Anda di halaman 1dari 35

TUGAS MATA KULIAH: KEPERAWATAN MATERNITAS 1

FISIOLOGI POST PARTUM, HOME VISITE, MEMBERIKAN EDUKASI


KESEHATAN DAN MELAKUKAN KONSELING KELUARGA

Disusun oleh

Siti Norkhalisa 19.20.3007

Dosen Pengampu : Noormailida Astuti.,S.Kep.,Ners.,M.Kep

PROGRAM STUDI S-1 ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS CAHAYA BANGSA

TAHUN AJARAN 2020/2021


KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kami sehingga akhirnya kami dapat
membuat makalah Keperawatan Maternitas I.
Makalah yang berjudul “Fisiologi Post Partum, Home Visite , Melakukan
Edukasi Kesehatan dan Memberikan Konseling Keluarga” ditulis untuk memenuhi
tugas mata kuliah Keperawatan Maternitas. Pada kesempatan yang baik ini ini, kami
menyampaikan rasa hormat dan terimakasih pada semua pihak yang dengan tulus
ikhlas telah memberikan bantuan dan dorongan kepada kami dalam pembuatan
makalah ini terutama kepada :
1. Ibu Noormailida Astuti, S.Kep., Ners., M.Kep selaku Dosen Mata kuliah
Keperaatan Maternitas.
2. Orangtua kami yang telah memberikan semangat untuk menyelesaikan makalah
ini.
3. Segala pihak yang telah membantu dan meyelesaikan makalah ini.

Semoga seluruh bantuan yang telah diberikan oleh semua pihak mendapatkan
berkat dan karunia Tuhan Yang Maha Esa. Akhirnya penyusun mengharapkan
semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi dunia kesehatan dan masyarakat
umum.

Banjarbaru, 27 Oktober 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Judul Halaman

KATA PENGANTAR................................................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang…...........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan............................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

A. Fisiologi Post Partum....................................................................................................2


B. Home Visite..................................................................................................................13
C. Edukasi Kesehatan dan Konseling Keluarga................................................................20

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan...................................................................................................................26
B. Saran.............................................................................................................................26

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Post partum merupakan suatu periode dalam minggu-minggu pertama setelah kelahiran.
Lamanya “periode” ini tidak pasti, sebagian besar mengganggapnya antara 4 sampai 6
minggu. Walaupun merupakan masa yang relatif tidak komplek dibandingkan dengan
kehamilan, nifas ditandai oleh banyaknya perubahan fisiologi. Beberapa dari perubahan
tersebut mungkin hanya sedikit mengganggu ibu baru, walaupun komplikasi serius juga
sering terjadi. (Cunningham, F, et al, 2013) Asuhan keperawatan pasca persali
Setelah persalinan wanita akan mengalami masa puerperium, untuk dapat
mengembalikan alat genitalia interna kedalam keadaan normal, dengan tenggang waktu
sekitar 42 hari atau enam minggu atau satu bulan tujuh hari.
Masa nifas atau puerperium dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-
alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung kira-kira
selama 6 minggu. Pada masa ini terjadi perubahan-perubahan fisiologis,yaitu: Perubahan
fisik, Involusi uterus dan pengeluaran lochia. Dalam masa nifas, alat-alat genitalia interna
maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan seblum hamil.
Perubahan-perubahan alat-alat genital ini dalam keseluruhannya disebut involusi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Fisiologi Post Partum?
2. Apa Itu Home Visite?
3. Bagaimana mengedukasi dan memberikan konseling pada keluarga?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui fisiologi post partum atau masa nifas
2. Untuk mengetahui apa itu home visite
3. Unuk mengetahui bagaimana mengedukasi kesehatan dan memberikan konseling pada
keluarg

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Fisiologi Post Partum (Masa Nifas)
1. Pengertian Post Partum (Masa Nifas)
Postpartum adalah masa sesudah
persalinan dapat juga disebut masa nifas
(puerperium) yaitu masa sesudah persalinan
yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat
kandungan yang lamanya 6 minggu (Bobak,
2010:53). Periode postpartum adalah periode
waktu selama 6-8 minggu setelah persalinan.
Proses ini dimulai setelah selesainya
persalinan dan berakhir setelah alat-alat
reproduksi kembali seperti keadaan sebelum
hamil atau tidak hamil sebagai akibat dari
adanya perubahan fisiologi dan psikologi
karena proses persalinan. Periode masa nifas
merupakan waktu dimana ibu mengalami
stress pasca persalinan, terutama pada ibu
primipara ( Saleha, 2009 : 77 ).
2. P
e
r
i
o
d
e

P
o
s
t

2
P
a n
r i
t f
u a
m a
s
(
t
M e
a r
s d
a i
r
N i
i
f d
a a
s r
) i

P 3
e ,
r y
i a
o i
d t
e u
:
m a. Periode Immediate Post Partum
a Masa segera setelah plasentalahir
s sampai 24 jam. Pada masa ini sering
a
3
terdapat banyak masalah, c. Remote Puerprerium, yaitu waktu yang di
misalnya pendarahan karena perlukan untuk pulih dan sehat sempurna,
atonia uteri. Oleh karena itu, terutama bila selama hamil atau waktu
bidan dengan teratur harus persalinan mempunyai komplikasi.
melakukan pemeriksaan
kontraksi uterus,
pengeluaran loche, tekanan
darah dan suhu.
b. Periode Early Post Partum (24
jam- 1 minggu)
Pada masa ini bidan
memastikan involusi uteri
dalam keadaan normal, tidak
ada pendarahan, lochea tidak
berbau busuk, tidak demam,
ibu cukup mendapatkan
makanan dan cairan, serta
ibu dapat menyusui dengan
baik.
c. Periode Late Post Partum ( 1
minggu – 5 minggu)
Pada periode ini bidan
tetap melakukan perawatan
dan pemeriksaan sehari-hari
serta konseling. (Siti Saleha,
2009)
Masa puerperium terdiri atas 3
periode, yaitu:
a. Puerprerium dini, yaitu
kepulihan ketika ibu telah di
perbolehkan berdiri dan
berjalan.
b. Puerprerium intermedial,
yaitu kepulihan menyeluruh
aalat alat genital.
4
3. Perubahan Fisiologi Masa Nifas
a. Perubahan Sistem Reproduksi
Selama kehamilan, uterus mengalami pembesaran karena hipertropi dan
hiperplasia. Setelah persalinan, terjadi involusi. Peristiwa ini menyebabkkan
perubahan pada uterus dan vagina.
1) Perubahan Uterus
Involusi uterus merupakan kembalinya uterus ke dalam rongga pelvis,
termasuk didalamnya kontraksi, autolisis, degenerasi dan proliferasi epitel.
Pembuluh darah uterus mengalami konstriksi setelah lahirnya plasenta sehingga
aliran darah ke uterus berkurang. Kondisi ini menyebabkan iskemia, kemudian
lapisan desidua akan mengalami atrofi dan terlepas dengan meninggalkan lapisan
basal. Autolisis merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi di dalam
otot uterus. Serat otot dicerna oleh enzim proteolitik. Lisosom sel yang
bertanggung jawab untuk menghilangkan produk-produk limbah yang masuk ke
dalam aliran darah kemudian dibersihkan oleh ginjal (Jackson, 2009).
Involusi uterus meliputi reorganisasi dan pengeluaran
desidua/endometrium dan pengangkatan sel-sel mati (eksfoliasi) tempat pelekatan
plasenta. Desidua basalis mengalami reorganisasi menjadi dua lapisan akibat
invasi leukosit. Lapisan superfisial degeneratif dan nekrotik, kemudian terlepas
sebagai bagian dari lochia. Kecepatan involusi dan banyaknya pengeluaran lochia
dipengaruhi oleh menyusui, bukan karena pemberian preparat ergot (ergometrin,
methergin). Kontraksi uterus yang timbul di bawah pengaruh oksitosin yang
disekresikan ketika menyusui membantu pengeluaran lochia. Lapisan fungsional
yang sehat di dekat miometrium terdiri-dari sisa kelenjar endometrium basiler
dalam lapisan zona basalis. Endometrium mengalami regenerasi melalui
proliferasi epitel kelenjar ini. Regenerasi endometrium lengkap pada waktu enam
minggu.
Pengeluaran pada beberapa hari pertama berwarna merah, mengandung
eritrosit, desidua, dan sel epitel di sebut lochia rubra.Setelah hari ketiga atau
keempat, warna lochia semakin pucat disebut lochia serosa. Setelah hari ke-10
warnanya menjadi putih atau putih kekuningan karena mengandung leukosit dan
jumlahnya sedikit disebut lochia alba. Lamanya pengeluaran lochia sekitar 24
hingga 36 hari (Cunningham, dkk, 2014).
Berat uterus segera setelah lahirnya hasil konsepsi 1.000 g, kemudian
menurun menjadi 500 g pada akhir minggu pertama pasca persalinan, dan kembali
ke keadaan sebelum hamil (70 g) pada minggu kedelapan pasca persalinan.
Penurunan ukuran uterus menyebabkan perpindahan lokasi uterus, dari abdomen
turun ke rongga panggul. Tinggi fundus uteri (TFU) sejajar dengan umbilikus
beberapa jam pasca persalinan. TFU tetap atau satu jari di bawah umbilikus
selama satu atau dua hari dan secara bertahap turun hingga tidak dapat dipalpasi
lagi di atas simfisis pubis setelah hari ke-10 pasca persalinan.
Serviks sangat lunak, kendur, dan terkulai segera setelah lahirnya hasil
konsepsi. Serviks, terutama bagian depan sangat mungkin mengalami memar dan
edema karena tekanan selama proses persalinan serta bisa dilalui 2 -3 jari.
Kelunakan serviks berangsurangsur berkurang. Sekitar tujuh hari postpartum,
serviks bisa dilalui oleh dua jari, kemudian hanya bisa dilalui satu jari. Ostium
eksternum mulai ke bentuk sebelum hamil pada minggu keempat postpartum.
b. Perubahan Vagina dan Vulva
Segera setelah pelahiran hasil konsepsi, vagina terbuka lebar, mungkin
mengalami edema, memar, dan celah pada introitus vagina. Vaskularisasi yang
awalnya meningkat, pada hari ketiga menurun, edema dan memar diserap. Setelah
satu atau dua hari pasca persalinan, tonus otot vagina kembali, rugae vagina kembali
sekitar minggu ketiga pasca persalinan. Vulva dan perineun mudah sembuh (Varney,
2007; Jackson, 2009). Kekeringan lokal dan rasa tidak nyaman saat koitus
(dispareunia) menetap sampai fungsi ovarium kembali normal dan menstruasi dimulai
lagi.
c. Lochea
Lochia adalah cairan sekret yang berasal dari cavum uteri dan vagina dalam masa
nifas.
Macam-macam Lochia :
1) Lochia Rubra (Cruenta)
Berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban , sel-sel desidua, verniks kaseosa,
lanugo, dan mekonium, selama 2 hari post partum.
2) Lochia Sanguinolenta
Berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, hari 3-7 post partum.
3) Lochia Serosa
Berwarna kuning, cairan tidak darah lagi, pada hari ke 7-14 post partum.
4) Lochia Alba
Cairan putih, setelah 2 minggu.
5) Lochia Purulenta
Terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk.
6) Lochiastasis
Lochia tidak lancer keluarnya.
d. Perubahan Payudara
Payudara mengalami kongesti selama beberapa hari pasca persalinan untuk
pembentukan air susu ibu (ASI). Suradi (2012) menguraikan, Pada hari kedua dan
ketiga postpartum, pengaruh hormon prolaktin lebih dominan sehingga payudara
mulai menyekresi kolostrum yang mengandung imunoglobulin, lemak dan protein.
ASI matur adalah cairan biologis kompleks dan dinamis yang termasuk lemak,
protein, karbohidrat, faktor bioaktif, mineral, vitamin, hormon, dan banyak produk
selular. Dua refleks penting dalam proses laktasi adalah refleks prolaktin dan refleks
aliran (let down refleks) yang timbul akibat perangsangan puting susu oleh hisapan
bayi. Refleks prolaktin merupakan refleks pembentukan ASI di tingkat alveoli yang
dipenggaruhi oleh hormon prolaktin. Refleks aliran (let down reflex) yaitu proses
pengeluaran ASI yang dipicu oleh oksitosin dari alveoli keluar tubuh ibu atau diisap
oleh bayi.
e. Perubahan sistem kardiovaskuler
Efek diuretik dari penghapusan produk limbah, terutama dari rahim, melalui
aliran darah menyebabkan penurunan volume sirkulasi darah, hemokonsentrasi.
Tonus otot polos di dinding pembuluh meningkatkan dan output, stroke volume dan
tekanan darah kembali ke tingkat sebelum hamil (Jackson, 2009). Denyut nadi setelah
melahirkan lebih cepat. Setiap denyut nadi yang melebihi 100 adalah abnormal dan
hal ini mungkin disebabkan oleh infeksi atau perdarahan postpartum yang tertunda.
Banyak perempuan mengalami peningkatan tekanan darah segera setelah melahirkan,
kemudian akan turun seperti keadaan sebelum hamil beberapa hari pasca persalinan.
Setelah terjadi diuresis yang mencolok akibat penurunan kadar estrogen, volume
darah kembali kapada keadaan tidak hamil. Jumlah sel darah merah dan haemoglobin
kembali normal pada hari ke-5. Meskipun kadar estrogen mengalami penurunan yang
sangat besar selama masa nifas, namun kadarnya masih tetap lebih tinggi daripada
normal. Plasma darah tidak begitu mengandung cairan dan dengan demikian daya
koagulasi meningkat. Pembekuan darah harus dicegah dengan penanganan yang
cermat dan penekanan pada ambulansi dini.
Cardiac output terus meningkat selama kala I dan kala II persalinan. Cardiac
output tetap tinggi dalam beberapa waktu sampai 48 jam post partum, ini umumnya
mungkin diikuti dengan peningkatan stroke volume akibat dari peningkatan venosus
return, bradicardi terlihat selama waktu ini. Cardiac output akan kembali ke keadaan
semula seperti sebelum hamil dalam 2 – 3 minggu.
f. Perubahan sistem pencernaan
Rasa lapar dan mulai makan mungkin terjadi pada ibu nifas, satu atau dua jam
setelah melahirkan. Konstipasi pada awal masa nifas dapat terjadi karena kurangnya
mengkonsumsi makanan padat atau berserat selama persalinan dan ibu mungkin
menahan defikasi. Konstipasi juga terjadi karena kehilangan cairan yang berlebihan
pada waktu persalinan. Turunnya kadar progesteron menyebabkan tonus otot polos
secara bertahap meningkat dan setiap gejala mulas atau rasa panas di perut yang
dialami perempuan harus diperhatikan.
Beberapa wanita mengalami konstipasi pada masa nifas, dikarenakan kurangnya
makanan berserat selama proses persalinana dan adanya rasa takut dari ibu karena
perineum sakit, terutama jika terdapat luka perineum. Namaun kebanyakan kasus
sembuh secara spontan, dengan adanya ambulasi dini dan dengan mengonsumsi
makanan yang berserat. Jika tidak, dapat diberikan supositoria biskodil per rektal
untuk melunakan tinja. Defakasi harus terjadi dalam 3 hari post partum.Kerapkali
dibutuhkan 3 – 4 hari sebelum faal usus kembali normal. Meskipun kadar
progesterone menurun setelah melahirkan, namun asupan makanan juga mengalami
penurunan selama satu atau dua hari, gerak tubuh berkurang dan usus bagian bawah
sering kosong jika sebelum melahirkan diberikan enema.
g. Perubahan sistem perkemihan
Pelvis renal dan ureter meregang serta berdilatasi selama kehamilan, akan
kembali normal pada akhir minggu keempat postpartum. Segera setelah persalinan,
kandung kemih mengalami edema, kongesti, dan hipotoni karena tekanan oleh kepala
janin selama persalinan yang dapat menyebabkan overdistensi, pengosongan yang
tidak sempurna, dan residu urine yang berlebihan. Obstruksi uretra jarang terjadi.
Efek persalinan terhadap kandung kemih dan uretra akan hilang 24 jam pertama
pascapersalinan, kecuali mengalami infeksi saluran kemih. Pengeluaran urine
mungkin lebih dari 3.000 mL per hari. Diuresis adalah rute utama tubuh untuk
membuang kelebihan cairan interstisial dan kelebihan volume darah. Pembuangan
yang lain berupa pengeluaran keringat (perspirasi) yang cukup banyak selama
beberapa hari pertama pasca persalinan.
Diuresis setelah persalinan berlangsung selama 2-3 hari dan keseimbangan cairan
dan elektrolit kembali normal dari 21 hari setelah melahirkan. Dilatasi saluran kemih,
yang terjadi pada kehamilan karena peningkatan volume vaskular dan peningkatan
progesteron, perbaikan secara bertahap organ ginjal yang kembali ke keadaan
sebelum hamil.
Buang air kecil sering sulit selama 24 jam pertama. Urin dalam jumlah yang besar
akan dihasilkan dalam waktu 12-36 jam sesudah melahirkan. Setelah plasenta
dilahirkan, kadar hormon estrogen yang bersifat menahan air akan mengalami
penurunan yang mencolok. Keadaan ini menyebabkan diuresis. Ureter yang
berdilatasi akan kembali normal dalam tempo 6 minggu.
h. Perubahan sistem endokrin (hormonal)
Setelah lahirnya plasenta, kadar estrogen dan progesteron sirkulasi turun tiba-tiba,
tetapi kadar prolaktin meningkat yang merangsang sekresi ASI. Peningkatan
konsentrasi oksitosin terjadi terutama saat bayi menyusu dan mungkin dialami oleh
ibu sebagai sensasi 'kesemutan' di payudara, karena meningkatnya tekanan intra-
alveolar. Mungkin ada nyeri kram di perut akibat kontraksi uterus. Akhirnya,
mekanisme umpan balik negatif memicu pelepasan FSH (follicle stimulating
hormone) dan LH (luteinizing hormone), yang bertanggung jawab untuk memulai
kembali siklus menstruasi. Ovulasi terjadi sebelum menstruasi, sehingga ibu dapat
hamil lagi pada periode tersebut. Dengan demikian, semua ibu harus disarankan
menggunakan kontrasepsi sebelum melakukan hubungan seksual.
Berikut beberapa jenis-jenis hormon pada masa nifas, yaitu :
1) Hormon placenta
Hormon placenta menurun dengan cepat setelah persalinan. HCG (Human
Chorionic Gonadotropin) menurun dengan cepat dan menetap sampai 10% dalam
3 jam hingga hari ke-7 post partum dan sebagai omset pemenuhan mamae pada
hari ke-3 post partum.
2) Hormone pituitary
Prolaktin darah akan meningkat dengan cepat. Pada wanita yang tidak
menyusui, prolaktin menurun dalam waktu 2 minggu. FSH dan LH akan
meningkat pada fase konsentrasi folikuler ( minggu ke-3) dan LH tetap rendah
hingga ovulasi terjadi.
3) Hypotalamik pituitary ovarium
Lamanya seorang wanita mendapatkan menstruasi juga di pengaruhi oleh
faktor menyusui. Sering kali menstruasi pertama ini bersifat anovulasi karena
rendahnya kadar estrogen dan progesteron.
4) Estrogen
Setelah persalinan, terjadi penurunan kadar estrogen yang bermakna
sehingga aktifitas prolaktin yang juga sedang meningkat dapat mempengaruhi
kelenjar mamae dalam menghasilkan ASI.
i. Perubahan sistem muskoloskletal
Sistem muskuloskeletal kembali secara bertahap ke kondisi sebelum hamil sekitar
3 bulan setelah kelahiran. Ligamentum pada rahim dan otot-otot dasar panggul
maupun abdomen kembali ke keadaan pra-hamil karena turunnya kadar progesteron.
Proses ini dapat dibantu dengan ambulasi dini dan melakukan senam nifas. Otot-otot
rektus abdominis mungkin tetap dipisahkan di garis tengah, kondisi yang dikenal
sebagai diastasis recti, yang kemungkinan besar terjadi pada wanita grande multipara
atau pada mereka yang memiliki kehamilan ganda atau polihidramnion.
Adaptasi sistem muskuloskeletal ibu yang terjadi selama masa hamil berlangsung
secara terbalik pada masa pascapartum. Adaptasi ini mencakup hal-hal yang
membantu relaksasi dan hipermobilitas sendi dan perubahan pusat gravitasi ibu akibat
pembesaran rahim. Stabilisasi sendi lengkap pada minggu ke-6 sampai minggu ke-8
setelah wanita melahirkan. Akan tetapi, walaupun semua sendi lain kembali normal
sebelum hamil, kaki wanita tidak mengalami perubahan setelah melahirkan.
1) Dinding perut dan peritoneum
Setelah persalinan, dinding perut longgar karena diregang begitu lama,
tetapi biasanya pulih kembali dalam 6 minggu. Kadangkadang pada wanita yang
asthenis terjadi diastasis dari otot-otot rectus abdominis sehingga sebagian dari
dinding perut di garis tengah hanya terdiri dari peritoneum, fascia tipis dan kulit.
Tempat yang lemah ini menonjol kalau berdiri atau mengejan.
2) Striae
Striae pada dinding abdomen tidak dapat menghilang sempurna melainkan
membentuk garis lurus yang samar. Ibu postpartum memiliki tingkat diastasis
sehingga terjadi pemisahan muskulus rektus abdominishal tersebut dapat dilihat
dari pengkajian keadaan umum, aktivitas, paritas, jarak kehamilan yang dapat
menentukan berapa lama tonus otot kembali normal.
3) Perubahan ligament
Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yang meregang sewaktu
kehamilan dan partus, setelah janin lahir, berangsur-angsur menciut kembali
seperti sediakala. Tidak jarang ligamentum rotundum menjadi kendor yang
mengakibatkan letak uterus menjadi retroflexi. Tidak jarang pula wanita
mengeluh “kandungannya turun” setelah melahirkan oleh karena ligament, fasia,
jaringan penunjang alat genetalia menjadi agak kendor.
4) Simpisis pubis
Meskipun relatif jarang, tetapi simpisis pubis yang terpisah ini merupakan
penyebab utama morbiditas maternal dan kadang-kadang penyebab
ketidakmampuan jangka panjang. Hal ini biasanya ditandai oleh nyeri tekan
signifikan pada pubis disertai peningkatan nyeri saat bergerak ditempat tidur atau
saat berjalan.
Pemisahan simpisis dapat dipalpasi. Sering kali klien tidak mampu
berjalan tanpa bantuan. Sementara pada kebanyakan wanita gejala menghilang
setelah beberapa minggu atau bulan, pada beberapa wanita lain gejala dapat
menetap sehingga diperlukan kursi roda.
j. Perubahan Hematologi
Leukositosis dan trombositosis mungkin terjadi selama dan setelah persalinan. Sel
darah putih hitung kadang-kadang mencapai 30.000 / uL, dengan kenaikan terutama
granulosit. Ada limfopenia relatif dan mutlak eosinopenia. Biasanya, selama beberapa
hari postpartum pertama, konsentrasi hemoglobin dan hematokrit cukup berfluktuasi.
Jika kadar Hb jauh di bawah kadar normal sebelum persalinan, sejumlah besar darah
telah hilang.
Leukositosis adalah meningkatnya jumlah sel-sel darah putih sebanyak 15.000
selama persalinan dan tetap tinggi dalam beberapa postpartum. Jumlah sel darah putih
normal rata – rata pada wanita hamil kira – kira 12000/mm 3. Selama 10 – 12 hari
setelah persalinan umumnya bernilai antara 20000 – 25000/mm3. Sel darah putih,
bersama dengan peningkatan normal pada kadar sedimen eritrosit, mungkin sulit
diinterpretasikan jika terjadi infeksi akut pada waktu ini.
Pada minggu-minggu terakhir kehamilan, kadar fibrinogen dan plasma serta
faktor-faktor pembekuan darah meningkat. Pada hari pertama post partum, kadar
fibrinogen dan plasma akan sedikit menurun tetapi darah lebih mengental dengan
peningkatan viskositas sehingga meningkatkan faktor pembekuan darah. Factor
pembekuan, yakni suatu aktivasi factor pembekuan darah terjadi setelah persalinan.
Aktivasi ini, bersamaan dengan tidak adanya pergerakan, trauma atau sepsis, yang
mendorong terjadinya tromboemboli. Keadaan produksi tertinggi dari pemecahan
fibrin mungkin akibat pengeluaran dari tempat plasenta.
4. Involusi dan Sub-involusi Masa Nifas
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, berlangsung kira-kira enam minggu.
Peristiwa terpenting pada masa ini adalah involusi dan laktasi. Pada masa ini terjadi
beberapa perubahan pada ibu, diantaranya meliputi perubahan sistem reproduksi (uterus,
vagina), sistem kardiovaskuler, sistem pernafasan, sistem pencernaan. Uterus mengalami
involusi karena proses autolisis. Tinggi fundus uteri mulai dari 1 jari di bawah umbilikus
pada hari pertama hingga tidak teraba pada hari ke-10. Berbeda dengan uterus, payudara
membesar dan menyekresi ASI untuk menjalani periode laktasi. Frekuensi pernafasan
kembali normal pada satu jam pertama pasca persalinan
a. Involusi
Involusi merupakan pengecilan yang normal dari suatu organ setelah organ
tersebut memenuhi fungsinya, misalnya pengecilan uterus setelah melahirkan.
Involusi uteri adalah mengecilnya kembali rahim setelah persalinan kembali ke
bentuk asal.
Ischemia pada myometrium disebut juga local ischemia yaitu kekurangan darah
pada uterus. Kekurangan darah ini bukan hanya karena kontraksi dan retraksi yang
cukup lama seperti tersebut di atas tetapi disebabkan oleh pengurangan aliran darah
yang pergi ke uterus di dalam masa hamil, karena uterus harus membesar
menyesuaikan diri dengan pertumbuhan janin.
Autolysis adalah penghancuran jaringan otot uterus yang tumbuh karena adanya
hyperplasi, dan jaringan otot yang membesar menjadi lebih panjang 10 kali dan
menjadi 5 kali lebih tebal dari sewaktu masa hamil, akan susut kembali mencapai
keadaan semula.
Aktifitas otot-otot adalah adanya retraksi dan kontraksi dari otot-otot setelah anak
lahir, yang diperlukan untuk menjepit pembuluh darah yang pecah karena adanya
kontraksi dan retraksi yang terus menerus ini menyebabkan terganggunya peredaran
darah di dalam uterus yang mengakibatkan jaringan-jaringan otot tersebut menjadi
lebih kecil.

Diameter
Berat Keadaan
Involusi TFU Bekas Lekat
Uterus servik
Plasenta

Setelah
Plasent Sepusat 1000 gr 12,5 cm Lembik
a Lahir

Pertengahan Dapat
1 Minggu 500 gr 7,5 cm
pusat symphisis dilalui 2 jari

Dapat
2 Minggu Tak teraba 350 gr 5 cm dimasuki 1
jari
Sebesar hamil 2
6 Minggu 50 gr 2,5 cm
minggu

b. Subinvolusi
Subinvolusi adalah kegagalan perubahan fisiologis / tidak dapat kembali
normal pada sistem reproduksi pada masa nifas yang terjadi pada setiap organ dan
saluran yang reproduktif.
B. Home visite
1. Pengertian Home Visite
Pelayanan kesehatan rumah adalah komponen dari rentang pelayanan kesehatan
yang komprehensif yang di dalamnya terdapat pelayanan kesehatan untuk indiidu dan
keluarga di tempat tinggal mereka dengan tujuan meningkatkan, memelihara atau
memulihkan kesehatan atau meningkatkan kemandirian, menimalkan akibat dari
ketidakmampuan dan penyakit terminal (Warhola, 1980).
Pelayanan kesehatan rumah merupakan kunjungan rumah dan bagian integral dari
pelayanan keperawatan, yang dilakukan oleh perawat untuk membantu individu,
keluarga, dan masyarakat mencapai kemandirian dalam menyelesaikan masalah
kesehatan yang mereka hadapi (Sherwen, 1991).
Menurut ANA (1992) pelayanan kesehatan rumah adalah perpaduan perawat
kesehatan masyarakat dan ketrampilan tekhnis yang terpilih dari perawat spesialis yang
terdiri dari kumpulan perawat komunitas, seperti perawat gerontologi, perawat psikiatri,
perawat ibu dan anak, perawat kesehatan masyarakat, dan perawat medikal – bedah.
Pelayanan keperawatan yang diberikan meliputi pelayanan primer, sekunder dan
tersier yang berfokus pada asuhan keperawatan klien melalui kerja sama dengan keluarga
dan tim kesehatan lainnya. Pelayanan kesehatan rumah adalah sebuah spektrum
kesehatan yang luas dari pelayanan sosial yang ditawarkan pada lingkungan rumah untuk
memulihkan ketidak mampuan dan membantu klien menyembuhkan yang menderita
penyakit kronik (NAHC, 1994).
Dari beberapa definisi di atas komponen utama pada pelayanan kesehatan rumah
adala klien, keluarga, pemberi pelayanan kesehatan yang diberikan secara profesional
(multidisiplin), direncanakan, dikoordinasikan bertujuan membantu klien kembali
ketingkat kesehatan optimum dan mandiri yang dilaksanakan di rumah beradasarkan
kontrak dan merupakan kelanjutan dari pelayanan keperawatan pada tiap tingkat fasilitas
pelayanan kesehatan.
2. Jadwal kunjungan dirumah
Ibu nifas sebaiknya paling sedikit melakukan 4 kali kunjungan masa nifas
dilakukan untuk menilai keadaan ibu dan bayi baru lahir dan untuk mencegah,
mendeteksi dan menangani masalah–masalah yang terjadi. Dimana hal ini dilakukan
untuk menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologik, melaksanakan
skirining yang komperhensif, mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi
komplikasi pada ibu maupun bayinya, memberikan pendidikan kesehatan tentang
perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi
kepada bayinya dan perawatan bayi sehat, serta memberikan pelayanan keluarga
berencana (Prawirohardjo, 2002)
Namun dalam pelaksanaan kunjungan masa nifas sangat jarang terwujud
dikarenakan oleh beberapa faktor diantaranya yaitu faktor fisik dan lingkungan ibu yang
biasanya ibu mengalami keletihan setelah proses persalinan dan membutuhkan waktu
yang cukup lama untuk beristirahat, sehingga mereka enggan untuk melakukan
kunjungan nifas kecuali bila tenaga kesehatan dalam hal ini bidan yang melakukan
pertolongan persalinan datang melakukan kunjungan ke rumah ibu. Dilihat dari faktor
lingkungan dan keluarga juga berpengaruh dimana biasanya ibu setelah melahirkan tidak
dianjurkan untuk berpergian sendiri tanpa ada yang menemani sehingga ibu memiliki
kesulitan untuk menyesuaikan waktu dengan anggota keluarga yang bersedia untuk
mengantar ibu melakukan kunjungan nifas.
Asuhan post partum di rumah difokuskan pada pengkajian, penyuluhan dan
konseling. Dalam memberikan asuhan kebidanan di rumah bidan dan keluarga
diupayakan dapat berinteraksi dalam suasana yang respek dan kekeluargaan. Tantangan
yang dihadapi bidan dalam melakukan pengkajian dan peningkatan perawatan pada ibu
dan bayi di rumah pada pelaksanaannya bisa cukup umur, sehingga bidan akan memberi
banyak kesempatan untuk menggunakan keahlian berpikir secara kritis untuk
meningkatkan suatu pikiran kreatif perawatan bersama keluarga.
a. Perencanaan Kunjungan Rumah
1) Merencanakan kunjungan rumah dalam waktu tidak lebih dari 24-48 jam setelah
kepulangan klien ke rumah
2) Pastikan keluarga telah mengetahui rencana mengenai kunjungan rumah dan
waktu kunjungan bidan ke rumah telah direncanakan bersama anggota keluarga.
3) Menjelaskan maksud dan tujuan kunjungan.
b. Keamanan merupakan hal yang harus dipikirkan oleh bidan.
Tindakankewaspadaan ini dapat meliputi:
1) Mengetahui dengan jelas alamat yang lengkap arah rumah klien
2) Gambar rute alamat klien dengan peta sebelum berangkat perhatikan keadaan
disekitar lingkungan rumah klien
3) Beritahu rekan kerja anda ketika anda pergi untuk kunjungan
4) Beri kabar kepada rekan anda segera setelah kunjungan selesai (Ambar, 2009).
Kesehatan ibu merupakan komponen yang sangat penting dalam kesehatan
reproduksi karena seluruh komponen yang lain sangat dipengaruhi oleh kesehatan ibu.
Apabila ibu sehat maka akan menghasilkan bayi yang sehat yang akan menjadi generasi
kuat. Ibu yang sehat juga menciptakan keluarga sehat dan bahagia. Jadwal kunjungan
rumah paling sedikit dilakukan 4x, yaitu diantaranya :
a. Kunjungan 1 (6-8 jam setelah persalinan)
Kunjungan pertama dilakukan setelah 6-8 jam setelah persalinan, jika memang
ibu melahirkan dirumahnya. Kunjungan dilakukan karena untuk jam-jam pertama
pasca salin keadaan ibu masih rawan dan perlu mendapatkan perawatan serta
perhatian ekstra dari bidan, karena 60% ibu meninggal pada saat masa nifas dan 50%
meninggal pada saat 24 jam pasca salin.
Adapun tujuan dari dilakukan kunjungan tersebut ialah :
1) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
2) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana
mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
3) Pemberi ASI awal : bidan mendorong pasien untuk memberikan ASI secara
ekslusif, cara menyusui yag baik, mencegah nyeri puting dan perawatan puting
(Meilani, 2009: 54)
4) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi.
5) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk jika perdarahan
berlanjut.
6) Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal dengan ibu dan bayi
baru lahir untuk 2 jam pertama setelah kelahiran atau sampai ibu dan bayi dalam
keadaan stabil .
7) Perdarahan : bidan mengkaji warna dan banyaknya/ jumlah yang semestinya,
adakah tanda-tanda perdarahan yang berlebihan, yaitu nadi cepat dan suhu naik,
uterus tidak keras dan TFU menaik.
8) Involusi uterus : bidan mengkaji involusi uterus dan beri penjelasan ke pasien
mengenai involusi uterus.
9) Pembahasan tentang kelahiran, kaji perasaan ibu.
10) Bidan mendorong ibu untuk memperkuat ikatan batin antara ibu dan bayi
(keluarga), pentingnya sentuhan fisik, komunikasi dan rangsangan.
11) Bidan memberikan penyuluhan tentang tanda-tanda bahaya baik bagi ibu maupun
bayi dan rencana menghadai kegawat daruratan (Meilani, 2009: 54).
b. Kunjungan 2 (6 hari setelah persalinan)
Kunjungan kedua dilakukan setelah enam hari pasca salin dimana ibu sudah bisa
melakukan aktivitasnya sehari-hari seperti sedia kala.
Tujuan dari dilakukannya kunjungan yang kedua yaitu :
1) Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus dibawah
umbikalis, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau.
2) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda
penyulit.
3) Memberikan konseling pada ibu mengenai seluruh asuhan pada bayi, tali pusat,
menjaga bayi tetap hangat, dan merawat bayi sehari-hari .
4) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal.
5) Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat (Ambarwati,
2010).
6) Diet : makanan seimbang, banyak mengandung protein, serat dan air sebanyak 8-
10 gelas per hari untuk mencegah konstipasi kebutuhan kalori untuk laktasi, zat
besi, vitamin A.
7) Kebersihan/ perawatan diri sendiri, terutama putting susu dan perineum.
8) Senam kegel serta senam perut yang ringan tergantung pada kondisi ibu.
9) Kebutuhan akan istirahat : cukup tidur.
10) Bidan mengkaji adanya tanda-tanda post partum blues.
11) Keluarga berencana melanjutkan hubungan seksual setelah selesai masa nifas.
12) Tanda-tanda bahaya : kapan dan bagaimana menghubungi bidan jika ada tanda-
tanda bahaya,
13) Perjanjian untuk pertemuan berikutnya (Meilani, 2009: 54).
c. Kunjungan 3 ( 2-4 minggu setelah persalinan)
Kunjungan ke tiga dilakukan setelah 2 minggu pasca dimana untuk teknis
pemeriksaannya sama persis dengan pemeriksaan pada kunjungan yang kedua. Untuk
lebih jelasnya tujuan daripada kunjungan yang ketiga yaitu :
1) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal
(Ambarwati, 2010).
2) Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat
3) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda
penyulit
4) Memberikan konseling pada ibu mengenai seluruh asuhan pada bayi, tali pusat,
menjaga bayi tetap hangat, dan merawat bayi sehari-hari .
5) Gizi : zat besi/ folat, makanan yang bergizi
6) Menentukan dan menyediakan metode dan alat KB
7) Senam : rencana senam lebih kuat dan menyeluruh setelah otot abdomen kembali
normal
8) Keterampilan membesarkan dan membina anak
9) Rencana untuk asuhan selanjutnya bagi ibu
10) Rencana untuk chek-up bayi serta imunisasi (Meilani, 2009: 54-55).
d. Kunjungan 4 (4-6 minggu setelah persalinan)
Untuk kunjungan yang ke empat lebih difokuskan pada penyulit dan juga keadaan
laktasinya. Lebih jelasnya tujuan dari kunjungan ke empat yaitu :
1) Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia atau ibu hadapi
2) Tali pusat harus tetap kencang
3) Perhatikan kondisi umum bayi (Ambarwati, 2009: 88).
4) Memberikan konseling mengenai imunisasi, senam nifas serta KB secara dini .
Tindakan yang baik untuk asuhan masa nifas normal pada ibu di rumah yaitu:
a. Kebersihan Diri
1) Menganjurkan kebersihan seluruh tubuh.
2) Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air.
Pastikan bahwa ia mengerti untuk membersihkan daerah di sekitar vulva terlebih
dahulu dari depan ke belakang baru kemudian membersihkan daerah sekitar anus.
Nasehatkan ibu untuk membersihkan diri setiap kali selesai buang air kecil atau
besar.
3) Menyarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya dua
kali sehari. Kain dapat digunakan ulang jika telah dicuci dengan baik, dan
dikeringkan di bawah matahari atau disetrika.
4) Menyarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan
sesudah membersihkan daerah kelaminnya.
5) Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu untuk
menghindari menyentuh daerah luka.
b. Istirahat
1) Menganjurkan ibu untuk istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang
berlebihan.
2) Menyarankan ibu untuk kembali ke kegiatan-kagiatan rumah tangga biasa secara
perlahan-lahan, serta untuk tidur siang atau beristirahat selagi bayi tidur.
3) Menjelaskan kepada ibu bahwa kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam
berbagai hal :
a) Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi
b) Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan
c) Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya
sendiri
c. Latihan
1) Mendiskusikan pentingnya mengembalikan otot-otot perut dan panggul kembali
normal. Ibu akan merasakan lebih kuat dan ini menyebabkan otot perutnya
menjadi kuat sehingga mengurangi rasa sakit pada punggung.
2) Menjelaskan bahwa latihan-latihan tertentu beberapa menit setiap hari dapat
membantu mempercepat mengembalikan otot-otot perut dan panggul kembali
normal, seperti:
a) Tidur telentang dengan lengan di samping, menarik otot perut selagi menarik
nafas, tahan nafas ke dalam dan angkat dagu ke dada, tahan satu hitungan
sampai lima. Rileks dan ulangi 10 kali.
b) Untuk memperkuat otot vagina, berdiri dengan tungkai dirapatkan.
Kencangkan otot-otot pantat dan dan panggul tahan sampai 5 kali hitungan.
Kendurkan dan ulangi latihan sebsnyak 5 kali.
c) Mulai dengan mengerjakan 5 kali latihan untuk setiap gerakan. Setiap minggu
naikkan jumlah latihan 5 kali lebih banyak. Pada minggu ke-6 setelah
persalinan ibu harus mengerjakan latihan sebanyak 30 kali.
d. Gizi
Pendidikan untuk Ibu menyusui harus:
1) Mengkonsumsi tambahan 500 kalori setiap hari
2) Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin
yang cukup.
3) Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu untuk minum setiap kali
menyusui)
4) Tablet zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40
hari pasca bersalin.
5) Minum kapsul vit. A (200.000 unit) agar bisa memberikan vitamin A kepada
bayinya melalui ASInya.
e. Perawatan Payudara
Perawatan payudara untuk ibu postpartum dirumah yaitu :
1) Menjaga payudara tetap bersih dan kering.
2) Mengenakan BH yang menyokong payudara.
3) Apabila putting susu lecet oleskan colostrum atau ASI yang keluar pada sekitar
putting susu setiap kali selesai menyusui. Menyusui tetap dilakukan dari putting
susu yang tidak lecet.
4) Apabila lecet sangat berat dapat diistirahatkan selama 24 jam. ASI dikeluarkan
dan diminumkan dengan sendok.
5) Apabila payudara bengkak akibat bendungan ASI, lakukan:
a) Pengompresan payudara dengan menggunakan kain basah dan hanagat selama
5 menit.
b) Urut payudara dari arah pangkal menuju putting atau gunakan sisir untuk
mengurut payudara dengan arah “Z” menuju putting.
c) Keluarkan ASI sebagian dari nagian depan payudara sehingga putting susu
menjadi lunak.
d) Susukan bayi setiap 2-3 jam sekali. Apabila tidak dapat menghisap seluruh
ASI keluakan dengan tangan.
e) Letakkan kain dingin pada payudara setelah menyusui.
f) Payudara dikeringkan.
C. Edukasi Kesehatan dan memberikan konseling keluarga
1. Pengertian edukasi kesehatan
Edukasi kesehatan adalah suatu penerapan konsep pendidikan di dalam bidang
kesehatan. Merupakan suatu kegiatan untuk membantu individu, kelompok, atau
masyarakat dalam meningkatkan kemampuan atau perilakunya, untuk mencapai
kesehatan secara optimal.
2. Peran pendidikan kesehatan
a. Peran pendidikan kesehatan dalam faktor lingkungan
Telah banyak fasilitas kesehatan lingkungan yang dibangun oleh instansi baik
pemerintah, swasta, maupun LSM. Banyak pula proyek pengadaan sarana sanitasi
lingkungan dibangun untu masyarakat. Namun, karena perilaku masyarakat, sarana
atau fasilitas sanitasi tersebut kurang atau tidak dimanfaatkan dan dipelihara
sebagaimana mestinya. Agar sarana sanitasi lingkungan tersbut dimanfaatkan dan
dipelihara secara optimal maka perlu adanya pendidikan kesehatan bagi masyarakat.
Demikian pula dengan lingkungan non fisik, akibat masalah-masalah social banyak
warga masyarakat yang menderita stress dan gangguan jiwa. Oleh karena itu baik
dalam memperbaiki masalah social maupun menangani akibat masalah social
diperlukan pendidikan kesehatan.
b. Peran pendidikan kesehatan dalam faktor perilaku
Pendidikan kesehatan adalah suatu upaya atau kegiatan untuk menciptakan
perilaku masyarakat yang kondusif untuk kesehatan. Artinya pendidikan kesehatn
berupaya agar masyarakat menyadarai atau mengetahui bagaimana cara memelihara
kesehatan mereka, bagaimana menghindari atau mencegah hal-hal yang merugikan
kesehatan bilamana sakit dan kesehatan orang lain, kemana seharusnya mencari
kesehatan bilamana sakit dan sebaginya.
Kesadaran masyarakat diatas disebut tingkat kesadaran/pengetahuan
masyarakat tentang kesehatan atau disebut “melek kesehatan” Pendidikan kesehatan
juga penting untuk mencapai perilaku. Jadi kesehatan bukan hanya disadari dan
disikapi melainkan dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari.
c. Peran pendidikan kesehatan dalam pelayanan kesehatan
Dalam rangka perbaikan kesehatan masyarakat, pemerintah Indonesia dalam
hal ini Departemen Kesehatan telah menyediakan fasilitas kesehatan masyarakat
dalam bentuk pusat pelayanan kesehatan.
d. Peran pendidikan kesehatan dalam faktor hereditas
Orangtua, khususnya ibu adalah faktor yang sangat penting dalam mewariskan
status kesehatan bagi anak-anak mereka. Orang tua yang sehat dan gizinya baik akan
mewariskan kesehatan yang baik pula pada anaknya. Sebaliknya, kesehatan orang tua
khususnya kesehatn ibu yang rendah dan kurang gizi, akan mewariskan kesehatan
yang rendah pula bagi anaknya. Oleh karena itu, pendidikan kesehatan diperlukan
pada kelompok ini, agar masyarakat atau orang tua menyadari dan melakukan hal-hal
yang dapat mewariskan kesehatan yang baik pada keturunan mereka. Ruang lingkup
pendidikan kesehatan masyarakat dapat dilihat dari tiga dimensi :
1) Dimensi sasaran
a) Pendidikan kesehatan individu dengan sasaran individu
b) Pendidikan kesehatan kelompok dengan sasaran kelompok masyarakat
tertentu
c) Pendidikan kesehatan masyarakat dengan sasaran masyarakat luas
2) Dimensi tempat pelaksanaan
a) Pendidikan kesehatan di rumah sakit dengan sasaran pasien dan keluarga
b) Pendidikan kesehatan di sekolah dengan sasaran pelajar
c) Pendidikan kesehtan di masyarakat atau tempat kerja dengan sasaran
masyarakat atau pekerja
3) Dimensi tingkat pelayanan kesehaatan
a) Pendidikan kesehatan promosi kesehatan, misalnya: peningkatkatan gizi,
perbaikan sanitasi lingkungan, gaya hidup dan sebgainya
b) Pendidikan kesehatan untuk perlindungan khusus misalnya: imunisai
c) Pendidikan kesehatan untuk diagnosis dini dan pengobatan tepat
misalnya:pengobatan layak guna menghindari dari resiko kecacatan
d) Pendidikan kesehatan untuk rehabilitasi misalnya: dengan memulihakn
kondisi cacat melalui latihan-latihan
3. Tujuan edukasi atau pendidikan kesehatan
Tujuan pendidikan kesehatan merupakan domain yang akan dituju dari pendidikan
kesehatan. Pendidikan kesehatan memiliki beberapa tujuan antara lain pertama,
tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga dan masyarakat dalam membina dan
memelihara perilaku sehat dan lingkungan sehat, serta peran aktif dalam upaya
mewujudkan derajat kesehatan yag optimal. Kedua, terbentuknya perilaku sehat pada
individu, keluarga dan masyarakat yang sesuai dengan konsep hidup sehat baik fisik,
mental dan social sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian.
Tujuan utama pendidikan kesehatan adalah agar orang mampu menerapkan masalah
dan kebutuhan mereka sendiri, mampu memahami apa yang dapat mereka lakukan
terhadap masalahnya, dengan sumber daya yang ada pada mereka ditambah dengan
dukungan dari luar, dan mampu memutuskan kegiatan yang tepat guna untuk
meningkatkan taraf hidup sehat dan kesejahteraan masyarakat (Mubarak, 2009).
Konsep Pendidikan Kesehatan Pendidikan kesehatan adalah adalah suatu penerapan
konsep pendidikan di bidang kesehatan. Dilihat dari segi pendidikan, pendidikan
kesehatan adalah suatu pedagogik praktis atau praktek pendidikan. Oleh sebab itu konsep
pendidikan kesehatan adalah konsep pendidikan yang diaplikasikan pada bidang
kesehatan. Konsep dasar pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti didalam
pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan atau perubahan ke arah yang
lebih dewasa, lebih baik dan lebih matang pada diri individu, kelompok atau masyarakat.
Konsep ini berangkat dari suatu asumsi bahwa manusia sebagai makhluk sosial dalam
kehidupannya untuk mencapai nilai-nilai hidup di dalam masyarakat selalu memerlukan
bantuan orang lain yang mempunyai kelebihan (lebih dewasa, lebih pandai, lebih mampu,
lebih tahu dan sebagainya). Dalam mencapai tujuan tersebut, seorang individu, kelompok
atau masyarakat tidak terlepas dari kegiatan belajar.Kegiatan atau proses belajar dapat
terjadi dimana saja, kapan saja dan oleh siapa saja. Seseorang dapat dikatakan belajar
apabila didalam dirinya terjadi perubahan, dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak dapat
mengerjakan menjadi dapat mengerjakan sesuatu. Namun demikian tidak semua
perubahan itu terjadi karena belajar saja, misalnya perkembangan anak dari tidak dapat
berjalan menjadi dapat berjalan. Perubahan ini terjadi bukan hasil proses belajar tetapi
karena proses kematangan. Dari uraian singkat ini dapat disimpulkan bahwa kegiatan
belajar itu mempunyai ciri-ciri: belajar adalah kegiatan yang menghasilkan perubahan
pada diri individu, kelompok, atau masyarakat yang sedang belajar, baik aktual maupun
potensial. Ciri kedua dari hasil belajar adalah bahwa perubahan tersebut didapatkan
karena kemampuan baru yang berlaku untuk waktu yang relatif lama. Ciri ketiga adalah
bahwa perubahan itu terjadi karena usaha dan disadari, bukan karena kebetulan.Bertitik
tolak dari konsep pendidikan tersebut maka konsep pendidikan kesehatan itu juga proses
belajar pada individu, kelompok atau masyarakat dari tidak tahu tentang nilai-nilai
kesehatan menjadi tahu, dari tidak mampu mengatasi masalah-masalah kesehatannya
sendiri menjadi mampu, dan lain sebagainya. Berangkat dari konsep pendidikan
kesehatan dan bagan di bawah, pendidikan kesehatan didefenisikan sebagai usaha atau
kegiatan untuk membantu individu, kelompok atau masyarakat dalam meningkatkan
kemampuan perilakunya, mereka untuk mencapai kesehatannya, kesehatan mereka secara
optimal. Disamping konsep pendidikan kesehatan tersebut di atas, para ahli pendidikan
kesehatan juga telah mencoba membuat batasan tentang pendidikan kesehatan yang
berbeda-beda sesuai dengan konsep mereka masing-masing tentang pendidikan.
Jadi tujuan pendidikan kesehatan adalah untuk memperoleh pengetahuan dan
pemahaman pentingnya kesehatan untuk tercapainya perilaku kesehatan sehingga dapat
meningkatkan derajat kesehatan fisik, mental dan sosial, sehingga produktif secara
ekonomi maupun sosial.
4. Pentingnya edukasi kesehatan bagi masyarakat
Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita,ini
berarti bahwa setiap manusia berhak mendapat dan berharap untuk selalu berkembang
dalam pendidikan. Pendidikan secara umum mempunyai arti suatu proses kehidupan
dalam mengembangkan diri tiap individu untuk dapat hidup dan melangsungkan
kehidupan. Sehingga menjadi seorang yang terdidik itu sangat penting. Pendidikan
pertama kali yang kita dapatkan di lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan
lingkungan masyarakat.
Pendidikan kesehatan sebenarnya telah menjadi bagian yang harus diberikan
kepada peserta didik. Pada kurikulum yang dibuat, pendidikan kesehatan menjadi bagian
dari mata pelajaran penjaskes, atau kependekan dari pendidikan jasmani dan kesehatan.
Akan tetapi pada prakteknya mata pelajaran ini hanya terfokus pada bagian jasmani atau
olah raganya saja, sementara bagian kesehatan yang lainnya sering terabaikan oleh pihak
guru.
Pihak sekolah maupun guru dalam proses pengajaran mata pelajaran penjaskes
mayoritashanya terfokus pada pendidikan olah raga, baik teori maupun prakteknya.
Memang olah raga adalah bagian dari kesehatan, dan olah raga dapat membentuk fisik
menjadi sehat dan kuat. Tapi harus disadari bahwa olah raga hanya salah satu dari sekian
banyak hal yang penting dalam bidang kesehatan, olah raga juga hanya sebuah cara untuk
menjaga kesehatan fisik. Oleh karena itu seyogyanya kita memahami bahwa
pembelajaran kesehatan tidak terbatas pada olah raga saja, pembelajaran kesehatan harus
dapat diajarkan sampai pada prilaku sehat untuk dipraktekan dalam keseharian para
pelajar.
Mungkin saja banyaknya pelajar sekolah sekarang yang menunjukan pola hidup
tidak sehat seperti, merokok, minum minuman keras, mengkonsumsi narkoba disebabkan
kurangnya pemahaman mereka terhadap kesehatan. Mereka tak memahami seutuhnya
tentang dampak kecil dan terburuk dari apa yang mereka lakukan sekarang bagi masa
depan mereka kelak. Bukankah sangat jelas, perlakuan mereka pada kesehatan dirinya
sekarang akan sangat menentukan kondisi kesahatan mereka di masa yang akan datang.
Apalah arti kecerdasan dan kepintaran jika kondisi kesehatan tidak stabil atau buruk.
Banyak kasus seseorang yang memiliki kecerdasan gagal memanfaatkannya atau kurang
optimal dalam memanfaatkannya dikarenakan kondisi fisiknya yang lemah, atau sering
jatuh sakit. Padahal merekalah yang akan menjadi generasi penerus bangsa ini di masa
mendatang.
Oleh karena itu pihak sekolah maupun guru harus segera membenahi dan
mengkaji bagaimana pendidikan kesehatan menjadi bagian yang tak kalah penting
dengan pendidikan lainnya untuk di ajarkan kepada para pelajar yang merupakan
generasi penerus bangsa. Beragam cara dapat kita lakukan. Seperti lewat mata pelajaran
penjaskes yang tidak hanya mengajarkan olah raga namun juga mulai mengajarkan
tentang pemahaman kesehatan dan bagaimana menjaga kesehatan diri secara teori dan
prakteknya. Karena sesungguhnya seseorang yang pintar atau cerdas juga harus didukung
oleh kondisi fisik yang sehat dan kuat.
Pihak sekolah sendiri harus menjadi contoh bagi para pelajar dalam pendidikan
kesehatan dengan memberikan tauladan tentunya pelajar menjadi semakin memahami
dan memiliki gambaran bagaiman kesehatan di praktekan. Misal, pihak sekolah
menciptakan lingkungan yang bersih dan membuat taman-taman asri. Juga menjaga
kondisi WC tetap bersih. Bahkan pihak guru juga memberi contoh misal dengan
berpakaian rapi dan bersih serta tidak membiasakan merokok didepan peserta didik atau
lingkungan sekolah.
Seperti telah disinggung diatas bahwa kesehatan adalah investasi masa depan. Hal
ini jelas dan bisa dibuktikan. Dengan kesadaran pentingnya akan kesehatan ini
diharapkan terbentuknya karakter-karakter pemuda yang tangguh secara otaknya maupun
secara fisiknya. Akhirnya dengan keseriusan sekolah dan guru pada pendidikan
kesehatan, diharapkan terbentuk peserta didik yang bukan hanya memiliki kecerdasan
intelektual, emosional, dan spiritual saja, tetapi juga memiliki raga yang sehat dan kuat.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, berlangsung kira-kira enam minggu
(Anonim, 2013). Peristiwa terpenting pada masa ini adalah involusi dan laktasi. Pada masa
ini terjadi beberapa perubahan pada ibu, diantaranya meliputi perubahan sistem reproduksi
(uterus, vagina), sistem kardiovaskuler, sistem pernafasan, sistem pencernaan. Uterus
mengalami involusi karena proses autolisis. Tinggi fundus uteri mulai dari 1 jari di bawah
umbilikus pada hari pertama hingga tidak teraba pada hari ke-10. Berbeda dengan uterus,
payudara membesar dan menyekresi ASI untuk menjalani periode laktasi. Frekuensi
pernafasan kembali normal pada satu jam pertama pasca persalinan.
Pelayanan kesehatan rumah adalah komponen dari rentang pelayanan kesehatan yang
komprehensif yang di dalamnya terdapat pelayanan kesehatan untuk indiidu dan keluarga di
tempat tinggal mereka dengan tujuan meningkatkan, memelihara atau memulihkan kesehatan
atau meningkatkan kemandirian, menimalkan akibat dari ketidakmampuan dan penyakit
terminal (Warhola, 1980).
Edukasi kesehatan adalah suatu penerapan konsep pendidikan di dalam bidang
kesehatan. Merupakan suatu kegiatan untuk membantu individu, kelompok, atau masyarakat
dalam meningkatkan kemampuan atau perilakunya, untuk mencapai kesehatan secara
optimal.
Tujuan utama pendidikan kesehatan adalah agar orang mampu menerapkan masalah
dan kebutuhan mereka sendiri, mampu memahami apa yang dapat mereka lakukan terhadap
masalahnya, dengan sumber daya yang ada pada mereka ditambah dengan dukungan dari
luar, dan mampu memutuskan kegiatan yang tepat guna untuk meningkatkan taraf hidup
sehat dan kesejahteraan masyarakat (Mubarak, 2009).
B. Saran
Setelah mengetahui fisiologi post partum, home visit, edukasi dan konseling kesehatan
maka diharapkan dapat lebih memahami apa saja yang post partum Sehingga pengetahuan
yang dimiliki bisa dimanfaatkan dengan bijak dan dapat memahami betul tentang post
partum atau masa nifas sehingga kita dapat memperhatikan apa saja yang terjadi pada masa
post partum atau masa nifas.
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta : EGC


Depkes RI. 2006. Asuhan Kesehatan Dalam Konteks Keluarga. Depkes RI : Jakarta.
Notoatmodjo, Soekidjo. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Sumiasih, Ni Nyoman. Budiani, Ni Nyoman. 2016. Biologi Dasar Dan Biologi Perkembangan.
Jakarta : BPPSDMK Kementrian Kesehatan RI.
Wahyuningsih,Heni Puji. Kusmiyati, Yuni. 2017. Anatomi Fisiologi. Jakarta : BPPSDMK
Kementrian Kesehatan RI.
https://www.academia.edu/36181619/Makalah_Pendidikan_Kesehatan

Anda mungkin juga menyukai