Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di dalam masyarakat modern seperti di barat, kebutuhan dan aspirasi


masyarakat menempati kedudukan yang tinggi, sehingga berdasarkan itu,
suatu produk hukum yang baru dibuat.Dari sini dapat digambarkan bahwa
apabila terjadi pergeseran nilai dalam masyarakat, maka interpretasi
terhadap hukum pun bisa berubah.

Masalah operasi ganti kelamin dan operasi plastik telah lama


dipertimbangkan oleh kalangan kedokteran dan para praktisi hukum di
negara-negara barat.dan pandangan masyarakat tentang ganti kelamin dan
bedah plastik berorientasi hanya pada masalah ingin tampil bedah
(taghyiru al-jins) atau kecantikan (estetik), seperti sedot lemak,
memancungkan hidung, mengencangkan muka, dan lain sebagainya.
Sesungguhnya, ruang lingkup bedah operasi ganti kelamin dan operasi
plastik sangatlah luas.Tidak hanya masalah estetika, tetapi juga
rekonstruksi, seperti pada kasus-kasus luka bakar, trauma wajah pada
kasus kecelakaan, cacat bawaan lahir (congenital), seperti bibir sumbing,
kelainan pada alat kelamin, serta kelainan congenital lainnya.Namun
bukan berarti nilai estetika tak diperhatikan.

Di Indonesia ini juga pernah dibahas yang melibatkan para ahli


kedokteran ahli hukum positif dan hukum Islam.Mengenai pembahasan
operasi ganti kelamin atau operasi plastik ini masih terus
diperdebatkan.Dengan adanya makalah ini, penulis berharap dapat
mengungkapkan suatu pandangan konprehensif mengenai operasi ganti
kelamin dan operasi plastik menurut hukum Islam.

1
B. Rumusan Masalah

Dari penjelasan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan beberapa


masalah berikut

1. Bagaimana hukum Islam menjelaskan mengenai Operasi Plastik


dan Ganti Kelamin?
2. Apa saja hal yang dapat membolehkan seseorang untuk melakukan
Operasi Plastk dan Ganti Kelamin?
3. Apakah ada kaitannya dengan Hukum Perkawinan dan Kewarisan
Islam?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui hukum operasi Plastik dan Ganti Kelamin
menurut Islam.
2. Untuk mengetahui hal apa saja yang membolehkan seseorang
melakukan Operaii Plastik dan Ganti Kelamin.
3. Untuk mengetahui apakah ada kaitanya dengan Hukum
Perkawinan dan Kewarisan Islam.
D. Metode Penulisan

Penulisan makalah dilakukan dengan menggunakan metode pustaka


(library reserch), yaitu mencari dan mengumpulkan data-data ilmiyah yang
relevan dengan tema “Operasi Plastik dan Ganti Kelamin” dengan
mencari bahan dan sumber-sumber melalui rujukan yang terpercaya.

2
BAB II
PEMBAHASA
N

A. Operasi Plastik dan Ganti Kelamin

Fenomena transeksual (masalah kebingungan jenis kelamin) yang diikuti


dengan tindakan operasi merubah kelamin, sebenarnya mempunyai implikasi yang
akan menyentuh banyak aspek, masalah ini merupakan suatu gejala ketidakpuasan
seseorang karena merasa tidak adanya kecocokan antara bentuk fisik dan kelamin
dengan kejiwaan ataupun dengan ketidakpuasan dengan alat kelamin yang
dimilikinya.
Selain faktor bawaan sejak lahir, fenomena ini juga bisa disebabkan oleh
faktor lingkungan.Seperti pendidikan yang salah sewaktu kecil dengan
membiarkan anak laki-laki berkembang dengan tingkah laku perempuan; trauma
pergaulan seks dengan pacar, suami atau istri, dan sebagainya. Ekspresinya bisa
dalam bentuk dandanan, make up, gaya dan tingkah laku, bahkan sampai operasi
penggantian kelamin.
B. Hukum Operasi Plastik
Operasi plastik (plastic surgery) atau dalam bahasa Arab disebut jirahah
at-tajmil adalah operasi bedah untuk memperbaiki penampilan satu anggota tubuh
yang nampak, atau untuk memperbaiki fungsinya, ketika anggota tubuh itu
berkurang, hilang/lepas, atau rusak.(Al-Mausu’ah at-Thibbiyah al-Haditsah,
3/454).
Hukum operasi plastik ada yang mubah dan ada yang haram.Operasi
plastik yang mubah adalah yang bertujuan untuk memperbaiki cacat sejak lahir
(al-’uyub al-khalqiyyah) seperti bibir sumbing, atau cacat yang datang kemudian
(al-’uyub al-thari`ah) akibat kecelakaan, kebakaran, atau semisalnya, seperti
wajah yang rusak akibat kebakaran/kecelakaan.
Operasi plastik untuk memperbaiki cacat yang demikian ini hukumnya
adalah mubah, berdasarkan keumuman dalil yang menganjurkan untuk berobat
(al-tadawiy). Nabi SAW bersabda,“Tidaklah Allah menurunkan suatu penyakit,
kecuali Allah menurunkan pula obatnya.” (HR Bukhari, no.5246). Nabi SAW
bersabda pula,”Wahai hamba-hamba Allah berobatlah kalian, karena

3
sesungguhnya Allah tidak menurunkan satu penyakit, kecuali menurunkan pula
obatnya.” (HR Tirmidzi, no.1961).
Adapun operasi plastik yang diharamkan, adalah yang bertujuan semata
untuk mempercantik atau memperindah wajah atau tubuh, tanpa ada hajat untuk
pengobatan atau memperbaiki suatu cacat.Contohnya, operasi untuk memperindah
bentuk hidung, dagu, buah dada, atau operasi untuk menghilangkan kerutan-
kerutan tanda tua di wajah, dan sebagainya.
Dalil keharamannya firman Allah SWT (artinya) : “dan akan aku
(syaithan) suruh mereka (mengubah ciptaan Allah), lalu benar-benar mereka
mengubahnya”. (QS An-Nisaa` : 119). Ayat ini datang sebagai kecaman (dzamm)
atas perbuatan syaitan yang selalu mengajak manusia untuk melakukan berbagai
perbuatan maksiat, di antaranya adalah mengubah ciptaan Allah (taghyir
khalqillah).Operasi plastik untuk mempercantik diri termasuk dalam pengertian
mengubah ciptaan Allah, maka hukumnya haram.(M. Al-Mukhtar asy-Syinqithi,
Ahkam Jirahah Al-Thibbiyyah, hal. 194). Rasulullah pun mengutuk seseorang
yang telah mengganti alis mata orang lain dan yang diganti,orang yang menambah
bulu dialis mata orang lain dan yang ditambah.
Selain itu, terdapat hadis Nabi SAW yang melaknat perempuan yang
merenggangkan gigi untuk kecantikan (al-mutafallijat lil husni).(HR Bukhari dan
Muslim).Dalam hadis ini terdapat illat keharamannya, yaitu karena untuk
mempercantik diri (lil husni). (M. Utsman Syabir, Ahkam Jirahah At-Tajmil fi Al-
Fiqh Al-Islami, hal. 37). Imam Nawawi berkata,”Dalam hadis ini ada isyarat
bahwa yang haram adalah yang dilakukan untuk mencari kecantikan.Adapun
kalau itu diperlukan untuk pengobatan atau karena cacat pada gigi, maka tidak
apa-apa.” (Imam Nawawi, Syarah Muslim, 7/241). Maka dari itu, operasi plastik
untuk mempercantik diri hukumnya adalah haram..
Sebagian Ulama hadits yang lain berpendapat bahwa yang dimaksud
dengan operasi plastik itu hanya ada dua:
1. Untuk mengobati aib yang ada dibadan, atau dikarenakan kejadian yang
menimpanya seperti kecelakaan, kebakaran atau yang lainya. Maka operasi ini
dimaksudkan untuk pengobatan.

4
2. Atau untuk mempercantik diri, dengan mencari bagian badan yang dianggap
mengganggu atau tidak nyaman untuk dilihat orang, istilah yang kedua ini
adalah untuk kecantikan dan keindahan.
Operasi plastik ada dua :
1. Operasi untuk pengobatan.
Maksudnya adalah operasi yang dilakukan hanya untuk pengobatan dari
aib (cacat) yang ada dibadan, baik karena cacat dari lahir (bawaan) seperti
bibir sumbing, jari tangan atau kaki yang berlebih, dan yang kedua bisa
disebabkan oleh penyakit yang akhirnya merubah sebagian anggota badan,
seperti akibat dari penyakit lepra/kusta, TBC, atau karena luka bakar pada
wajah akibat siraman air panas.
Semua unsur ini adalah operasi yang bukan karena keinginannya, akan
tetapi yang dimaksudkan adalah untuk pengobatan saja, walaupun hasilnya
nanti menjadi lebih indah dari sebelumnya, dalam hukum fiqih disebutkan
bahwa operasi semacam ini dibolehkan saja, adapun dalil diantaranya sebagai
berikut:
1) Dalil Sunnah
a. Diriwayatkan dari Abu Hurairah R.a, dari Nabi Saw. berliau pernah
bersabda, “Tidak lah Allah Swt. menurunkan wabah/penyakit kecuali
Allah Swt. juga menurunkan obat penawarnya”(H.R. Bukhari)
b. Riwayat dari Usamah ibn Syuraik R.a, berkata, “Ada beberapa orang Arab
bertanya kepada Rasulullah Saw.:”Wahai Rasulullah, apakah kami harus
mengobati (penyakit kami), Rasulullah menjawab, “Obatilah. Wahai
hamba-hamba Allah lekaslah kalian berobat, karena sesungguhnya Allah
tidak menurunkan satu penyakit, diriwayat lain disebutkan, beberapa
penyakit. Kecuali diturunkan pula obat penawarnya Kecuali satu yang
tidak bisa diobati lagi”, mereka pun bertanya,”Apakah itu wahai Rasul?”,
Rasulullah pun menjawab, “Penyakit Tua”(H.R At-Turmudzi).
Maksud dari hadits diatas adalah, bahwa setiap penyakit itu pasti
ada obatnya, maka dianjurkan kepada orang yang sakit agar mengobati
sakitnya, jangan hanya dibiarkan saja, bahkan hadits itu menekankan agar
berobat kepada seorang dokter yang profesional dibidangnya.

5
Imam Abu hanifah dalam kitabnya berpendapat, “Bahwa tidak
mengapa jika kita berobat menggunakan jarum suntik (yang berhubungan
dengan operasi), dengan alasan untuk berobat, karena berobat itu
dibolehkan hukumnya, Sesuai dengan ijma’ ulama, dan tidak ada pembeda
antara laki-laki dan perempuan”.Akan tetapi disebutkan (pendapat lemah)
bahwa tidak diperbolehkan berobat menggunakan bahan yang diharamkan,
seperti khamar, bir, dan sejenisnya. Tapi jika ia tidak mengetahui
kandungan obat itu, maka tidak mengapa menggunakannya, namun jika
tidak memungkinkan lagi (yakin bahwa tidak ada obat) untuk mencari obat
selain yang diharamkan itu, maka bolehlah menggunakan sekedarnya.
Ibn Mas’ud Ra, mengatakan bahwa sesungguhnya Allah Swt. tidak
menciptakan sembuhnya kalian dengan barang yang diharamkan-Nya”.
Makna dari pendapat beliau adalah walau bagaimanapun Allah Swt
menurunkan penawar yang halal, karena secara akal pikir, tidak mungkin
Allah mengharamkan yang telah diharamkan kemudian diciptakan untuk
dijadikan obat, pasti masih ada jalan lain yang lebih halal.
Operasi semacam ini terkadang bisa menjadi wajib hukumnya, jika
menyebabkan kematian, maka wajib baginya untuk berobat.Allah Swt
berfirman yang artinya “dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri
ke dalam kebinasaan”.
Dan di ayat lain disebutkan, “Hai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang
batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-
suka di antara kamu.dan janganlah kamu membunuh dirimu.
Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu”.
Larangan membunuh diri sendiri ini menunjukkan bahwa Allah Swt
melarang hamba-Nya merusak jiwanya.
1) Operasi ini tidak bisa dikatakan mengubah ciptaan Allah dengan sengaja,
karena operasi ini untuk pengobatan, walaupun pada akhirnya bertambah
cantik atau indah pada dirinya.
2) Syeikh Dr Yusuf Al-Qaradawi berpendapat : “Adapun kalau ternyata
orang tersebut mempunyai cacat yang mungkin menjijikkan pandangan,

6
misalnya karena ada daging tambah yang boleh menimbulkan sakit jiwa
dan perasaan, maka tidak berdosa bagi orang itu untuk berobat selagi
dengan tujuan menghilangkan kecacatan atau kesakitan yang boleh
mengancam hidupnya. Karena Allah tidak menjadikan agama buat kita ini
dengan penuh kesukaran.
2. Operasi untuk mempercantik atau memperindah tubuh
Maksudnya adalah operasi yang tidak dikarenakan penyakit bawaan
(turunan) atau karena kecelakaan, akan tetapi atas keinginannya sendiri untuk
menambah keindahan dan mempercantik diri. Operasi ini ada bermacam-
macam, akan tetapi garis besarnya saja yaitu terbagi dua, dan setiap bagian
mempunyai hukum masing-masing:
a) Operasi anggota badan
Diantaranya adalah operasi telinga, dagu, hidung, perut, payudara,
pantat (maaf) dengan ditambah, dikurang atau dibuang, dengan keinginan
agar terlihat cantik.
b) Operasi mempermuda
Adapun operasi bagian kedua ini diperuntukkan bagi mereka yang
sudah berumur tua, dengan menarik kerutan diwajah, lengan, pantat,
tangan, atau alis. Bagian-bagian yang sering kita temui dan yang paling
umum; para ulama berbeda pendapat mengenai hukum operasi plastik
ini.Kebanyakan ulama hadits berpendapat bahwa tidak boleh melakukan
operasi ini dengan dalil diantaranya sebagai berikut:
1) Allah berfirman yang mana Allah telah melaknatnya (setan). Setan
berkata, “sungguh akan kutarik bagian yang ditentukan dari hamba-
hamabaMu. dan sungguh akan kusesatkan mereka, dan akan
kubangkitlan angan-angan kosong mereka, dan aku suruh mereka
memotong telinga binatang ternak lalu mereka benar-benar
memotongnya, dan aku akan suruh mereka (merubah ciptaan Allah),
lalu mereka benar-benar merubahnya. Dan barangsiapa yang
menjadikan setan sebagai pelindung maka sungguh dia telah merugi
dengan kerugian yang nyata”.

7
Ayat ini menjelaskan kepada kita dengan konteks celaan dan
haramnya melakukan pengubahan pada diri yang telah diciptakan
Allah dengan sebaik-baik penciptaan, karena mengikuti akan hawa
nafsu dan keinginan syaitan yang dilaknat Allah.
2) Diriwayatkan dari Imam Bukhari dan Muslim Ra. dari Abdullah Ibn
Mas’ud Ra.beliau pernah berkata “Allah melaknat wanita-wanita yang
mentato dan yang meminta untuk ditatokan, yang mencukur
(menipiskan) alis dan yang meminta dicukur, yang mengikir gigi
supaya kelihatan cantik dan merubah ciptaan Allah.” (H.R Bukhari).
Dari hadits ini, dapat diambil sebuah dalil bahwa Allah Swt. melaknat
mereka yang melakukan perkara ini dan mengubah ciptaan-Nya
3) Riwayat dari Ashabis Sunan.
Dari Asmaa, bahwa ada seorang perempuan yang mendatangi
Rasulullah Saw. dan berkata, ” Wahai Rasululllah, dua orang anak
perempuan ku akan menjadi pengantin, akan tetapi ia mengadu
kepadaku bahwa rambutnya rontok, apakah berdosa jika aku sambung
rambutnya?”, maka Rasulullah pun menjawab, “Sesungguhnya Allah
melaknat perempuan yang menyambung atau minta disambungkan
(rambutnya)”. Hadits ini dengan jelas mengatakan bahwa haram
hukumnya bagi orang yang menyambung rambutnya atau istilah
sekrang dikenal dengan konde atau wig dan jauh dari rahmat Allah
Swt.
4) Qias
Operasi plastik semacam ini tidak dibolehkan dengan meng-qias
larangan Nabi Saw.terhadap orang yang menyambung rambutnya, tato,
mengikir (menjarangkan) gigi atau apa saja yang berhubungan dengan
perubahan terhadap apa yang telah diciptakan Allah Swt.
5) Segi Akal
Secara akal kita akan menyangka bahwa orang itu kelihatannya
indah dan cantik akan tetapi, ia telah melakukan operasi plastik pada
dirinya, perbuatan ini sama dengan pemalsuan atau penipuan terhadap

8
dirinya sendiri bahkan orang lain, adapun hukumnya orang yang
menipu adalah haram menurut syara’.
Begitu juga dengan bahaya yang akan terjadi jika operasi itu
gagal, bisa menambah kerusakan didalam tubuhnya dan sedikit sekali
berhasilnya, apapun caranya tetap membahayakan dirinya dan ini tidak
sesuai dengan hukum syara’, sesuai dengan firman Allah yang artinya
“Jangan bawa diri kalian dalam kerusakan”.
Setelah kita perhatikan dalil-dalil diatas dengan seksama, maka
jelaslah bahwa operasi plastik itu diharamkan menurut syara’ dengan
keinginan untuk mempercantik dan memperindah diri, dengan kesimpulan
sebagai berikut:
a) Operasi plastik merubah ciptaan Allah Swt
b) Adanya unsur pemalsuan dan penipuan
c) Dari sisi lain, bahwa negatifnya lebih banyak dari manfaatnya,
karena bahaya yang akan terjadi sangat besar apabila operasi itu
gagal, bisa menyebabkan kerusakan anggota badan bahkan
kematian.
d) Syarat pembedahan yang dibenarkan Islam; memiliki keperluan
untuk tujuan kesehatan semata-mata dan tiada niat lain, diakui
doktor profesional yang ahli dalam bidang itu bahwa pembedahan
akan berhasil dilakukan tanpa risiko, bahaya dan mudarat.
e) Untuk pemakaian kosmetik, disyaratkan kandungannya halal, tidak
dari najis (kolagen / plasenta) dan tidak berlebihan (tabarruj) akan
tetapi behias ini sangat di tekankan bagi mereka yang ingin
menyenangkan suaminya.

C. Hukum Mengganti Alat Kelamin


Operasi ganti kelamin (taghyir al-jins) adalah operasi pembedahan untuk
mengubah jenis kelamin dari laki-laki menjadi perempuan atau
sebaliknya.Pengubahan jenis kelamin laki-laki menjadi perempuan dilakukan
dengan memotong penis dan testis, kemudian membentukkelamin perempuan
(vagina) dan membesarkan payudara.Sedang pengubahan jenis kelamin

9
perempuan menjadi laki-laki dilakukan dengan memotong payudara, menutup
saluran kelamin perempuan, dan menanamkan organ genital laki-laki (penis).
Manusia yang lahir dalam keadaan normal jenis kelaminnya sebagai pria
atau wanita karena mempunyai alat kelamin satu berupa dzakar (penis) atau farj
(vagina) yang normal karena sesuai dengan organ kelamin dalam, tidak
diperkenankan oleh hukum Islam melakukan operasi ganti kelamin. Adapun
hukum operasi kelamin dalam syariat Islam harus diperinci persoalan dan latar
belakangnya. Dalam dunia kedokteran modern dikenal tiga bentuk operasi
kelamin yaitu;
Pertama, operasi pergantian jenis kelamin yang di lakukan terhadap orang
yang sejak lahir memiliki kelamin normal, ini tidak diperbolehkan oleh syariat
Islam untuk melakukan operasi kelamin. Menurut Fatwa MUI ini sekalipun
dirubah jenis kelaminnya yang semula normal, kedudukan hukum jenis
kelaminnya sama dengan jenis kelamin semula sebelum dirubah.
Kedua, operasi perbaikan atau penyempurnaan kelamin yang dilakukan
terhadap orang sejak lahir memiliki cacat kelamin, seperti zakar (penis) atau
vagina yang tidak berlubang atau tidak sempurna, operasi kelamin yang bersifat
tashih atau takmil (perbaikan atau penyempurnaan) dan bukan penggantian jenis
kelamin, menurut para ulama diperbolehkan secara hukum syariat. Jika kelamin
seseorang tidak memiliki lubang yang berfungsi untuk mengeluarkan air seni atau
mani, baik penis maupun vagina, maka operasi untuk memperbaiki atau
menyempurnakannya diperbolehkan, bahkan dianjurkan sehingga menjadi
kelamin yang normal.
Ketiga, operasi pembuangan salah satu dari kelamin ganda, yang
dilakukan terhadap orang sejak lahir memiliki dua organ atau jenis kelamin (penis
dan vagina), maka untuk memperjelas dan memfungsikan secara optimal dan
definitif salah satu alat kelaminnya, maka diperbolehkan melakukan operasi untuk
mematikan dan menghilangkan salah satu alat kelaminnya. Pemfungsian atau
penghilangan salah satu alat kelamin ini pun tidak bisa dengan sesuka hati karena
harus disesuaikan dengan fungsi tubuh yang lain. Semisal seseorang yang
mempunyai kelamin ganda mempunyai rahim dan ovarium, maka harus diperjelas

10
bahwa dia adalah seorang wanita, sehingga yang bisa dihilangkan adalah organ
kelakiannya.Begitupun sebaliknya.
Dalil-dalil syar’i yang mengharamkan operasi ganti kelamin bagi orang yang
lahir normal jenis kelaminnya antara lain sebagai berikut:

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal-mengenal.Sesungguhnya orang yang paling mulia
diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara
kamu.Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”(Al-
Hujurat:13)
Menurut konsep ini, Allah menciptakan laki-laki dan perempuan, tidak ada
jenis kelamin ketiga. Pengubahan jenis kelamin dianggap sebagai pengubahan
atas ciptaan Allah sebagaimana titah setan yang tertulis dalam suratAn-Nisa: 119.
Bahkan, Allah mengutuk individu yang berpenampilan dan bertindak menyerupai
anggota jenis kelamin lain.
Yang berdosa bukan hanya orang yang dioperasi, tapi juga semua pihak
yang terlibat di dalam operasi itu, baik langsung atau tidak, seperti dokter, para
medis, psikiater, atau ahli hukum yang mengesahkan operasi tersebut. Semuanya
turut berdosa dan akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah pada Hari Kiamat
kelak, karena mereka telah bertolong menolong dalam berbuat dosa. Padahal
Allah SWT berfirman(artinya) :“Dan janganlah kamu tolong menolong dalam
berbuat dosa dan pelanggaran.” (QS. Al-Maidah (5) : 2)
Adapun operasi penyempurnaan kelamin (takmil al-jins) hukumnya
boleh.Hal ini berlaku bagi orang yang memiliki alat kelamin ganda, yaitu
mempunyai penis dan vagina sekaligus.Operasi ini hukumnya mubah,
berdasarkan keumuman dalil yang menganjurkan berobat (al-tadawiy).Nabi SAW
bersabda,”Tidaklah Allah menurunkan suatu penyakit, kecuali Allah menurunkan
pula obatnya.” (HR Bukhari, no.5246).
Bagi manusia yang memiliki kecenderungan psikologis ke arah
transseksualisme maupun jenis kelainan gender yang lain, haruslah ditangani
melalui terapi spiritual dan psikologis, bukan dengan mengubah ciptaan Allah.

11
Operasi kelamin sendiri, diharamkan bagi tujuan transseksualisme pada pemilik
kelamin normal sejak lahir (Munas II MUI 1980).Operasi kelamin yang
diperbolehkan adalah operasi untuk perbaikan atau penyempurnaan kelamin dan
operasi pembuangan salah satu dari kelamin ganda.
D. Kaitannya dengan Hukum Perkawinan dan Kewarisan Islam
Ulama Farodliyun (Ahli Faraid) setelah mengadakan penelitian tentang
orang banci (para transseksual), menyimpulkan bahwa transseksual sejati
selamanya tidak mungkin atau bukan terdiri dari ayah, ibu, kakek, nenek, suami
atau istri, sebab menurut hukumnya transseksual sejati tidak melakukan nikah,
sehingga transseksual sejati itu mesti terdiri dari anak, cucu, saudara, anak
saudara, paman atau anak paman. Oleh sebab itu bila seorang transseksual
menikah dan mempunyai keturunan maka anaknya akan mengikuti garis
keturunan bapaknya walaupun bapaknya bertingkah laku seperti perempuan.
Demikian juga ibunya kendati bertingkah laku sama seperti lelaki. Jika kelak
anaknya perempuan akan menikah maka bapaknya yang menjadi wali, meskipun
ia bertingkah seperti perempuan bukan ibunya meskipun ia bertingkah seperti
lelaki.
Pengadilan tentang status hukumnya lelaki atau perempuan agar ada
kepastian hukumnya dan menghindari sifat mendua dalam pergaulan dan jenis
kelamin yang sudah jelas ini kemudian ditegaskan dalam kartu identitas seperti
KTP, SIM, ATM, dsb. Jadi pada perinsipnya tidak sulit menentukan bagian
warisan yang harus diterima oleh seseorang yang transseksualnya tidak secara
total, karena akan ditentukan oleh jenis kelamin atau ciri-cirinya yang dominan,
jika yang dominan adalah laki-laki ,maka ia mendapat bagian warisan sama
seperti lelaki yang lain, demikian juga sebaliknya. Jadi status kewarisannya
dengan berpedoman pada indikasi fisik bukan kepada jiwa, sepanjang cara
tersebut tidak sulit dilakukan. Bila seorang transseksual itu sebagai transseksual
sejati maka para ulama berbeda pendapatnya tentang hukum kewarisannya.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari penjelasan di atas dapat kita simpulkan beberapa poin:
1. Hukum operasi plastik ada yang mubah dan ada yang haram.
Operasi plastik yang mubah adalah yang bertujuan untuk
memperbaiki cacat sejak lahir (al-’uyub al-khalqiyyah) seperti bibir
sumbing, atau cacat yang datang kemudian (al-’uyub al-thari`ah)
akibat kecelakaan, kebakaran, atau semisalnya Adapun operasi
plastik yang diharamkan, adalah yang bertujuan semata untuk
mempercantik atau memperindah wajah atau tubuh, tanpa ada hajat
untuk pengobatan atau memperbaiki suatu cacat. Contohnya,
operasi untuk memperindah bentuk hidung, dagu, buah dada,
atau operasi untuk menghilangkan kerutan-kerutan tanda tua di
wajah, dan sebagainya.
2. Adapun hukum operasi kelamin dalam syariat Islam harus
diperinci persoalan dan latar belakangnya. Operasi perbaikan atau
penyempurnaan kelamin yang dilakukan terhadap orang sejak lahir
memiliki cacat kelamin, seperti zakar (penis) atau vagina yang
tidak berlubang atau tidak sempurna, operasi kelamin yang yang
bersifat tashih atau takmil (perbaikan atau penyempurnaan) dan
bukan penggantian jenis kelamin, menurut para ulama
diperbolehkan secara hukum syariat dan operasi pembuangan salah
satu dari kelamin ganda, yang dilakukan terhadap orang sejak lahir
memiliki dua organ atau jenis kelamin (penis dan vagina), maka
untuk memperjelas dan memfungsikan secara optimal dan definitif
salah satu alat kelaminnya, maka diperbolehkan melakukan operasi
untuk mematikan dan menghilangkan salah satu alat kelaminnya.
3. Ulama Farodliyun (Ahli Faraid) setelah mengadakan penelitian
tentang orang banci (para transseksual), menyimpulkan bahwa
transseksual sejati selamanya tidak mungkin atau bukan terdiri dari

13
ayah, ibu, kakek, nenek, suami atau istri, sebab menurut hukumnya
transseksual sejati tidak melakukan nikah, sehingga transseksual
sejati itu mesti terdiri dari anak, cucu, saudara, anak saudara,
paman atau anak paman.
B. Saran

Alhamdulillah makalah yang berjudul “Operasi Plastik Dan Ganti


Kelamin” telah selesai.Semoga setelah kita memahami isi dari pembahasan di
atas, setiap dari kita di usahakan mampu untuk merealisasikan itu semua
dalam menghadapi berbgai permasalahan di ranah fiqih kontemporer ini.

14
DAFTAR PUSTAKA

http://www.hidayatullah.com/konsultasi/fiqih-kontemporer/83/1/operasi-
kelamin:-halal-atau-haram?.html
Zuhdi, MA sjfuk. 1997. Cetakan ke sepuluh: MASAIL FIQHIYAH. Jakarta:
PT. Midas Surya Grafindo.

15

Anda mungkin juga menyukai