Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

Macam-Macam Askeb Dalam Komunikasi Kebidanan

( Pada Ibu Nifas )

Disusun Oleh :

Kelompok 6

1. Rahma Nur khotimah ( 2021190011)


2. Laelatun Fitriyah ( 2021190012)

FAKULTAS ILMU KESEHATAN(FIKES)


PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN TINGKAT 1 2021/2022
UNIVERSITAS SAINS AL-QUR’AN (UNSIQ)
WONOSOBO,JAWA TENGAH

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayahnya kepada penulis. Sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah Komunikasi
Praktik Kebidanan. Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak memperoleh
bantuan dari beberapa pihak. Maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu tersusunnya makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam laporan ini masih jauh dari sempurna
apalagi di era pandemi seperti sekarang sehingga sangat minim sekali informasi
yang bisa di gali, oleh karena itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun
untuk penyempurnaan laporan ini sangat penulis harapkan.

Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.
Aamiin .

Wonosobo, 14 Desember 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................2
DAFTAR ISI...........................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................4
A.Latar Belakang...........................................................................................................4
B.Tujuan........................................................................................................................4
C.Tujuan Khusus............................................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................6
A.Pengertian...................................................................................................................6
B.  Invoulsi dan SubInvoulsi..........................................................................................7
C. Tahapan Lokea Masa Nifas.....................................................................................13
D. Perubahan Fisisologi Masa Nifas............................................................................15
E. Adaptasi Fisiologi Masa Nifas.................................................................................19
F. Postpartum Blues.....................................................................................................22
G.  Depresi pos partum.................................................................................................23
 KESIMPULAN.......................................................................................................24
 SARAN....................................................................................................................24
BAB III SKENARIO
Skenario Konseling Ibu Masa Nifas dengan Konseling Manfaat ASI..........25
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................28

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehamilan dan kelahiran dianggap sebagai suatu kejadian
fisiologis yang pada sebagian besar wanita berakhir dengan normal
dan tanpa komplikasi (Departmen of Health, 1993). Pada akhir
masa puerperium, pemulihan persalinan secara umum dianggap
telah lengkap. Pandangan ini mungkin terlalu optimisis Bagi
banyak wanita, pemulihan adalah sesuatu yang berlangsung terjadi
menjadi seorang ibu adalah proses fisiologis yang normal.Namun
beberapa studi terbaru mengungkapkan bahwa masalah-masalah
kesehatan jangka panjang yang terjadi setelah melahirkan adalah
masalah yang banyak ditemui (Hillan, 1992b; glazener et al. 1993;
bick dan MacArthur,1995a), dapat berlangsung dalam waktu lama
(macArthuretal.1991). Pengetahuan menyeluruh tentang perubahan
fisiologis dan psikologis pada masa puerperium adalah sangat
penting jika bidan menilai status kesehatan ibu secara akurat dan
memastikan bahwa         pemulihan sesuai dengan standar yang
diharapkan. Hal yang sama pentingnya adalah menyadari potensi
morbiditas pascapartum dalam jangka panjang dan factor-faktor
yang berhubungan dengannnya seperti obstetric, anestesi dan
faktor social.

B. Tujuan   
a. Tujuan Umum
 Untuk mengetahui fisiologis pada masa nifas
  Untuk mengetahui tahapan-tahapan masa nifas perubahan
serta adaptasi ibu masa nifas

4
C. Tujuan Khusus
 Untuk memenuhi tugas ASKEB III ( Nifas )
Agar mahasiswa lebih terampil memberikan asuhan
kebidanan tentang fisiologis masa nifas
 Menjadikan mahasiswa sebagai calon petugas kesehatan
yang terampil dan kompeten dalam bekerja

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Masa nifas (postpartum/ puerperium) berasal dari bahasa
Latin,yaitu dari kata “puer”yang artinya bayi dan” parious” yang berakti
melahirkan .

Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali,mulai dari persalinan


selesai sampai alat-alat kandungan kembali  sebelum hamil.lama nifas
yaitu 6-8 minggu

Periode masa nifas (puerperium) adalah perode waktu selama 6-8 minggu
setelah persalinan.proses ini di mulai setelah selesainnya persalinan dan
berakhir setelah alat-alat reproduksi kembali keadaan sebelum hamil/ tidak
hamil sebagai akibat dari adannya perubahan fisiologis dan fsikologi karna
proses persalinan 

Periode masa nifas di bagi menjadi tiga, yaitu sebagai berikut:

1.    Periode immediate postpartum

Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam.pada masa ini
sering terdapat banyak masalah seperti pendarahan

2.    Periode Early postpartum (24 jam-1 minggu)

Masa dimana involsi uterus harus dipastikan dalam keadaan normal,tidak


ada pendarahan,lokea  tidak berbau busuk,tidak demam,ibu cukup
mendapatkan makanan dan cairan,serta ibu dapat menyusui dengan baik

3.    Periode Latei Postpartum (1-5 minggu)

Masa di mana perawatan dan pemeriksaan kondisi sehari-hari,serta


konseling KB

6
Pembagian masa nifas di bagi dalam tiga periode

1.    Peurperium Dini

Yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan

2.    Peurperium intermedial

Yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genitalis yang lamanya 6-8 minggu

3.    Remote peurperium

Yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama
bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi

B.  Invoulsi dan SubInvoulsi


Involusi adalah berhasilnya proses perubahan fisiologis pada sisitem
reproduksi pada masa nifas yang terjadi pada setiap organ dan saluran  yang
reproduktif ke bentuk normal atau sebelum hamil.

Subinvolusi adalah kegagalan perubahan fisiologis pada sisitem reproduksi


pada masa nifas yang terjadi pada setiap organ dan saluran  yang
reproduktif.Subinvoulsi dapat terjadi pada

1. Uterus

2. Tempat plasenta

3. Ligmen

4.Serviks

5. Lochia

6. Vulva

7. Vagina

8. Perineum

7
a.     Subinvolusi  uterus adalah kegagalan uterus untuk mengikuti pola normal
involusi/ proses involusi rahim tidak berjalan sebagai semestinya sehingga proses
pengecilan uterus terhambat.

Subinvolusi merupakan istilah yang dipergunakan untuk menunjukan kemunduran


yang terjadi pada setiap organ dan saluran reproduktif kadang lebih banyak
mengarah secara spesifik pada kemunduran uterus yang mengarah keukurannya
(varney’s midwifery).

 Tanda dan gejala

Fundus uteri letaknya tetap tinggi di dalam abdomen/pelvis dari yang


seharusnya atau penurunan fundus uteri lambat  

1.    Konsistensi utererus lembek

2.    Pengeluaran lochea seringkali gagal berubah

3.    Terdapat bekuan darah

4.    Lochea berbau menyengat

5.    Uterus tidak berkontraksi

6.    Pucat, pusing dan tekanan darah rendah serta suhu tubuh tinggi

 Penyebab

1.    Terjadi infeksi pada miometrium

2.    Terdapat sisa plasenta dan selaput plasenta di dalam uterus

3.    Lochea rubra lebih dari 2 minggu postpartum dan pengeluarannya


lebih banyak dari yang diperkirakan.

 Terapi

8
1.    Pemberian antibiotika

2.    Pemberian uterotonika

3.    Pemberian tablet Fe

Selain itu uterus juga mengalaimi involusi uteri

Invoulsi uteri atau penggerutan uterus merupakan suatu proses dimana


uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan berat sekitar 60 gram.
Proses ini dimulai segera setelah plasenta lahir akibat kontraksi otot otot
polos uterus. Proses involusi uteri pada akhir kala III persalinan, uterus
berada digaris tengah kira kira 2cm dibawah umbilikus dengan fundus
bersandar pada promontorium sakralis. Pada saat ini uterus besarnya kira
kira sama dengn besar uterus sewaktu usia kehamilan 16 minggu dengan
berat 1000 gram.

Proses involusi uterus

1.    Autolysis merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi


didalam otot uterin. Enzim proteulitik akan mendekatkan jaringan otot
yang telah sempat mengendur hingga 10 kali panjangnya dari semula dan
5 kali lebar dari semula selama kehamilan. Sitoplasma sel yang berlebih
akan tercerna sendiri hingga tertinggal jaringan fibro elastis dalam jumlah
renik sebagai bukti kehamilan.

2.    Atrofi jaringan merupakan jaringan yang berploriferasi dengan adanya


estrogen dalam jumlah besar kemudian mengalami atrofi sebagai reaksi
terhadap penghentian produksi estrogen yang menyertai pelepasan
plasenta. Selain perubahan atrofi pada otot otot uterus, lapisan desidua
akan mengalami atrofi akan terlepas dan meninggalkan lapisan basal yang
akan beregenerasi menjadi endometrium yang baru

9
3.    Efek oksitosin membuat itensitas kontraksi uterus meningkat secara
bermakna segera setelah lahir, diduga terjadi sebagai respon penurunan
volume intra uerin yang sangat besar. Hormon oksitosin yang dilepas dari
kelenjar hipofisis memperkuat dan mengatur kontraksi uterus,
menggopresi embuluh darah dan membantu proses homostaksis. Kontraksi
dan retraksi otot uteri akan mengurangi suplai darah ke uterus.

b.    Subinvolusi tempat plasenta adalah kegagalan bekas  tempat


implantasi untuk berubah

 Tanda dan Gejala

1.    Tempat implantasi masih meninggalkan  parut dan menonjol

2.    Perdarahan

 Penyebab

1.    Tali pusat putus akibat dari traksi yang berlebihan

2.    Inversio uteri sebagai akibat tarikan

3.    Tidak ada regenerasi endometrium ditempat implantasi plasenta

4.     Tidak ada pertumbuhan kelenjar endometrium

c.     Subinvolusi ligament adalah kegagalan ligamen  dan diafragma


pelvis  fasia kembali seperti sedia kala

 Tanda dan gejala

1.    Ligamentum  rotundum masih kendor

10
2.    Ligamen fasia dan jaringan penunjang serta alat genitalia masih
kendor

 Penyebab

1.    Terlalu sering melahirkan

2.    Faktor umur

3.    Ligamen fasia dan jaringan penunjang serta alat genitalia sudah


berkurang elastisitasnya.

d.    Subinvolusi Serviks adalah kegagalan serviks berubah kebentuk


semula seperti sebelum hamil

 Tanda dan gejala

1.    Konsistensi serviks lembek

2.    Perdarahan

 Penyebab

1.    Multi paritas

2.    Terjadi ruptur saat persalinan

3.    Lemahnya elastisitas serviks

e.     Subinvolusi Lochea adalah tidak ada perubahan pada konsistensi


lochea.Seharusnya lochea berubah secara normal sesuai dengan fase dan
lamanya postpar tum, 

11
 Tanda dan gejala

1.    Perdarahan tidak sesuai dengan fase

2.    Darah berbau menyengat

3.    Perdarahan

4.    Demam, menggigil

 Penyebab

1.    Bekuan darah pada serviks

2.    Uterus tidak berkontraksi

3.    Posisi ibu telentang sehingga menghambat darah nifas untuk keluar

4.    Tidak mobilisasi

5.    Robekan jalan lahir

6.     Infeksi

f.     Subinvolusi Vulva dan Vagina adalah tidak kembalinya  bentuk dan


konsistensi vulva dan vagina seperti semula setelah beberapa hari postpartus.

 Tanda dan gejala

1.    Vulva dan vagina kemerahan

2.    Terlihat oedem

3.    Konsistensi lembek

 Penyebab

1.    Elastisitas vulva dan vagina lemah

2.    Infeksi

3.    Terjadi robekan vulva dan vagina saat partus

12
4.    Ekstrasi kuman

g.    Subinvolusi Perineum adalah tidak ada perubahan perineum setelah


beberapa hari persalinan

 Tanda dan gejala

1.    Perineum terlihat kemerahan

2.    Konsistensi lembek

3.    Oedem

 Penyebab

1.    Tonus otot perineum sudah lemah

2.    kurangnya elastisitas perineum

3.    infeksi

4.    pemotongan benang catgut terlalu pendek pada saat laseralisasi


sehingga jahitan perineum putus.

C. Tahapan Lokea Masa Nifas


Dengan adannya involsi uterus, maka lapisan luar dari desidua yang
mengelilingi situs plasenta akan menjadi nekrotik (layu/ mati). Desidua yang
mati  akan keluar bersama dengan sisa cairan.campuran antara darah dan desidua
tersebut dinamakan lokea, yang biasannya berwarna merah muda atau putih pucat.

Lochea merupakan ekskresi cairan rahim selama masa nifas. Lochea mengandung
darah dan sisa jaringan desidua yang nekrotik dari dalam uterus.Lokia mempunyai
bau yang amis (anyir) meskipun tidak terlalu menyengat dan volumenya berbeda-
beda pada setiap wanita. Lokia mengalami perubahan karena proses involusi.
Pengeluaran lokia dapat dibagi menjadi lokia rubra, sanguilenta, serosa dan alba.

13
Perbedaan masing-masing lokia dapat dilihat sebagai berikut:

Lokia Waktu Warna Ciri-ciri

Merah kehitaman Terdiri dari sel desidua, verniks


Rubra 1-3 hari caseosa, rambut lanugo, sisa
mekoneum dan sisa darah

Sanguilenta 3-7 hari Putih bercampurmerah Sisa darah bercampur lender

Kekuningan/ Lebih sedikit darah dan lebih


kecoklatan banyak serum, juga terdiri dari
Serosa 7-14 hari
leukosit dan robekan laserasi
plasenta

Putih Mengandung leukosit, selaput


Alba >14 hari lendir serviks dan serabut
jaringan yang mati.

Umumnya jumlah lochia lebih sedikit bila wanita postpartum


dalam posisi berbaring daripada berdiri. Hal ini terjadi akibat pembuangan
bersatu di vagina bagian atas saat wanita dalam posisi berbaring dan
kemudian akan mengalir keluar saat berdiri. Total jumlah rata-rata
pengeluaran lokia sekitar 240 hingga 270 ml.

14
D. Perubahan Fisisologi Masa Nifas
1.    Serviks

Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus. Setelah


persalinan, astium eksterna dapat dimasuki oleh 2 hingga 3 jari
tangan, setelah 6 minggu serviks menutup.

2.    Vulva dan Vagina

Vulva dan vagina mengalami penekanan serta perenggangan yang


sangat besar selama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari
pertama sesudah proses tersebut kedua organ ini tetap berada dalam
keadaan kendur. Setelah 3 minggu vulva dan vagina kembali kepada
keadaan tidak hamil dan tugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan
muncul kembali sementara labia menjadi lebih menonjol.

3.    Perenium

Segera setelah melahirkan, perenium menjadi kendur karena


sebelumnya teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju. Pada
post natal hari ke-5, perenium sudah mendapatkan kembali sebagaian
besar tonusnya sekalipun tetap lebih kendur pada keadaan sebelum
melahirkan.

4.    Payudara

a.    Penurunan kadar progesteron secara cepat dengan peningkatan


hormon piolaktin setelah persalinan.

b.    Kolostrum sudah ada saat persalinan produksi ASI terjadi pada


hari ke-2 atau hari ke-3 setelah persalinan.

c.    Payudara menjadi besar dan keras sebagai tanda mulanya


proses laktasi.

15
5.    Laktasi

Laktasi dapat diartikan dengan pembentukan dan pengeluaran air


susu ibu (ASI), yang merupakan makanan pokok terbaik bagi bayi yang
bersifat alamiah. Bagi setiap ibu yang melahirkan akan tersedia makanan
bagi dirinya, dan bagi si anak akan merasa puas dalam pelukan ibunya,
merasa aman, tentram, hangat akan kasih sayang ibunya. Hal ini
merupakan faktor penting bagi perkembangan anak selanjutnya.

6.    Sistem Pencernaan

Biasanya ibu mengalami obstipasi setelah persalinan. Hal ini


disebabkan karena pada waktu melahirkan alat pencernaan mendapat
tekanan yang menyebabkan kolon menjadi kosong, pengeluaran cairan
yang berlebihan pada waktu persalinan (dehidrasi), kurang makan,
hemoroid, laserasi jalan lahir. Rasa sakit di daerah perenium juga dapat
menghalangi keinginan ke belakang. Supaya buang air besar kembali
teratur dapat diberikan diet/makanan yang mengandung serat dan
pemberian cairan yang cukup.

7.    Sistem Perkemihan

Buang air kecil sering sulit selama 24 jam pertama. Kemungkinan


terdapat spasine sfingter dan edema leher buli - buli sesudah bagian ini
mengalami kompresi antara kepala janin dan tulang pubis selama
persalinan.Urin dalam jumlah yang besar akan dihasilkan dalam waktu 12-
36 jam sesudah melahirkan. Setelah plasenta dilahirkan, kadar hormon
estrogen yang bersifat menahan air akan mengalami penurunan yang
mencolok, keadaan ini menyebabkan cliviesis. Ureter yang berdilatasi
akan kembali normal dalam tempo 6 minggu.

8.    Sistem Musculoskeletal

Ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu


persalinan, setelah bayi lahir, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan

16
pulih kembali sehingga tidak jarang uterus jatuh kebelakang dan menjadi
retrofleksi, karena ligamen rotundum menjadi kendor. Stabilisasi secara
sempurna terjadi pada 6-8 minggu setelah persalinan.

9.    Sistem Endokrin

Hormon plasenta menurun dengan cepat setelah persalinan. Human


Chorionic Gonodotiopin (HCG) menurun dengan cepat dan menetap
sampai 10% dalam 3 jam hingga hari ke-7 post partum dan sebagai onset
pemenuhan mammae pada hari ke-3 PP

10.     Sistem kordiovaskuler

Selama kehamilan volume darah normal digunakan untuk


menampung aliran darah yang meningkat,yang diperlukan oleh plasenta
dan pembuluh darah uterin. Penarikan kembali estrogen menyebabkan
aturesis terjadi yang secara cepat mengurangi volume plasma kembali
pada porposi normal. Aliran ini terjadi dalam 2-4 jam pertama setelah
kelahiran bayi. Selama masa nifas ini ibu mengeluarkan banyak sekali
jumlah urine. Hilangnya progesteron membantu mengurangi retensi cairan
yang melekat dengan meningkatnya volume pada jaringan tersebut selama
kehamilan. Pada persalinan pervaginam kehilangan darah sekitar (200-400
cc). Bila  kelahiran melalui seksio cesaria, maka kehilangan darah dapat
dua kali lipat.Perubahan terdiri dari volume darah (blood volume) dan
hemotokrit (hoemoconcentration). Bila persalinan pervaginam, hemotrokit
akan naik dan pada seksio cesaria, hemotokrit cenderung stabil dan
kembali normal setelah 4-6minggu.

11.     Sistem Hematologi

Selama minggu-minggu terakhir kehamilan,kadar fibrinogen dan


plasma serta faktor-faktor pembekuan darah meningkat.Pada hari pertama
PP, kadar fibrinogen dan plasma akan sedikit menurun tetapi darah lebih
mengental dengan peningkatan viskositas sehingga meningkatkan faktor
pembekuan darah.Leukositosis yang meningkat dimana jumlah sel darah

17
putih mencapai 15.000 selama persalinan akan tetap tinggi dalam beberapa
hari pertama dan masa PP.Jumlah sel darah putih tersebut masih bisa naik
lagi sampai 25.000/30.000 tanpa adanya kondisi patologis jika wanita
tersebut mengalami persalinan lama.Jumlah hemoglobine,hemorokit,dan
eritrosyt akan sangat bervariasi pada awal-awal masa PP sebagai akibat
volume darah, volume plasenta dan tingkat volume darah yang berubah
ubah.Semua tingkatan ini akan dipengaruhi oleh status gizi dan hidrasi
wanita tersebut. Kira-kira selama kelahiran dan masa PP terjadi kehilangan
darah sekitar 200-250 ml. penurunan volume dan peningkatan sel darah
pada kehamilan diasosiasikan dengan peningkatan hematokrit dan
hemoglobine pada hari ke 3-7 PP dan akan kembali normal dalam 4-5
minggu PP

12.     Perubahan Tanda-Tanda Vital

a.    Suhu Badan satu hari (24 jam) PP suhu badan akan naik sedikit
(37,5oC – 38oC) sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan,
kehilangan cairan yang berlebihan dan kelelahan. Apabila keadaan
normal suhu badan menjadi biasa. Biasanya pada hari ketiga suhu
badan naik lagi karena adanya pembentukan ASI, buah dada
menjadi bengkok, berwarna merah karena kebanyakan ASI. Bila
suhu tidak menurun kemungkinan adanya infeksi pada
endometrium, mastitis, tractus genitalis atau sistem lain.

b.    Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80x/menit. Sehabis
melahirkan biasanya denyut nadi akan lebih cepat.

c.    Tekanan,Darah
Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah akan rendah
setelah ibu melahirkan karena perdarahan. Tekanan darah tinggi
pada PP dapat menandakan terjadinya preeklamsia post partum.

18
d.   Pernafasan
Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan
denyut nadi. Bila suhu nadi tidak normal, pernafasan juga akan
mengikutinya, kecuali apabila ada gangguan khusus pada saluran
nafas.

E. Adaptasi Fisiologi Masa Nifas


            Setelah melahirkan ibu mengalami perubahan fisik dan fisiologis yang
juga mengakibatkan adanya beberapa perubahan dari fisiknya.Ia mengalami
stimulasi kegembiraan yang luar biasa, menjalani peruses esprorasi dan asmilasi
terhadap bayinya, berada di bawah tekanan untuk dapat menyerap pembelajaran
yang diperlukan tentang apa yang harus diketahuinya dan perawatan untuk
bayinya dan merasa tanggung jawab yang luar biasa biasa sekarang untuk menjadi
seorang ibu

            Tidak mengherankan bila ibu mengalami sedikit perubahan perilaku dan


se4sekali merasa kerepotan. Masa ini adalah masab rentan dan terbuka untuk
bimbingan dan pembelajaran.

 Reva rubin membagi periode ini menjadi 3 bagian antara lain :

1.    Periode “Taking in”

a.    Periode ini terjadi 1-2 hari sesudah melahirkan. Ibu baru pada umumnya pasif
dan tergantung, perhatiannya tertuju pada kekawatiran akan tubuhnya

b.    Ia mungkin mengulang-ulang menceritakan pengalaman waktu melahirkanya

c.    Tidur tampa gangguan sangat penting untuk mengurangi gangguan kesehatan


akibat kurang istirahat.

d.   Peningkatan nutrisi  dibutuhkan untuk mempercepat pemulihan dan


penyembuhan luka, serta persiapan proses laktasi aktiv

e.    Dalam memmberi asuahan bidan, harus dapat memfasilitasi kebutuhan


fisikologis ibu, pada tahap ini bidan harus menjadi pendengar yang baik ketika ibu

19
menceritakan pengalamanya. Berikan juga dukungan mental dan aspirasi atas
hasil perjuangan ibu sehingga dapat berhasil melahirkan anaknya. Bidan
harus  dapat menciptakan suasana yang nyaman bagi ibu sehingga dapat leluasa
dan terbuka mengemukan permasalahan dapat dihadapi bidan. Dalam hal ini,
sering terjadi kesalahan dalam pelaksanaan perawatan yang dilakukan oleh pasien
terhadap dirinnya dan bayinya karna kurangnya jalinan komunikasi yang baik
antara pasien dan bidan

2.    Periode “taking hold”

a.    Periode ini berlangsung pada hari ke 2-4 post partum

b.    Ini menjadi perhatian pada kemampuan menjadi orang tua yang sukses dan
meningkatkan tanggung jawabterhadap bayi

c.    Ibu berkonsentrasi pada pengotrolan fungsi tubuhnya,BAA dan BAK,serta


kekuatan dan ketahanan tubuhnya

d.   Ibu berusaha keras untuk menguasai keterampilan perawatan bayi, misalnya


mengendong, memandikan dan memasang popok dan sebagainya.

e.    Pada masa ini, ibu biasanya sangat sensitive dan merasa tidak mahir dalam
melakukan hal-hal tersebut

f.     Pada tahap ini, bidan harus tanggap terhadap kemungkinan perubahan yang
terjadi.

g.    Tahap ini merupakan waktu yang tepat bagi bidan untuk memberiken
bimbingan cara perawatan bayi, namun harus selalu di perhatikan teknik
bimbinganya jangan sampai menyingung perasaan atau membuat perasaan ibu
tidak nyaman karena ia sangat sensitive. Hidari kata “jangan begitu” atau “kalau
kayak gitu salah” pada ibu karna hal itu akan sangat menyakiti perasaanya dan
akibatnya ibu akan putus asa untuk mengikuti bimbingan yang bidan berikan.

3.    Periode “Letting Go

20
a.    Periode ini biasanya terjadi setelah ibu pulang ke rumah periode ini pun
sangat berpengaruh terhadap dan perhatian yang diberikan oleh keluarga

b.    Ibu mengambil tanggung jawab terhadap perawatan bayi dan ia harus


beradaptasi dengan segala kebutuhan bayi yang sangat tergantung padanya. Hal
ini menyebabkan berkurangnya hak ibu,kebebasan, dan hubungan social.

c.    Depresi post partum umumnya terjadi pada periode ini.

Factor-faktor yang mempengaruhi suksesnya masa transisi ke masa


menjadi orang tua pada saat post partum, antara lain:

1.    Respon dan dukungan keluarga dan teman. Bagi ibu post partum, apalagi


pada ibu yang baru pertama kali melahirkan akan sangat membutuhkan dukungan
orang-orang terdekatnya karana ia belum sepenuhnya berada pada kondisi stabil,
baik fisik maupun psikologinya. Ia masih sangat asing dengan perubahan peran
barunya yang begitu fantastis terjadi dalam waktu yang begitu cepat, yaitu peran
sebagai seorang ibu. Dengan respon positif dari lingkungan, akan mempercepat
proses adaptasi peran ini sehingga akan memudahkan bagi bidan untuk
memberikan asuhan yang sehat

2.    Hubungan dari pengalaman melahirkan terhadap harapan dan aspirasi. Hal


yang dialami oleh ibu ketika melahirkan akan sangat mewarnai alam perasaan
terhadap perannya sebagai ibu. Ia menjadi tahu bahwa begitu beratnya ia harus
berjuang untuk melahirkan bayinya dan hal tersebut akan memperkaya
pengalaman hidupnya untuk lebih dewasa. Banyak kasus terjadi setelah seorang
ibu melahirkan anakanya yang pertama, ia akan bertekad untuk meningkatkan
kualitas hubungan dengan ibunya.

3.    Pengalaman melahirkan dan membesarkan anak yang lalu. Walapun kali ini
adalah bukan pengalaman yang pertama melahirkan bayinya, namun kebutuhan
untuk mendpatkan dukungan yang positif dari lingkunganya tidak berbeda dengan
ibu yang baru melahirkan anak pertama. Hanya yang membedakan teknik
penyampaian dukungan yang diberikan lebih kepada support dan aspirasi dan
keberhasialn dalam melewati saat-saat sulit pada persalinan yang lalu.

21
4.    Pengaruh budaya adanya adat istiadat yang dianut oleh lingkungan dan
keluarga akan sedikit banyak  akan mempengaruhi keberhasilan ibu akan
melewati saat transisi ini. Apalagi ada yang tidak singkron antara arahan dari
tenaga kesehatan dengan budaya yang dianut. Dalam hal ini bidan harus bijaksana
menyikapi, namun tidak mengurangi kuliatas asuhan yang diberikan. Keterlibtan
kelurga dari awal dalam menentukan bentuk asuhan dan perawatan yang harus
diberikan kepada ibu dan bayi yang akan memudahkan bidan dalam
memberi asuhan.

F. Postpartum Blues
Fenomena pasca partum awal atau baby blues merupakan seksual umum
melahirkan bayia biasanya terjadi pada 70% wanita . penyebabnya adalah
beberapa hal,antara lain lingkungan tempat melahirkan yang kurang mendukung,
perubahan hormone yang cepat,dan keraguan terhadap peran yang baru. Pada
dasarnya, tidak satu pun dari ketiga hal tersebut termasuk penyebab konsisten .
factor penyebab biasanya merupakan kombinasi dari berbagai factor, termasuk
adanya ganguan tidur yang tidak dapat dihindari oleh ibu selama masa-masa awal
menjadi seorang ibu.

Post partum blus biasannya dimulai pada beberapa hari setelah kelahiran dan
berakhir setelah 10-14 hari.

Karatistik post partum blus meliputi:

a.     Menangis

b.    Merasa letih karena melahirkan

c.     Gelisah

d.    Perubahan alam perasaan

e.     Menarik diri

f.     Serta reaksi negatif terhadap bayi dan keluarga

22
Karena pengalaman melahirkan digambarkan sebagai puncak ibu baru mungkin
merasa perawatan dirinya tidak kuat atau ia tidak mendapatkan perawatan yang
tepat, jika pengalaman melahirkan tidak sesuai dengan apa yang ia alami. Ia
mungkin juga merasa diabaikan jika perhatian keluaranya tiba-tiba berfokus pada
bayi dilahirkannya

Kunci untuk mendukung wanita dalam melalui periode ini adalah berikan
perhatian dan dukungan yang baik baginya, serta yakinkan padanya bahwa ia
adalah orang yang berarti bagi keluarga dan suami. Hal yang terpenting berikan
kesempatan untuk beristirahat yang cukup. Selain itu, dukungan positif atas
keberhasilan menjadi orang tua dari bayi yang baru lahir dapat membantu
memulihkan kepercayaan diri terhadap kemampuannya.

G.  Depresi pos partum


            Ada kalanya ibu merasakan kesedihan karena kebebasan, otonomi
interaksi sosial, kemandiriannnya berkurang. Hal ini akan mengakibatkan depresi
paska persalinan ( depresi pos partum ). Berikut ini gejala – gejala depresi paska
persalinan

1.    Sulit tidur, bahkan ketika bayi sudah tidur.

2.    Nafsu makan hilang,

3.    Perasaan tidak berdaya atau kehilangan kontrol

4.    Terlalu cemas atau tidak perhatian sama sekali sama bayi

5.    Tidak menyukai atau takut menyentuh bayi

6.    Pikiran yang menakutkan mengenai bayi

7.    Sedikit atau tidak ada perhatian terhadap penampilan pribadi

8.    Gejala fisik seperti banyak wanita sulit bernafas atau perasaan berdebar-
debar

23
Penyakit ini dapat disembuhkan dengan obat- obatan dan konsultasi dengan
psikater. Jika depresi berkepanjangan ibu perlu mendapatkan perawatan dirumah
sakit. Seorang ibu nulipara  mudah mengalami depresi masa nifas. Hal ini
disebabkan oleh kesibukannya yang mengurusi anak-anak sebelum kelahiran
anaknya ini. Ibu yang tidak mengurus dirinya sendiri, seorang ibu cepat murung,
mudah marah-marah. Hal ini menandakan ibu menderita depresi masa nifas.
Dibutuhkan juga dukungan keluarga dengan cara selalu mengunjungi dan
menawarkan bantuan dan dorongan kepada ibu.

 KESIMPULAN
Masa nifas ( masa post partum / puerperium ) adalah massa atau
waktu sejak bayi lahir dan plasenta keluar lepas dari rahim sampai enam
minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya kembali organ – organ yang
berkaitan dengan kandungan , yang mengalami perubahan . pada masa ini
sangatlah rentan dengan kondisi pendarahan maka masa nifas merupakan
masa yang sangat penting dan masa dimana ibu memerlukan pemantauan
yang baik.

 SARAN
Saran saya kita sebagai bidan harus lebih ekstra dalam memantau
masa nifas sebab kita tahu pada masa ini dapat mengakibatkan kematian
pada ibu.

24
BAB III
SKENARIO

 Skenario Konseling Ibu Masa Nifas dengan Konseling Manfaat ASI


Pada suatu hari ada seorang ibu nifas dengan ibu mertuanya berkunjung kerumah
bidan melapor bahwa payudaranya bengkak dan terasa sakit pasca melahirkan
6hari yang lalu

Bu rahma : Assalamu'alaikum bu? Sambil mengetuk pintu

Bidan : Wa'alaikumsalam bu, silahkan masuk

Setelah pasien masuk bidan mempersilahkan pasien untuk duduk

Bidan : Silahkan duduk ibu, perkenalkan saya bidan fitri bidan yang
bertugas pada hari ini, ada yang bisa saya bantu ibu?

Ibu mertua : Iya bu, anak saya mau konsultasi

Bidan : Iya ibu, bagaimana ada yang bisa saya bantu?

Bu rahma : Begini bu bidan 6 hari yang lalu saya baru saja melahirkan anak
pertama saya dan sekarang payudara saya terasa sakit dan bengkak. Saya jadi
jarang menyusui anak saya dan anak saya sering rewel bu bidan

Bidan : oh begitu bu, boleh saya periksa dulu payudara ibu?

25
Bu rahma : Iya bu boleh

Setelah menerima ijin dari bu rahma bidan fitri pun melakukan pemeriksaan

Bu rahma : Jadi bagaimana bu bidan?

Bidan fitri : Jadi payudara ibu itu bengkak dan itu merupakan hal yang normal
bagi ibu nifas pasca melahirkan ibu, jadi ibu bisa kompres payudara ibu dengan
air hangat selama beberapa menit, kemudian lakukan pemijatan saat hendak
menyusui. Dan ibu jangan terlalu sering minum minuman yang ber kafein seperti
kopi melainkan makan makanan yang bergizi dan kalau bisa minum vitamin ya
bu. Dan yang terpenting ibu jangan sampai tidak memberikan ASI kepada bayi
ibu. Jadi ibu harus tetap menyusui, payudara yang bengkak bisa terjadi karena
ASI tidak dikeluarkan. Untuk mengosongkan payudara susui bayi ibu atau ibu
bisa melakukan pompa payudara.

Bu rahma : oh gitu bu bidan saya mengerti bu

Bidan fitri : Iya ibu, kalau ibu sudah mengerti bisa ibu ulangi apa yang saya
jelaskan tadi?

Bu rahma : Jadi untuk mengurangi bengkak pada payudara saya bisa kompres
dengan air hangat dan saya harus menghindari minuman yang ber kafein dan
menggantinya dengan makan makanan yang bergizi. Dan yang terpenting saya
jangan sampai tidak memberikan ASI kepada bayi saya. Begitu bu bidan?

Bidan fitri : Benar sekali ibu

Bu rahma : Bu bidan apa manfaat ASI bagi bayi saya?

Bidan fitri : Banyak ibu manfaat ASI, ASI sangat penting bagi kekebalan bayi ibu
jadi bayi ibu akan jarang sakit. Selain itu ASI sangat penting untuk perkembangan
otak bayi ibu dan pertumbuhannya.

Ibu mertua : ooh gitu to bu bidan, ternyata penting sekali ya bu ASI bagi cucu
saya.

Bu rahma : Berarti lebih bagus ASI ya bu dibanding susu formula?

26
Bidan fitri : Iya bu itu sangat benar sekali. Jadi lebih bagus ibu memberikan ASI
kepada bayi ibu dibandingkan susu formula bu

Bu rahma : Baik bu bidan saya sudah mengerti, Terimakasih atas penjelasannya


bu

Ibu mertua : Terimakasih banyak bu bidan

Bidan fitri : Iya bu sama-sama

Bu rahma : Kalau begitu saya pamit dulu bu bidan, assalamu'alaikum

Bu rahma dan ibu mertuanya berdiri dan berpamitan ke bidan fitr

Bidan fitri : wa'alaikumsalam, hati-hati dijalan ibu

Bu rahma : Iya bu

27
DAFTAR PUSTAKA
Flint carolone, 1994. Sensitif Midwifery.Oxford: Butterworth Heinemann

Henderson C, dan jone K. 2005. Buku Ajar Konsep Kebidanan (Edisi Bahasa

                Indonesia). Ed. Yulianti. Jakarta: EGC

Pusdiknekes, 2001. Panduan Pengajar Asuhan Kebidanan Fisiologi Bagi dosen

                Dipolma III  Kebidanan. Jakarta: pusdiknes. WHOJHPIEGO.

Varney H, et al.2007, Buku a Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas.

   Jakarta: Salemba Medika (hlm: 53-57).

Dessy, T., dkk. 2009. Perubahan Fisiologi Masa Nifas. Akademi Kebidanan

            Mamba’ul ‘Ulum Surakarta

Wulanda,ayu febri.2012.Biologi Reproduksi. Jakarta : Salemba Medika ( cetakan

  ketiga )

Prawirohardjo, sarwono. 2009. Ilmu kebidanan. Edisi Keempat. cetakan kedua.

            Jakarta: pt bina pustaka sarwono Prawirohardjo

28

Anda mungkin juga menyukai