dilahirkan, kadar hormon esterogen
yang bersifat menahan air akan mengalami penurunan yang mencolok.
Keadaan ini menyebabkan deuresis. Ureter yang berdilatasi akan kembali
normal dalam tempo 6 minggu.

7. Perubahan psikologi masa post partum


Perubahan sistem reproduksi masa nifas/post partum menurut Marmi
(2012) yaitu:
Masa nifas adalah masa 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai 6 minggu
berikutnya. Waktu yang tepat dalam rangka pemulihan post-partum adalh 2-6
jam, 2 jam-6 hari, 2 jam- 6 minggu (atau boleh juga disebut 6 jam, 6 hari 6
minggu). Menjadi orang tua adalah merupakan krisis dari melewati masa transisi
menurut Marmi (2012) Masa transisi pada postpartum yang harus diperhatikan
adalah:
Perubahan psikologis ibu

5
a. Menjadi orang tua merupakan suatu krisis tersendiri dan harus melewati masa
transisi. Masa transisi pada post partum yang harus diperhatikan perawat adalah:
1) Honeymoon adalah fase setelah anak lahir dan dan terjadi kontak yang lama
antara ibu, ayah, anak. Kala ini dapat dikatakan sebagai psikis honeymoon
yang memerlukan hal-hal romantis masing-masing saling memperhatikan
anaknya dan menciptakan hubungan yang baru.
2) “ Bonding Attachment ” atau ikatan kasih. Dimulai sejak dini begitu bayi
dilahirkan. “Bonding” adalah suatu istilah untuk menerangkan hubungan
antara ibu dan anak. Sedangkan “attachment” adalah suatu keterikatan antara
orang tua dan anak. Peran perawat penting sekali untuk memikirkan
bagaimana hal tersebut dapat terlaksana. Partisipasi suami dalam proses
persalinan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan ikatan kasih
tersebut.
b. Perubahan psikologis pada klien post partum akan dikuti oleh perubahan
psikologis secara simultan sehingga klien harus beradaptasi secara menyeluruh.
Menurut klasifikasi Rubin terdapat tiga tingkat psikologis klien setelah
melahirkan adalah :
1) Talking In period: Suatu periode dimana ibu hanya berorientasi pada
kebutuhan diri sendiri, tingkah laku klien pasif dengan berdiam diri,
tergantung pada orang lain. Ibu belum mempunyai inisiatif untuk kontak
dengan bayinya. Dia sangat membutuhkan orang lain untuk membantu,
kebutuhannya yang utama adalah istirahat dan makan. Selain itu ibu mulai
menerima pengalamannya dalam melahirkan dan menyadari bahwa hal
tersebut adalah nyata. Periode ini berlangsung 1 - 2 hari. Menurut Gottible,
ibu akan mengalami “proses mengetahui /menemukan “ yang terdiri dari :
a) Identifikasi: Ibu mengidentifikasi bagian-bagian dari fisik bagyi,
gambaran tubuhnya untuk menyesuaikan dengan yang diharapkan
atau diimpikan.
b) Relating (menghubungkan): Ibu menggambarkan anaknya mirip
dengan anggota keluarga yang lain, baik dari tingkah lakunya dan
karakteristiknya.
c) Menginterpretasikan. Ibu mengartikan tingkah laku bayi dan
kebutuhan yang dirasakan. Pada fase ini dikenal dengan istilah “
fingertip touch”.
2) Taking Hold Period: Periode dimana terjadi perpindahan dari keadaan
ketergantungan keadaan mandiri. Perlahan-lahan tingkat energi klien
meningkat merasa lebih nyaman dan mulai berfokus pada bayi yang
dilahirkan. Klien lebih mandiri, dan pada akhirnya mempunyai inisiatif
untuk merawat dirinya, mampu untuk mengontrol fungsi tubuh, fungsi
eliminasi dan memperhatikan aktifitas yang dilakukannya setiap hari. Jika
ibu merawat bayinya, maka ia harus memperhatikan kualitas dan kuantitas
dari produksi ASI. Selain itu, ibu seharusnya tidak hanya mengungkapkan
keinginannya saja akan tetapi harus melakukan hal tersebut, misalnya

6
keinginan berjalan, duduk, bergerak seperti sebelum melahirkan. Disini juga
klien sangat antusias merawat bayinya. Pada fase ini merupakan saat yang
tepat untuk memberikan pendidikan perawatan utnuk dirinya dan bayinya.
Pada saat ini perawat mutlak memberikan semua tindakan keperawatan
seperti halnya menghadapi kesiapan ibu menerima bayi, petunjuk-petunjuk
yang harus diikuti tentang bagaimana cara mengungkapkan dan bagaimana
mengaturnya. Perawat harus berhati-hati dalam memberikan instruksi dan
tidak memaksakan kehendaknya sendiri. Apabila klien merasa tidak mampu
berbuat seperti yang diperbuat oleh perawat, maka perawat harus turun
langsung membantu ibu dalam melaksanakan kegiatan / tugas yang nyata
(setelah pemberian demonstrasi yang penting) dan memeberi pujian untuk
setiap tindakan yang tepat. Bila ibu sudah merasa lebih nyaman, maka ibu
sudah masuk dalam tahap ke- 2 “ maternal touch”, yaitu “total hand
contact” dan akhirnya pada tahap ke- 3 yang disebut “ enfolding”. Dan
periode ini berlangsung selama 10 hari.
3) Letting Go Period: Pada fase ini klien sudah mampu merawat dirinya sendiri
dan mulai disibukan oleh tanggung jawabnya sebagai ibu. Secara umum
fase ini terjadi ketika ibu kembali ke rumah. Pada fase ini ibu mengalami
perubahan, yaitu:
a) Mengerti dan menerima bentuk fisik dari bayinya.
b) Melepaskan peran ibu sebelum memiliki anak,
c) Menjadi ibu yang merawat anak.
4) Post partum blues: Pada fase ini terjadi perubahan kadar hormon estrogen
dan progesteron yang menurun, selain itu klien tidak siap dengan tugas-
tugas yang harus dihadapinya. Post partum blues biasanya terjadi 6 minggu
setelah melahirkan. Gejala yang tampak adalah menangis, mudah
tersinggung, gangguan nafsu makan, gangguan pola tidur, dan cemas. Bila
keadaan ini berlangsung lebih dari 2 minggu dan klien tidak mampu
menyesuaikan dengan tuntutan tugasnya, maka keadaan ini dapat menjadi
serius yaitu keadaan post partum depresi.
2. Perubahan psikologis ayah
Respon ayah pada masa sesudah klien melahirkan tergantung keterlibatanya
selama proses persalinan, biasanya ayah akan merasa lelah, ingin selalu dekat
dengan isteri dan anaknya, tetepi kadang-kadang terbentur dengan peraturan
rumah sakit.
3. Perubahan psikologis keluarga
Kehadiran bayi baru lahir dalam keluarga menimbulkan perubahan peran dan
hubungan dalam keluarga tersebut, misalnya anak yang lebih besar menjadi
kakak, orang tua menjadi kakek / nenek, suami dan isteri harus saling membagi
perhatian. Bila banyak anggoata yang membantu merawat bayi, maka keadaan
tidaklah sesulit dengan tidak ada yang membantu, sementara klien harus ikut
aktif melibatkan diri dalam merawat bayi dan membantu rumah tangga.

7
8. Masalah psikososial ibu post partum
Perubahan emosional pada ibu post partum menurut Bobak (2005) yaitu:
a. Baby blues
Baby bluespasca salin, karena perubahan yang tiba-tiba dalam kehidupan,
merasa cemas dan takut dengan ketidakmampuan merawat bayinya dan
merasa bersalah.Perubahan emosi ini dapat membaik dalam beberapa hari
setelah ibu dapat merawat diri dan bayinya serta mendapat dukungan keluarga.
b. Depresi pascapartum
Depresi postpartum adalah depresi yang bervariasi dari hari ke hari dengan
menunjukkan kelelahan, mudah marah, gangguan nafsu makan depresi
postpartum adalah depresi yang bervariasi dari hari ke hari dengan menunjukkan
kelelahan, mudah marah, gangguan nafsu makan, dan kehilangan libido
(kehilangan selera untuk berhubungan intim dengan suami). Kriteria untuk
mengklasifikasi depresi pascapartum bervariasi tetapi sering pada sindrom
afektif/emosi yang tarjadi selama enam bulan setelah melahirkan.Namun,
pengalaman depresi yang dialami juga menunjukan konsentrasi buruk,
perasaan bersalah, kehilangan energy dan aktivitas sehari-hari.
c. Psikosis pascapartum
Psikosis pascapartum ialah krisis psikiatri yang paling parah. Gejalanya seringkali bermula
dengan postpartum blues ataudepresi pascapartum. Waham, halusinasi, konfusi dan panic
bisa timbul.Wanita tersebut dapat memperlihatkan gajala yang menyarupai skizofrenia atau
kerusakan psikoafektif. Perawatan di rumah sakit selama beberapa bulan mungkin diperlukan.
Bunuh diri atau bahaya pada bayi atau keduanya merupakan bahaya psikosis terbesar.

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Anatomi dan fisiologi

Sistem reproduksi wanita terdiri dari organ interna, yang terletak di dalam rongga

pelvis dan ditopang oleh lantai pelvis, dan genetalia eksterna, yang terletak di perineum.

Struktur reproduksi interna dan eksterna berkembang menjadi matur akibat rangsang

hormon estrogen dan progesteron (Bobak, 2005).

1. Stuktur eksterna

8
a. Vulva

Vulva adalah nama yang diberikan untuk struktur genetalia externa. Kata ini

berarti penutup atau pembungkus yang berbentuk lonjong, berukuran panjang,

mulai klitoris, kanan kiri dibatasi bibir kecil sampai ke belakang dibatasi perineum.

b. Mons pubis

Mons pubis atau mons veneris adalah jaringan lemak subkutan berbentuk

bulat yang lunak dan padat serta merupakan jaringan ikat jarang di atas simfisis

pubis. Mons pubis mengandung banyak kelenjar sebasea dan ditumbuhi rambut

berwarna hitam, kasar, dan ikal pada masa pubertas, mons berperan dalam

sensualitas dan melindungi simfisis pubis selama

koitus.
c. Labia mayora

Labia mayora adalah dua lipatan kulit panjang melengkung yang menutupi

lemak dan jaringan kulit yang menyatu dengan mons pubis. Keduanya memanjang

dari mons pubis ke arah

bawah mengililingi labia minora, berakhir di perineum pada garis tengah. Labia

mayora melindungi labia minora, meatus urinarius, dan introitus vagina. Pada

9
wanita yang belum pernah melahirkan anak pervaginam, kedua labia mayora

terletak berdekatan di garis tengah, menutupi stuktur-struktur di bawahnya.

Setelah melahirkan anak dan mengalami cedera pada vagina atau pada

perineum, labia sedikit terpisah dan bahkan introitus vagina terbuka.

Penurunan produksi hormon menyebapkan atrofi labia mayora. Pada

permukaan arah lateral kulit labia tebal, biasanya memiliki pigmen lebih gelap

daripada jaringam sekitarnya dan ditutupi rambut yang kasar dan semakin menipis

ke arah luar perineum. Permukaan medial labia mayora licin, tebal, dan tidak

tumbuhi rambut. Sensitivitas labia mayora terhadap sentuhan, nyeri, dan suhu

tinggi. Hal ini diakibatkan adanya jaringan saraf yang menyebar luas, yang juga

berfungsi selama rangsangan

seksual.
d. Labia minora

Labia minora terletak di antara dua labia mayora, merupakan lipatan kulit

yang panjang, sempit, dan tidak berambut yang , memanjang ke arah bawah dari

bawah klitoris dan dan menyatu dengan fourchett. Sementara bagian lateral dan

anterior labia biasanya mengandung pigmen, permukaan medial labia minora sama

dengan mukosa vagina. Pembuluh darah yang sangat banyak membuat labia

berwarna merah kemerahan dan memungkankan labia minora membengkak, bila

ada stimulus emosional atau stimulus fisik. Kelenjar-kelenjar di labia minora juga

melumasi vulva. Suplai saraf yang sangat banyak membuat labia minora sensitif,

sehingga meningkatkan fungsi erotiknya.

e. Klitoris

Klitoris adalah organ pendek berbentuk silinder dan yang terletak tepat di

bawah arkus pubis. Dalam keadaan tidak terangsang, bagian yang terlihat adalah

sekitar 6x6 mm atau kurang. Ujung badan klitoris dinamai glans dan lebih sensitif

10
dari pada badannya. Saat wanita secara seksual terangsang, glans dan badan

klitoris membesar.

Kelenjar sebasea klitoris menyekresi smegma, suatu substansi lemak seperti

keju yang memiliki aroma khas dan berfungsi sebagai feromon. Istilah klitoris

berasal dari kata dalam bahasa yunani, yang berarti ‘’kunci’’ karena klitoris

dianggap sebagai kunci seksualitas wanita. Jumlah pembuluh darah dan persarafan

yang banyak membuat klitoris sangat sensitif terhadap suhu, sentuhan dan sensasi

tekanan.

f. Vestibulum

Vestibulum ialah suatu daerah yang berbentuk seperti perahu atau lojong,

terletak di antara labia minora, klitoris dan fourchette. Vestibulum terdiri dari

muara uretra, kelenjar parauretra, vagina dan kelenjar paravagina. Permukaan

vestibulum yang tipis dan agak berlendir mudah teriritasi oleh bahan kimia.

Kelenjar vestibulum mayora adalah gabungan dua kelenjar di dasar labia mayora,

masing-masing satu pada setiap sisi orifisium vagina.

g. Fourchette

Fourchette adalah lipatan jaringan transversal yang pipih dan tipis, dan

terletak pada pertemuan ujung bawah labia mayora dan minora di garis tengah di

bawah orifisium vagina. Suatu cekungan dan fosa navikularis terletak di antara

fourchette dan himen

h. Perineum

Perineum adalah daerah muskular yang ditutupi kulit antara introitus vagina

dan anus. Perineum membentuk dasar badan perineum.

2. Struktur interna

11
a. Ovarium

Sebuah ovarium terletak di setiap sisi uterus, di bawah dan di belakang tuba

falopi. Dua lagamen mengikat ovarium pada tempatnya, yakni bagian mesovarium

ligamen lebar uterus, yang memisahkan ovarium dari sisi dinding pelvis lateral

kira-kira setinggi krista iliaka anterosuperior, dan ligamentum ovarii proprium,

yang mengikat ovarium ke uterus. Dua fungsi ovarium adalah menyelenggarakan

ovulasi dan memproduksi hormon. Saat lahir, ovarium wanita normal mengandung

banyak ovum primordial. Di antara interval selama masa usia subur ovarium juga

merupakan tempat utama produksi hormon seks steroid dalam jumlah yang

dibutuhkan untuk pertumbuhan,

perkembangan, dan fungsi wanita normal.


b. Tuba fallopi

Sepasang tuba fallopi melekat pada fundus uterus. Tuba ini memanjang ke

arah lateral, mencapai ujung bebas legamen lebar dan berlekuk-lekuk mengelilingi

setiap ovarium. Panjang tuba ini kira-kira 10 cm dengan berdiameter 0,6 cm. Tuba

fallopi merupakan jalan bagi ovum. Ovum didorong di sepanjang tuba, sebagian

oleh silia, tetapi terutama oleh gerakan peristaltis lapisan otot. Esterogen dan

12
prostaglandin mempengaruhi gerakan peristaltis. Aktevites peristaltis tuba fallopi

dan fungsi sekresi lapisan mukosa yang terbesar ialah pada saat ovulasi.

c. Uterus

Uterus adalah organ berdinding tebal, muskular, pipih, cekung yang tampak

mirip buah pir yang terbalik. Uterus normal memiliki bentuk simetris, nyeri bila di

tekan, licin dan teraba padat. Uterus terdiri dari tiga bagian, fudus yang merupakan

tonjolan bulat di bagian atas dan insersituba fallopi, korpus yang merupakan

bagian utama yang mengelilingi cavum uteri, dan istmus, yakni bagian sedikit

konstriksi yang menghubungkan korpus dengan serviks dan dikenal sebagai

sekmen uterus bagian bawah pada masa hamil. Tiga fungsi uterus adalah siklus

menstruasi dengan peremajaan endometrium, kehamilan dan

persalinan.
Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan :
1) Endometrium yang mengandung banyak pembuluh darah ialah suatu lapisan

membran mukosa yang terdiri dari tiga lapisan : lapisan permukaan padat,

lapisan tengah jaringan ikat yang berongga menghubungkan indometrium

dengan miometrium.

2) Miometrum yang tebal tersusun atas lapisan – lapisan serabut otot polos yang

membentang ke tiga arah. Serabut longitudinal membentuk lapisan luar

miometrium, paling benyak ditemukan di daerah fundus, membuat lapisan ini

sangat cocok untuk mendorong bayi pada persalinan.

3) Peritonium perietalis

Suatu membran serosa, melapisi seluruh korpus uteri, kecuali seperempat

permukaan anterior bagian bawah, di mana terdapat kandung kemih dan

serviks. Tes diagnostik dan bedah pada uterus dapat dilakukan tanpa perlu

13
membuka rongga abdomen karena peritonium perietalis tidak menutupi seluruh

korpus uteri.

d. Vagina
Vagina adalah suatu tuba berdinding tipis yang dapat melipat dan mampu
meregang secara luas. Mukosa vagina berespon dengan cepat terhadap stimulai
esterogen dan progesteron. sel-sel mukosa tanggal terutama selama siklus
menstruasi dan selama masa hamil. Sel-sel yang di ambil dari mukosa vagina
dapat digunakan untuk mengukur kadar hormon seks steroid. Cairan vagina
berasal dari traktus genetalis atas atau bawah. Cairan sedikit asam. Interaksi
antara laktobasilus vagina dan glikogen mempertahankan keasaman. Apabila pH
nik diatas lima, insiden infeksi vagina meningkat. Cairan yang terus mengalir
dari vagina mempertahankan kebersihan relatif vagina

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

post partum dalah masa yang di mulai setelah kelahiran yang berlangsung
selama 6-8 minggu, atau sampai kembali pulihnya organ-organ reproduksi.
Pada masa nifas atau post partum banyak terjadi perubahan fisiologis terutama
pada organ yang membantu terjadinya kehamilan atau kelahiran seperti liang
senggama yang menjadi lebar.

4.2 Saran

14
Kami harapkan dengan adanya makalah ini lebih banyak lagi ibu ibu hamil
yang tahu dan memahami apa itu post partum,tanda dan gejala post partum serta apa
saja anatomi dan fisiologi yang berperan saat proses kehamilan dan kelahiran.

DAFTAR PUSTAKA

Margareta,Lisa.2017,”Asuhan Keperawatan pada Post Partum”.16


Oktober
Bobak, dkk. 2012. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta:EGC
http//www.jurnalpendidikanbidan.com/arsip/36-februari-2013 diakses
tanggal 4 januari 2016

15

Anda mungkin juga menyukai