Makalah ini di tujukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Maternita I
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang
alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “ANATOMI FISIOLOGI POST PARTUM”.
Di susun untuk memenuhi syarat salah satu tugas Keperawatan Maternitas I Tahun Ajaran
2018.
Makalah ini berisikan diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita
semua. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada teman teman, yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Serta kami sampaikan rasa
terimakasih kepada Dosen pengampu Ibu Ns. Neneng Aria Nengsih .,S.kep.,M.Kep Semoga
Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Aamiin.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa nifas (puerperium)
yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat kandungan yang
lamanya 6 minggu. Post partum adalah masa 6 minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ
reproduksi sampai kembali ke keadaan normal sebelum hamil (Bobak, 2010).
Partus di anggap spontan atau normal jika wanita berada dalam masa aterm, tidak
terjadi komplikasi, terdapat satu janin presentasi puncak kepala dan persalinana selesai dalam
24 jam (Bobak, 2005).
Bahaya terbesar yang biasanya terjadi pada masa nifas adalah moragi atau perdarahan.
Oleh karena itu, pengkajian tanda fital, syok hipovolemik, tinggi fundusuterus(untuk
mengetahui intensitas kontraksi), distensi urin, sifat dan jumlah lokia,hemostatis perinium,
ketidak nyamanan, bonding attachemnt, dan status emosioanal sangat penting dilakukan untuk
mengurangi bahaya masa nifas.
Pada masa setelah kelahiran oran-organ tubuh yang berperan membantu proes
kehamilan dan kelahiran mengalami beberapa perubahan , dalam makalah ini kita akan
membahas mengenai anatomi fisiologi post partum atau nifas.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui Anatomi dan fisiologi pada ibu Post partum.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui apa saja tnda dan gejala post partum.
2. Untuk mempelajari Anatomi dan fisiologipost partum.
1
1.4 Manfaat
Untuk responden : Agar bisa memahami Anatomi dan fisiologi post partum.
Untuk pembaca : Agar bisa mengetahui Anatomi dan fisiologi post partum
Untuk Penulis :Agar bisa mempelajari dan memahami Anatomi dan fisiologi post
patum.
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
3
b. Peurperium intermedial (early puerperium) : waktu 1-7 hari post partum,
yaitu masa kepulihan menyeluruh dari organ-organ reproduksi selama
kurang lebih 6-8 minggu.
c. Remote Puerperium (later puerperium) : waktu 1-6 minggu post partum.Waktu
yang diperlukan untuk pulih dan sehat kembali dalam keadaan sempurna
terutama ibu apabila ibu selama hamil atau waktu persalinan mengalami
komplikasi.
4
4. Perubahan Vulva, Vagina dan Perineum
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta perenggangan yang sangat besar
selama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari pertama sesudah proses
tersebut, kedua organ ini tetap berada dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu vulva
dan vagina kembali ke keadaan tidak hamil.Segera setelah melahirkan,
perineum menjadi kendur karena sebelumnya terenggang oleh tekanan kepala
bayi yang bergerak maju.Perubahan pada perineum pasca melahirkan terjadi pada
saat perineum mengalami robekan, pada post natal hari ke 5, perineum sudah
mendapatkan kembali sebagian besar tonusnya sekalipun tetap lebih kendur dari
pada keadaan sebelum melahirkan (Marmi, 2012).
5
a. Menjadi orang tua merupakan suatu krisis tersendiri dan harus melewati masa
transisi. Masa transisi pada post partum yang harus diperhatikan perawat adalah:
1) Honeymoon adalah fase setelah anak lahir dan dan terjadi kontak yang lama
antara ibu, ayah, anak. Kala ini dapat dikatakan sebagai psikis honeymoon
yang memerlukan hal-hal romantis masing-masing saling memperhatikan
anaknya dan menciptakan hubungan yang baru.
2) “ Bonding Attachment ” atau ikatan kasih. Dimulai sejak dini begitu bayi
dilahirkan. “Bonding” adalah suatu istilah untuk menerangkan hubungan
antara ibu dan anak. Sedangkan “attachment” adalah suatu keterikatan antara
orang tua dan anak. Peran perawat penting sekali untuk memikirkan
bagaimana hal tersebut dapat terlaksana. Partisipasi suami dalam proses
persalinan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan ikatan kasih
tersebut.
b. Perubahan psikologis pada klien post partum akan dikuti oleh perubahan
psikologis secara simultan sehingga klien harus beradaptasi secara menyeluruh.
Menurut klasifikasi Rubin terdapat tiga tingkat psikologis klien setelah
melahirkan adalah :
1) Talking In period: Suatu periode dimana ibu hanya berorientasi pada
kebutuhan diri sendiri, tingkah laku klien pasif dengan berdiam diri,
tergantung pada orang lain. Ibu belum mempunyai inisiatif untuk kontak
dengan bayinya. Dia sangat membutuhkan orang lain untuk membantu,
kebutuhannya yang utama adalah istirahat dan makan. Selain itu ibu mulai
menerima pengalamannya dalam melahirkan dan menyadari bahwa hal
tersebut adalah nyata. Periode ini berlangsung 1 - 2 hari. Menurut Gottible,
ibu akan mengalami “proses mengetahui /menemukan “ yang terdiri dari :
a) Identifikasi: Ibu mengidentifikasi bagian-bagian dari fisik bagyi,
gambaran tubuhnya untuk menyesuaikan dengan yang diharapkan
atau diimpikan.
b) Relating (menghubungkan): Ibu menggambarkan anaknya mirip
dengan anggota keluarga yang lain, baik dari tingkah lakunya dan
karakteristiknya.
c) Menginterpretasikan. Ibu mengartikan tingkah laku bayi dan
kebutuhan yang dirasakan. Pada fase ini dikenal dengan istilah “
fingertip touch”.
2) Taking Hold Period: Periode dimana terjadi perpindahan dari keadaan
ketergantungan keadaan mandiri. Perlahan-lahan tingkat energi klien
meningkat merasa lebih nyaman dan mulai berfokus pada bayi yang
dilahirkan. Klien lebih mandiri, dan pada akhirnya mempunyai inisiatif
untuk merawat dirinya, mampu untuk mengontrol fungsi tubuh, fungsi
eliminasi dan memperhatikan aktifitas yang dilakukannya setiap hari. Jika
ibu merawat bayinya, maka ia harus memperhatikan kualitas dan kuantitas
dari produksi ASI. Selain itu, ibu seharusnya tidak hanya mengungkapkan
keinginannya saja akan tetapi harus melakukan hal tersebut, misalnya
6
keinginan berjalan, duduk, bergerak seperti sebelum melahirkan. Disini juga
klien sangat antusias merawat bayinya. Pada fase ini merupakan saat yang
tepat untuk memberikan pendidikan perawatan utnuk dirinya dan bayinya.
Pada saat ini perawat mutlak memberikan semua tindakan keperawatan
seperti halnya menghadapi kesiapan ibu menerima bayi, petunjuk-petunjuk
yang harus diikuti tentang bagaimana cara mengungkapkan dan bagaimana
mengaturnya. Perawat harus berhati-hati dalam memberikan instruksi dan
tidak memaksakan kehendaknya sendiri. Apabila klien merasa tidak mampu
berbuat seperti yang diperbuat oleh perawat, maka perawat harus turun
langsung membantu ibu dalam melaksanakan kegiatan / tugas yang nyata
(setelah pemberian demonstrasi yang penting) dan memeberi pujian untuk
setiap tindakan yang tepat. Bila ibu sudah merasa lebih nyaman, maka ibu
sudah masuk dalam tahap ke- 2 “ maternal touch”, yaitu “total hand
contact” dan akhirnya pada tahap ke- 3 yang disebut “ enfolding”. Dan
periode ini berlangsung selama 10 hari.
3) Letting Go Period: Pada fase ini klien sudah mampu merawat dirinya sendiri
dan mulai disibukan oleh tanggung jawabnya sebagai ibu. Secara umum
fase ini terjadi ketika ibu kembali ke rumah. Pada fase ini ibu mengalami
perubahan, yaitu:
a) Mengerti dan menerima bentuk fisik dari bayinya.
b) Melepaskan peran ibu sebelum memiliki anak,
c) Menjadi ibu yang merawat anak.
4) Post partum blues: Pada fase ini terjadi perubahan kadar hormon estrogen
dan progesteron yang menurun, selain itu klien tidak siap dengan tugas-
tugas yang harus dihadapinya. Post partum blues biasanya terjadi 6 minggu
setelah melahirkan. Gejala yang tampak adalah menangis, mudah
tersinggung, gangguan nafsu makan, gangguan pola tidur, dan cemas. Bila
keadaan ini berlangsung lebih dari 2 minggu dan klien tidak mampu
menyesuaikan dengan tuntutan tugasnya, maka keadaan ini dapat menjadi
serius yaitu keadaan post partum depresi.
2. Perubahan psikologis ayah
Respon ayah pada masa sesudah klien melahirkan tergantung keterlibatanya
selama proses persalinan, biasanya ayah akan merasa lelah, ingin selalu dekat
dengan isteri dan anaknya, tetepi kadang-kadang terbentur dengan peraturan
rumah sakit.
3. Perubahan psikologis keluarga
Kehadiran bayi baru lahir dalam keluarga menimbulkan perubahan peran dan
hubungan dalam keluarga tersebut, misalnya anak yang lebih besar menjadi
kakak, orang tua menjadi kakek / nenek, suami dan isteri harus saling membagi
perhatian. Bila banyak anggoata yang membantu merawat bayi, maka keadaan
tidaklah sesulit dengan tidak ada yang membantu, sementara klien harus ikut
aktif melibatkan diri dalam merawat bayi dan membantu rumah tangga.
7
8. Masalah psikososial ibu post partum
Perubahan emosional pada ibu post partum menurut Bobak (2005) yaitu:
a. Baby blues
Baby bluespasca salin, karena perubahan yang tiba-tiba dalam kehidupan,
merasa cemas dan takut dengan ketidakmampuan merawat bayinya dan
merasa bersalah.Perubahan emosi ini dapat membaik dalam beberapa hari
setelah ibu dapat merawat diri dan bayinya serta mendapat dukungan keluarga.
b. Depresi pascapartum
Depresi postpartum adalah depresi yang bervariasi dari hari ke hari dengan
menunjukkan kelelahan, mudah marah, gangguan nafsu makan depresi
postpartum adalah depresi yang bervariasi dari hari ke hari dengan menunjukkan
kelelahan, mudah marah, gangguan nafsu makan, dan kehilangan libido
(kehilangan selera untuk berhubungan intim dengan suami). Kriteria untuk
mengklasifikasi depresi pascapartum bervariasi tetapi sering pada sindrom
afektif/emosi yang tarjadi selama enam bulan setelah melahirkan.Namun,
pengalaman depresi yang dialami juga menunjukan konsentrasi buruk,
perasaan bersalah, kehilangan energy dan aktivitas sehari-hari.
c. Psikosis pascapartum
Psikosis pascapartum ialah krisis psikiatri yang paling parah. Gejalanya seringkali bermula
dengan postpartum blues ataudepresi pascapartum. Waham, halusinasi, konfusi dan panic
bisa timbul.Wanita tersebut dapat memperlihatkan gajala yang menyarupai skizofrenia atau
kerusakan psikoafektif. Perawatan di rumah sakit selama beberapa bulan mungkin diperlukan.
Bunuh diri atau bahaya pada bayi atau keduanya merupakan bahaya psikosis terbesar.
BAB III
PEMBAHASAN
Sistem reproduksi wanita terdiri dari organ interna, yang terletak di dalam rongga
pelvis dan ditopang oleh lantai pelvis, dan genetalia eksterna, yang terletak di perineum.
Struktur reproduksi interna dan eksterna berkembang menjadi matur akibat rangsang
1. Stuktur eksterna
8
a. Vulva
Vulva adalah nama yang diberikan untuk struktur genetalia externa. Kata ini
mulai klitoris, kanan kiri dibatasi bibir kecil sampai ke belakang dibatasi perineum.
b. Mons pubis
Mons pubis atau mons veneris adalah jaringan lemak subkutan berbentuk
bulat yang lunak dan padat serta merupakan jaringan ikat jarang di atas simfisis
pubis. Mons pubis mengandung banyak kelenjar sebasea dan ditumbuhi rambut
berwarna hitam, kasar, dan ikal pada masa pubertas, mons berperan dalam
koitus.
c. Labia mayora
Labia mayora adalah dua lipatan kulit panjang melengkung yang menutupi
lemak dan jaringan kulit yang menyatu dengan mons pubis. Keduanya memanjang
bawah mengililingi labia minora, berakhir di perineum pada garis tengah. Labia
mayora melindungi labia minora, meatus urinarius, dan introitus vagina. Pada
9
wanita yang belum pernah melahirkan anak pervaginam, kedua labia mayora
Setelah melahirkan anak dan mengalami cedera pada vagina atau pada
permukaan arah lateral kulit labia tebal, biasanya memiliki pigmen lebih gelap
daripada jaringam sekitarnya dan ditutupi rambut yang kasar dan semakin menipis
ke arah luar perineum. Permukaan medial labia mayora licin, tebal, dan tidak
tumbuhi rambut. Sensitivitas labia mayora terhadap sentuhan, nyeri, dan suhu
tinggi. Hal ini diakibatkan adanya jaringan saraf yang menyebar luas, yang juga
seksual.
d. Labia minora
Labia minora terletak di antara dua labia mayora, merupakan lipatan kulit
yang panjang, sempit, dan tidak berambut yang , memanjang ke arah bawah dari
bawah klitoris dan dan menyatu dengan fourchett. Sementara bagian lateral dan
anterior labia biasanya mengandung pigmen, permukaan medial labia minora sama
dengan mukosa vagina. Pembuluh darah yang sangat banyak membuat labia
ada stimulus emosional atau stimulus fisik. Kelenjar-kelenjar di labia minora juga
melumasi vulva. Suplai saraf yang sangat banyak membuat labia minora sensitif,
e. Klitoris
Klitoris adalah organ pendek berbentuk silinder dan yang terletak tepat di
bawah arkus pubis. Dalam keadaan tidak terangsang, bagian yang terlihat adalah
sekitar 6x6 mm atau kurang. Ujung badan klitoris dinamai glans dan lebih sensitif
10
dari pada badannya. Saat wanita secara seksual terangsang, glans dan badan
klitoris membesar.
keju yang memiliki aroma khas dan berfungsi sebagai feromon. Istilah klitoris
berasal dari kata dalam bahasa yunani, yang berarti ‘’kunci’’ karena klitoris
dianggap sebagai kunci seksualitas wanita. Jumlah pembuluh darah dan persarafan
yang banyak membuat klitoris sangat sensitif terhadap suhu, sentuhan dan sensasi
tekanan.
f. Vestibulum
Vestibulum ialah suatu daerah yang berbentuk seperti perahu atau lojong,
terletak di antara labia minora, klitoris dan fourchette. Vestibulum terdiri dari
vestibulum yang tipis dan agak berlendir mudah teriritasi oleh bahan kimia.
Kelenjar vestibulum mayora adalah gabungan dua kelenjar di dasar labia mayora,
g. Fourchette
Fourchette adalah lipatan jaringan transversal yang pipih dan tipis, dan
terletak pada pertemuan ujung bawah labia mayora dan minora di garis tengah di
bawah orifisium vagina. Suatu cekungan dan fosa navikularis terletak di antara
h. Perineum
Perineum adalah daerah muskular yang ditutupi kulit antara introitus vagina
2. Struktur interna
11
a. Ovarium
Sebuah ovarium terletak di setiap sisi uterus, di bawah dan di belakang tuba
falopi. Dua lagamen mengikat ovarium pada tempatnya, yakni bagian mesovarium
ligamen lebar uterus, yang memisahkan ovarium dari sisi dinding pelvis lateral
ovulasi dan memproduksi hormon. Saat lahir, ovarium wanita normal mengandung
banyak ovum primordial. Di antara interval selama masa usia subur ovarium juga
merupakan tempat utama produksi hormon seks steroid dalam jumlah yang
Sepasang tuba fallopi melekat pada fundus uterus. Tuba ini memanjang ke
arah lateral, mencapai ujung bebas legamen lebar dan berlekuk-lekuk mengelilingi
setiap ovarium. Panjang tuba ini kira-kira 10 cm dengan berdiameter 0,6 cm. Tuba
fallopi merupakan jalan bagi ovum. Ovum didorong di sepanjang tuba, sebagian
oleh silia, tetapi terutama oleh gerakan peristaltis lapisan otot. Esterogen dan
12
prostaglandin mempengaruhi gerakan peristaltis. Aktevites peristaltis tuba fallopi
dan fungsi sekresi lapisan mukosa yang terbesar ialah pada saat ovulasi.
c. Uterus
Uterus adalah organ berdinding tebal, muskular, pipih, cekung yang tampak
mirip buah pir yang terbalik. Uterus normal memiliki bentuk simetris, nyeri bila di
tekan, licin dan teraba padat. Uterus terdiri dari tiga bagian, fudus yang merupakan
tonjolan bulat di bagian atas dan insersituba fallopi, korpus yang merupakan
bagian utama yang mengelilingi cavum uteri, dan istmus, yakni bagian sedikit
sekmen uterus bagian bawah pada masa hamil. Tiga fungsi uterus adalah siklus
persalinan.
Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan :
1) Endometrium yang mengandung banyak pembuluh darah ialah suatu lapisan
membran mukosa yang terdiri dari tiga lapisan : lapisan permukaan padat,
dengan miometrium.
2) Miometrum yang tebal tersusun atas lapisan – lapisan serabut otot polos yang
3) Peritonium perietalis
serviks. Tes diagnostik dan bedah pada uterus dapat dilakukan tanpa perlu
13
membuka rongga abdomen karena peritonium perietalis tidak menutupi seluruh
korpus uteri.
d. Vagina
Vagina adalah suatu tuba berdinding tipis yang dapat melipat dan mampu
meregang secara luas. Mukosa vagina berespon dengan cepat terhadap stimulai
esterogen dan progesteron. sel-sel mukosa tanggal terutama selama siklus
menstruasi dan selama masa hamil. Sel-sel yang di ambil dari mukosa vagina
dapat digunakan untuk mengukur kadar hormon seks steroid. Cairan vagina
berasal dari traktus genetalis atas atau bawah. Cairan sedikit asam. Interaksi
antara laktobasilus vagina dan glikogen mempertahankan keasaman. Apabila pH
nik diatas lima, insiden infeksi vagina meningkat. Cairan yang terus mengalir
dari vagina mempertahankan kebersihan relatif vagina
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
post partum dalah masa yang di mulai setelah kelahiran yang berlangsung
selama 6-8 minggu, atau sampai kembali pulihnya organ-organ reproduksi.
Pada masa nifas atau post partum banyak terjadi perubahan fisiologis terutama
pada organ yang membantu terjadinya kehamilan atau kelahiran seperti liang
senggama yang menjadi lebar.
4.2 Saran
14
Kami harapkan dengan adanya makalah ini lebih banyak lagi ibu ibu hamil
yang tahu dan memahami apa itu post partum,tanda dan gejala post partum serta apa
saja anatomi dan fisiologi yang berperan saat proses kehamilan dan kelahiran.
DAFTAR PUSTAKA
15